• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urgensi, Hakikat, Hikmah, dan Buahnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Urgensi, Hakikat, Hikmah, dan Buahnya"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

Urgensi, Hakikat, Hikmah, dan Buahnya

R

isalah

M

i

Raj

(2)

Kutipan Pasal 44, Ayat 1 dan 2, Undang-Undang Republik Indonesia tentang HAK CIPTA:

Tentang Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang HAK CIPTA, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1987 jo. Undang-Undang No. 12 Tahun 1997, bahwa:

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak meng-umumkan atau menyebarkan suatu ciptaan seba-gaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pa sal 49 ayat (1) dan ayat (2) de ngan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bu lan dan atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

(3)

Urgensi, Hakikat, Hikmah, dan Buahnya

R

isalah

M

i

Raj

B

adiuzzaman

S

aid

n

urSi

(4)

Badiuzzaman Said Nursi

RISALAH MI’RAJ: URGENSI, HAKIKAT, HIKMAH, DAN BUAHNYA

©2010 Badiuzzaman Said Nursi Edisi Pertama, Cetakan Ke-1

Dialihbahasakan oleh: Fauzi Faisal Bahreisy

Anatolia. 2010.0006

Hak Penerbitan pada Prenada Media Group

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin foto-kopi, tanpa izin sah dari penerbit.

Penerjemah Fauzi Faisal Bahreisy Desain Cover Irvan Fahmi

Percetakan Fajar Interpratama Offset Lay-out M. Badrul Munir

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

BADIUZZAMAN SAID NURSI

Risalah Mi’raj: Urgensi, Hakikat, Hikmah, dan Buahnya Jakarta: Anatolia, 2010

Ed. 1. Cet. 1; xviii, 108 hlm; 18 cm

ISBN 978-979-16309-4-8 297.347

Cetakan Pertama, Agustus 2010

A N A T O L I A

PRENADA MEDIA GROUP Jl. Tambra Raya No. 23 Rawamangun - Jakarta 13220 Telp. (021) 478-64657, 475-4134 Faks. (021) 475-4134

(5)

SEKILAS KEHIDUPAN

SAID NURSI

Said Nursi lahir pada 1293 H (1876 M) di desa Nurs, daerah Bitlis, di se belah timur Anatolia. Ia berguru kepada ka kaknya, al-Mala Abdullah. Pada masa itu, ia hanya belajar ilmu nahwu dan sharaf (gramatika). Kemudian ia berpindah-pindah ke ber bagai kampung dan kota di antara sejumlah gu-ru dan madrasah dengan mempelajari ilmu-ilmu keislaman dari beberapa buku induk dengan penuh ketekun an. Hal itu ditambah dengan kecerdas an-nya yang cemerlang se perti yang di akui oleh selu-ruh gurunya se telah me nerima be ragam ujian su-lit yang di berikan oleh se tiap mereka. Kecerda san yang ia miliki me nyatu dengan kekuatan ingat-annya sehingga tidak heran jika ia mempelajari sekaligus mampu menghafal buku Jam’ul Jawâmi’

(6)

vi

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

buku referensial. Setelah itu, ia telah memiliki ke-siapan—berkat berbagai ilmu pengetahuan yang dikuasainya sejak awal untuk memulai munâzarah (adu argumentasi dan debat) dengan para ulama. Beberapa forum munâzarah telah dibuka, di mana ia telah berdebat dengan banyak tokoh pem besar dan ulama di beberapa kawasan, di mana ia selalu tampil menang.

Popularitas pemuda ini langsung tersebar se-telah ia menampakkan keunggulannya dalam ber-diskusi dengan seluruh ula ma di daerahnya. Me-reka menyebutnya de ngan “Said yang terkenal”. Setelah itu, ia ber pindah ke kota Tillo. Di sana ia menetap selama beberapa waktu di salah satu su-rau serta menghafal al-Qâmus al-Muhîth kar ya Fairuzabadi hingga bab sîn.

Pada 1894, ia pergi ke kota Van. Di sa na ia sibuk menelaah buku-buku mate ma tika, falak, kimia, fisika, geologi, filsafat, dan sejarah. Ia benar-benar mendalami se mua ilmu tersebut hingga bisa me-nu lis ten tang sebagiannya. Karena itulah ia kemu-dian disebut dengan “Badiuzzaman” se ba gai ben-tuk pengakuan para ulama dan il muwan terhadap kecerdasannya yang ta jam, pengetahuannya yang melimpah, ser ta wawasannya yang luas.

(7)

Sekilas Kehidupan Said Nursi

|

vii

gris, Gladstone, dalam Ma jelis Parlemen Inggris berbicara di hadap an para wakil rakyat dengan berkata, “Se lama Alquran berada di tangan kaum muslimin, kita tidak akan bisa menguasai me reka. Karena itu, kita harus melenyapkannya atau me-mutuskan hubungan kaum muslimin dengannya.” Berita ini demikian mengguncang dirinya serta membuatnya tidak bisa tidur. Ia berkata kepada orang-orang di sekitarnya,

“Kita akan membuktikan kepada dunia bahwa Alquran merupakan mentari hakikat yang cahaya­ nya tidak akan per nah padam serta sinarnya tidak mungkin bisa dilenyapkan.”

Pada 1908, ia pergi ke Istanbul serta memberi-kan sebuah proyek kepada Sultan Abdul Hamid II untuk memba ngun Universitas Islam di Timur Anatolia dengan nama Madrasah az-Zahra untuk melaksanakan tugas penyebaran hakikat Is lam. Pada universitas tersebut, studi ke agamaan dipadu-kan dengan ilmu-ilmu alam sebagaimana ucapan-nya yang terkenal,

(8)

viii

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... akan ber munculan.”1

Popularitas keilmuannya telah lebih dahu lu didengar oleh mereka. Karena itu, pa ra pelajar dan ulama berkumpul untuk ber tanya kepadanya. Na-mun Said Nursi menjawab semua disiplin ilmu de-ngan sa ngat lancar. Akhirnya mereka meng akuinya se bagai seorang imam sekaligus mengakui bahwa mereka belum pernah menyaksikan orang yang memiliki ilmu dan keutamaan sepertinya. Bahkan setelah mengujinya de ngan sangat cermat, salah seorang di antara mereka menunjukkan kekagum-annya dengan berkata, “Ilmu yang ia miliki bu-kan hasil dari belajar biasa. Tetapi merupabu-kan anugerah Ilahi dan ilmu ladunni.”

Pada 1911, ia pergi ke negeri Syam dan me-nyampaikan pidato menyentuh dari atas mimbar Masjid Jami Umawi. Dalam pidato tersebut, ia me ngajak kaum muslimin untuk bangkit. Ia menjelaskan sejumlah penyakit umat Islam berikut ca -ra-cara penyembuhannya. Setelah itu ia kem bali ke Istanbul seraya menawarkan proyeknya terkait dengan universi tas Is lam kepada Sultan Rasyad. Sultan men jan jikan sesuatu yang baik kepadanya. Ter nyata benar, anggaran dikucurkan dan pe le-takan batu pertama universitas dilakukan di

(9)

Sekilas Kehidupan Said Nursi

|

ix

pi Danau Van. Namun Perang Dunia I membuat proyek ini terhenti.

Meskipun Said Nursi tidak setuju jika Daulah Utsmani terlibat dalam perang, namun ketika pe-rang itu diumumkan ia beserta para muridnya ikut serta dalam pe rang melawan Rusia yang menyerang lewat Qaf qas. Ketika pasukan Rusia memasuki kota Bitlis, Badiuzzaman bersama dengan para murid-nya mati-matian memperta han kan kota tersebut sehingga terluka pa rah dan tertawan oleh Rusia. Ia dibawa ke penjara tawanan di Siberia. Dalam penawanan ia terus memberikan pelajaran-pelaja-ran ke imanan kepada para panglima yang tinggal bersamanya yang jumlahnya mencapai 90 orang. Lalu dengan cara yang sangat aneh dan dengan pertolongan Tuhan ia berhasil lari. Ia pun berjalan menuju Warsawa, Jerman, dan Wina. Ketika sam-pai di Istanbul ia dianugerahi medali perang dan mendapatkan sambutan luar biasa dari khalifah, syeikhul Islam, pemimpin umum, dan para pelajar ilmu agama.

(10)

x

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

tulis di tengah berkecamuknya pe rang berikut al­ Matsnawi al­Arabiy an­Nûri.

(11)

Sekilas Kehidupan Said Nursi

|

xi

Pada 1923, Badiuzzaman pergi ke kota Van dan melakukan uzlah di Gunung Erek yang dekat dari kota selama dua tahun dalam rangka melaku-kan ibadah dan kontemplasi. Kemudian, berbagai pemberontakan dan ketidakstabilan terjadi di da-lam Republik Turki yang baru. Semuanya da pat dibungkam oleh pihak re zim berkuasa. Meskipun Badiuzzaman ti dak terlibat dalam pemberontakan, beliau dibuang dan diasingkan bersama banyak orang ke Anatolia Barat pada musim dingin 1926. Kemudian, beliau dibuang lagi seorang diri ke se-buah daerah terpencil yaitu Barla. Para musuh agama mengira bahwa di sana riwayatnya akan be-rakhir, popularitasnya akan redup, akan dilupakan orang, dan sumber tersebut akan menge ring.
(12)

xii

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

orang yang menyalin berbagai risalah tersebut serta menyebarkan limpahan cahaya imani itu hingga membangunkan spirit iman yang mati di kalangan umat beriman sekaligus menegakkannya di atas pilar-pilar ilmiah dan logika dalam bentuk yang retorik di mana ia bisa dipahami oleh kalan-gan awam serta menjadi bekal bagi kalankalan-gan khu-sus.

Demikianlah Ustadz Nursi terus me nu lis berb-agai risalah sampai 1950 sehingga jumlahnya lebih dari 130 risalah. Semua dikumpulkan dengan judul Kuliyyat Rasâ`il an­Nûr (Koleksi Risalah Nur) yang berisi empat seri utama: al­Kalimât, al­Maktûbât, al­Lama’ât, dan asy­Syu’â’ât. Selain itu, terdapat seri atau koleksi yang tidak mudah untuk dicetak kecuali setelah 1954. Ustadz Nursi sendiri yang langsung mengawasi sehingga semuanya selesai tercetak.

Kami ketengahkan teks berikut untuk mem-perlihatkan satu sisi dari gaya tutur Risalah Nur yang unik, berbeda dengan yang lain, dalam me-nyampaikan sejumlah pemahaman Islam dan menguatkan pilar-pilar iman.

(13)

Sekilas Kehidupan Said Nursi

|

xiii

konsep Alquran yang merupakan mukjizat ialah makrifat yang sempurna dan mendatangkan tenangan seutuhnya ke dalam hati. Kita berdoa ke-pada Allah Yang Mahatinggi dan Mahakuasa agar menjadikan setiap bagian dari Risalah Nur laksana lentera yang menerangi jalan lurus bercahaya mi-lik Alquran al-Karim.

Selain itu, makrifatullah yang lahir dari ilmu kalam tampak kurang sempurna, serta makrifat yang lahir dari jalan tasawuf juga cacat dan terpu-tus jika dibandingkan dengan makrifat yang ber-sumber dari Alquran al-Karim secara langsung le -wat warisan para nabi. Pada risalah yang lain dari Risalah Nur, kami telah memberikan perumpa-maan untuk menjelaskan berbagai perbedaan an-tara mereka yang pendekat annya terilhami oleh Alquran dan mereka yang meniti jalan ahli ilmu kalam sebagai berikut:

(14)

xiv

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... Sebaliknya, pada jalan Alquran mene mukan air bi­ sa didapatkan dan dipancarkan di mana saja ber­ ada dengan sangat sempurna. Setiap ayatnya yang mulia memancarkan air di mana saja ia dipukulkan laksana tongkat Musa. Ayat­ayat tersebut berucap, pada segala sesuatu terdapat tanda bagi­Nya Yang menunjukkan bahwa Dia adalah esa.

Kemudian iman tidak hanya diraih de ngan ilmu. Akan tetapi, terdapat ba nyak perangkat halus pada diri manu sia yang memiliki bagian iman. Seba­ gaimana ketika makanan masuk ke dalam perut ia terbagi dan terdistribusi ke sejumlah urat sesuai dengan posisi setiap organ, demikian pula dengan persoalan iman yang bersumber dari ilmu. Ketika ia masuk ke dalam perut akal dan pemahaman, setiap perangkat halus yang terdapat pada tubuh seperti roh, kalbu, jiwa, dan sejenisnya mengambil bagian darinya serta menye rap sesuai de ngan tingkatan­ nya. Jika ia tidak mendapatkan nutrisi salah satu perangkat halusnya, maka makrifat tersebut men­ jadi cacat, sementara perangkat halus tadi akan terus terhalang darinya.”2

Ia menyambut panggilan Tuhan (mening-gal dunia) pada tang(mening-gal 25 Ramadhan 1379 yang bertepatan dengan tanggal 23 Maret 1960 di kota Urfa. Namun kekuasaan militer ketika itu tidak mem biarkannya beristirahat tenang di kuburnya.

(15)

Sekilas Kehidupan Said Nursi

|

xv

Mere ka mengeluarkan jasadnya setelah pengu-muman pelarangan untuk diarak di kota. Jasad-nya dipindahkan ke tempat yang tak diketahui. Se moga Allah melimpahkan rahmat yang luas ke -padanya serta menempatkannya di surga-Nya yang lapang.

Buku yang ada di tangan Anda ini meruakan bagian-bagian yang terkait dengan per soalan mi’raj dari Koleksi Risalah Nur.

(16)
(17)

DAFTAR ISI

SEKILAS KEHIDUPAN SAID NURSI ... v

DAFTAR ISI ... xvii

PENDAHULUAN

Mi’raj Nabi ... 1

LANDASAN PERTAMA

Rahasia Keharusan Mi’raj

Berikut Hikmah Kebutuhannya ... 9

LANDASAN KEDUA

Apa Hakikat Mi’raj? ... 17

LANDASAN KETIGA

Apa Hikmah Mi’raj? ... 43

LANDASAN KEEMPAT

Apa Buah dan Manfaat Mi’raj? ... 67

LAMPIRAN PERTAMA

Kalimat Kesembilan Belas dan Ketiga

Puluh Satu Mukjizat Terbelahnya Bulan ... 81

LAMPIRAN KEDUA

Peristiwa Mi’raj

(18)

PENDAHULUAN

Mi’raj Nabi

Catatan:

Persoalan mi’raj merupakan buah dari prinsip dan pilar-pilar iman. Ia merupakan cahaya yang sinarnya berasal dari cahaya rukun iman. Tentu saja tidak bisa dibuktikan mi’raj itu sendiri kepada kaum ateis yang mengingkari rukun iman. Karena ia tidak perlu dibahas kepada orang yang tidak beriman kepada Allah, yang tidak memercayai Ra-sul yang mulia, atau yang mengingkari malaikat dan keberadaan sejumlah langit. Pertama kali per-lu dibuktikan rukun iman kepada mereka. Karena itu, sasaran pembicaraan kami ini diarahkan ke-pada mukmin yang terjerumus dalam rasa was-was akibat anggapan bahwa peristiwa mi’raj tidak masuk akal. Kami akan menjelaskan untuknya se-suatu yang berguna dan bisa menyembuhkannya dengan izin Allah. Hanya saja, di sejumlah tempat kami tetap memberikan perhatian kepada ateis yang masih mau memerhatikan serta kami beri-kan untuknya uraian yang juga berguna.

(19)

2

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
(20)

Pendahuluan: Mi’raj Nabi

|

3





ِﻡﺍﺮﺤﹾﻟﺍ ِﺪِﺠﺴﻤﹾﻟﺍ ﻦﻣ ﹰﻼﻴﹶﻟ ِﻩِﺪﺒﻌِﺑ ﻯﺮﺳﹶﺃ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ﹶﻥﺎﺤﺒﺳ

ﺎﺼﹾﻗَﻷﹾﺍ ِﺪِﺠﺴﻤﹾﻟﺍ ﻰﹶﻟِﺇ

ﻦِﻣ ﻪﻳِﺮﻨِﻟ ﻪﹶﻟﻮﺣ ﺎﻨﹾﻛﺭﺎﺑ ﻱِﺬﱠﻟﺍ

ﲑِﺼﺒﹾﻟﺍ ﻊﻴِﻤﺴﻟﺍ ﻮﻫ ﻪﻧِﺇ ﺂﻨِﺗﺎﻳﺍَﺀ

.

ﻰﺣﻮﻳ ﻲﺣﻭﱠﻻِﺇ ﻮﻫ ﹾﻥِﺇ

ﻯﻮﹸﻘﹾﻟﺍ ﺪﻳِﺪﺷ ﻪﻤﱠﻠﻋ

ﻭﹸﺫ

ﻯﻮﺘﺳﺎﹶﻓ ٍﺓﺮِﻣ

ﻰﹶﻠﻋَﻷﹾﺍ ِﻖﹸﻓُﻷﹾﺎِﺑ ﻮﻫﻭ

ﻰﱠﻟﺪﺘﹶﻓ ﺎﻧﺩ ﻢﹸﺛ

ﻰﻧﺩﹶﺃ ﻭﹶﺃ ِﻦﻴﺳﻮﹶﻗ ﺏﺎﹶﻗ ﹶﻥﺎﹶﻜﹶﻓ

ِﻩِﺪﺒﻋ ﻰﹶﻟِﺇ ﻰﺣﻭﹶﺄﹶﻓ

ﻰﺣﻭﹶﺃﺂﻣ

ﹶﺬﹶﻛﺎﻣ

ﻯﹶﺃﺭﺎﻣ ﺩﺍﺆﹸﻔﹾﻟﺍ ﺏ

ﻰﹶﻠﻋ ﻪﻧﻭﺭﺎﻤﺘﹶﻓﹶﺃ

ﻯﺮﻳﺎﻣ

ﻯﺮﺧﹸﺃ ﹰﺔﹶﻟﺰﻧ ﻩﺍَﺀﺭ ﺪﹶﻘﹶﻟﻭ

ﻰﻬﺘﻨﻤﹾﻟﺍ ِﺓﺭﺪِﺳ ﺪﻨِﻋ

ﻯﻭﹾﺄﻤﹾﻟﺍ ﹸﺔﻨﺟ ﺎﻫﺪﻨِﻋ

ﻰﺸﻐﻳﺎﻣ ﹶﺓﺭﺪﺴﻟﺍ ﻰﺸﻐﻳﹾﺫِﺇ

ﻰﻐﹶﻃﺎﻣﻭ ﺮﺼﺒﹾﻟﺍ ﹶﻍﺍﺯﺎﻣ

ﻯﹶﺃﺭ ﺪﹶﻘﹶﻟ

ِﻪﺑﺭ ِﺕﺎﻳﺍَﺀ ﻦِﻣ

ﻯﺮﺒﹸﻜﹾﻟﺍ

ِﻡﺍﺮﺤﹾﻟﺍ ِﺪِﺠﺴﻤﹾﻟﺍ ﻦﻣ ﹰﻼﻴﹶﻟ ِﻩِﺪﺒﻌِﺑ ﻯﺮﺳﹶﺃ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ﹶﻥﺎﺤﺒﺳ

ﺎﺼﹾﻗَﻷﹾﺍ ِﺪِﺠﺴﻤﹾﻟﺍ ﻰﹶﻟِﺇ

ﻦِﻣ ﻪﻳِﺮﻨِﻟ ﻪﹶﻟﻮﺣ ﺎﻨﹾﻛﺭﺎﺑ ﻱِﺬﱠﻟﺍ

ﲑِﺼﺒﹾﻟﺍ ﻊﻴِﻤﺴﻟﺍ ﻮﻫ ﻪﻧِﺇ ﺂﻨِﺗﺎﻳﺍَﺀ

ﻰﺣﻮﻳ ﻲﺣﻭﱠﻻِﺇ ﻮﻫ ﹾﻥِﺇ

ﻯﻮﹸﻘﹾﻟﺍ ﺪﻳِﺪﺷ ﻪﻤﱠﻠﻋ

ﻭﹸﺫ

ﻯﻮﺘﺳﺎﹶﻓ ٍﺓﺮِﻣ

ﻰﹶﻠﻋَﻷﹾﺍ ِﻖﹸﻓُﻷﹾﺎِﺑ ﻮﻫﻭ

ﻰﱠﻟﺪﺘﹶﻓ ﺎﻧﺩ ﻢﹸﺛ

ﻰﻧﺩﹶﺃ ﻭﹶﺃ ِﻦﻴﺳﻮﹶﻗ ﺏﺎﹶﻗ ﹶﻥﺎﹶﻜﹶﻓ

ِﻩِﺪﺒﻋ ﻰﹶﻟِﺇ ﻰﺣﻭﹶﺄﹶﻓ

ﻰﺣﻭﹶﺃﺂﻣ

ﹶﺬﹶﻛﺎﻣ

ﻯﹶﺃﺭﺎﻣ ﺩﺍﺆﹸﻔﹾﻟﺍ ﺏ

ﻰﹶﻠﻋ ﻪﻧﻭﺭﺎﻤﺘﹶﻓﹶﺃ

ﻯﺮﻳﺎﻣ

ﻯﺮﺧﹸﺃ ﹰﺔﹶﻟﺰﻧ ﻩﺍَﺀﺭ ﺪﹶﻘﹶﻟﻭ

ﻰﻬﺘﻨﻤﹾﻟﺍ ِﺓﺭﺪِﺳ ﺪﻨِﻋ

ﻯﻭﹾﺄﻤﹾﻟﺍ ﹸﺔﻨﺟ ﺎﻫﺪﻨِﻋ

ﻰﺸﻐﻳﺎﻣ ﹶﺓﺭﺪﺴﻟﺍ ﻰﺸﻐﻳﹾﺫِﺇ

ﻰﻐﹶﻃﺎﻣﻭ ﺮﺼﺒﹾﻟﺍ ﹶﻍﺍﺯﺎﻣ

ﻯﹶﺃﺭ ﺪﹶﻘﹶﻟ

ِﻪﺑﺭ ِﺕﺎﻳﺍَﺀ ﻦِﻣ

ﻯﺮﺒﹸﻜﹾﻟﺍ

Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan ham­ ba­Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekeliling­ nya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda­tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.1

ِﻡﺍﺮﺤﹾﻟﺍ ِﺪِﺠﺴﻤﹾﻟﺍ ﻦﻣ ﹰﻼﻴﹶﻟ ِﻩِﺪﺒﻌِﺑ ﻯﺮﺳﹶﺃ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ﹶﻥﺎﺤﺒﺳ

ﺎﺼﹾﻗَﻷﹾﺍ ِﺪِﺠﺴﻤﹾﻟﺍ ﻰﹶﻟِﺇ

ﻦِﻣ ﻪﻳِﺮﻨِﻟ ﻪﹶﻟﻮﺣ ﺎﻨﹾﻛﺭﺎﺑ ﻱِﺬﱠﻟﺍ

ﲑِﺼﺒﹾﻟﺍ ﻊﻴِﻤﺴﻟﺍ ﻮﻫ ﻪﻧِﺇ ﺂﻨِﺗﺎﻳﺍَﺀ

ﻰﺣﻮﻳ ﻲﺣﻭﱠﻻِﺇ ﻮﻫ ﹾﻥِﺇ

ﻯﻮﹸﻘﹾﻟﺍ ﺪﻳِﺪﺷ ﻪﻤﱠﻠﻋ

ﻭﹸﺫ

ﻯﻮﺘﺳﺎﹶﻓ ٍﺓﺮِﻣ

ﻰﹶﻠﻋَﻷﹾﺍ ِﻖﹸﻓُﻷﹾﺎِﺑ ﻮﻫﻭ

ﻰﱠﻟﺪﺘﹶﻓ ﺎﻧﺩ ﻢﹸﺛ

ﻰﻧﺩﹶﺃ ﻭﹶﺃ ِﻦﻴﺳﻮﹶﻗ ﺏﺎﹶﻗ ﹶﻥﺎﹶﻜﹶﻓ

ِﻩِﺪﺒﻋ ﻰﹶﻟِﺇ ﻰﺣﻭﹶﺄﹶﻓ

ﻰﺣﻭﹶﺃﺂﻣ

ﹶﺬﹶﻛﺎﻣ

ﻯﹶﺃﺭﺎﻣ ﺩﺍﺆﹸﻔﹾﻟﺍ ﺏ

ﻰﹶﻠﻋ ﻪﻧﻭﺭﺎﻤﺘﹶﻓﹶﺃ

ﻯﺮﻳﺎﻣ

ﻯﺮﺧﹸﺃ ﹰﺔﹶﻟﺰﻧ ﻩﺍَﺀﺭ ﺪﹶﻘﹶﻟﻭ

ﻰﻬﺘﻨﻤﹾﻟﺍ ِﺓﺭﺪِﺳ ﺪﻨِﻋ

ﻯﻭﹾﺄﻤﹾﻟﺍ ﹸﺔﻨﺟ ﺎﻫﺪﻨِﻋ

ﻰﺸﻐﻳﺎﻣ ﹶﺓﺭﺪﺴﻟﺍ ﻰﺸﻐﻳﹾﺫِﺇ

ﻰﻐﹶﻃﺎﻣﻭ ﺮﺼﺒﹾﻟﺍ ﹶﻍﺍﺯﺎﻣ

ﻯﹶﺃﺭ ﺪﹶﻘﹶﻟ

ِﻪﺑﺭ ِﺕﺎﻳﺍَﺀ ﻦِﻣ

ﻯﺮﺒﹸﻜﹾﻟﺍ

Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.

ِﻡﺍﺮﺤﹾﻟﺍ ِﺪِﺠﺴﻤﹾﻟﺍ ﻦﻣ ﹰﻼﻴﹶﻟ ِﻩِﺪﺒﻌِﺑ ﻯﺮﺳﹶﺃ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ﹶﻥﺎﺤﺒﺳ

ﺎﺼﹾﻗَﻷﹾﺍ ِﺪِﺠﺴﻤﹾﻟﺍ ﻰﹶﻟِﺇ

ﻦِﻣ ﻪﻳِﺮﻨِﻟ ﻪﹶﻟﻮﺣ ﺎﻨﹾﻛﺭﺎﺑ ﻱِﺬﱠﻟﺍ

ﲑِﺼﺒﹾﻟﺍ ﻊﻴِﻤﺴﻟﺍ ﻮﻫ ﻪﻧِﺇ ﺂﻨِﺗﺎﻳﺍَﺀ

ﻰﺣﻮﻳ ﻲﺣﻭﱠﻻِﺇ ﻮﻫ ﹾﻥِﺇ

.

ﻯﻮﹸﻘﹾﻟﺍ ﺪﻳِﺪﺷ ﻪﻤﱠﻠﻋ

.

ﻭﹸﺫ

ﻯﻮﺘﺳﺎﹶﻓ ٍﺓﺮِﻣ

.

ﻰﹶﻠﻋَﻷﹾﺍ ِﻖﹸﻓُﻷﹾﺎِﺑ ﻮﻫﻭ

.

ﻰﱠﻟﺪﺘﹶﻓ ﺎﻧﺩ ﻢﹸﺛ

.

ﻰﻧﺩﹶﺃ ﻭﹶﺃ ِﻦﻴﺳﻮﹶﻗ ﺏﺎﹶﻗ ﹶﻥﺎﹶﻜﹶﻓ

.

ِﻩِﺪﺒﻋ ﻰﹶﻟِﺇ ﻰﺣﻭﹶﺄﹶﻓ

ﻰﺣﻭﹶﺃﺂﻣ

.

ﹶﺬﹶﻛﺎﻣ

ﻯﹶﺃﺭﺎﻣ ﺩﺍﺆﹸﻔﹾﻟﺍ ﺏ

.

ﻰﹶﻠﻋ ﻪﻧﻭﺭﺎﻤﺘﹶﻓﹶﺃ

ﻯﺮﻳﺎﻣ

.

ﻯﺮﺧﹸﺃ ﹰﺔﹶﻟﺰﻧ ﻩﺍَﺀﺭ ﺪﹶﻘﹶﻟﻭ

.

ﻰﻬﺘﻨﻤﹾﻟﺍ ِﺓﺭﺪِﺳ ﺪﻨِﻋ

.

ﻯﻭﹾﺄﻤﹾﻟﺍ ﹸﺔﻨﺟ ﺎﻫﺪﻨِﻋ

.

ﻰﺸﻐﻳﺎﻣ ﹶﺓﺭﺪﺴﻟﺍ ﻰﺸﻐﻳﹾﺫِﺇ

.

ﻰﻐﹶﻃﺎﻣﻭ ﺮﺼﺒﹾﻟﺍ ﹶﻍﺍﺯﺎﻣ

.

ﻯﹶﺃﺭ ﺪﹶﻘﹶﻟ

ِﻪﺑﺭ ِﺕﺎﻳﺍَﺀ ﻦِﻣ

ﻯﺮﺒﹸﻜﹾﻟﺍ

.

(21)

4

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... Ucapannya itu tiada lain hanyalah wah yu yang di­ wahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sa ngat kuat, yang mempunyai akal yang cerdas. (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli ketika Dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian Dia mendekat, lalu ber tambah dekat lagi. Maka, jadilah Dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi. Lalu Dia menyampaikan kepada hamba­Nya (Muham­ mad) apa yang telah Dia wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka, apa­ kah kaum (musyrik Mekkah) hendak membantah­ nya tentang apa yang telah ia lihat? Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatan­ nya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihat­ nya dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda­tanda (kekuasaan) Tuhan yang paling besar. 2

Dari perbendaharaan ayat yang mulia tersebut kami ingin menyebutkan dua petunjuk saja. Ke-duanya merujuk kepada rambu retorik (balaghah) yang terdapat dalam kata ganti “Sesungguhnya Dia”. Hal itu lantaran keduanya terkait dengan

(22)

Pendahuluan: Mi’raj Nabi

|

5

persoalan kita saat ini seperti yang telah kami je-laskan dalam risalah Mukjizat Alquran (al­Mu’jizât al­Qur`âniyyah).

Alquran menutup ayat pertama de ngan ung-kapan, “Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Ma­ ha Mengetahui.” Hal itu setelah Dia menyebutkan peristiwa diperjalankannya Rasulullah SAW. dari pendahuluan mi’raj, yakni dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha—dan puncak perjalanan beliau yang diterangkan oleh surat an-Najm.

Kata ganti dalam “Sesungguhnya Dia” bisa kem bali kepada Allah SWT. atau kembali kepada Ra sulullah SAW.

(23)

6

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

mencakup berbagai kreasi Ilahi yang menakjub-kan.3

Apabila kata ganti tersebut kembali kepada Allah SWT., maka maknanya ialah, “Dia mengun-dang hamba-Nya untuk meng hadap kepada-Nya serta berada di hadapannya untuk menyerahkan kepadanya sebuah tugas penting. Karena itu, Dia perjalankan beliau dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha yang merupakan tempat berkum -pul para nabi. Setelah Dia mempertemukan Nabi SAW. dengan mereka sekaligus menampakkan-nya sebagai pewaris mutlak bagi prinsip agama seluruh nabi, Dia memperjalankannya dalam satu perjalanan di dalam kerajaan-Nya dan wisata di dalam alam malakut-Nya sampai dengan Sidratul Muntaha dan berjarak seukuran dua busur.

3 Dalam tafsir Rûh al­Ma’ânî karya al-Alûsî (jilid 15/ hlm.

14), disebutkan sebagai berikut: “Kata ganti di atas diasumsi-kan mengacu kepada Nabi SAW. sebagaimana yang dinukil oleh

Abu al-Baqâ dari sebagian mereka. Ia berkata, “Maksudnya ia

(24)

Landasan Pertama; Rahasia keharusan Mi’raj

|

7

Demikianlah, wisata dan perjalanan ter sebut, meskipun merupakan mi’raj kecil dan yang di mi’ -rajkan ialah seorang hamba, namun hamba terse-but membawa amanah agung yang terkait dengan seluruh alam. Bersamanya terdapat cahaya terang yang mengubah warna alam semesta. Di samping itu, padanya terdapat kunci yang bisa untuk mem-buka pintu kebahagiaan abadi.

Karena itulah, Allah menggambarkan diri-Nya dengan berkata, “Sesungguhnya Dia Maha Men-dengar dan Maha Melihat.” Hal ini untuk mene-rangkan bahwa pada amanah, cahaya, dan kunci tersebut terdapat sejumlah hikmah mulia yang mencakup seluruh entitas, meliputi semua makh-luk, serta menjangkau alam seluruhnya.

Demikianlah, rahasia agung ini memiliki em-pat landasan:

Pertama, apa rahasia keharusan mi’raj? Apa hakikat mi’raj?

Apa hikmah mi’raj?

(25)
(26)

LANDASAN PERTAMA

Rahasia Keharusan Mi’raj

Berikut Hikmah Kebutuhannya

Ada sebuah pertanyaan:

Allah SWT. dekat kepada sesuatu daripada segala sesuatu sebagaimana disebutkan dalam Alquran, “Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”1 Dia tidak membutuhkan fisik dan tem -pat. Setiap wali Allah yang saleh bisa menghadap dan bermunajat dengan Tuhan dalam kalbunya. Karena itu, mengapa jika setiap wali bisa bermu-najat kepada Tuhan dalam kalbunya, sementara Nabi Muhammad SAW. tidak bisa bermunajat se-perti itu kecuali setelah melakukan perjalanan jauh dan wisata yang panjang lewat mi’raj?

Sebagai jawabannya:

Kami ingin mendekatkan rahasia yang sulit dipahami ini kepada pemahaman kita dengan me-nyebutkan dua contoh berikut. Perhatikan

(27)

10

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

baik. Keduanya telah disebutkan dalam kalimat kedua belas saat menjelaskan rahasia kemukjiza-tan Alquran dan hikmah mi’raj.

Perumpamaan Pertama

Raja memiliki dua bentuk komunikasi dan tat-ap muka, serta dua macam pembicaraan, penghor-matan dan perhatian.

Pertama, komunikasi khusus lewat sarana tele-pon dengan salah seorang rakyat nya dari kalan-gan umum terkait denkalan-gan persoalan khusus yang berhubungan de ngan kebutuhan orang tersebut.

Kedua, komunikasi atas nama kerajaan agung dan atas nama khilafah yang mulia dalam keduduk-annya sebagai penguasa terkait dengan persoalan pen ting dan mulia di mana ia memperlihatkan keagungannya dan menampakkan kemuliaannya. Dari sana raja ingin agar perintahnya tersebar ke seluruh penjuru. Komunikasi ini terjadi dengan salah seorang utusannya yang memiliki hubungan de ngan persoalan tersebut atau dengan salah satu pejabat terasnya yang memiliki kaitan dengan perintah itu.

(28)

Landasan Pertama; Rahasia keharusan Mi’raj

|

11

miliki dua bentuk komunikasi dan penghormatan:

Pertama, yang bersifat parsial dan khusus. Kedua, yang bersifat komprehensif dan umum. Mi’raj Nabi merupakan manifestasi istimewa dari tingkat kewalian Muhammad SAW.. Ia tam-pak dalam bentuk yang komprehensif meng ung-guli semua bentuk kewalian yang ada serta de-mikian tinggi berada di atas yang lainnya. Beliau mendapatkan kehormatan untuk bisa berkomuni-kasi langsung dan bercakap-cakap dengan Allah se-bagai Tuhan semesta alam dengan kedudukan-Nya sebagai Pencipta seluruh entitas.

Perumpamaan Kedua

(29)

12

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Sementara, orang lain meninggalkan cermin dengan langsung menghadap mentari. Ia menyak-sikan kebesaran mentari tersebut serta memahami keagungannya. Kemudian ia naik ke atas gunung yang sangat tinggi serta melihat kilau kerajaannya yang luas dan megah. Hal itu ia hadapi secara lang-sung tanpa hijab. Setelah itu, ia kembali dan mem-buat sejumlah jendela yang luas pada rumahnya yang kecil atau pada ruangannya yang tertutup di mana jendela itu menghadap mentari yang berada di langit yang tinggi. Dari sana terjalinlah sebuah kontak dengan cahaya mentari yang bersifat per-manen dan hakiki.

Demikianlah, orang ini bisa melakukan tatap muka dan kontak yang menyenangkan yang dihia-si dengan rasa syukur. Ia berkata kepada mentari:

“Oh, wahai mentari yang bersemayam di atas arasy keindahan alam. Wahai penghias dan kembang la­ ngit. Wahai yang melimpahkan cahaya dan sinar ke muka bumi serta membuat bunga tersenyum dan riang. Engkau telah melimpahkan kehangatan dan cahaya ke dalam rumah dan kediamanku yang kecil sebagaimana engkau telah memberikan cahaya dan kehangatan ke seluruh bumi.”

(30)

Landasan Pertama; Rahasia keharusan Mi’raj

|

13

mentarinya sangat terbatas seukuran cermin dan sesuai de ngan kemampuan cermin tersebut me-nerima cahaya.

Demikianlah manifestasi Dzat Allah Yang Ma-haesa dan abadi (Shamad). Dia adalah Cahaya la-ngit dan bumi serta Pe nguasa azali dan abadi atas substansi manusia dalam dua bentuknya yang berisi berbagai tingkatan tak terhingga.

Bentuk pertama, penampakan di cermin kalbu lewat ikatan rabbani dan relasi dengan-Nya. Setiap manusia memiliki bagian dari cahaya mentari aza-li tersebut. Ia bisa berkomunikasi dan melakukan kontak dengan-Nya, entah bersifat parsial atau-pun komprehensif, sesuai dengan kesiapannya serta manifestasi sifat dan nama-Nya. Hal itu ter-dapat dalam perjalanannya ketika meniti sejumlah tingkatan di atas. Derajat dari kewalian yang ber-jalan dalam bayang an dan tingkatan nama-nama dan sifat-Nya bersumber dari bagian ini.

(31)

14

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

dan paling integral di lihat dari sifat dan kesiapan-nya. Penampakan dan manifestasi tersebut meru-pakan rahasia mi’raj Muhammad SAW. di mana ke-waliannya merupakan titik tolak dari risalahnya.

Kewalian yang berjalan dalam bayang an se-per ti orang se-pertama pada se-perumpa maan kedua, sementara tidak ada bayang an dalam risalah atau kerasulan. Namun, ia langsung mengarah kepada keesaan Dzat-Nya seperti orang kedua pada pe-rumpamaan kedua. Adapun mi’raj, karena ia meru-pakan karomah terbesar dan tingkat an tertinggi dari kewalian Muhammad SAW. maka berubah menjadi tingkatan kerasulan.

Aspek batiniah mi’raj berupa kewalian. Pa - salnya, ia naik dari makhluk menuju Allah SWT. Sementara aspek lahiriah mi’ raj berupa kerasul-an ykerasul-ang datkerasul-ang dari Allah menuju makhluk. Jadi, kewalian meniti jalan taqarrub kepada Allah. Ia membutuhkan waktu dan perlu meniti banyak tingkatan. Adapun kerasulan yang merupakan ca-haya terbesar mengarah kepada ke tersingkapan rahasia kedekatan Ilahi yang hanya membutuhkan waktu sekejap. Karena itu, dalam hadits Nabi SAW. disebutkan bagaimana beliau kembali pada saat itu pula.

(32)

Landasan Pertama; Rahasia keharusan Mi’raj

|

15

Selama alam ini serupa dengan sebuah kera-jaan yang sangat teratur, dengan sebuah kota yang sangat rapi, dan dengan sebuah istana yang sangat indah, pastilah ada penguasa, pemilik, dan pencip-tanya.

Selama Pemilik Yang Mahamulia, Pe nguasa Yang Maha Sempurna, dan Pencipta Yang Mahain-dah itu ada, terdapat sosok manusia yang memi-liki pandangan komprehensif dan hubungan yang bersifat integral lewat indra dan perasaannya ter-hadap alam, kerajaan, dan istana tersebut, maka Sang Pencipta Yang Mahamulia itu pasti memiliki hubungan istimewa dan kuat dengan sosok yang memiliki pandang an komprehensif dan kesadaran integral tadi. Sudah pasti Dia memiliki percakapan suci dan hubungan istimewa dengannya.

(33)
(34)

LANDASAN KEDUA

Apa Hakikat Mi’raj?

Jawabannya:

Ia merupakan perjalanan atau suluk pribadi Muhammad SAW. dalam tingkatan kesempurnaan. Ini artinya, tanda-tanda dan jejak rububiyah yang Allah perlihatkan dalam menata seluruh makh-luk lewat beragam nama dan keagungan rububi­ yah yang Dia perlihatkan lewat proses penciptaan dan pengaturan di langit setiap wilayah yang Dia hadirkan di mana setiap langit merupakan orbit agung bagi arasy rububiyah-Nya dan pusat kekua-saan uluhiyah-Nya, semua tanda-tanda agung dan jejak menakjubkan tersebut Allah tampilkan satu per satu kepada hamba pilihan tersebut.

(35)

18

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

masing-masing di langit sampai kemudian dinaik-kan kepada kedududinaik-kan sejarak dua ujung busur. Beliau mendapat kehormatan untuk berbicara dan melihat-Nya dengan rahasia keesaan agar menjadi seorang hamba yang mengumpulkan seluruh ke-sempurnaan manusia, meraih semua manifestasi Ilahi, menyaksikan semua ting katan alam, me-nyeru kekuasaan rububiyah-Nya, serta menyam-paikan segala hal yang diridhai Tuhan dengan me-nyingkap misteri alam.

Hakikat mulia ini dapat dilihat dari dua pe-rumpamaan berikut:

Perumpamaan Pertama

(36)

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj?

|

19

dan jabatan sesuai de ngan takhta maknawi yang ia miliki. Pe nguasa tunggal tersebut bisa memiliki seribu nama dan gelar dalam berbagai wilayah kekuasaan dan pada sejumlah tingkatan pemerin-tahan. Artinya, ia bisa memiliki seribu takhta yang saling berbaur antara yang satu dengan yang lain. Seakan-akan ia ada dan hadir pada setiap wilayah kekuasaannya lewat sosok maknawinya dan tele-ponnya. Ia mengetahui apa yang terjadi di dalam-nya. Ia tampak dan ada pada setiap tingkatan le-wat hukum, aturan, dan perwakilannya. Dari balik hijab, ia mengawasi dan menata semua tingkatan lewat hikmah, pengetahuan, dan kekuatannya. Setiap wilayah memiliki pusat dan tempat yang khusus, di mana hukum dan tingkatannya berbe-da-beda.
(37)

20

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

perintah yang bersifat komprehensif, umum, ter-kait dengan semua wilayah dan mengutusnya.

Demikianlah, lewat perumpamaan di atas kita bisa mengatakan bahwa Tuhan Pemelihara semes-ta alam yang merupakan Penguasa azali dan abadi, dalam tingkatan rububiyah-Nya memiliki beragam sifat dan atribut. Namun, masing-masing sejalan dan serupa. Dalam wilayah uluhiyah-Nya Dia juga memiliki sejumlah alamat dan nama yang berbe-da-beda namun saling menguatkan. Dalam tinda-kan-Nya yang agung Dia memiliki beragam mani-festasi dan penampakan, namun masing-masing saling menyerupai. Dalam wilayah kekuasaan-Nya Dia memiliki aneka gelar, namun satu dengan yang lain saling terpaut. Dalam manifestasi sifat-sifat-Nya Dia memiliki beragam tampilan suci, namun satu dengan yang lain saling mendukung. Dalam manifestasi perbuatan-Nya Dia memiliki beragam aksi, namun satu dengan yang lain saling me-nyempurnakan. Dalam kreasi dan ciptaan-Nya, Dia memiliki rububiyah menakjubkan yang saling ber-beda, namun satu dengan lainnya saling terkait.

(38)

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj?

|

21

yang paling pertama hingga kepada arasy yang agung terdapat sejumlah langit yang berlapis-la-pis. Setiap langit menjadi atap alam yang lain serta berposisi sebagai arasy rububiyah dan pusat kekua-saan Ilahi.

Meski semua nama bisa terwujud dan semua gelar terjelma pada berbagai wilayah dan tingkat-an ytingkat-ang ada dari aspek keesatingkat-an-Nya, namun se-ba gaimana ge lar “penguasa yang adil” merupa-kan yang dominan dan orisinal dalam wilayah peng adilan di mana tanda-tanda yang lain hanya meng ikuti dan melihat perintahnya, demikian pula salah satu nama dan gelar Ilahi mendominasi pada setiap tingkatan makhluk dan pada setiap langitnya, serta semua gelar yang lain berada di dalamnya.

Misalnya, pada satu langit Nabi Isa as. yang mendapatkan kehormatan dengan nama al-Qadir berjumpa dengan Rasul SAW.. Maka, Allah SWT. menjelma pada wilayah langit tersebut dengan gelar “Yang Mahakuasa.” Contoh yang lain, gelar “Yang berbicara” yang didapat oleh Nabi Musa as ialah tanda yang mendominasi wilayah langit yang merupakan kedudukan Nabi Musa as.

(39)

bersi-22

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

fat umum dan komprehensif, juga karena beliau mendapatkan seluruh manifestasi naNya, ma-ka beliau memiliki relasi dengan seluruh wilayah rububiyah. Karena itu, hakikat mi’raj yang beliau lakukan menuntut adanya pertemuan dengan para nabi yang merupakan pemilik kedudukan di berbagai wilayah tadi, serta melewati semua tingkatan yang ada.

Perumpamaan Kedua

Gelar “pemimpin tertinggi” yang melekat pada penguasa memiliki wujud dan tampilan pada se-tiap wilayah militer, mulai dari wilayah ko mandan dan jenderal yang bersifat luas dan komprehensif hingga wi layah kopral yang merupakan wilayah parsial dan khusus.

(40)

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj?

|

23

dan peng awas sesuai dengan luas dan sempitnya wilayah yang ada.

Sekarang, apabila pemimpin tertinggi itu ingin menyerahkan sebuah tugas yang terkait de-ngan semua jenjang militer lewat seorang tentara serta ingin menaikkannya kepada kedudukan yang tinggi, di mana bisa dilihat dari semua wilayah seka ligus bisa menyaksikan semuanya sehingga seperti pengawas atasnya, sang pemimpin terting-gi tentu akan memperjalankan tentara itu dalam keseluruhan wilayah mulai dari jenjang kopral hingga berakhir kepada jenjang yang paling tinggi satu persatu. Hal itu agar ia bisa menyaksikan dan disaksikan darinya. Kemudian pemimpin tertinggi menerima tentara tersebut di ha dapannya, mem-berikan kehormatan untuk berkomunikasi de-ngannya, dan memulia kan dengan sejumlah tanda jasa dan pe rintahnya, lalu mengutus kembali ke tempat asal dalam sekejap.

(41)

me-24

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

nyembunyikan diri di balik tirai dan di belakang sejumlah orang yang memiliki kedudukan ter-tentu. Seperti diriwayatkan bahwa para penguasa yang mencapai tingkat kewalian sempurna melak-sanakan perintah dalam banyak wilayah dalam wu-jud sejumlah orang.

Adapun hakikat yang bisa kita lihat le wat pers-pektif perumpamaan di atas ia lah: karena ketidak-berdayaan tidak ada di dalamnya, maka pe rintah dan hukum da tang secara langsung dari pemimpin umum kepada setiap wilayah. Hukum tersebut di-laksanakan lewat perintah, kehendak, dan kekua-tannya.

(42)
(43)

Mu-26

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

hammad SAW. yang merupakan wadah dari ber-bagai perangkatnya dan orbit dari berber-bagai tugas rohnya yang tak terhingga. Jasad beliau menyertai rohnya yang berupa cahaya, mampu menyerap ca-haya, serta lebih halus daripada kalbu wali, lebih ringan daripada ruh orang mati, lebih halus dari-pada jasad malaikat, lebih halus daridari-pada fisiknya yang mulia dan badannya yang bercahaya. Jasad tersebut sudah pasti menyertai rohnya untuk naik menuju arasy yang paling agung.

Sekarang, marilah kita melihat si ateis yang sedang memerhatikan.

Yang terlintas dalam benak bahwa orang ateis itu berkata dalam hatinya, “Aku tidak percaya kepada Allah dan tidak mengenal Rasul. Maka, bagaimana mungkin akan memercayai peristiwa mi’raj.”

Kita jelaskan padanya:

(44)

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj?

|

27

ukir dan penulis bagi berbagai ukiran mengagum-kan dan risalah penuh makna yang memenuhi permukaan bumi ini di mana ia terus terbaharui pada setiap musim.

Lalu, karena keberadaan dua penguasa pada satu persoalan akan merusak tatanannya, semen-tara terdapat satu tatanan yang sempurna mulai dari sayap lalat hingga bintang di langit, dengan demikian tentu penguasanya hanya satu. Pasal-nya, kreasi dan hikmah yang terdapat pada segala se suatu sangat indah dan rapi di mana pasti Pen-ciptanya Mahakuasa mutlak serta berkuasa dan mengetahui segala sesuatu. Andaikan Dia tidak satu, berarti ada ba nyak tuhan sebanyak jumlah entitas serta tentu setiap tuhan akan menjadi la-wan dari tuhan yang lain. Dalam kondisi demikian, sudah dapat dipastikan bahwa kerusakan akan ter-jadi.

(45)

pada-28

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

nya, serta gerakan dan perbuatan yang Dia tentu-kan pada nya di mana semuanya jauh mengungguli kerapian dan ketaatan yang ditunjukkan oleh satu pasukan. Karena itu, seluruh entitas menantikan perintah-Nya dan melaksanakannya serta pasti ada Penguasa yang bersifat mutlak yang terhijab di balik alam gaib.

(46)
(47)

disampai-30

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

kan kepada seluruh makhluk, lalu mengutusnya kepada mereka.

Ketika hakikat dan hikmah yang ada menun-tut hal tersebut, maka orang yang paling layak menunaikan tugas ini ialah Muhammad SAW.. Beliau benar-benar telah menunaikan semua tu-gas di atas secara sangat sempurna. Bukti yang adil dan jujur atas hal itu ialah dunia Islam yang beliau bangun dan cahaya Islam yang beliau per-lihatkan. Karena itu, nabi mulia ini harus menuju kedudukan mulia yang melebihi seluruh alam ser-ta melampaui seluruh entiser-tas agar dapat melaku-kan dialog yang komprehensif, universal, dan mu-lia dengan Sang Pencipta semesta alam. Peristiwa mi’raj mengetengahkan hakikat ini.

Sebagai kesimpulan: Tuhan Yang Mahabijak telah menghiasi alam yang agung dan menatanya untuk berbagai maksud dan tujuan mulia seperti itu. Nah, pada entitas terdapat jenis manusia yang dapat menyaksikan rububiyah yang bersifat meny-eluruh dengan smeny-eluruh detailnya berikut kekua-saan uluhiyah dengan semua hakikatnya. Karena itu sudah pasti Penguasa Mutlak tersebut akan berbicara dengan manusia seraya mengajarkan sejumlah tujuan-Nya.

(48)

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj?

|

31

yang bersih dari sifat parsial dan rendah, maka ada di antara mereka yang akan diberi tugas tersebut agar memiliki hubungan dengan dua sisi sekaligus. Yakni, di satu sisi sebagai manusia yang meng ajari mereka dan di sisi lain memiliki roh paling tinggi untuk bisa berbicara de ngan Tuhan secara lang-sung.

Selanjutnya, karena sosok terbaik di anta-ra manusia yang bisa menyampaikan maksud-maksud Pencipta alam, bisa menyingkap misteri alam semesta dan meme cahkan teka-teki pencip-taan, serta sosok paling sempurna yang menyeru kepada keagungan rububiyah ialah Muhammad SAW., maka sudah pasti beliau akan memiliki per-jalanan maknawi dan mulia di mana ia menjadi mi’raj bagi beliau dalam bentuk perjalanan di alam fisik. Beliau akan menempuh sejumlah tingkatan menuju apa yang ada di balik entitas, menuju dinding pemisah nama, serta manifestasi sifat dan perbuatan-Nya yang diungkap lewat tujuh puluh ribu hijab. Inilah yang disebut de ngan mi’raj.

(49)

32

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Kami jelaskan bahwa Allah SWT. lebih dekat kepada segala sesuatu daripada segala sesuatu. Hanya saja, segala sesuatu sangat jauh dari-Nya.

Seandainya mentari bisa merasa dan bisa ber-bicara, maka ia berbicara denganmu lewat cermin yang terdapat di tanganmu serta berbuat apa saja kepadamu. Ketika ia lebih dekat kepadamu daripa-da pupil mata yang menyerupai cermin, di sisi lain engkau jauh darinya sejarak kira-kira empat ribu tahun. Engkau tidak bisa mendekati nya dari aspek apa pun. Jika engkau naik ke bulan dan ke titik di mana engkau bisa berhadapan dengan mentari se-cara langsung, hanya menjadi sejenis cermin yang memantulkannya.

Demikianlah Dzat Yang Mahaagung yang me-rupakan Mentari azali dan abadi lebih dekat ke-pada segala sesuatu darike-pada segala sesuatu. Se-mentara itu, segala sesuatu sangat jauh dari-Nya. Hanya saja, orang yang menempuh seluruh alam, yang berlepas dari sisi parsialnya, lalu naik kepada jenjang totalitas secara berangsur-angsur, kemu-dian menyeberangi ribuan hijab, dan mendekat kepada nama yang mencakup semua entitas ser-ta melewati ba nyak tingkaser-tan untuk kemudian mendekat kepada-Nya.

(50)

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj?

|

33

gi. Ia melihat panglima nya dari jarak yang sangat jauh dan dari banyak sekat. Ia melihatnya dalam bentuk miniatur dalam jenjang kopral. Adapun agar bisa dekat dengan sang panglima tersebut dari sisi maknawi ialah dengan melewati banyak jenjang seperti letnan, kapten, dan mayor. Se-mentara, panglima tertinggi berada di sisinya ser ta melihatnya lewat perintah, hukum, peng-awasan, hikmah, dan pengetahuannya. Ia berada di hadapannya sebagai pemimpin secara maknawi maupun secara lahiriah. Karena hakikat ini telah ditegaskan dalam kalimat keenam belas, kami cu-kupkan sampai di sini.

Selain itu, yang juga terlintas dalam benak bahwa engkau berkata dalam hati, “Aku menging-kari keberadaan langit dan tidak beriman kepada malaikat. Bagaimana mungkin aku akan memer-cayai perjalan an seorang manusia di langit dan kondisi nya yang bertemu dengan malaikat?”

(51)

34

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Seperti yang dimaklumi, angkasa dipenuhi oleh eter. Cahaya, listrik, hawa panas, dan sejenis-nya menjadi bukti yang menunjukkan keberadaan materi yang memenuhi angkasa. Jika buah menun-jukkan keberadaan pohonnya, bunga kan keberadaan kebunnya, tangkai menunjuk-kan keberadaan ladang, serta imenunjuk-kan me nunjukmenunjuk-kan keberadaan laut, maka bintang-gemintang juga mendesak pandang an akal dan dengan sangat jelas menunjukkan keberadaan taman, tempat tumbuh, ladang, dan lautnya.

Karena alam yang tinggi dibangun da lam bera-gam bentuk, di mana masing-masing terlihat ane-ka hukum dalam posisi yang berbeda-beda, maane-ka asal dari hukum tersebut, yakni langit, juga berbe-da-beda antara satu dengan lainnya. Sebab, seba-gaimana dalam diri manusia terdapat beragam wujud maknawi selain fisik materi seperti akal, kalbu, roh, khayalan, dan daya ingat, di alam yang juga merupakan bentuk manusia yang lebih besar serta pada entitas yang merupakan pohon buah manusia, terdapat sejumlah alam lain di luar alam fisik. Di samping itu, setiap alam memiliki langit sendiri mulai dari alam bumi hingga alam surga.

(52)

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj?

|

35

ingkan dengan bintang, dipenuhi berbagai bentuk kehidupan dan perasaan yang merupakan sesuatu yang paling berharga dan paling bersinar di alam. Jika demikian, apalagi dengan langit yang meru-pakan lautan luas yang di dalamnya bintang bertas-bih laksana ba ngunan yang terhias rapi dan istana me gah jika diukur dengan bumi yang merupakan rumah gelap dan kecil. Jadi, langit merupakan tem-pat makhluk spiritual dan makhluk hidup dengan jenis yang beragam dan dengan jumlah tak terhing-ga. Mereka berupa malaikat dan makhluk rohani lainnya.

Kami telah menegaskan secara jelas keber adaan langit dan bilangannya dalam tafsir kami yang ber-judul Isyârât al­I’jâz fî Mazhôn al­Îjâz, tepatnya ketika menerangkan firman Allah yang berbunyi, “Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan­Nya tujuh langit.” (QS. al-Baqarah: 29). Kami juga telah membuktikan keberadaan malaikat dengan satu penegasan yang tak diragukan sedikitpun pada kalimat kedua puluh sembilan. Oleh karena itu, kami telah membahasnya secara singkat seraya mengembalikannya kepada dua risalah di atas.

(53)

36

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

dan planet seperti yang disebutkan oleh hadits, “Langit merupakan gelombang buta,”1 telah men-gambil bentuk yang beragam mulai dari galaksi hingga kepada planet yang berjalan menuju kita dalam tujuh tingkat an di mana masing-masing laksana atap bagi yang lain, mulai dari alam bumi hingga alam barzakh, alam mitsal (alam yang tak terindra), dan alam akhirat. Demikianlah menurut hikmah dan logika akal.

Dalam benak juga terlintas:

Wahai ateis, engkau berkata bahwa kita dapat naik hanya sampai ketinggian tertentu lewat pe-sawat dengan susah pa yah. Lalu bagaimana mung-kin manusia bisa menempuh jarak ribuan tahun dengan fisiknya kemudian kembali ke tempat asal hanya dalam beberapa menit?

Kami ingin menjelaskan bahwa benda yang be-rat seperti bumi bisa menempuh jarak sekitar 188 jam dengan gerakan tahunannya hanya dalam satu menit seper ti pengetahuan yang kalian dapatkan. De ngan kata lain, bumi menempuh jarak seukuran dua puluh lima ribu tahun dalam setahun.

1 Potongan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad

(54)

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj?

|

37

Jika demikian, bukankah Dzat Yang Mahakua-sa yang telah menjalankan bumi dengan gerakan teratur dan cermat serta memutar-mutarnya ba-gaikan batu di ujung seutas tali mampu mengha-dirkan manusia ke arasy? Bukankah hikmah yang telah memperjalankan bumi yang berat itu de-ngan hukum rabbani yang disebut dede-ngan gravi-tasi mentari mampu membuat fisik manusia naik menuju arasy Tuhan laksana kilat lewat gravitasi Tuhan dan tarikan kecintaan Mentari Azali?

Terlintas pula bahwa engkau berkata, “Ang-gap lah ia mampu naik menuju langit. Namun, mengapa harus dinaikkan? Apa kepentingannya? Bukankah cukup baginya naik dengan kalbu dan roh seperti yang dilakukan oleh para wali yang saleh?”

Kami ingin mengatakan:

(55)

38

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

alam pendengaran harus menyertai nya sampai ke Arasy. Selain itu, akal dan hikmah menuntut agar ketika menuju arasy beliau disertai oleh fisiknya yang penuh berkah yang berposisi sebagai mesin dan perangkat tempat berbagai aktivitas rohnya bekerja. Pasalnya, sebagaimana hikmah Ilahi men-jadikan fisik sebagai pendam ping bagi roh di dalam surga di mana fisik merupakan wadah bagi banyak tugas ubudiyah serta berbagai kenikmatan yang tak terhingga, maka fisik yang penuh berkah terse -but sudah pasti akan me nyertai roh. Lalu karena fisik masuk ke dalam surga bersama roh, maka di antara tuntutan hikmah Dia menjadikan fisik be -liau sebagai pendamping bagi dzat Muhammad SAW. yang dimi’rajkan menuju Sidratul Muntaha yang merupa kan jasad dari surga.

Setelah itu terbayang bahwa engkau akan ber-kata, “Menempuh jarak ribuan ta hun hanya dalam beberapa menit merupakan sesuatu yang mustahil secara akal.”

Jawabannya:

(56)

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj?

|

39

mengikuti rohnya yang mulia yang bisa melaku-kan mi’raj dengan sangat cepat di mana geramelaku-kan- gerakan-nya secepat roh?

Ketika tidur selama sepuluh menit engkau bisa mendapati berbagai kondisi yang tak mung-kin didapat saat terjaga selama setahun. Bahkan apa yang dilihat oleh ma nusia dalam mimpi dalam satu menit serta ucapan yang ia dengar dan ber-bagai per kataan yang terlontar jika semuanya di-kumpulkan akan membutuhkan waktu se hari atau lebih di saat terjaga. Jadi, satu waktu bagi dua orang berbeda bisa seperti se hari bagi yang satu dan bisa seperti satu tahun bagi yang lain.

Renungkanlah pengertian ini dengan menela-ah contoh berikut:

(57)

40

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

daripada sebelumnya. Andaikan wilayah jarum penunjuk jam seukuran jam tangan kecil, berarti wilayah jarum penunjuk eksponen kesepuluh (0,00000000001 detik) seukuran putaran tahunan bumi atau lebih besar.

Sekarang anggaplah ada dua orang. Yang satu seolah-olah sedang menaiki ja rum jam seraya mengawasi dan mencermati sekitarnya, sementa-ra yang lain se-akan sedang menaiki jarum penun-juk eksponen kesepuluh (0,00000000001 detik) serta menyaksikan sekitarnya.

(58)

Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj?

|

41

Tuhan. Beliau mendapat kehormatan bertemu dan berbicara dengan-Nya. Serta beliau berkesempa-tan melihat keindahan Ilahi, menerima firman dan perintah Ilahi dan kembali untuk melaksanakan tugasnya. Beliau memang telah melakukannya.

Terbayang dalam benak bahwa kalian berka-ta, “Ya, hal itu mungkin saja terjadi. Namun tidak semua yang bersifat mungkin benar-benar ter-jadi. Pasalnya, bagaimana sesuatu yang tidak ada padanannya bisa diterima secara pasti sementara ia hanya sekadar mungkin terjadi?”

(59)

42

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

melakukan mi’raj spiritual menuju arasy dalam satu menit sebagaimana yang disebutkan dalam sejumlah riwayat yang valid. Sementara, malaikat yang merupakan fisik yang berasal dari cahaya bisa pergi dan kembali dari arasy menuju bumi dan dari bumi menuju arasy hanya dalam waktu singkat. Penduduk surga naik dari mahsyar menu-ju taman-taman surga hanya dalam waktu singkat.

(60)

LANDASAN KETIGA

Apa Hikmah Mi’raj?

Jawabannya:

Hikmah mi’raj demikian tinggi dan mulia, se-hingga akal manusia tak mampu menjangkaunya. Ia sangatlah dalam sehingga sulit diraih. Ia juga sangat halus sehingga sulit ditangkap oleh akal se-mata. Namun, meskipun hakikat hikmahnya tidak bisa dijangkau, keberadaannya dapat diketahui le-wat sejumlah isyarat sebagai mana berikut:

(61)

mem-44

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

perlihatkan kepada yang lain jejak keindahan dan kesempurnaan-Nya.

Karena Tuhan semesta alam memiliki keindah-an dkeindah-an kesempurnakeindah-an mutlak dengkeindah-an kesaksikeindah-an jejak dan ciptaan-Nya, maka keindahan dan ke-sempurnaan tersebut menjadi sesuatu yang dicin-tai. Oleh karena itu, Sang Pemilik keindahan dan kesempurnaan tersebut memiliki rasa cinta tak te-rhingga terhadap keindahan dan kesempurnaan-Nya. Rasa cinta yang tiada batas tersebut tampak lewat beragam bentuk dan wujud dalam ciptaan. Allah mencintai ciptaan-Nya, karena Dia melihat jejak keindahan dan kesempurnaan-Nya di dalam ciptaan tersebut.

Nah, karena ciptaan yang paling dicinta dan mulia bagi-Nya ialah makhluk hidup, sementara makhluk hidup yang paling dicinta dan mulia ia-lah yang memiliki perasaan, lalu makhluk pemilik perasaan yang paling dicinta ialah manusia den-gan melihat kepada potensinya yang komprehen-sif, maka manusia yang paling dicinta ialah sosok yang potensinya tersingkap secara sempurna se-hingga bisa memperlihatkan berbagai bentuk ke-sempurnaan-Nya yang tersebar dan tampak dalam ciptaan.

(62)

Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj?

|

45

tas dalam satu titik dan dalam satu cermin, serta untuk memperlihatkan semua jenis keindahan-Nya de ngan rahasia keesaan, Sang Pencipta semua entitas memilih sosok yang menjadi buah ber-sinar dari pohon penciptaan, yang kalbunya ibarat benih yang mengandung berbagai hakikat yang mendasar dari pohon tersebut. Dia memilihnya untuk melakukan mi’raj—laksana tali penghubung antara benih yang merupakan asal dan buah yang merupakan akhir—guna memperlihatkan rasa cinta kepada sosok istimewa itu atas nama seluruh entitas, memanggilnya untuk menghadap-Nya, memberikan kehormatan melihat keindahan-Nya, memuliakan dengan ucapan-Nya, serta menyerah-kan tugas dengan perintah-Nya agar hikmah suci di sisinya mengalir kepada yang lain.

Kita akan meneropong hikmah Ilahi ini lewat dua perumpamaan berikut:

(63)

46

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

luas dalam sejumlah ilmu, maka tidak aneh kalau penguasa tersebut ingin membuka sebuah galeri yang bersifat umum untuk menampilkan berbagai karyanya yang berharga di mana setiap pemilik keindahan dan kesempurnaan ingin menyaksikan dan mempersak sikan keindahan dan kesempur-naan tersebut. Hal itu untuk menarik perhatian manusia guna melihat keagungan kekuasaannya serta untuk memperlihatkan kilau kekayaannya, kehebatan kreasinya, serta keajaiban makrifatnya. Juga agar keindahan dan kesempurnaan maknawi tadi bisa dilihat dari dua sisi:

Pertama, lewat pandangannya yang tajam dan menembus.

(64)

Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj?

|

47

tiap kelompok seraya menyiapkan jamuan umum yang dipenuhi berbagai karunia dan jenis makan-an lezat.
(65)

48

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

dalam istana makna dari dekorasi dan ukiran yang tertata rapi serta bagaimana ia menunjukkan ke-sempurnaan dan kreasi pemilik istana. Ia mem-bimbing mereka terkait dengan cara berjalan dan istirahat serta mendiktekan cara-cara penghor-matan terhadap penguasa agung yang tak terlihat. Semua itu sesuai dengan apa yang ia inginkan dan minta.

(66)
(67)

50

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

merupakan penerjemah yang jujur dan khas bagi Dzat Mahaagung.

Demikianlah kami telah menjelaskan sejum-lah hikmah di antara sekian banyak hikmah mi’raj. Hal itu sebagaimana dije las kan dalam perspektif perumpamaan di atas. Engkau bisa membanding-kan hikmah-hikmah yang lain dengannya.

Perumpamaan Kedua

Seorang yang berilmu menulis sebu ah buku menakjubkan. Setiap lembaran da rinya penuh dengan hakikat seperti yang terdapat pada seratus buku. Setiap kata nya berisi sejumlah makna yang terdapat pada seratus baris. Sementara setiap hu-ruf darinya menjelaskan sejumlah pengerti an yang terdapat pada seratus kata. Lalu semua mak-na buku tersebut dan semua hakikatnya mene-rangkan kesempurnaan maknawi penulisnya yang mengagumkan.

(68)

Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj?

|

51

sehingga ia akan senang dan dicintai. Dengan kata lain, penulis tersebut akan mengajari seseorang mengenai sejumlah kosakata dalam buku terse-but berikut semua makna dan hakikatnya seraya mendiktekan kepadanya pelajaran demi pelajaran dari awal hingga akhir halaman sampai kemudian ia memberikan kesaksian atasnya.

Demikian pula Pengukir Yang Mahaindah, Allah SWT. menulis buku-buku alam ini sedemiki-an rupa dalam rsedemiki-angka menunjukksedemiki-an kesempur-naan-Nya dan mem perlihatkan keindahan berikut hakikat nama-Nya yang suci, sehingga semua enti-tas lewat berbagai arah yang tak terhingga mem-beritahukan dan mengungkap kan nama-nama-Nya, sifat-sifat-nama-nama-Nya, dan kesempurnaan-Nya yang tak terbatas.

(69)

kom-52

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... prehensif, serta kesiapan paling sempurna.

Guna mengajarkan buku semacam itu secara keseluruhan beserta semua hakikatnya, secara hikmah harus ada perjalanan dalam bentuk yang sangat mulia dan tinggi. Dengan kata lain, harus ada penyaksian dan perjalanan mulai dari tingka-tan entitas yang sangat banyak—yang merupakan halaman pertama dari buku ini—dan berakhir ke-pada wilayah keesaan yang merupakan akhir lem-barannya. Demikianlah engkau bisa menyaksikan sebagian dari hikmah mi’raj yang mulia lewat per-spektif perumpamaan tadi.

Sekarang marilah kita menoleh kepada si ateis yang terus menyimak. Kita perhatikan apa yang terlintas dalam benaknya guna menyaksikan hal apa yang masih tidak jelas.

Yang terbayang dalam benak bahwa hatinya berbisik: “Aku telah mulai percaya namun, terda-pat tiga permasalahan dan problem yang tidak bisa kupecahkan dan kupahami:

Pertama, mengapa mi’raj yang demikian agung tersebut dikhususkan kepada Muhammad SAW..

(70)

Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj?

|

53

pada waktu yang sama ia merupakan buah alam yang paling akhir dan paling bersinar. Apa maksud dari perkataan ini?

Ketiga, dalam penjelasan yang kau berikan sebelumnya engkau berkata bahwa naik ke alam yang tinggi dimaksudkan untuk menyaksikan ru-ang kerja dan pabrik dari berbagai jejak yru-ang ter-dapat di alam serta untuk melihat sejumlah buah dari simpanan kekayaannya. Apa maksud dari uca-pan ini?”

Permasalahan Pertama

Sebagai jawabannya: permasalahan pertama-mu ini telah dibahas secara panjang lebar pada ketiga puluh tiga kalimat dalam buku al­Kalimât. Di sini kami ha nya akan menerangkannya secara singkat dalam bentuk daftar ringkas dari kesem-purnaan pribadi Nabi SAW. berikut dalil kenabian-nya dan mengapa beliau yang pa ling layak untuk mendapatkan mi’raj yang agung tersebut.

(71)

ka-54

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

bar gembira darinya. Ia tuliskan semua itu dalam bukunya yang berjudul ar­Risâlah al­Hamîdiyyah.

Kedua, dalam sejarah dan dalam berbagai ri-wayat yang valid terdapat begitu banyak kabar gem-bira yang diberikan oleh sejumlah peramal terkenal seperti Syiq dan Satih sebelum kedatangan Nabi SAW. di mana mereka memberikan informasi bah-wa beliau merupakan nabi akhir zaman.

Ketiga, jatuhnya sejumlah berhala di Ka’bah pada malam kelahiran beliau serta terbelahnya istana terkenal milik Kisra ber ikut ratusan kejadi-an luar biasa ykejadi-ang disebut irhasat tertera dalam berbagai bu ku sejarah.

Keempat, memancarnya air dari jari-jemari beliau serta bagaimana beliau bisa memberi-kan air kepada pasumemberi-kan dengannya, lalu rintihan batang pohon masjid itu di hadapan jamaah besar akibat perpindahan mimbar, serta terbelahnya bu-lan sebagaimana disebutkan dalam Alquran, “dan bulan pun terbelah,” dan berbagai mukjizat sejenis yang dianggap valid oleh para ula ma peneliti yang jumlahnya mencapai se ribu di mana ia dibuktikan oleh sejumlah buku sirah dan sejarah.

(72)

Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj?

|

55

yang melekat padanya dalam berdakwah berada dalam tingkatan yang paling mulia. Hal itu ditun-jukkan oleh sejumlah interaksi dan pe rilaku beliau de ngan manusia. Syariat beliau yang istimewa berisi berbagai perilaku baik yang sempurna yang dibuktikan oleh akhlak terpuji dalam agama Islam.

Keenam, dalam isyarat kedua dari ka limat ke se puluh kami telah menjelaskan bahwa Rasul SAW. adalah orang yang memperlihatkan tingkat-an ubudiyah yang pa ling tinggi dan mulia lewat peng abdian agung dalam agamanya sebagai res-pons ter hadap kehendak Allah dalam penampak-an uluhiyah-Nya sesuai tuntutpenampak-an hikmah. Sesuai dengan tuntunan hikmah dan hakikat, Pencipta alam ingin memperlihatkan keindahan dalam kesempurnaan-Nya yang mutlak, Rasul SAW. ialah orang terbaik yang memperlihatkan dan mem-perkenalkan keindahan-Nya.

Sebagai tanggapan atas kehendak Sang Pen-cipta alam dalam mengarahkan perhatian makh-luk kepada kesempurnaan kreasi-Nya dalam kein-dahan mutlak serta memamerkannya, jelas bahwa beliau ialah penyeru dengan suara yang paling tinggi.

(73)

be-56

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

liau juga merupakan sosok yang paling sempurna dalam menyuarakan seluruh tingkatan tauhid.

Sesuai dengan tuntunan hikmah dan hakikat Pemilik alam ingin melihat dan memperlihatkan keindahan Dzat-Nya, dan kehalusan estetika-Nya seperti ditunjukkan oleh tanda-tanda kekuasaan-Nya yang lembut pada cermin, sangat jelas bahwa beliau ialah cermin bening yang memantulkan se-jumlah keindahan dan merupakan sosok terbaik yang mencintai dan menanamkan kecintaan pada-Nya.

Sang Pembangun istana alam ini ingin men-jelaskan dan memamerkan simpanan gaib yang berisi mukjizat paling indah dan permata pa ling berharga, serta ingin memperkenalkan dan mem-beritahukan kesempurnaan-Nya dengan simpan-an tersebut. Sebagai balassimpan-annya ssimpan-angat jelas be-liau merupakan sosok yang memperkenalkan, memamerkan, dan menyifati seluruh simpanan persoalan gaib milik Pencipta alam dalam bentuk yang agung.

(74)

Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj?

|

57

orang yang bertafakur dan bertamasya. Sebagai tanggapannya sangat jelas beliau merupakan so-sok yang paling sempurna dalam membimbing jin, manusia, bahkan makhluk ruhani dan malai-kat lewat Alquran al-Karim.

Sang Penguasa Alam Yang Mahabijaksana ber kehendak menyingkap teka-te ki tersembunyi yang berisi maksud dan tu juan dalam perubah-an alam dperubah-an misteri tiga soal membingungkperubah-an yang terdapat di alam, yaitu dari mana engkau? Dan akan ke mana? Siapa? kepada makhluk lewat seorang utusan. Dalam hal ini, beliau ialah sosok terbaik dalam menyingkap teka-teki dan misteri tersebut lewat sejumlah hakikat Alquran dengan sangat jelas dan dalam derajat yang agung.

(75)

58

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

Tuhan semesta alam berkehendak meng alih-kan wajah manusia dari makhluk yang demikian banyak kepada keesaan dan dari sesuatu yang fana menuju sesuatu yang abadi melaui seorang pembimbing. Karena Allah berikan pada manu-sia yang merupakan buah dari alam sejumlah kecenderung an yang meliputi seluruh alam seraya menyiapkannya untuk melakukan pengabdian se-cara total. Dia mengujinya dengan berbagai per-asaan yang mengarah kepada makhluk dan dunia. Beliau sosok paling agung dalam memenuhi tugas kerasulan sekaligus melakukan bimbingan dalam bentuk terbaik dengan Alquran dalam tingkatan paling tinggi dan dalam bentuk yang paling baik.

(76)

Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj?

|

59

Ketujuh, kita menyaksikan bahwa ada proses memperindah yang sangat baik dan proses peng-hiasan dalam bentuk yang pa ling indah pada alam. Tentu saja, proses tersebut menunjukkan keberadaan kehendak untuk memperindah dan mempercantik pada Pencipta Alam. Kehendak kuat tersebut secara jelas membuktikan adanya keinginan kuat dan mulia serta cinta yang suci pada diri Pencipta terhadap ciptaan-Nya.

Karena itu, tentu saja makhluk yang pa ling dicinta oleh Pencipta Yang Maha Pemurah yang mencintai ciptaan-Nya ada lah sosok yang memiliki sejumlah sifat di atas, sosok yang memperlihatkan berbagai kelembutan kreasi-Nya secara sempurna, sosok yang mengenal dan memperkenalkan-Nya, sosok yang menanamkan kecintaan pada-Nya, ser-ta sosok yang dengan penuh penghargaan menga-presiasi keindahan berbagai ciptaan lainnya.

(77)

60

|

Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...

penghargaan dan apresiasi saat melakukan pere-nungan, pengungkapan, zikir, dan tahlil? Siapakah gerangan sosok penuh berkah itu kalau bukan Mu-hammad SAW. yang amanah?!

Nabi mulia semacam ini yang akan ditambah-kan kepada timbangan kebaiditambah-kannya setara de ngan kebaikan yang dilakukan oleh umatnya sesuai kaidah, “yang menjadi sebab mendapat pahala se-perti orang yang melaksanakannya,”; serta sosok yang akan ditambahkan kepada kesempurnaan maknawinya limpahan salawat yang dicu rahkan oleh seluruh umatnya; sosok yang diberi curah-an rahmat dcurah-an cinta Ilahi tak terhingga di sam-ping buah dari tugas risalah yang berupa ganjaran maknawi yang agung. Ya, sudah pasti kepergian Nabi agung semacam ini menuju surga, Sidratul Muntaha, dan arasy yang paling agung hingga se-jarak dua busur atau lebih dekat lagi melalui tang-ga miraj, merupakan kebenaran mutlak, sebuah hakikat, dan suatu hikmah.

Permasalahan Kedua

(78)
(79)

Referensi

Dokumen terkait

tinggi, memiliki pengetahuan, kesukaan dan keinginan untuk membeli produk tersebut, jadi pengaruh audiens siswa Sekolah Dasar Muhammadiyah 27 Jakarta terhadap iklan Oreo Soft

transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat, maka semua penerimaan dan pengeluaran keuangan desa dalam

f) Akhirnya dalam setiap Kompilasi Perundang-undangan itu perlu juga disebut prinsip atau kaidah Hukum Perdata Indonesia atau Hukum Administrasi Negara, atau yang seperti

Natrium nitrat merupakan bahan kimia intermediet maka pemilihan lokasi di Cilegon adalah tepat, karena merupakan kawasan industri yang berarti memperpendek jarak antara pabrik

Populasi dalam Penelitian ini adalah semua Pihak/Instansi yang terkait dengan proses Penyelesaian Kredit Macet pada Bank Jateng Cabang Pati. Agar Penelitian ini

Gunakan Jagung fungsional antisianin sebagai bahan baku ketahanan pangan nasional, manfaatkan sebagai makanan balita untuk hidup lebih sehat sebagai penerus generasi

Yang berada di lingkaran I sampai dengan V adalah kerjasama yang sudah dirintis dan program sudah tersusun, sedang yang berada diluar lingkaran I – V, tapi berada dalam lingkaran