• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan Filosofi Pembelajaran Praktik Online

LANDASAN TEORI

8. Landasan Filosofi Pembelajaran Praktik Online

Suatu model pembelajaran, secara hirarkis merupakan derivat dari kurikulum yang disusun berlandasakan hasil-hasil pembaharuan (reform) terkini dalam bidang pendidikan. Oleh sebab itu, pembahasan landasan filosofi dari model pembelajaran praktik online ini, akan lebih bermakna jika diawali dengan pembahasan tentang filosofi pendidikan yang mendasari penyusunan kurikulum.

a. Filosofi Pendidikan Kontemporer

Filosofi pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam suatu pengembangan kurikulum. Dalam Phylosophy as a Basis for Curriculum

Decisions¸ McCutcheon (1995: 11-12) menyebutkan bahwa filosofi pendidikan

bagi perancang kurikulum merefleksikan pengalaman hidup, pikiran, latar belakang sosial dan ekonomi, pendidikan dan pandangannya tentang manusia. Selanjutnya disebutkan bahwa salah satu fungsi dari filosofi pendidikan adalah sebagai basis dari langkah awal pengembangan kurikulum. Dengan demikian, pandangan filosofi yang dianut oleh perancang kurikulum sangat mempengaruhi orientasi dan karakter dari kurikulum yang dibangunnya.

126

Selanjutnya, McCutcheon (1995: 13) menyebutkan pula bahwa, saat ini terdapat empat aliran utama dalam filosofi pendidikan yakni perennialism,

essentialism, progressivism dan reconstructionism. Perennialism menggunakan

basis filosofi realism dengan tujuan mendidik orang agar dapat berpikir rasional dan dapat mengolah intelektualitasnya. Menurut filosofi ini, pengetahuan merupakan fakta-fakta yang bersifat permanen/abadi, dan berpusat pada studi masa lalu. Dalam pengajaran, filosofi ini memandang bahwa guru harus: (1) membantu siswa berpikir rasional; (2) berinteraksi menggunakan metode Sokrates dan oral; serta (3) memberikan pengajaran secara eksplisit untuk nilai-nilai tradisional. Kurikulum yang dihasilkan dengan landasan ini memiliki orientasi klasikal, analisis teks, dan konstan.

Essentialism menggunakan basis filosofi idealism dan realism serta

bertujuan mendorong pertumbuhan intelektual ke arah tercapainya kompetensi seseorang. Dalam pandangan filosofi ini, pengetahuan yang disampaikan berupa keterampilan pokok dan hal-hal yang bersifat akademik, serta menekankan pada penguasaan konsep dan prinsip dari materi yang dipelajari. Dalam aturan mengajar, filosofi ini berpandangan bahwa guru adalah pemegang otoritas dalam bidangnya dan pengajaran nilai-nilai tradisional dilakukan secara eksplisit. Kurikulum yang dihasilkan melalui landasan filosofi ini berorientasi pada pembentukan keterampilan dan pencapaian terhadap pelajaran pokok (bahasa, aritmetika, sains, dan sejarah).

Progressivism merupakan filosofi dengan dasar pragmatism, yang

memiliki tujuan mendorong kehidupan sosial yang demokratis. Filosofi ini berpandangan bahwa pengetahuan yang diperoleh: (1) digunakan untuk

127

mendukung pertumbuhan dan perkembangan siswa; (2) merupakan keterampilan proses belajar hidup; dan (3) merupakan hasil dari proses belajar aktif. Dalam filosofi ini, guru merupakan pemandu dalam penyelesaian masalah dan proses penyelidikan (inkuiri) ilmiah. Kurikulum yang dihasilkan melalui dasar ini, berfokus pada minat siswa, melibatkan urusan dan masalah-masalah manusia, melibatkan pelajaran-pelajaran pokok yang bersifat interdisipliner dan menggunakan proyek sebagai bentuk aktivitas belajar.

Sedangkan reconstructionism adalah filosofi pendidikan dengan dasar

pragmatism yang bertujuan memperbaiki dan merekonstruksi masyarakat untuk

perubahan dan pembaharuan sosial. Dalam pandangan filosofi ini, pengetahuan yang diperoleh merupakan keterampilan-keterampilan dan hal-hal yang dibutuhkan untuk mengenal dan menyelesaikan masalah-masalah yang berkembang di masyarakat. Selain itu, filosofi ini juga berpandangan bahwa belajar adalah proses aktif yang peduli terhadap masyarakat terkini dan masa depan. Dalam pengajaran, paham ini berpandangan bahwa guru adalah agen perubahan dan pembaharuan, bertindak sebagai pengarah dalam proyek-proyek siswa dan sekaligus sebagai leader dalam kegiatan penelitian bersama, membantu siswa membangkitkan kepedulian terhadap problem-problem yang dihadapi manusia. Kurikulum yang dihasilkan melalui landasan ini menekankan pada ilmu sosial dan metode penelitian sosial; penilaian masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik; berpusat pada trend sekarang dan masa depan; serta masalah-masalah rasional dan internasional.

Selanjutnya, McCutcheon (1995: 15) mengelompokkan keempat aliran utama filosofi pendidikan tersebut ke dalam dua kelompok besar yakni filosofi

128

tradisional dan filosofi kontemporer. Filosofi yang masuk dalam kelompok tradisional adalah perennialism dan essentialism, sementara filosofi progressivism dan reconstructionism masuk ke dalam kategori filosofi kontemporer.

Dengan memperhatikan pembagian tersebut, dalam perancangan kurikulum pendidikan saat ini, perlu dilakukan perubahan landasan dari filosofi tradisional berbasis paham perennialism dan essentialism menuju ke filosofi kontemporer berbasis paham progressivism dan reconstructionism. Perubahan landasan filosofi ini menjadi sangat penting dan perlu dilakukan mengingat masyarakat saat ini tumbuh dan berubah menuju tatanan masyarakat global yang sangat dinamis, sehingga dibutuhkan kurikulum yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut.

Pandangan filosofi kontemporer yang menganggap bahwa pendidikan itu: (1) tumbuh berbasis pada perubahan masyarakat; (2) merupakan rekontruksi pengalaman sekarang; dan (3) peduli dengan masa depan serta cara membentuknya, telah menguatkan bahwa aliran filosofi ini sangat sesuai sebagai landasan pengembangan kurikulum bagi masyarakat modern, yakni masyarakat yang mengalami perubahan sangat cepat karena proses penyesuaian diri yang harus dilakukan terhadap masalah-masalah kompleks yang dihadapi.

Dibandingkan dengan filosofi tradisional yang menganggap bahwa proses pendidikan sekedar instruksi satu arah dari guru ke siswa, filosofi kontemporer memandang pendidikan sebagai proses belajar mandiri yang kreatif dan proses aktif dalam rekontruksi pengetahuan sehingga lebih sesuai dengan karakteristik masyarakat modern yang menurut Griffin (2005: 18) cenderung memiliki sifat independen dan bebas.

129

Berbeda dengan filosofi tradisional yang menganggap bahwa belajar adalah proses kognitif dalam memperoleh pengetahuan/kompetensi dari suatu bidang ilmu, filosofi kontemporer memandang bahwa belajar adalah pemberian makna terhadap pengalaman dan keterlibatan aktif di dalam pembaharuan. Pandangan filosofi kontemporer terhadap proses belajar ini, telah menguatkan juga bahwa filosofi ini memang sangat tepat digunakan sebagai landasan pengembangan kurikulum modern, mengingat sifat masyarakat modern, menurut Griffin (2005: 25), adalah cenderung mengalami transisi dari sifat komunitas berbasis tradisi ke sifat agregatif berbasis perhitungan rasional.

b. Model Pengajaran Kontemporer

Penggunaan filosofi pendidikan kontemporer sebagai landasan pengembangan kurikulum modern akan menuntut perlunya pengembangan model-model pengajaran kontemporer. Joyce, Weil & Calhoun (2008: 25) membagi model-model pengajaran kontemporer ke dalam empat kategori yakni pemrosesan informasi, sosial, personal, dan sistem perilaku. Model-model pengajaran dalam kategori pemrosesan informasi meliputi: berpikir induktif (inductive thinking), pencapaian konsep (concept attainment), the picture-word

inductive model atau PWIM, inkuiri ilmiah (scientific inquiry), pelatihan inkuiri

(inquiry training), mnemonics, synectics dan advance organizers.

Untuk kategori sosial, model-model pengajaran yang terkandung di dalamnya meliputi: (1) pasangan dalam belajar (partner in learning) yang terdiri atas ketergantungan positif (positive interdependence) dan inkuiri terstruktur; (2) investigasi kelompok; (3) bermain peran; dan (4) inkuiri yurisprudensi.

130

Selanjutnya, model-model pengajaran yang termasuk dalam kategori personal

terdiri atas: (1) pengajaran tidak langsung (nondirective teaching), dan (2) peningkatan harga diri (enhancing self-esteem). Sedangkan model-model

pengajaran dalam kategori sistem perilaku terdiri atas: mastery learning, direct

instruction, simulation, social learning dan programmed schedule.

Dari sisi kategori pemrosesan informasi, penggunaan model pengajaran berpikir induktif dan inkuiri dalam pembelajaran praktik online sangat tepat, mengingat kedua model tersebut inline dengan filosofi kontemporer yang melandasi kurikulum modern, yakni pandangan bahwa belajar merupakan rekonstruksi pengalaman dan proses mandiri yang kreatif. Dalam hal ini rekonstruksi pengalaman dapat dimaknai sebagai proses berpikir induktif, sedangkan proses mandiri kreatif sesungguhnya merupakan langkah-langkah penyelidikan (inkuiri) untuk tujuan rekonstruksi pengetahuan oleh siswa.

Pada sisi lain, implementasi model pengajaran berpikir induktif dan inkuiri dalam pembelajaran praktik online, dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam menggali pengetahuan, karena melalui keduanya, proses rekonstruksi pengetahuan dapat berlangsung sesuai kebutuhan siswa, kegiatan praktik menjadi menarik karena dirancang dan dilaksanakan sendiri sesuai kemampuan siswa, dan dapat melatih siswa dalam penyelidikan-penyelidikan ilmiah.

Ditinjau dari kategori sosial, implementasi pembelajaran praktik online menggunakan model pengajaran pasangan dalam belajar (partner in learning) khususnya jenis investigasi kelompok sangat tepat, karena model ini memiliki potensi menumbuhkan kerja kolaborasi dalam kelompok belajar yang merupakan salah satu strategi yang efektif untuk mendukung metode inkuiri.

131

Selanjutnya dapat dikemukakan bahwa dari sisi kategori personal, pemilihan nondirective teaching sebagai model dalam pengajaran online akan memberikan situasi-situasi yang mendorong siswa memiliki kebebasan untuk menjalankan peran sesuai tujuan pengajaran yang ditetapkan. Dalam hal ini guru tidak secara langsung terlibat dalam pengajaran melainkan hanya membantu siswa dalam menjalankan perannya, sehingga sesuai dengan filosofi pendidikan kontemporer khususnya paham progressivism yang memandang bahwa dalam pengajaran guru hanya berperan sebagai pemandu. Pada sisi lain, komplementasi antara model nondirective teaching dengan model berpikir induktif akan menumbuhkan situasi-situasi yang dibutuhkan oleh pengajaran inkuiri agar dapat berjalan secara efektif dalam mencapai tujuannya.

Sedangkan dari sisi kategori sistem perilaku, model pengajaran simulasi sangat tepat digunakan dalam pembelajaran praktik online. Pada satu sisi, model simulasi menyediakan berbagai pengalaman dari berbagai sistem perilaku yang dapat digunakan siswa sebagai sumber pengetahuan yang digalinya, seperti tuntutan yang diberikan oleh filosofi kontemporer. Pada sisi lain, model simulasi dalam pembelajaran online dapat diimplementasikan secara mudah menggunakan perangkat lunak komputer.

c. Teori Belajar Konstruktivisme

Implikasi lain dari penerapan filsosofi pendidikan kontemporer sebagai landasan pengembangan kurikulum, adalah perlunya penggunaan teori-teori belajar yang sesuai dengan tuntutan implementasi kurikulum modern tersebut ke dalam desain proses belajar siswa. Pada paruh pertama abad ke-20 bidang-bidang

132

disain dan teknologi pendidikan didominasi oleh teori belajar behaviorism (Scels & Richey, 1994 dalam Bolliger, 2006: 119), namun saat ini, menurut Bangert (2004) yang dikutip oleh Masson & Rennie (2006: xviii), sebagian besar dari disain pembelajaran yang melibatkan teknologi komunikasi dan informasi seperti

web-based education, termasuk di dalamnya E-Learning, dikembangkan dan

diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada di dalam teori belajar konstruktivisme.