• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

6. Pembelajaran Blended

Seperti telah dikemukakan di atas, pembelajaran blended dapat menjadi alternatif implementasi pembelajaran praktik menggunakan simulator, mengingat pembelajaran ini mampu mengurangi kelemahan-kelemahan pada pembelajaran

E-Learning yang bersifat online. Melalui pembelajaran blended,

106

maupun masalah-masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran praktik

online dapat diberikan dan diselesaikan melalui kegiatan tatap muka.

a. Definisi Pembelajaran Blended

Pada awalnya, pembelajaran blended didefinisikan sebagai kombinasi berbagai media penyampaian dan pada sisi lain didefinisikan pula sebagai kombinasi berbagai metode dalam pembelajaran. Namun, kedua definisi tersebut menurut pandangan Graham (2006: 4) menimbulkan perdebatan antara pengertian media dan metode dalam pembelajaran sehingga definisinya diubah menjadi kombinasi pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran dimediasi komputer. Sementara itu, Masson & Rennie (2006: xvii) mendefinisikan pembelajaran blended sebagai gabungan antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran jarak jauh dan E-Learning. Dengan memperhatikan berbagai definisi tersebut, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran blended merupakan kombinasi antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran dimediasi komputer termasuk di dalamnya pembelajaran jarak jauh dan E-Learning. Saat ini, pembelajaran blended banyak digunakan untuk memadukan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online.

b. Alasan Pemilihan Pembelajaran Blended

Graham, Allen, dan Ure (2003, 2005) menemukan sekurang-kurangnya tiga hal yang menjadi alasan kuat penggunaan pembelajaran blended yakni mampu (1) meningkatkan aspek pedagogis, (2) meningkatkan fleksibilitas dan akses siswa terhadap proses pembelajaran maupun sumber-sumber belajar, serta (3) meningkatkan efisiensi pembiayaan (Graham, 2006: 8).

107

Peningkatan aspek pedagogis dari pemanfaatan pembelajaran blended dapat dilihat dari kenyataan bahwa hampir sebagian besar pembelajaran tatap muka di perguruan tinggi diselenggarakan dengan strategi transmisi pengetahuan satu arah yang menyebabkan pembelajaran berpusat hanya pada dosen dan mahasiswa menjadi kurang aktif. Pada sisi lain terjadi hal sebaliknya, pembelajaran online mengarahkan mahasiswa belajar berbagai materi yang sangat padat secara mandiri sehingga kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi tidak segera dapat memperoleh penyelesaiannya. Pembelajaran blended mendekatkan dua keadaan yang ekstrim tersebut dalam sebuah pembelajaran yang menggabungkan kegiatan tatap muka dengan online. Melalui pembelajaran

blended dapat ditingkatkan strategi pembelajaran aktif, strategi pembelajaran

peer-to-peer, strategi pembelajaran berpusat pada mahasiswa sehingga mampu

mengurangi kelemahan-kelemahan yang ada pada pembelajaran tatap muka dan

online yang diselenggarakan secara tersendiri.

Melalui pembelajaran blended juga dapat ditingkatkan aksesibilitas mahasiswa terhadap proses pembelajaran. Penyediaan akses yang luas bagi mahasiswa terhadap proses pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan pembelajaran online. Pembelajaran blended menjadikan mahasiswa dapat memperoleh situasi-situasi yang beragam di luar kondisi lingkungan online yang dapat memberi peluang untuk berinteraksi secara sosial dengan dosen maupun sesama mahasiswa. Selain itu, melalui pembelajaran

blended juga dapat diperoleh fleksibilitas yang tinggi terutama dari sisi waktu

pembelajaran yang digunakan. Kegiatan tatap muka yang terus menerus menyebabkan penggunaan waktu kurang fleksibel. Penggabungan pembelajaran

108

online khususnya jenis asinkron ke dalam pembelajaran tatap muka, menjadikan

mahasiswa dapat memanfaatkan waktu selain untuk mengikuti pembelajaran juga untuk menggali pengetahuan-pengetahuan di luar materi yang sedang dipelajarinya.

Pembelajaran blended juga dapat meningkatkan efektivitas penggunaan dana karena melibatkan pembelajaran online di dalamnya. Suatu kenyataan bahwa pembelajaran tatap muka secara penuh akan memerlukan dana yang besar apabila diselenggarakan untuk melayani jumlah peserta yang besar. Pembelajaran ini akan memerlukan tersedianya fasilitas dan sumber-sumber belajar yang bersifat fisik seperti ruangan perkuliahan, ruangan praktik, buku-buku pelajaran, dan sumber-sumber belajar bersifat fisik yang lain dengan biaya pengadaan yang besar. Penggunaan pembelajaran blended dapat mengurangi alokasi dana penyelenggaraan karena pembelajaran ini mampu menjangkau peserta dan bahkan area yang luas secara online menggunakan sumber-sumber belajar berbentuk

softcopy dan virtual yang pengadaannya lebih murah.

c. Level Pembelajaran Blended

Graham (2006: 10-12) membagi level pembelajaran blended ke dalam empat tingkatan yakni level aktivitas, level pelajaran, level program dan level kelembagaan. Selanjutnya Graham menjelaskan masing-masing level pada pembelajaran blended sebagai berikut.

Pada level aktivitas, pembelajaran blended dilakukan dengan memadukan aktivitas tatap muka dan elemen-elemen termediasi komputer saja oleh guru atau dosen. Contoh-contoh aktivitas yang termasuk ke dalam pembelajaran level ini adalah tatap muka yang digabung dengan simulasi menggunakan komputer dalam

109

membahas sebuah materi pelajaran, atau tatap muka dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk menghadirkan para ahli dari jarak jauh ke dalam ruangan kelas.

Level pembelajaran blended yang lebih tinggi dari aktivitas adalah level pelajaran. Level ini merupakan gabungan antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran lain yang dimediasi komputer. Contoh pembelajaran blended level ini adalah penyelenggaraan pembelajaran tatap muka di suatu ruang yang digabungkan dengan pembelajaran jarak jauh melalui mediasi komputer atau teknologi informasi dan komunikasi sehingga dapat diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa dari tempat lain yang berjauhan. Dalam hal ini aktivitas tatap muka dan aktivitas dimediasi komputer masing-masing merupakan bagian dari strategi terpisah yang digabungkan dalam suatu pembelajaran blended.

Pembelajaran blended pada level program merupakan pembelajaran

blended yang ditawarkan oleh sebuah program pembelajaran. Strategi blended di

perguruan tinggi umumnya menggunakan level ini yakni dengan menawarkan kepada mahasiswa dua jenis pilihan aktivitas tatap muka dan online atau tatap muka dan aktivitas dimediasi komputer lainnya yang ditentukan oleh program.

Sedangkan pembelajaran blended level kelembagaan merupakan pembelajaran yang dikembangkan oleh lembaga seperti perguruan tinggi sebagai bentuk komitmennya terhadap perbaikan layanan kepada masyarakat pengguna. Pada umumnya pembelajaran level kelembagaan ini diselenggarakan dalam bentuk gabungan antara aktivitas tatap muka dan aktivitas online dengan proporsi tertentu. Proporsi antara aktivitas tatap muka dengan aktivitas online ditentukan

110

berdasarkan kebijakan lembaga seperti pada awal dan akhir pembelajaran digunakan aktivitas tatap muka dan di antaranya digunakan aktivitas online. d. Kategori Pembelajaran Blended

Pembelajaran blended dapat dikategorikan ke dalam empat jenis yakni

enabling, enhancing, dan transforming seperti dijelaskan berikut ini (Graham,

2006: 10-12) .

Enabling adalah pembelajaran blended yang ditujukan untuk peningkatan

akses dan kenyamanan siswa dalam mengikuti suatu pembelajaran. Contoh jenis pembelajaran ini adalah pembelajaran blended untuk peningkatan fleksibilitas bagi siswa atau pembelajaran blended yang ditujukan untuk menyediakan peluang-peluang memperoleh lingkungan belajar yang sama untuk berbagai strategi yang digunakan.

Sedangkan enhancing merupakan pembelajaran blended yang mengijinkan adanya perubahan-perubahan pada aspek pedagogi tetapi tidak secara radikal dalam mengubah cara mengajar dan belajar yang terjadi. Contoh pembelajaran ini adalah pembelajaran tatap muka yang dilengkapi dengan sumber-sumber belajar online.

Transforming merupakan pembelajaran blended yang mengijinkan

dilakukannya transformasi pedagogi secara radikal. Contoh pembelajaran ini adalah model pembelajaran berbasis masalah yang merupakan gabungan dari aktivitas tatap muka dengan berbagai aktivitas dimediasi komputer yang mengarahkan siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi secara dinamis.

111