• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA A. Pembahasan Tentang Pendidikan Agama Islam

B. Pembahasan Tentang Implementasi Kurikulum 2013 1. Pengertian Kurikulum 2013

6. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013

Pengembangan Kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis, psikologis, sosiologis, yuridis dan konseptual sebagai berikut: 62

1. Landasan filosofis

Filsafat berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu dari kata philos dan sophia. Philos berarti cinta yang mendalam dan sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat secara harfiah dapat diartikan sebagai cinta yang mendalam terhadap kearifan. Secara populer filsafat sering diartikan sebagai pandangan hidup individu. Sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang peranan penting dalam proses pengembangan kurikulum. Ada beberapa fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum.

61 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, 2014. Bandung: Rosda Karya. Cetakan ke- 4. Hal. 82

62 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, 2014. Bandung: Rosda Karya. Cetakan ke -4. Hal. 65

119

a. Filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan. Dengan filsafat sebagai pandangan hidup atau value system, maka dapat ditentukan mau dibawa kemana peserta didik yang kita didik itu.

b. Filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

c. Filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan. Filsafat sebagai sistem nilai dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran.

d. Melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolok ukur keberhasilan proses pendidikan.

Terdapat dua landasan filosofis yang mempengaruhi pengembangan Kurikulum 2013, antara lain:

a. Filosofi Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan.

b. Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.

2. Landasan Psikologis

Minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Kedua hal ini sangat diperlukan, baik di dalam merumuskan tujuan, memilih dan menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode pembelajaran serta teknik-teknik penilaian.

120

a. Psikologi perkembangan

Anak sejak dilahirkan sudah memperlihatkan keunikan–keunikan yang berbeda satu dengan lainnya, seperti pernyataan dirinya dalam bentuk tangisan dan gerakan–gerakan tubuhnya. Hal ini menggambarkan bahwa sejak lahir anak telah memiliki potensi untuk berkembang. Di dalam psikologi perkembangan, terdapat banyak pandangan ahli berkenaan dengan perkembangan individu pada tiap–tiap fase perkembangan.

Psikologi perkembangan memandang aspek kesiapan peserta didik dalam proses pelaksanaan kurikulum, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum perlu memandang dan memperhatikan faktor psikologi perkembangan dari tiap peserta didik.

Di dalam buku karya Nana Syaodih setidaknya ada beberapa implikasi psikologi dalam pengembangan kurikulum, diantaranya:

a. Tiap peserta didik diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat, dan kebutuhannya,

b. Di samping disediakan pembelajaran yang bersifat umum (program inti) yang harus dipelajari peserta didik di sekolah, disediakan pula pembelajaran pilihan sesuai minat dan bakat peserta didik,

c. Kurikulum selain menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan juga menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik,

121

d. Kurikulum memuat tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai / sikap, dan keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir dan bathin.

b. Psikologi Belajar

Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana individu belajar. Secara sederhana, belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman. Segala perubahan tingkah laku baik, afektif, kognitif, maupun psikomotorik dan terjadi karena proses pengalaman. Perubahan yang terjadi secara instingtif, yang terjadi secara kebetulan, bukan termasuk belajar.

Psikologi belajar yang berkembang sampai saat ini, pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi 3 kelas, antara lain:

a. Teori Disiplin Daya / Disiplin Mental

Teori disiplin berasal dari psikologi daya. Menurut teori ini individu atau anak mempunyai sejumlah daya mental seperti daya untuk mengamati, menanggapi, mengingat, berpikir, dan memecahkan masalah. Maksud dari teori ini adalah belajar merupakan proses melatih daya-daya tersebut. Dan tujuannya tidak lain adalah untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi.

Ada juga yang berpendapat bahwa teori mental humanistik bersumber pada psikologi humanisme klasik Aristoteles dan Plato. Aristoteles memberikan definisi yang hampir sama akan tetapi

122

mempunyai perbedaan dengan teori disiplin mental theistic. Teori tersebut menekankan bagian-bagian, latihan bagian, atau aspek tertentu. Teori disiplin mental humanistik lebih menekankan keseluruhan atau keutuhan. Fokusnya adalah menekankan pada pendidikan yang umum (general education), jika seorang menguasai hal-hal yang bersifat umum akan mudah diaplikasikan kepada hal-hal yang bersifat khusus.

b. Behaviorisme

Menurut teori ini kehidupan tunduk pada hukum S – R (stimulus – respon) atau aksi-reaksi. Menurut teori ini, pada dasarnya belajar merupakan hubungan respon – stimulus. Belajar merupakan upaya untuk membentuk hubungan stimulus – respon seoptimal mungkin. Tokoh utama teori ini yaitu Edward L. Thorndike yang memunculkan tiga teori belajar yaitu, law of readiness, law of exercise, dan law of effect.

Menurut hukum kesiapan (readiness) hubungan antara stimulus dengan respon akan terbentuk bila ada kesiapan pada sistem syaraf individu. Hukum latihan/pengulangan (exercise/repetition) stimulus dan respon akan terbentuk apabila sering dilatih atau diulang – ulang. Hukum akibat (effect) menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respon akan terjadi apabila ada akibat yang menyenangkan.

123

c. Cognitive Field

Teori ini bersumber pada psikologi lapangan (field psychology), dengan tokoh utamanya Kurt Lewin. Teori ini beranggapan bahwa individu selalu berada dalam suatu lapangan psikologis, dan Lewin menyebutnya sebagai life space. Dalam lapangan ini selalu ada tujuan yang ingin dicapai. Ada motif yang mendorong pencapaian tujuan dan ada hambatan-hambatan yang harus diatasi.

Istilah cognitive berasal dari bahasa latin cognoscre yang berarti mengetahui (to know). Aspek ini dalam teori belajar cognitive field berkenaan dengan bagaimana individu memahami diri dan lingkungannya, bagaimana individu tersebut menggunakan pengetahuan serta bagaimana dia berbuat pada lingkungannya. Bagi penganut teori ini, belajar adalah suatu proses interaksi. Dalam proses interaksi tersebut individu mendapatkan pemahaman baru atau menemukan struktur kognitif lama. Dan dalam pengaplikasiannya dalam dunia pendidikan seorang guru harus mengerti akan dirinya dan orang lain, sebab dirinya dan orang lain serta lingkungannya merupakan satu kesatuan. 63

3. Landasan Sosiologis

63

124

Landasan sosiologis mengarahkan kajian mengenai kurikulum yang dikaitkan dengan masyarakat, kebudayaan, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada hakikatnya hal tersebut merupakan landasan yang sangat mempengaruhi penetapan isi kurikulum.

4. Landasan Yuridis

a. RPJMM 2010-2014 sektor pendidikan, tentang perubahan metodologi pembelajaran dan penataan kurikulum

b. PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

c. INPRES nomor 1 tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa.

5. Landasan Konseptual

b. Relevansi pendidikan (link and match) c. Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter

d. Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) e. Pembelajaran aktif (student active learning)

f. Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh