4.2. Karakteristik Pedagang Ternak Sapi Kurban di Kota Jambi
4.2.3. Lama Berdagang Ternak Sapi Kurban di Kota Jambi
Lama usaha merupakan lamanya pedagang berkarya pada usaha perdagangan yang sedang dijalani saat ini. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa pedagang ternak sapi kurban di Kota Jambi cukup tinggi pengalamannya dalam hal berdagang yaitu terbukti dari 6 pedagang 54,54% mempunyai pengalaman 10-20 tahun, 18,18% berpengalaman berdagang lebih dari 30 tahun, dan 9,10% berpengalaman 20-30 tahun, dan 18,18% pedagang mempunyai pengalaman kurang dari 10 tahun.
Tabel.2. Lama Berdagang ternak sapi kurban di Kota Jambi
No Tingkat Pendidikan Pedagang (Orang) Persentase (%)
1 < 10 2 18,18
2 10-20 6 54,54
3 20-30 1 9,10
4 >30 2 18,18
Jumlah 11 100,00
Lamanya suatu usaha dapat menimbulkan pengalaman seorang peternak dalam memelihara ternaknya dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam usahanya, karena semakin lama pengalamannya, maka pengetahuan yang diperoleh tentang seluk beluk pemeliharaan ternak semakin banyak dan semakin banyak
22 pengalaman maka semakin mudah menghadapi masalah yang dihadapi. Usaha pedagang ternak sapi kurban pada umumnya merupakan usaha yang dijalankan secara turun menurun dan bersifat stastis, mereka mendapatkan pengalaman beternak sejak kecil dari orang tua maupun lingkungan sekitarnya. Pengalaman merupakan faktor penentu maju mundurnya kegiatan usaha (Luanmase dkk., 2011). Soekartawi (2002), menambahkan peternak yang lebih berpengalaman akan lebih cepat menyerap inovasi teknologi dibanding dengan peternak yang belum atau kurang berpengalaman. Pengalaman usaha, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pedagang.
4.3. Jumlah Penjualan Ternak Sapi Kurban di Kota Jambi Tahun 2018-2022 Jumlah penjualan dapat dipengaruhi oleh kondisi pasar di wilayah tersebut, kondisi pasar seperti penawaran dan permintaan, dan faktor lain seperti terjadinya kondisi yang dapat mempengaruhi perekonomian. penjualan hewan qurban selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun karena adanya pandemi Covid-19 penjualan tersebut berubah, dikarenakan adanya perubahan pada kondisi social ekonomi dan kesehatan pada peternak yang terdampak Covid-19. Rosmaini dkk (2020) berpendapat bahwa adanya Pandemi Covid-19 menyebebkan kesulitan untuk mengembalakan ternak, mencari pakan ternak, melakukan transaksi jual beli. Faktor lain yaitu adanya Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang ternak sapi penyakit ini dapat menyebar dengan cepat sehingga dapat menghambat jual beli ternak sapi akibat adanya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Menurut pendapat Resolinda Harly dkk (2022) dengan adanya pandemi Covid-19 telah menyebabkan perekonomian menjadi terganggu pembatasan pergerakan masyarakat dilakukan dan peternak sulit melakukan transaksi jual beli.
Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit mamalia yang paling menular dan memiliki potensi besar untuk menyebabkan kerugian ekonomi dan dampak sosial yang parah pada peternak, penyakit ini ditandai dengan adanya pembentukan vesikel atau lepuh dan erosi di mulut, lidah, gusi, nostril, puting, dan di kulit sekitar kuku, Penularan penyakit PMK melalui pernafasan, dapat tersebar melalui angin, lalu-lintas bahan-bahan makanan, ternak, vaksin yang tercemar virus PMK, dan melalui reproduksi, Gejala klinis yang ditimbulkan dapat bervariasi tergantung galur virus PMK yang menyerang, jumlah virus, umur dan jenis breed hewan, host dan derajat kekebalan dari host. Gejala bervariasi dari
23 yang ringan sampai yang tidak tampak (subklinis) dan bahkan sampai berat. Pada sapi terjadi demam (pyrexia), tidak mau makan (anoreksia), gemetar, pengurangan produksi susu selama 2-3 hari, terjadi lepuh-lepuh yang terbentuk di dalam mulut.
(Ditjen PKH, 2019).
Grafik.2. Jumlah dan Perubahan Ternak Sapi Kurban yang Terjual pada Tahun 2018-2022 di Kota Jambi.
Pada Grafik 2. Kota Jambi memiliki data penjualan para pedagang ternak sapi kurban dengan jumlah ternak sapi kurban pada tahun 2018 sampai 2022 mengalami perubahan dengan rata-rata pertahun sebesar 8,64%. Pada tahun 2018 jumlah ternak sapi yang terjual untuk hari Raya Idul Adha sebanyak 1.161 ekor kemudian pada tahun 2019 jumlah ternak sapi meningkat menjadi 1.318 ekor. Peningkatan ini terjadi karna membaiknya perekonomian di Kota Jambi dan juga permintaan yang cukup besar dipasaran, terjadi perubahan sebanyak 13,52% pada tahun 2019 merupakan kondisi sebelum terjadinya pandemi.
Pada tahun 2020 saat memasuki awal pandemi terjadi penurunan jumlah penjualan yang cukup tajam, jumlah penjulan ternak sapi yang terjual hanya 804 ekor dimana jumlah penjualan terjadi penurunan sebesar -39,00%, penurunan jumlah penjualan ternak sapi kurban di Kota Jambi dikarnakan kondisi perekonomian masyarakat ditengah pandemi Covid-19. Akibat pandemi Covid-19 ini banyak pekerja yang terkena PHK dan banyak usaha yang harus ditutup karena
1161
1318
804 722
872
0
13.52
-39.00
-10.20
20.78
-80 -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 80
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
2018 2019 2020 2021 2022
Presentase perubahan %
Tahun
Jumlah Penjualan Ternak Sapi Kurban di Kota Jambi Pada Tahun 2018-2022
Jumlah (ekor) perubahan (%)
24 adanya pembatasan sosial dari pemerintah. Selain itu, wabah pandemi Covid-19 ini juga berdampak pada pendapatan petani akibat tidak stabilnya harga komoditi pertanian/perkebunan yang mereka miliki. Kondisi ini tentu akan berdampak pada pendapatan yang diterima masyarakat, dimana ketika pendapatan menurun maka masyarakat akan sulit untuk membeli hewan kurban dan permintaan akan hewan kurban menjadi menurun hal ini terjadi pada masa saat awal pandemi Covid-19. Hal ini seperti yang dinyatakan Yulia dkk (2015), Penyebab terjadinya penurunan jumlah penjualan ternak sapi kurban yaitu penurunan daya beli yang disebabkan adanya penurunan pendapatan bagi sektor produktif. Disisi lain, sulitnya melakukan pengiriman ternak ke luar kota dikarenakan adanya PSBB (pembatasan sosial berskala besar) sehingga penjualan ternak terbatas, adanya kebijakan pemerintah berkaitan dengan Pendemi Covid-19 berdampak terhadap banyaknya tenaga kerja yang di PHK.
Kemudian pada tahun 2021 pada saat pandemi dan masih terjadi penurunan jumlah penjualan ternak sapi kurban menjadi 722 ekor dengan persentase perubahan lebih sedikit dari tahun sebelumnya yaitu -10,20%. Kondisi ini diduga karena masih adanya pandemi dan gelombang kedua Covid-19 yang memaksa pemerintah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat. Namun pada tahun 2022 pada saat pandemi dan saat PMK penjualan ternak sapi kurban sebanyak 872 ekor terjadi peningkatan perubahan sebesar 20,78%, namun tidak terlalu besar dikarenakan adanya penyakit PMK (penyakit mulut dan kuku). Penyakit mulut dan kuku (PMK) menular dengan cepat. Virus masuk ke dalam tubuh hewan melalui mulut atau hidung dan virus memperbanyak diri pada sel-sel epitel di daerah mulut dan kaki (teracak kaki) mengakibatkan luka/lepuh.
Penularan PMK dari hewan sakit ke hewan lain yang peka dapat terjadi dengan dua cara yaitu secara langsung dan secara tidak langsung dengan hewan sakit, kontak dengan air liur dan leleran hidung dan bahan-bahan yang terkontaminasi virus PMK, serta hewan karier. Sedangkan penularan secara langsung terjadi karena kontak dengan bahan/alat yang terkontaminasi virus PMK, seperti petugas, kendaraan, pakan ternak, produk ternak berupa susu, daging (Pramita dan Khofifah, 2022).
25 4.4. Harga Ternak Sapi Kurban di Kota Jambi Tahun 2018-2022
Harga ternak sapi kurban yang dijual oleh pedagang sapi kurban di Kota Jambi bervariasi. Pedagang akan menentukan harga yang tinggi apabila ternak sapi yang dijual mempunyai kualitas yang bagus didasarkan dengan cara melihat dari umur, ukuran badan, dan taksiran bobot daging. Untuk hasil yang diperoleh harga jual ternak sapi kurban di Kota Jambi berdasarkan taksiran bobot daging dibagi dalam 5 kelompok yaitu harga dengan taksiran bobot daging 60 kg, 70 kg, 80 kg, 90 kg dan 100 kg. Taksiran bobot daging yang dimiliki ternak tersebut berkaitan dengan bobot dari ternak sapi kurban itu sendiri. Menurut Sembada dkk (2021) terdapat tiga faktor yang dijadikan pertimbangan utama antara lain: bobot badan, kesehatan hewan, dan harga yang kompetitif.