• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN KEDUA Apa Hakikat Mi’raj?

Dalam dokumen Urgensi, Hakikat, Hikmah, dan Buahnya (Halaman 34-53)

Jawabannya:

Ia merupakan perjalanan atau suluk pribadi Muhammad SAW. dalam tingkatan kesempurnaan. Ini artinya, tanda-tanda dan jejak rububiyah yang Allah perlihatkan dalam menata seluruh makh- luk lewat beragam nama dan keagungan rububi­ yah yang Dia perlihatkan lewat proses penciptaan dan pengaturan di langit setiap wilayah yang Dia hadirkan di mana setiap langit merupakan orbit agung bagi arasy rububiyah-Nya dan pusat kekua- saan uluhiyah-Nya, semua tanda-tanda agung dan jejak menakjubkan tersebut Allah tampilkan satu per satu kepada hamba pilihan tersebut.

Allah SWT. menaikkannya ke burak dan me- nempuhkannya berbagai tingkatan yang ada se- cepat kilat dari satu wilayah ke wilayah yang lain, dari satu tempat ke tempat yang lain seperti titik tempat beradarnya bulan guna diperlihatkan ke- pada rububiyah Ilahi yang terdapat di langit. Dia mempertemukan beliau dengan saudara-sauda- ranya sesama Nabi satu per satu pada kedudukan

18

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

masing-masing di langit sampai kemudian dinaik- kan kepada kedudukan sejarak dua ujung busur. Beliau mendapat kehormatan untuk berbicara dan melihat-Nya dengan rahasia keesaan agar menjadi seorang hamba yang mengumpulkan seluruh ke- sempurnaan manusia, meraih semua manifestasi Ilahi, menyaksikan semua ting katan alam, me- nyeru kekuasaan rububiyah-Nya, serta menyam- paikan segala hal yang diridhai Tuhan dengan me- nyingkap misteri alam.

Hakikat mulia ini dapat dilihat dari dua pe- rumpamaan berikut:

Perumpamaan Pertama

Seperti yang telah kami jelaskan dalam ka- limat kedua puluh empat bahwa sebagaimana penguasa memiliki beragam gelar pada berbagai wilayah kekuasaannya, beragam sifat dalam ber- bagai tingkatan rakyatnya, serta beragam nama pada tingkatan kekuasaannya. Misalnya dia me- miliki nama “penguasa yang adil” dalam wilayah pengadilan dan nama sebagai sultan pada wilayah pemerintahan, sementara ia bernama “pemimpin umum” pada wilayah kemiliteran, dan nama seba- gai khalifah dalam wilayah agama. Demikianlah, ia memiliki sejumlah nama dan gelar. Pada setiap wilayah kekuasaannya, ia memiliki kedudukan

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj?

| 19

dan jabatan sesuai de ngan takhta maknawi yang ia miliki. Pe nguasa tunggal tersebut bisa memiliki seribu nama dan gelar dalam berbagai wilayah kekuasaan dan pada sejumlah tingkatan pemerin- tahan. Artinya, ia bisa memiliki seribu takhta yang saling berbaur antara yang satu dengan yang lain. Seakan-akan ia ada dan hadir pada setiap wilayah kekuasaannya lewat sosok maknawinya dan tele- ponnya. Ia mengetahui apa yang terjadi di dalam- nya. Ia tampak dan ada pada setiap tingkatan le- wat hukum, aturan, dan perwakilannya. Dari balik hijab, ia mengawasi dan menata semua tingkatan lewat hikmah, pengetahuan, dan kekuatannya. Setiap wilayah memiliki pusat dan tempat yang khusus, di mana hukum dan tingkatannya berbe- da-beda.

Penguasa semacam itu memperjalankan siapa yang ia kehendaki untuk melakukan perjalanan panjang menyusuri semua wilayah kekuasaan se- raya memperlihatkan padanya keagungan kekua- saannya pada se tiap wilayah sekaligus menampak- kan pa danya sejumlah perintahnya yang bijaksana yang terkait dengan setiap wilayah. Kemudian penguasa memperjalankan orang tersebut dari satu wilayah ke wilayah yang lain serta dari satu tingkatan ke tingkatan yang lain hingga sampai ke hadapannya. Setelah itu, ia menitipkan padanya

20

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

perintah yang bersifat komprehensif, umum, ter- kait dengan semua wilayah dan mengutusnya.

Demikianlah, lewat perumpamaan di atas kita bisa mengatakan bahwa Tuhan Pemelihara semes- ta alam yang merupakan Penguasa azali dan abadi, dalam tingkatan rububiyah-Nya memiliki beragam sifat dan atribut. Namun, masing-masing sejalan dan serupa. Dalam wilayah uluhiyah-Nya Dia juga memiliki sejumlah alamat dan nama yang berbe- da-beda namun saling menguatkan. Dalam tinda- kan-Nya yang agung Dia memiliki beragam mani- festasi dan penampakan, namun masing-masing saling menyerupai. Dalam wilayah kekuasaan-Nya Dia memiliki aneka gelar, namun satu dengan yang lain saling terpaut. Dalam manifestasi sifat-sifat- Nya Dia memiliki beragam tampilan suci, namun satu dengan yang lain saling mendukung. Dalam manifestasi perbuatan-Nya Dia memiliki beragam aksi, namun satu dengan yang lain saling me- nyempurnakan. Dalam kreasi dan ciptaan-Nya, Dia memiliki rububiyah menakjubkan yang saling ber- beda, namun satu dengan lainnya saling terkait.

Dengan rahasia agung tersebut, Allah SWT. menata alam sesuai penga turan men ce ngangkan yang melahirkan rasa heran dan takjub. Pa salnya, dari atom yang dianggap sebagai tingkatan makh- luk terkecil hingga langit, serta dari tingkatannya

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj?

| 21

yang paling pertama hingga kepada arasy yang agung terdapat sejumlah langit yang berlapis-la- pis. Setiap langit menjadi atap alam yang lain serta berposisi sebagai arasy rububiyah dan pusat kekua- saan Ilahi.

Meski semua nama bisa terwujud dan semua gelar terjelma pada berbagai wilayah dan tingkat- an yang ada dari aspek keesaan-Nya, namun se- ba gaimana ge lar “penguasa yang adil” merupa- kan yang dominan dan orisinal dalam wilayah peng adilan di mana tanda-tanda yang lain hanya meng ikuti dan melihat perintahnya, demikian pula salah satu nama dan gelar Ilahi mendominasi pada setiap tingkatan makhluk dan pada setiap langitnya, serta semua gelar yang lain berada di dalamnya.

Misalnya, pada satu langit Nabi Isa as. yang mendapatkan kehormatan dengan nama al-Qadir berjumpa dengan Rasul SAW.. Maka, Allah SWT. menjelma pada wilayah langit tersebut dengan gelar “Yang Mahakuasa.” Contoh yang lain, gelar “Yang berbicara” yang didapat oleh Nabi Musa as ialah tanda yang mendominasi wilayah langit yang merupakan kedudukan Nabi Musa as.

Demikianlah, karena Rasulullah SAW. men- dapat bagian dari nama Allah Yang Mahaagung (Ismul A’zham) serta karena kenabiannya bersi-

22

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

fat umum dan komprehensif, juga karena beliau mendapatkan seluruh manifestasi nama-Nya, ma- ka beliau memiliki relasi dengan seluruh wilayah rububiyah. Karena itu, hakikat mi’raj yang beliau lakukan menuntut adanya pertemuan dengan para nabi yang merupakan pemilik kedudukan di berbagai wilayah tadi, serta melewati semua tingkatan yang ada.

Perumpamaan Kedua

Gelar “pemimpin tertinggi” yang melekat pada penguasa memiliki wujud dan tampilan pada se- tiap wilayah militer, mulai dari wilayah ko mandan dan jenderal yang bersifat luas dan komprehensif hingga wi layah kopral yang merupakan wilayah parsial dan khusus.

Misalnya, seorang tentara melihat profil kepe- mimpinan terbesar terdapat pada sosok kopral sehingga ia menghadap dan menerima perintah darinya. Sementara, ko pral itu sendiri melihat kepemimpinan tersebut berada pada wilayah ser- san, sehingga mengarah kepadanya. Kemudian ke tika ia menjadi sersan, ia melihat profil kepe- mimpinan umum terdapat di wilayah letnan. Ia me miliki kursi khusus pada ke dudukan tersebut. De mikianlah, gelar ke pemimpinan agung itu ter- lihat pada se tiap wilayah pemimpin, kelompok,

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj?

| 23

dan peng awas sesuai dengan luas dan sempitnya wilayah yang ada.

Sekarang, apabila pemimpin tertinggi itu ingin menyerahkan sebuah tugas yang terkait de- ngan semua jenjang militer lewat seorang tentara serta ingin menaikkannya kepada kedudukan yang tinggi, di mana bisa dilihat dari semua wilayah seka ligus bisa menyaksikan semuanya sehingga seperti pengawas atasnya, sang pemimpin terting- gi tentu akan memperjalankan tentara itu dalam keseluruhan wilayah mulai dari jenjang kopral hingga berakhir kepada jenjang yang paling tinggi satu persatu. Hal itu agar ia bisa menyaksikan dan disaksikan darinya. Kemudian pemimpin tertinggi menerima tentara tersebut di ha dapannya, mem- berikan kehormatan untuk berkomunikasi de- ngannya, dan memulia kan dengan sejumlah tanda jasa dan pe rintahnya, lalu mengutus kembali ke tempat asal dalam sekejap.

Kita harus mengarahkan perhatian kepada satu hal dari perumpamaan di atas. Yaitu, jika pe- mimpin memiliki kemampuan spiritual dan mak- nawi di samping memiliki kekuatan fisik, tentu ia tidak akan mendelegasikan kepada orang-orang seperti letnan, jenderal, dan pengawas. Namun ia akan hadir sendiri pada setiap tempat Ia me- ngeluarkan perintah secara langsung dengan me-

24

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

nyembunyikan diri di balik tirai dan di belakang sejumlah orang yang memiliki kedudukan ter- tentu. Seperti diriwayatkan bahwa para penguasa yang mencapai tingkat kewalian sempurna melak- sanakan perintah dalam banyak wilayah dalam wu- jud sejumlah orang.

Adapun hakikat yang bisa kita lihat le wat pers- pektif perumpamaan di atas ia lah: karena ketidak- berdayaan tidak ada di dalamnya, maka pe rintah dan hukum da tang secara langsung dari pemimpin umum kepada setiap wilayah. Hukum tersebut di- laksanakan lewat perintah, kehendak, dan kekua- tannya.

Sehubungan dengan itu, maka pada se tiap tingkatan makhluk dan kelompok en titas—mu- lai dari atom hingga planet, mulai dari serangga hingga langit—yang di dalamnya berbagai perin- tah Pemimpin azali dan abadi serta segala urusan Peng uasa langit dan bumi, yang memiliki pe rintah kun fayakun dilaksanakan secara sempurna, pada setiap bagiannya wilayah rububiyah yang agung dan tingkatan ke kuasaan yang mengendalikan menjadi terlihat lewat tingkatan yang berbeda- beda, besar atau kecil, khusus atau komprehensif, di mana setiap bagiannya mengarah kepada yang lain.

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj?

| 25

Untuk memahami semua maksud Ilahi yang luhur serta berbagai hasil yang mulia yang terdapat di alam; untuk memahami sesuatu yang membuat Tuhan ridha lewat cara melihat kekuasaan rububi­ yah-Nya yang mulia dan keagungan kendali-Nya yang mulia dengan menyaksikan berba gai tugas ibadah semua tingkatan; untuk menjadi seorang dai yang menyeru bagi kekuasaan Allah SWT.; ha- rus ada perjalanan melewati sejumlah tingkatan di atas dan berbagai wilayah tersebut hingga ma- suk ke dalam arasy yang paling agung yang meru- pakan wilayah Allah SWT. serta masuk ke dalam daerah sejarak “dua busur”. Maksudnya masuk ke dalam kedudukan antara wilayah mungkin (makh- luk) dan wilayah wajib (Allah) yang diisyaratkan de ngan kata dua busur (Qaba Qausain). Di sana be- liau menghadap Dzat Yang Mahaagung dan indah. Perjalanan tersebut me rupakan hakikat mi’raj. Sebagaimana setiap manusia bisa berjalan den- gan akalnya secepat khayalan, sebagaimana se- tiap wali bisa berkeliling dengan kalbunya secepat kilat, sebagaimana setiap malaikat bisa bepergian dengan fisiknya yang berupa cahaya secepat roh dari arasy menuju bumi serta dari bumi menuju arasy, seba gaimana penduduk surga bisa naik se- cepat burak dari mahsyar menuju surga dan ke tempat yang jaraknya lebih dari lima ratus tahun perjalanan, maka demikian pula dengan jasad Mu-

26

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

hammad SAW. yang merupakan wadah dari ber- bagai perangkatnya dan orbit dari berbagai tugas rohnya yang tak terhingga. Jasad beliau menyertai rohnya yang berupa cahaya, mampu menyerap ca- haya, serta lebih halus daripada kalbu wali, lebih ringan daripada ruh orang mati, lebih halus dari- pada jasad malaikat, lebih halus daripada fisiknya yang mulia dan badannya yang bercahaya. Jasad tersebut sudah pasti menyertai rohnya untuk naik menuju arasy yang paling agung.

Sekarang, marilah kita melihat si ateis yang sedang memerhatikan.

Yang terlintas dalam benak bahwa orang ateis itu berkata dalam hatinya, “Aku tidak percaya kepada Allah dan tidak mengenal Rasul. Maka, bagaimana mungkin akan memercayai peristiwa mi’raj.”

Kita jelaskan padanya:

Selama alam ini dan entitas ada serta di dala- mya berbagai perbuatan dan penciptaan bisa di- saksikan, sementara perbuat an yang teratur tidak mungkin terwujud tanpa ada pelaku, kitab yang penuh makna tidak mungkin ada tanpa ada penu- lis, ukiran indah tidak mungkin terwujud tanpa ada pengukir, maka sudah pasti ada pihak yang melakukan semua perbuatan yang pe nuh hikmah yang memenuhi alam ini. Sudah pasti ada peng-

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj?

| 27

ukir dan penulis bagi berbagai ukiran mengagum- kan dan risalah penuh makna yang memenuhi permukaan bumi ini di mana ia terus terbaharui pada setiap musim.

Lalu, karena keberadaan dua penguasa pada satu persoalan akan merusak tatanannya, semen- tara terdapat satu tatanan yang sempurna mulai dari sayap lalat hingga bintang di langit, dengan demikian tentu penguasanya hanya satu. Pasal- nya, kreasi dan hikmah yang terdapat pada segala se suatu sangat indah dan rapi di mana pasti Pen- ciptanya Mahakuasa mutlak serta berkuasa dan mengetahui segala sesuatu. Andaikan Dia tidak satu, berarti ada ba nyak tuhan sebanyak jumlah entitas serta tentu setiap tuhan akan menjadi la- wan dari tuhan yang lain. Dalam kondisi demikian, sudah dapat dipastikan bahwa kerusakan akan ter- jadi.

Selanjutnya, karena berbagai lapisan entitas jauh lebih teratur dan lebih taat kepada perintah daripada sebuah pasukan yang rapi sebagaimana tampak secara jelas di mana setiap gerakan tera- tur dari bintang, mentari, bulan hingga bunga dan kem bang memperlihatkan keteraturan yang sangat indah dan sempurna. Hal itu tampak pada tanda yang diberikan oleh Dzat Yang Mahakuasa dan azali, pakaian baru yang Dia pakaikan pada-

28

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

nya, serta gerakan dan perbuatan yang Dia tentu- kan pada nya di mana semuanya jauh mengungguli kerapian dan ketaatan yang ditunjukkan oleh satu pasukan. Karena itu, seluruh entitas menantikan perintah-Nya dan melaksanakannya serta pasti ada Penguasa yang bersifat mutlak yang terhijab di balik alam gaib.

Penguasa tersebut ialah Penguasa Yang Ma- haagung dengan kesaksian se lu ruh perbuatan-Nya yang penuh hikmah serta lewat berbagai jejak-Nya yang agung. Dia adalah Tuhan Pemelihara Yang Maha Pengasih lewat berbagai karunia dan kebaik- an-Nya yang ditampakkan. Dia ada lah Pencipta Yang sangat mencintai kreasi dan kreasi-Nya le- wat galeri kreasi yang Dia tampilkan. Dia adalah Pencipta yang penuh hikmah yang hendak meng- gugah rasa takjub makhluk dan apresiasi mere- ka lewat hiasan indah dan ciptaan menakjubkan yang Dia sebarkan. Lewat keindahan yang Dia buat dalam penciptaan alam dapat dipahami bahwa Dia ingin memberitahukan kepada semua makh- luk yang memiliki cita rasa tentang maksud dari berba gai hiasan itu berikut dari mana makhluk datang serta ke mana akan kembali. Sudah pasti Sang Penguasa Yang Mahabijak dan Pencipta Yang Maha Mengetahui ingin memperlihatkan rububi­ yah-Nya yang agung.

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj?

| 29

Karena Dia ingin memperkenalkan diri serta ingin dicintai oleh makhluk berkesadaran lewat je- jak kelembutan dan kasih sayang yang Dia tampil- kan serta lewat berbagai ciptaan indah yang Dia hamparkan, tentu Dia akan memberitahukan se- suatu yang Dia kehendaki dari mereka serta yang Dia ridhai lewat perantaraan seorang penyampai yang amanah. Jika de mikian, Dia akan memprokla- mirkan rububiyah-Nya lewat makhluk yang Dia pil- ih. Dia beri penghormatan kepada penyeru untuk mendekat kepada-Nya serta sebagai sosok peran- tara yang memberitahukan tentang berbagai cip- taan-Nya yang Dia senangi. Dia juga mengangkat seorang peng ajar yang menerangkan sejumlah ke sempurnaan-Nya dengan mengajarkan ber bagai tujuan-Nya yang mulia kepada seluruh makhluk. Lalu Dia tunjuk seorang pembimbing yang menun- jukkan esensi alam agar tidak ada misteri yang Dia masukkan ke alam ini yang tidak tersingkap serta tidak ada urusan rububiyah yang tidak berguna. Dia pun akan mengangkat seorang guru yang mengajarkan berbagai tujuan-Nya agar keindahan kreasi yang Dia perlihatkan dan Dia hamparkan di hadapan makhluk tidak ada yang sia-sia. Serta, Dia akan mengangkat seseorang kepada kedudukan tertinggi dari semua makhluk seraya mengajari- nya tentang hal-hal yang Dia ridhai agar disampai-

30

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

kan kepada seluruh makhluk, lalu mengutusnya kepada mereka.

Ketika hakikat dan hikmah yang ada menun- tut hal tersebut, maka orang yang paling layak menunaikan tugas ini ialah Muhammad SAW.. Beliau benar-benar telah menunaikan semua tu- gas di atas secara sangat sempurna. Bukti yang adil dan jujur atas hal itu ialah dunia Islam yang beliau bangun dan cahaya Islam yang beliau per- lihatkan. Karena itu, nabi mulia ini harus menuju kedudukan mulia yang melebihi seluruh alam ser- ta melampaui seluruh entitas agar dapat melaku- kan dialog yang komprehensif, universal, dan mu- lia dengan Sang Pencipta semesta alam. Peristiwa mi’raj mengetengahkan hakikat ini.

Sebagai kesimpulan: Tuhan Yang Mahabijak telah menghiasi alam yang agung dan menatanya untuk berbagai maksud dan tujuan mulia seperti itu. Nah, pada entitas terdapat jenis manusia yang dapat menyaksikan rububiyah yang bersifat meny- eluruh dengan seluruh detailnya berikut kekua- saan uluhiyah dengan semua hakikatnya. Karena itu sudah pasti Penguasa Mutlak tersebut akan berbicara dengan manusia seraya mengajarkan sejumlah tujuan-Nya.

Karena tidak setiap manusia dapat naik ke- pada kedudukan komprehensif yang pa ling tinggi

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj?

| 31

yang bersih dari sifat parsial dan rendah, maka ada di antara mereka yang akan diberi tugas tersebut agar memiliki hubungan dengan dua sisi sekaligus. Yakni, di satu sisi sebagai manusia yang meng ajari mereka dan di sisi lain memiliki roh paling tinggi untuk bisa berbicara de ngan Tuhan secara lang- sung.

Selanjutnya, karena sosok terbaik di anta- ra manusia yang bisa menyampaikan maksud- maksud Pencipta alam, bisa menyingkap misteri alam semesta dan meme cahkan teka-teki pencip- taan, serta sosok paling sempurna yang menyeru kepada keagungan rububiyah ialah Muhammad SAW., maka sudah pasti beliau akan memiliki per- jalanan maknawi dan mulia di mana ia menjadi mi’raj bagi beliau dalam bentuk perjalanan di alam fisik. Beliau akan menempuh sejumlah tingkatan menuju apa yang ada di balik entitas, menuju dinding pemisah nama, serta manifestasi sifat dan perbuatan-Nya yang diungkap lewat tujuh puluh ribu hijab. Inilah yang disebut de ngan mi’raj.

Terbayang pula dalam benak ini bagai mana engkau wahai pendengar bertanya-tanya di dalam hati, “Bagaimana dapat saya memercayai ini? Apa maksudnya menghadap kepada Tuhan yang lebih dekat dari segala sesuatu dengan melewati jarak ribuan tahun dan menembus tujuh puluh ribu hi- jab?”

32

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Kami jelaskan bahwa Allah SWT. lebih dekat kepada segala sesuatu daripada segala sesuatu. Hanya saja, segala sesuatu sangat jauh dari-Nya.

Seandainya mentari bisa merasa dan bisa ber- bicara, maka ia berbicara denganmu lewat cermin yang terdapat di tanganmu serta berbuat apa saja kepadamu. Ketika ia lebih dekat kepadamu daripa- da pupil mata yang menyerupai cermin, di sisi lain engkau jauh darinya sejarak kira-kira empat ribu tahun. Engkau tidak bisa mendekati nya dari aspek apa pun. Jika engkau naik ke bulan dan ke titik di mana engkau bisa berhadapan dengan mentari se- cara langsung, hanya menjadi sejenis cermin yang memantulkannya.

Demikianlah Dzat Yang Mahaagung yang me- rupakan Mentari azali dan abadi lebih dekat ke- pada segala sesuatu daripada segala sesuatu. Se- mentara itu, segala sesuatu sangat jauh dari-Nya. Hanya saja, orang yang menempuh seluruh alam, yang berlepas dari sisi parsialnya, lalu naik kepada jenjang totalitas secara berangsur-angsur, kemu- dian menyeberangi ribuan hijab, dan mendekat kepada nama yang mencakup semua entitas ser- ta melewati ba nyak tingkatan untuk kemudian mendekat kepada-Nya.

Contoh lain: seorang tentara sangat jauh de- ngan kepribadian maknawi dari panglima terting-

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj?

| 33

gi. Ia melihat panglima nya dari jarak yang sangat jauh dan dari banyak sekat. Ia melihatnya dalam bentuk miniatur dalam jenjang kopral. Adapun agar bisa dekat dengan sang panglima tersebut dari sisi maknawi ialah dengan melewati banyak jenjang seperti letnan, kapten, dan mayor. Se- mentara, panglima tertinggi berada di sisinya ser ta melihatnya lewat perintah, hukum, peng-

Dalam dokumen Urgensi, Hakikat, Hikmah, dan Buahnya (Halaman 34-53)

Dokumen terkait