• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lack of F usion

Dalam dokumen Laporan KP Masteran (Halaman 63-77)

3.1.2 Pengelasan  SAW (Submerged Arc Welding)

3.4.10 Lack of F usion

Fusion mengacu pada perbatasan lasan ke logam dasar sehingga tidak ada garis pemisah. Oleh karena itu ada banyak ruang di sana untuk mengisi. Setiap gap akan menghasilkan retak. Celah-celah pada akhirnya akan memperluas dan mengakibatkan kebocoran (dalam kasus pipa) atau detasemen dan ketidakmampuan untuk mendukung beban (dalam kasus baja struktural).

Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang

1. Penyebab cacat las ini terjadi diantaranya seperti heat input terlalu rendah, benda kerja kotor serta teknik dalam pengelasan kurang tepat.

2. Solusi untuk menanggulangi cacat ini adalah dengan meningkatkan arus listrik, bila perlu diganti dengan ukuran elektroda yang besar serta memposisikan elektroda pas dengan sambungan dengan kontrol sudut elektroda dengan tepat.

3.4.11

Crack 

 ( retak )

Cacat crack adalah cacat dimana putusnya benda kerja, biasanya retakan sering terjadi pada lasan maupun bagian benda kerja dekat lasan. Pengaruh pada cacat ini adalah: weld metal, parent metal ( loga dasar ), pengarh  panas HAZ .

Gambar 3.25 Crack ( Regello, 2012)

Crack dibedakan berdasarkan jenis dan arahnya menjadi : retakan  panas, retakan dingin retakan macrofissure serta retakan memanjang ( longitudinal

) dan retakan melintang a. Retak panas

Retak ini muncul segera setelah pengelasan, biasanya dalam mengelas, sebagai akibat dari sesuatu yang disebut sesak panas.

Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang

Miskin fit-up atau desain mungkin bertanggung jawab, namun keberadaan sulfur di dasar atau logam las juga dapat menyebabkan masalah, seperti dapat tingkat yang berbeda dari pendinginan dalam melas. Seringkali, bentuk retakan sepanjang sumbu (pusat) dari sendi sebagai dua sisi menarik terpisah.

 b. Retak dingin

Retak dingin ini tidak muncul pada awalnya, tapi dalam satu atau dua hari pengelasan. Ini disebabkan oleh hidrogen diserap ke lasan melalui genangan las. Hidrogen dapat hadir karena kelembaban merembes ke elektroda sebelum pengelasan. Dalam tongkat  pengelasan, penting untuk menjaga batang rendah-hidrogen dalam oven sampai mereka dibutuhkan. Penyebab lain untuk retak dingin kontaminasi logam dasar, jadi pastikan untuk membersihkan setiap millscale, minyak, air atau mengotori lainnya dari logam sebelum memulai untuk mengelas.

c.  Microfissure

Hal ini dapat dihasilkan oleh gangguan, kelelahan logam seismik atau tekanan di zona yang terkena panas ( HAZ ). elektroda hidrogen rendah dan kawat yang dikembangkan secara khusus untuk membatasi terjadinya microfissures. perlakuan panas lasan juga dapat meminimalkan risiko.

d. Crater crack

Retak ini dapat terjadi setiap kali tukang las mengabaikan untuk mengisi ulang kawah tertinggal ketika pengelasan berhenti. Ini  praktek standar untuk mengelas sedikit melewati ujung sendi, atau di atas untuk mencegah kawah. pengelasan berhenti sebelumnya, harus dilebur dan rewelded sebelum melanjutkan ke depan sepanjang sendi.

Solusi untuk mecegah cacat las ini diantaranya seperti Memberikan perlakuan grinding, pembersihan, pengajuan dan / atau deburring tepi lempeng sehingga mereka dengan mudah masuk bersama-sama, memanaskan kedua sisi sendi (jika perlu), clamp dan / atau taktik piring Anda bersama-sama.

Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang

Serta sebelum pengelasan, menguji pengaturan mesin Anda untuk melihat apakah Anda memiliki jumlah yang tepat dari panas keluar up.

 3.4.12 Underfill

Gambar 3.26 Underfill ( Sumitwa, 2011)

1. Penyebab terjadinya cacat las ini adalah teknik pengelasan yang tidak tepat.

2. Solusi untuk mecegah cacat las ini yaitu dengan menggunakan teknik dan posisi yang tepat, menggunakan manic-manik halus sebelum menutup permukaan dan melakukan pengelasan kembali dan memerlukan proses grinding.

 3.4.13 Overlap

Pada cacat ini sangat berlawanan dengan  undercutting, Di sini, logam las mengalir di seluruh logam dasar di kaki tanpa menghasilkan apapun fusi antara keduanya.

Gambar 3.27 Overlap ( Regello, 2012)

1. Penyebab terjadinya cacat las ini adalah : Karena panas yang cukup melelehkan logam base dan Manipulasi yang tidak tepat dari el ektroda

Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang

2. Solusi untuk mecegah cacat las ini adalah dengan memastikan sudut kerja Anda benar ketika berhenti di setiap sisi.

3.5 Pengujian dan Pemeriksaan

Pengujian dan pemeriksaan di dalam industri dapat dibagi dalam dua kelas , yaitu pengujian dan pemeriksaan untuk keperluan pembuat dan  pengujian serta pemeriksaan untuk keperluan pemakai. Di dalam dua kelas

tersebut jelas bahwa alat-alat dan cara-cara yang digunakan adalah sama,hanya kedudukannya yang berbeda. ( Harsono dan Toshie, 1985)

Tabel 3.7 Jenis Pengujian dan Pemeriksaan Logam

Pengujian Merusak

Uji Mekanik : uji tarik, uji tekuk, uji kekerasan, uji tumbuk.

Analisa Kimia

Metalografi : pengujian makro dan mikro Ui busur

Pengujian tak merusak

Uji amatan

Uji ultrasonic : getaran tegak, miring, datar, rendam, permukaan.

Uji Radiografi : radiografi langsung dan fluoroskopi

Uji serbuk magnit : dengan garpu magnit, magnit lurus, aliran listrik, lilitan

kumparan dan uliran fluks

Uji cairan penembus : cairan fluoresen, dan berwarna

Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang Pemancaran suara Pengukuran regangan 3.5.1 Pengujian Merusak

Pengujian merusak pada konstruksi las adalah pengujian terhadap model dari konstruksi atau pada batang-batang uji yang telah dilas dengan cara yang sama dengan proses pengelasan yang akan digunakan sampai terjadi kerusakan pada model konstruksi atau batang uji.

Pengujian merusak yang penting adalah pengujian untuk melihat kesamaan antara logam induk dan logam pada daerah pengelasan.

Berdasarkan ASME Section IX, berikut ini jenis-jenis pengujian: 1. Tension tests  atau uji tarik merupakan salah satu metode

destructive test   untuk menentukan ultimate strength  dari sambungan pengelasan tipe  groove pada test coupon. Test coupon yang akan diuji tarik sebelumnya dibentuk spesimen uji tarik.

2. Guided-bend tests  atau uji tekuk, untuk menentukan derajat kemulusan ( soundness) dan kelenturan (ductility) dari sambungan  pengelasan tipe groove.

3.  Fillet-weld tests, untuk menentukan ukuran, kontur, dan derajat soundness dari sambungan pengelasan tipe fillet.

4.  Notch-toughness tests, untuk menentukan notch tougness dari  pengelasan. Metode yang digunakan yaitu Charpy V-Notch dan  Drop Weight.

3.5.2 Pengujian Tak Merusak

Pengujian ini dilakukan dengan tanpa merusak bagian konstruksi yang diuji. Pengujian- pengujian yang termasuk dalam kelompok pengujian ini adalah pengujian untuk mengetahui cacat, baik cacat luar ataupun cacat dalam.

Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang

1. Pengujian Radiografi

Pengujian radiografi pada dasarnya adalah penyinaran contoh uji dengan sinar bertenaga tinggi seperti sinar-X san sinar gamma yang dapat menembus logam.

2. Pengujian Ultrasonic

Dalam pengujian ini suatu gelombang suara dengan frekwensi tinggi dirambatkan ke dalam logam yang diuji dengan menggunakan alat yang dapat mengirim dan menerima gelombang suara yang dinamakan  proba.

3. Pengujian dengan Serbuk Magnit

Bila pada permukaan logam ini ditaburkan serbuk besi, maka serbuk besi akan mengikuti pola medan magnit. Dengan cara ini maka cacat di dalam logam  ferromagnit   dapat ditentukan. Kepekaan dari cara ini menurun bila cacat berbentuk bulat atau sejajar dengan arah medan magnit atau tempat cacat terlalu dalam dibawah permukaan. Karena itu  bila arah cacat tidak diketahui maka perlu diadakan pengujian dari dua

arah.

4. Pengujian dengan Penembusan Zar Warna

Pengujian ini adalah cara yang paling peka untuk menentukan adanya cacat halus pada permukaan, seperti retak, lubang halus atau kebocoran. Cara ini pada dasarnya adalah menggunakan cairan berwarna yang dapat menembus cacat. Setelah cairan yang arada di permukaan dibersihkan maka cacat akan kelihatan dengan jelas.

5. Pengujian elektromagnit

Pengujian ini didasarkan terjadinya arus eddy pada logam yang diuji. Besarnya cacat dihubungkan dengan besarnya arus eddy yang terjadi. Karena arus eddy hanya terjadi pada permukaan saja, maka cacat yang dalam letaknya hampir tidak dapat ditentukan dengan cara ini.

Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang

6. Uji Penetran

Metode Liquid Penetrant test merupakan Metode  NDT   yang  paling sederhana. Metode ini digunakan untuk menemukan cacat (discontinuity) di permukaan (open surface) terbuka dari komponen solid,  baik logam maupun non logam. Seperti keramik dan plastic fiber. Melalui metode ini, cacat pada material akan terlihat lebih jelas. Caranya adalah dengan memberikan cairan berwarna terang pada permukaan yang diinsfeksi. Cairan ini harus memiliki daya penetrasi yang baik dan viskositas yang rendah agar dapat masuk pada cacat dipermukaan material.

3.6 Perbaikan Cacat /

Repair 

Dalam melakukan proses repair   hal yang perlu diperhatikan adalah hak untuk melakukan proses repair , mempersiapkan alat dan menghilangkan cacat tersebut melalui proses repair tersebut dan dilakukannya  pengecekan visual serta NDT setelah dilakukannya repair .

Penentuan spesifikasi atau procedure repair akan sangat menentukan sempurna atau tidaknya area yang akan dihilangkan. Metode dalam  penghilangan cacat las diantaranya.

1. Grinding

2. Machining

3. Chipping

4. Filling

5. Oxy- gas gouging 6. Arc air gouging

Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang

BAB IV

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

4.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Pada laporan ini dibuat  Flow Chart yang menggambarkan bagaimana  perancangan pemecahan masalah dari awal sampai akhir berdasarkan hasil dari

keseluruhan kerja praktek di PT. INKA (Persero) Madiun.

Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang

4.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah 4.2.1 Identifikasi Masalah

Di PT INKA (Persero) Madiun, berbagai jenis pengelasan banyak digunakan untuk memenuhi kierja pembuatan part minor sampai assembly hingga car body, diantaranya adalah jenis pengelasan GMAW   dan GTAW   dalam  pembuatan kereta LRT dan RAILLINK. Dalam proses pengelasan tidak dapat dipungkiri bahwa hasil pengelasan tidaklah bagus, seringkali menghasilkan cacat las walaupun sudah disesuaikan dengan WPS ( Welding Procedure Specification )oleh karena itu perlu diidentiikasi melalui pengujian NDT ( Non Destructive Test  ) jenis cacat las dan cara repair  yang tepat.

4.2.2 Tujuan

Berdasarkan identifikasi masalah yang dibuat, tujuan laporan ini mengetahui jenis cacat pengelasan pada kereta RAILLING dan LRT PT INKA (PERSERO) MADIUN, serta jenis pengujian dan repair yang tepat agar cacat dapat hilang.

4.2.3 Pengumpulan Data

Data pada laporan akhir Kerja Praktek ini dikumpulkan dengan cara sebagai

 berikut:

1. Metode Studi Pustaka

Metode ini dilakukan dengan cara penggalian materi tentang jenis  pengelasan dan cacat las serta metode pengujiannya dari studi literatur,

internet, mengutip dan meringkas teks yang relevan. 2. Metode Observasi

Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung objek kerja di lapangan dan pengumpulan data dengan pencatatan dan pengambilan gambar objek kerja.

Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang

Metode ini dilakukan dengan cara diskusi dan tanya jawab dengan  pembimbing kerja praktek di lapangan dan pekerja (operator) di PT.INKA

(PERSERO) MADIUN.

4.2.4 Pembahasan

Sesuai judul laporan kerja praktek yaitu “Analisa Cacat Las Pada Kereta Railink dan LRT di PT. INKA Madiun dengan Metode Pencegahan dan Perbaikannya”.  Bagian ini menjelaskan mengenai analisa jenis cacat las dan metode perbaikannya yang benar melalui pengujian yang ada.

4.2.5 Kesimpulan dan Saran

Membuat kesimpulan dari pembahasan yang telah diselesaikan dengan membuat  point - point apa saja yang menjadi garis besar dari mulai penelitian hingga akhir penelitian agar dapat dilakukan perbaikan dan perubahan yang disarankan oleh pesereta kerja praktek untuk kemajuan PT. INKA (PERSERO) MADIUN.

Ditambah dengan pemberian saran peneliti kepada hasil penelitian dan  juga kepada perusahaan dengan memicu keberhasilan dalam suatu pemecahan

Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Jenis Pengelasan yang Dipakai

Pada pembahasan kali ini jenis pengelasan yang dipakai untuk membuat  bagian carbody assembling serta sidewall frame dan underframe pada kereta LRT Palembang ( Alumunium ) dan Kereta  RAILLINK   BASOETTA ( Stainless Steel  dan  Mild steel   ) adalah jenis pengelasan GMAW   (MIG/MAG), GTAW   dan Spot Welding.

1. Pada pengelasan GMAW   salah satunya digunakan untuk pembuatan jig underframe kereta KRL RAILLINK dengan material SPAH dan SMA 490 serta carbody assembly LRT Palembang. Di INKA sendiri menggunakan mesin semi- automatis dengan filler pengisi posisi pengelasan, electric characteristic, panjang, estimasi waktu, welding class, banyaknya kawat dan daya yang diterima saat pengelasan. Semuanya sudah termuat dan dijelaskan lebih rinci dalam welding procedure.

Gambar 5.1 Mesin Pengelasan GMAW  ( PT INKA, 2017)

Salah satu jenis filler yang digunakan yaitu stainless Huatong HTW 308-Lsi AWS ER 308308-Lsi, AWS ER 705-6 dengan diameter  filler 1.0mm, 1.2mm, 2.4 mm serta jenis  filler   untuk mild steel AWS A5.18/ ASME SFA-5.18 dengan diameter filler  1.0 mm.

Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang

( a ) ( b )

Gambar 5.2 Filler Mild Steel (a) dan Filler Stainless Steel  (b) ( PT INKA, 2017)

2. Pada pengelasan GTAW salah satunya digunakan untuk proses pembuatan  sidewall frame KRL RAILLINK yang berbahan Stainless Steel ( SUS 201, SUS 304 ) dan  Mild Stell ( SPAH )dan underframe LRT Palembang. Dalam proses pengelasan KRL dan LRT menggunakan mesin semi-otomatis, dengan filler pengisi, posisi las, type joint, proses welding, electric characteristic, serta panjang, estimasi waktu, welding class,  banyaknya kawat dan daya yang diterima saat pengelasan dan lain-lain,

semuanya sudah termuat dan dijelaskan dalam welding procedure.

Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang

Gambar 5.4 Filler  Alumunium LRT ( PT INKA, 2017)

3. Pada proses pengelasan  sidewall   kereta raillink soetta  dilakukan proses  pengelasan  spot welding, yaitu  pada area yang tidak terjangkau  pengelasan GMAW   maupun GTAW , dengan memberikan tekanan dan  panas terhadap material agar menyatu sebelum di lakukan full las.

Gambar 5.5 Mesin Spot Welding  ( PT INKA, 2017)

5.2 Tahap Persiapan Produksi

Dalam setiap proses pengelasan mengacu pada ASME AWS D1.1 - Structural Welding Code Standart. Welding Procedure Specification (WPS) atau spesifikasi  prosedur las merupakan prosedur tertulis tentang pengelasan yang sudah terkualifikasi untuk memberikan arahan dalam membuat pengelasan produksi ( production weld ) sesuai dengan persyaratan dari standar yang dipakai.  Procedure

Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang

Qualification Record (PQR) atau rekaman kualifikasi prosedur adalah rekaman dari data pengelasan yang digunakan untuk mengelas dengan menggunakan test coupon yang digunakan dalam kualifikasi WPS . PQR juga berisi hasil pengetesan dari spesimen yang diuji. Dari kedua hasil inilah WP  dapat dibuat.

Dalam dokumen Laporan KP Masteran (Halaman 63-77)

Dokumen terkait