• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI

D. Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam 1. Konsep Madrasah

3. Kurikulum Pendidikan di Madrasah

Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka.216 Dalam persfektif falsafah pendidikan islami, kurikulum pendidikan pada dasarnya adalah alat atau instrumen untuk mendidik peserta didik dalam mengembangkan potensi

jismiyah dan ruhiyahnya agar mereka kelak mampu mengenali kembali dan

meneguhkan syahadah primodialnya terhadap Allah swt.217

Kurikulum pendidikan Islam juga mengandung unsur proses pendidikan dan semua program pendidikan yang diikuti dan diarahkan oleh guru dan lembaga pendidikan dalam kegiatan pembelajaran, terutama mengarahkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan Islam yang dicita-citakan.218

Berbicara mengenai tujuan pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan dengan tujuan terpenting pendidikan Islam, antara lain seperti firman Allah swt. yaitu:





















































.

219

Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

215

Keputusan Menteri Agama RI No. 24 Tahun 1980 tentang Kurikulum Madrasah Aliyah Bab III tentang Umum Pasal 5 dan 6.

216

Omar Mohammad Al-Toumy A-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 478.

217

Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami: Membangun Kerangka Ontologi,

Epistimologi dan aksiologi Praktik Pendidikan (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012), h.

162. 218

Syafaruddin, et al., Ilmu, h. 102. 219

92 Allah swt. pada ayat di atas menyampaikan bahwa carilah pahala akhirat, tetapi jangan melupakan bagian di dunia.220 Artinya dalam tujuan pendidikan Islam tidak membedakan antara dunia dan akhirat sehingga menyeimbangkan kebutuhan antara kehidupan dunia dan akhirat. Berkaitan dengan hal tersebut tentunya kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum yang menjawab kebutuhan tersebut.

Kurikulum madrasah selayaknya mencerminkan bagaimana kurikulum islami. Menurut Abdurahman an-Nahlawi bahwa kurikulum islami harus memenuhi beberapa ketentuan, yaitu:

a. memiliki sistem pengajaran dan matrei yang selaras dengan fitrah manusia serta bertujuan untuk menyucikan manusia, memelihara dari penyimpangan, dan menjaga keselamatan fitrah manusia;

b. harus mewujudkan tujuan pendidikan Islam, yaitu memurnikan ketaatan dan peribadatan hanya kepada Allah swt. Kurikulum Islam yang disusun harus menjadi landasan kebangkitan Islam, baik dalam aspek intelektual, pengalaman, fisikal maupun sosial;

c. harus sesuai dengan tingkatan pendidikan baik dalam hal karakteristik, tingkatan pemahaman, jenis kelamin serta tugas-tugas kemasyarakatan yang telah dirancang dalam kurikulum;

d. memperhatikan tujuan-tujuan masyarakat yang realistis, menyagkut penghidupan dan bertitik tolak dari keislaman yang ideal, seperti merasa bangga menjadi umat Islam. Hal lain yang harus menjadi perhatian adalah pelayanan kesehatan, jaminan keamanan, perkantoran, kebudayaan atau aspek-aspek hasil peradaban lainnya;

e. tidak bertentanagan dengan konsep-konsep Islam. Mengacu pada kesatuan Islam, dan selaras dengan integrasi psikologi yang telah Allah ciptakan untuk manusia serta selaras dengan kesatuan pengalaman yang hendak diberikan kepada anak didik, baik yang berhubungan dengan sunnah, kaidah, sistem maupun realitas alam, sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara berbagai bidang ilmu;

220

93 f. harus realistis sehingga dapat diterpakan selaras dengan kesanggupan negara yang hendaka menerapkannya sehingga sesuai dngan tuntutan dan kondisi negara itu sendiri;

g. harus memilih metode yang relastis sehingga dapat diadaptasikan ke dalam berbagai kondisi, lingkungan dan keadaan tempat ketika kurikulum itu ditetapkan. Kurikulum itu harus selaras dengan berbagai respon sehingga sesuai dengan perbedaan individu;

h. harus efektif, dapat memberikan hasil pendidikan yang bersifat behavioristik, dan tidak meninggalkan dampak emosional yang meledak-ledak dalam diri generasi muda;

i. harus sesuai dengan berbagai tingkatan usia anak didik. Untuk semua tingkatan dipilih bagian materi kurikulum yang sesuai dengan kesiapan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik;

j. memperhatikan aspek pendidikan tentang segi-segi perilaku yang bersifat aktifitas langsung seperti: berjihad, dakwah Islam, serta pembangunan masyarakat muslim dalam lingkungan persekolahan sehingga kegiatan ini dapat mewujudkan seluruh rukun Islam dan syi’arnya, metode pendidikan dan pengajarannya, serta etika dalam kehidupan siswa secara individu dan sosial.221

Kurikulum pendidikan Islam juga mengandung unsur proses pendidikan dan semua program pendidikan yang diikuti dan diarahkan oleh guru dan lembaga pendidikan dalam kegiatan pembelajaran, terutama mengarahkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan Islam yang dicita-citakan.222

Problematika Pendidikan Islam di era global ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal yang di dalmnya ada: relasi kekuasaan dan orientasi pendidikan Islam, masalah kurikulum, pendekatan/metode pembelajaran, profesionalitas dan kualitas SDM, dan biaya pendidikan. Adapun faktor kedua adalah faktor eksternal yang meliputi Dichotomic, To General Knowledge, Lack

221

Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 79-80.

222

94

of Spirit of Inquiry, Memorisasi, dan Certificate Oriented.223 Berdasarkan informasi tersebut masalah kurikulum juga berkaitan dengan problematika pendidikan Islam. Ini menunjukkan bahwa kurikulum memiliki peran penting dalam pendidikan Islam.

Kurikulum pendidikan agama tentu memiliki karakteristik atau ciri khas tersendiri dibandingkan dengan kurikulum pendidikan pada umumnya. Dalam pandangan al-Syaibany, ada lima karakteristik kurikulum pendidikan Islam, yang secara ringkas dapat disbutkan sebagai berikut:

a. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya dan kandungan-kandungan, metode-metode, alat-alat, dan tekhiniknya bercorak agama.

b. Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya. Yaitu kurikulum yang betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran yang menyeluruh. Disamping itu juga luas dalam perhatiannya. Ia memperhatikan pengembangan dan bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologis, sosial, dan spiritual.

c. Bersikap seimbang dianatara berbagai ilmu yang dikandung dalam kurikulum yang akan digunakan. Selain itu juga seimbang antara pengetahuan yang berguna bagi pengembangan individual maupun sosial. d. Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang

diperlukan oleh anak didik.

e. Kurikulum yang disusun selalu sesuai dengan minat dan bakat anak didik.224

Berdasarkan uraian di atas dipahami bahwa kurikulum pendidikan Islam di madrasah diharapkan menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya dan kandungan-kandungan, metode-metode, alat-alat, dan tekiniknya bercorak agama dan kurikulum yang disusun sesuai dengan minat dan bakat anak didik.

223

Mujahid Damopolii, “Problematika Pendidikan Islam dan Upaya-upaya Pemecahannya,”dalam TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, ISSN 2338-6673 E ISSN

2442-8280, Volume 3 Nomor 1 Februari 2015, h. 81

224

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah

95 E. Kajian Terdahulu

Dalam kajian ini dikemukakan penelitian terdahulu yang relevan, baik berkenaan dengan implementasi kebijakan maupun pengembangan kurikulum madrasah. Adapun kajian terdahulu berkaitan dengan hal ini yaitu:

Penelitian disertasi Amiruddin MS.,225 bahwa perumusan kebijakan tentang peningkatan kualitas guru pada sekolah Muhammadiyah pada lingkungan dewan pimpinan wilayah muhammadiyah Sumatera Utara dilakukan melalui rapat yang dihadiri oleh para pimpinan perserikatan, majelis pendidikan, bidang pendidikan dasar dan menengah serta para kepala sekolah di sekolah Muhammadiyah se Sumatera Utara dalam kaitannya untuk menjabarkan keputusan yang dihasilkan melalui rapat kerja nasional.

Implementasi kebijakan tentang peningkatan kualitas guru pada sekolah Muhammadiyah pada lingkungan dewan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara dilaksanakan melalui seminar, pelatihan dan studi banding ke sekolah Muhammadiyah yang baik. Pelatihan diperuntukkan bagi kepala sekolah dan guru berkaitan dengan pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi. Hambatan terjadi pada penerapan di sekolah dikarenakan terbatasnya fasilitas sekolah.

Implementasi kebijakan tentang peningkatan kualitas guru pada sekolah Muhammadiyah pada lingkungan dewan pimpinan wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara dilaksanakan melalui seminar, pelatihan dan studi banding ke sekolah Muhammadiyah yang baik. Pelatihan diperuntukkan bagi kepala sekolah dan guru berkaitan dengan pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi. Hambatan terjadi pada penerapan di sekolah dikarenakan terbatasnya fasilitas sekolah.

Pada penelitian lain, disertasi Madaliya Hasibuan,226 penelitian tersebut bertujuan untuk melaksanakan implementasi kebijakan pengembangan mutu guru

225

Amiruddin MS., “Kebijakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Dalam Peningkatan Kualitas Guru Sekolah Muhammadiyah Di Sumatera Utara” (Disertasi Pascasarjana UIN SU Medan, 2017).

226

Madalia Hasibuan, “Implementasi kebijakan Pengembangan Mutu Guru Madrasah Ibtidaiyah (studi Tentang Kualifikasi Guru MI Kota Medan Melalui Dualmode System di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara)” (Disertasi Pascasarjana UIN SU Medan, 2018).

96 MI dengan mengetahui proses perencanaan, pengorganisasian, pengawasan serta evaluasi kebijakan tersebut. Sehingga dengan demikian guru MI memiliki keprofesionalan dalam meningkatkan kualifikasi akademiknya, meningkatkan kompetensinya dan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan.

Pada penelitian lain, disertasi M. Rozali,227 Al Jam’iyatul Washliyah memiliki peranan yang besar dalam memproduksi ulama di Sumatera Utara. Hal tersebuat dapat dilihat dari banyaknya lembaga pendidikan Al Jam’iyatul Washliyah yang tersebar di Sumatera Utara meliputi berbagai jenjang pendidikan mulai dari paling rendah sampai pada yang tertinggi. Di samping itu keberadaan pusat-pusat kajian kitab kuning di luar lembaga formal juga berkontribusi bagi produktivitas keulamaan. Dalam menjalankan tradisi keulamaanya, aktivitas ulama Al Jam’iyatul Washliyah dapat dipetakan pada beberapa kegiatan yang meliputi; pendidikan, dakwah, sosial, politik dan ekonomi.

227

M. Rozali, “Tradisi Keulamaan Al Jam’iyatul Washliyah Sumatera utara” (Disertasi Pascasarjana UIN SU Medan, 2016),

97

BAB III