• Tidak ada hasil yang ditemukan

35 pasar. Adapun tindakan perusahaan di dalam pasar, ia tidak akan menimbulkan perubahan ke atas harga pasar yang berlaku. Kedua: Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk pasar. Sekiranya perusahaan mengalami kerugian dan ingin meningalkan industri tersebut, ia dapat dengan mudah untuk keluar dari pasar.

Sebaliknya jika ada produsen yan ingin masuk ke dalam industri, produsen tersebut dapat denan mudah untuk melakukan kegiatan yang diinginkannya tersebut.

Ketiga: Menghasilkan barang serupa. Barang yang dihasilkan oleh produsen sangat sama atau serupa. Tidak ada perbedaan yang nyata di antara baran yang dihasilkan suatu perusahaan dengan baran hasil produksi perusahaan lain. Sebagai akibat dari sifat ini yakni tidak ada gunanya kepada perusahaan-perusahaan untuk melakukan persaingan yang berbentuk persaingan bukan harga, karena hal tersebut tidak efektif untuk menaikkan penjualan mengingat para konsumen sudah mengetahui bahwa barang-barang yang dijual dalam industri tersebut antar produsen tidak ada bedanya sama sekali.

Keempat; Terdapat banyak perusahaan dipasar. Sifat inilah yang menyebabkan perusahaan tidak mempunyai kekuasaan untuk mengubah harga.

Sifat ini ada dua aspek, yang pertama yakni jumlah perusahaan sangat banyak dan yang kedua yakni masing-masing perusahaan relatif kecil jika dibandingkan dengan keseluruhan jumlah perusahaan di dalam pasar. Hal ini berakibat pada produksi setiap perusahaan adalah sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah produksi dalam industri tersebut. Kelima; Pembeli mengetahui pengetahuan sempurna tentang pasar. Dalam pasar persaingan sempurna dimisalkan jumlah pembeli sangat banyak. Namun demikian dimisalkan pula bahwa masing-masing pembeli memiliki pengetahuan yang sempurna mengenai keadaan pasar. Hal tersebut berakibat pada para produsen tidak dapat menjual barangnya dengan harga yang lebih tinggi dari yang berlaku di pasar.

36 kenormalan distribusi data. Uji paramaterik menggunakan asumsi data berdistribusi normal sedangkan uji non parametrik tidak perlu memenuhi syarat normal distribusi data. Menurut Sugiyono (2015) menyatakan bahwa bila suatu data tidak normal, maka statistik parametrik tidak dapat digunakan, untuk itu perlu digunakan statistik nonparametrik. Tetapi perlu diketahui bahwa hal yang menyebabkan tidak normal, misalnya terdapat kesalahan instrument dan pengumpulan data maka dapat mengakibatkan data yang diperoleh menjadi tidak normal.

Berdasarkan hasil Uji Normalitas yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel dibawah Distribusi data ternak sapi kurban di Kota Jambi menggunakan Uji Shapiro-Wilk karena data per variabel <50 sehingga lebih cocok di gunakan uji ini. Berdasarkan keputusan Uji Normalitas harga ternak sapi kurban dengan taksiran bobot daging 60 kg dan bobot daging 70 kg terdapat distribusi normal pada taraf 5% (P < 0,05). Harga ternak sapi kurban dengan harga ternak sapi kurban dengan taksiran bobot daging 80 kg terdapat distribusi tidak normal pada taraf 5% (P > 0,05). Harga ternak sapi kurban dengan taksiran bobot daging 90 kg, Harga ternak sapi kurban dengan taksiran bobot daging 100 kg terdapat distribusi tidak normal pada taraf 5% (P < 0,05).

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Ternak Sapi Kurban di Kota Jambi

Uji Normalitas Distribusi Data

Keterangan No Variabel Yang Diuji Uji Kolmogorov-

Smirnov

Uji Shapiro- Wilk 1. Perubahan jumlah penjualan

ternak sapi kurban

0,091 0,025* Tidak Normal 2. Perubahan harga ternak sapi

kurban bobot daging 60 kg

0,200 0,233 Normal

3. Perubahan harga ternak sapi kurban bobot daging 70 kg

0,114 0,257 Normal

4. Perubahan harga ternak sapi kurban bobot daging 80 kg

0,148 0,005* Tidak Normal 5. Perubahan harga ternak sapi

kurban bobot daging 90 kg

0,000 0,000* Tidak Normal 6. Perubahan harga ternak sapi

kurban bobot daging 100 kg

0,200 0,026* Tidak Normal Karena hasil pengujian diatas memiliki distribusi data yang tidak normal sehingga untuk melanjutkan uji melihat perbedaan data yang diperoleh dapat menggunakan uji non parametrik yaitu Uji Kruskal Wallis dan dilanjutkan dengan Uji Post Hoc dengan Uji Mann Whitney. Uji statistik nonparametrik merupakan suatu uji statistik yang tidak memerlukan adanya asumsi - asumsi mengenai

37 sebaran data populasi. Uji statistik ini disebut juga sebagai statistik bebas sebaran (distribution free). Statistik nonparametrik tidak mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi berdistribusi normal. Statistik nonparametrik dapat digunakan untuk menganalisis data yang berskala nominal atau ordinal karena pada umumnya data berjenis nominal dan ordinal tidak menyebar normal (Jamco dan Balami, 2022).

4.6.1. Analisis Perbedaan perubahan Jumlah dan Harga Ternak Sapi Kurban Hasil dari Uji Normalitas Distribusi Data menunjukkan bahwa variabel data yang diuji berdistribusi tidak normal maka dilanjutkan dengan Uji Perbedaan menggunakan Uji Non Parametrik. Menurut Jamco dan Balami (2022) Uji Statistik Non Parametrik merupakan suatu uji statistik yang tidak memerlukan adanya asumsi - asumsi mengenai sebaran data populasi. Statistik nonparametrik tidak mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi berdistribusi normal.

Uji Perbedaan dilakukan dengan Uji Non Parametrik menggunakan Uji Kruskal Wallis dan dilanjutkan dengan Uji Post Hoc menggunakan Uji Mann Whitney. Uji Kruskal Wallis digunakan untuk mengetahui perbedaan dalam seluruh kondisi yang terjadi. Sedangkan Uji Mann Whitney digunakan sebagai Uji Post Hoc agar mengetahui perbedaan lebih detail variabel yang diuji dengan membandingkan antar dua kondisi yang terjadi.

Tabel 5. Hasil Uji Perbedaan Perubahan Jumlah Penjualan Ternak Sapi Kurban di Kota Jambi

No

Uji Yang Dilakukan

Hasil uji pada perubahan jumlah penjualanternak sapi kurban di Kota Jambi

1.

Uji Kruskal Wallis

0.000*

2.

Uji Mann Whitney

Sebelum Pandemi dengan

Awal Pandemi 0.000*

Sebelum Pandemi dengan

Saat Pandemi 0.037*

Sebelum Pandemi dengan

Saat Pandemi dan PMK 0.365

Awal Pandemi dengan

Saat Pandemi 0.001*

Awal Pandemi dengan

Saat Pandemi dan PMK 0.004*

Saat pandemi dengan Saat

Pandemi dan PMK 0.059

Keterangan : * signifikan 5% (P<0,05)

Berdasarkan hasil di atas variabel jumlah ternak sapi kurban yang terjual di Kota Jambi pada Uji Kruskal Wallis untuk jumlah terdapat perbedaan signifikan

38 pada taraf 5% (P < 0,05). dari hasil Uji Kruskal Wallis dilanjutkan dengan melihat Uji Mann Whitney pada sebelum pandemi dengan awal pandemi terdapat perbedaan signifikan pada taraf 5% (P > 0,05) dimana penjualan sebelum pandemi lebih banyak dari awal pandemi. Pada Sebelum Pandemi dan Saat Pandemi terdapat perbedaan signifikan dimana penjualan sebelum pandemi masih lebih banyak dibandingkan dengan saat pandemi. dan sebelum pandemi dengan saat PMK tidak terdapat perbedaan signifikan pada taraf 5% (P > 0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan pada jumlah ternak sapi yang dijual pada saat PMK.

Pada kondisi awal pandemi dengan saat pandemi dan awal pandemi dengan saat PMK terdapat perbedaan signifikan pada taraf 5% (P < 0,05) dimana jumlah ternak sapi yang dijual terdapat perbedaan jumlah ternak sapi yang dijual pada saat kondisi PMK. Saat pandemi dan saat PMK tidak terdapat perbedaan signifikan pada taraf 5% (P > 0,05) karna pada saat kondisi pandemi pembelian ternak sapi kurban tidak jauh berbeda pada saat PMK.

Tabel. 6. Hasil Uji Perbedaan Perubahan Harga Jual Ternak Sapi Kurban Dengan Taksiran Bobot Daging di Kota Jambi

No Uji yang dilakukan

Hasil uji pada perubahan harga ternak sapi kurban berdasarkan taksiran bobot daging

60 Kg 70 Kg 80 Kg 90 Kg 100 Kg 1. Uji Kruskal Wallis 0.001* 0.093* 0.000* 0.131 0.000*

2. Uji Mann Whitney

Sebelum Pandemi dengan Awal Pandemi

0.512 0.072* 0.001* 0.557 0.002*

Sebelum Pandemi dengan Saat Pandemi

0.316 0.379 0.000* 0.449 0.000*

Sebelum Pandemi dengan Saat Pandemi dan PMK

0.002* 0.519 0.000* 0.562 0.000*

Awal Pandemi dengan Saat Pandemi

0.017* 0.025* 0.674 0.030* 0.974 Awal Pandemi dengan

Saat Pandemi dan PMK

0.000* 0.349 0.512 0.512 0.029*

Saat pandemi dengan Saat Pandemi dan PMK

0.011* 0.151 0.069* 0.032* 0.001*

Keterangan : * Signifikan 5% (P<0,05)

Pada harga dengan taksiran bobot daging 60 kg pada sebelum pandemi dengan awal pandemi dan Pada Sebelum Pandemi dan Saat Pandemi tidak terdapat perbedaan signifikan pada taraf 5% (P > 0,05) dimana sebelum pandemi dengan awal pandemi dan sebelum pandemi dengan saat pandemi pada kondisi tersebut tidak terdapat perbedaan perubahan harga yang signifikan. Pada harga dengan taksiran bobot daging 70 kg sebelum pandemi dengan saat sandemi, sebelum pandemi dengan saat pandemi dan PMK dan awal pandemi dengan saat pandemi dan PMK tidak terdapat signifikan pada taraf 5% (P > 0,05) dimana pada hasil ujinya tidak terdapat perbedaan perubahan

39 harga tersebut masih sama dari kondisi sebelumnya.

Pada harga dengan taksiran bobot daging 80 kg awal pandemi dengan saat pandemi, Awal pandemi dan saat PMK tidak terdapat perbedaan signifikan pada taraf 5% (P>0,05) dimana pada hasil ujinya perubahan harga tersebut tidak jauh berbeda.

Pada harga dengan taksiran bobot daging 90 kg sebelum pandemi dengan awal pandemi, sebelum pandemi dengan saat pandemi, sebelum pandemi dengan saat PMK dan Awal pandemi dan saat PMK tidak terdapat perebedaan signifikan pada taraf 5%

(P>0,05) dimana pada hasil ujinya yang berarti tidak terdapat perbedaan perubahan harga tersebut sama. Pada harga dengan taksiran bobot daging 100 kg Awal pandemi dengan saat pandemi tidak terdapat perebedaan signifikan pada taraf 5% (P>0,05) dimana tidak terdapat perbedaan perubahan harga jual ternak sapi kurban masih sama.

40 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian analisis ternak sapi kurban berdasarkan konsentrasi penjual di Kota Jambi adalah :

1. Jumlah ternak sapi kurban yang terjual oleh pedagang ternak sapi di Kota Jambi periode sebelum Pandemi Covid-19 pada tahun 2018 sebanyak 1.161 ekor mengalami kenaikan menjadi 1.318 ekor dengan perubahan 13.52%. Periode masa Pandemi Covid-19 (2020-2022) mengalami penurunan menjadi 872 ekor dengan persentase perubahan 20,78%

2. Harga jual ternak sapi kurban di Kota Jambi antara bobot daging 60 kg dan bobot daging 70 kg sampai 100 kg terjadi perbedaan. Bobot daging 60 kg dan bobot daging 70 kg paling tinggi terjadi pada saat pandemi dan saat PMK sedangkan bobot daging 80 kg sampai 100 kg paling tinggi terjadi pada saat sebelum pandemi hal ini disebabkan karena harga bobot daging 60 dan 70 kg lebih murah dibandingkan bobot daging 80 kg sampai 100 kg.

3. Struktur pasar ternak sapi kurban di Kota Jambi berdasarkan konsentrasi pembeli yang diperoleh dari Indeks Hirschman Herfindahl (IHH) mengarah pada pasar persaingan murni dan CR4 (Concentration ratio for biggest four) maka diketahui bahwa struktur pasar ternak sapi kurban di Kota Jambi termasuk pasar persaingan sempurna (kompetitif) atau persaingan monopolistik.

Dokumen terkait