• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Landasan teori

Proses pendidikan merupakan berubahnya menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap keberlangsungan proses disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila terdapat pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah yang mencakup (dosen, mahasiswa, kurikulum, uang, peralatan, dan sebagainya) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran

yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.

Untuk menghasilkan suatu institusi pendidikan yang berkualitas maka salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah pemenuhan sumberdaya. Menurut pendapat Gomes yang dikutip Siagian (2006) bahwa sumberdaya adalah daya kerja suatu lembaga/institusi agar orang-orang yang ada didalam organisasi dapat melakukan kerja sama dalam mencapai tujuan bersama maka diperlukan daya kerja. Menurut Sinungan (2005) bahwa sumberdaya pada umumnya yang terdapat pada suatu lembaga dikelompokkan atas 2 macam yaitu: (1) sumberdaya manusia (human resources), dan (2) sumberdaya non manusia.

Donabedian (2003) dalam bukunya An Introduction to Quality Assurance in Health Care, mengatakan bahwa ada tiga katagori layanan dalam meningkatkan mutu suatu Institusi yaitu struktur, proses, dan output.

1. Standar struktur. Standar struktur adalah standar yang menjelaskan semua peraturan yang berlaku pada suatu institusi pendidikan yang didalamnya mencakup hubungan suatu organisasi, visi-misi organisasi, sumberdaya manusia (human resources) maupun sumber daya tak bergerak (human-non resources). Standar struktur sering juga disebut rule of the games.

2. Standar Proses. Standar proses adalah yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dalam hal ini adalah proses pembelajaran, pedoman yang terdapat pada kegiatan pembelajaran, bagaimana melakukannya dan bagaimana sistem bekerja. Standar proses sering disebut dengan playing the games.

3. Standar Keluaran. Standar keluaran merupakan hasil akhir produk yang telah dilaksanakan. Keluaran (output) adalah apa yang diharapkan akan terjadi sebagai hasil layanan yang telah dilaksankan.

Sanjaya (2008) salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas proses pendidikan adalah pendekatan sistem. Melalui pendekatan sistem kita dapat melihat berbagai aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu proses. Didalam komponen-komponen sistem pembelajaran terdapat beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan didalam keberhasilan sistem pembelajaran, ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Komponen Sistem Proses Pembelajaran

S Proses S1

Input Tujuan Output

Isi/Materi

Metode

Media

Gambar 2.1 Evaluasi

Komponen Sistem Proses Pembelajaran

Pada Gambar 2.1 tersebut dapat dilihat bahwa sebagai suatu sistem, proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain saling berinteraksi dan berinterelasi. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan,

materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media, dan evaluasi (Sanjaya, 2008).

Institusi pendidikan keperawatan menghadapi tantangan dalam mempersiapkan perawat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan praktek keperawatan dan menjadi akuntabel serta bertanggung jawab atas perawatan kesehatan baik individu, keluarga dan masyarakat (Bourbonnais, 1984). Perbaikan kurikulum terus menerus dilakukan untuk memunculkan ide-ide baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada saat ini (Hooten 1976). Perkembangan pengetahuan menuntut perbaikan dan perubahan kurikulum untuk itulah setiap institusi pendidikan berusaha untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan keperawatan yang mengenali kebutuhan untuk menggunakan model keperawatan sebagai dasar pengembangan kurikulum. Salah satu pengembangan kurikulum dalam model proses pembelajaran yang berlaku saat ini adalah model pembelajaran berbasis aktif.

Proses pembelajaran

Menurut Confrey (1995) belajar merupakan akuisisi aktif ide-ide dan konstruksi pengetahuan, bukan suatu proses yang pasif. Dengan kata lain, belajar membutuhkan individu untuk menjadi aktif dan menjadi terlibat dalam

secara aktif antara dosen dan mahasiswa secara luas diterima saat ini dan disebut bagian dari bentuk mutu pendidikan. Silberman (1996) menyebutkan bahwa para pelajar sangat dituntut untuk melakukan hal tersebut dengan hal mencari tahu sendiri, melakukan suatu percobaan, mencoba keterampilan, dan melakukan tugas yang bergantung pada pengetahuan yang sudah mereka miliki atau mereka pelajari terlebih dahulu.

pembangunan model mental pribadi yang mandiri. Hazzan et al (2011) dalam proses pembelajaran berbasis aktif learning, model pengajaran yang dipergunakan adalah berdasarkan proses: (1) pemicu, (2) l

1)

earning activity, (3) diskusi, (4) kesimpulan.

Pemicu. Tujuan dari tahap ini adalah untuk memperkenalkan topik dengan cara para dosen memberikan pemicu pembelajaran aktif berbasis menantang. Secara khusus, pemicu harus meningkatkan dan mendorong bermakna belajar dan harus memiliki potensi untuk meningkatkan beragam pertanyaan, dilema, sikap, dan persepsi

2)

.

Kegiatan. Dalam tahap ini, para siswa bekerja pada pemicu yang disajikan kepada mereka. Tahap ini mungkin pendek, atau mungkin lebih lama dan mengambil sebagian besar pelajaran

3)

.

Diskusi. Pada tahapan ini para mahasiswa melakukan proses pembahasan topik baik secara individu, berpasangan, atau dalam kelompok-kelompok kecil, seluruh kelas dikumpulkan. Selanjutnya instruktur menyoroti ide-ide penting yang disajikan oleh para siswa dan menekankan prinsip yang berasal dari ide-ide

4) Ringkasan. Ini tahap model menempatkan topik ke dalam konteks kursus dan menekankan konsep-konsep yang dibahas, serta mengambil kesimpulan berdasarkan hasil pembahasan bersama yang dilakukan.

.

Sujanto (2009) menjelaskan bahwa Pendidikan merupakan sebuah sistem yang saling berkaitan (input-proses-output) yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan keefektifan suatu institusi yang terdiri dari:

a. Tujuan input pendidikan:

1. Mahasiswa: sebagai masukan utama.

2. Memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas 3. Sumberdaya tersedia dan siap

4. Staff yang kompeten dan dediksi tinggi. 5. Memiliki harapan prestasi yang tinggi

6. Fokus pada pelanggan (mahasiswa/masyarakat)

7. Input manajemen: tugas jelas, rencana rinci dan sistematis, program kerja,aturan jelas, pengendalian mutu yang jelas.

b. Tujuan proses pendidikan

1. Proses belajar-mengajar yang efektif 2. Kepemimpinan Institusi yang kuat

3. Lingkungan Institusi yang aman dan tertib 4. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif 5. Institusi pendidikan memiliki budaya mutu

6. Institusi pendidikan memiliki team work yang kompak dan cerdas. 7. Institusi memiliki keterbukaan (tranparansi) manajeman.

8. Institusi melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan. 9. Institusi responsif dan antisipatif terhadap perubahan kebutuhan. 10.Institusi memiliki akuntabilitas publik yang kuat.

11.Mampu memelihara dan mengembangkan komunikasi yang baik. 12.Institusi memiliki kemauan untuk berubah

c. Tinjaun output pendidikan

2. Prestasi Insitusi (akademik dan non akademik)

Berdasarkan beberapa teori tersebut diatas, peneliti mencoba untuk membuat kerangka teori yang tertuang pada Gambar 2.2 berikut ini.

Kerangka Teoritis Quality control

Struktur Proses Outcomes

SDM (mahasiswa & staff pengajar)

Kurikulum Kompetensi Tupoksi yang jelas

Proses Pembelajaran

Student Centered Learning Active Learning

Evaluasi Pembelajaran Lingkungan yang Kondusif Good Team Working

Prestasi Mahasiswa IPK Meningkat Lulusan 100 % Prestasi Institusi

Akreditasi BAN-PT Memuaskan

Peningkatan Jumlah Mahasiswa Baru

Gambar 2.2 Kerangka Teoritis

Selanjutnya Jane & Hanestad (2002) dalam penelitiannya menemukan pentingnya hubungan pengetahuan profesional dan pengetahuan perbaikan untuk perbaikan kualitas berkesinambungan (Continues Quality Improvement/CQI). Temuan tersebut melibatkan 44 mahasiswa untuk mengikuti petunjuk dalam buku kerja menggambarkan PIP (Personal Improvement Project) selama 8 minggu dengan menjawab kuesioner. 45 % mereka mengatakan cara belajarnya lebih baik.89 % menyatakan bahwa penelitian ini telah membantu mereka untuk mulai belajar CQI, dan 75 % bahwa mereka bisa merasakan manfaat pembelajaran klinis. Hal ini menunjukkan bahwa untuk program pembelajaran CQI menjadi efektif

Hal ini sejalan dengan hasil analisis yang telah dilakukan oleh Ribek & Rahayu (2009) yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Depkes Denpasar“, yang menyimpulkan pentingnya penerapan standar pendidikan nasional guna meningkatkan mutu pendidikan suatu institusi.

apabila para pendidik, mahasiswa dan praktisi klinis duduk bersama dalam memecahkan suatu permasalah yang terjadi. Hal ini akan bisa terlaksana apabila Institusi pendidikan tersebut memiliki sistem penjaminan mutu internal.

Melaksanakan dan membuat program Quality Assurance dan peningkatan mutu pendidikan adalah suatu keharusan yang harus dilaksanakan oleh Universitas maupun perguruan tinggi guna meningkatkan penilaian kualitas dalam proses pendidikan. Hubball & Gold (2007) untuk memastikan kualitas pengalaman belajar menyatakan bahwa penting pemeriksaan Kurikulum yang sedang digunakan dalam keberlangsungan proses pembelajaran yang sedang

berlangsung dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kemajuan pengetahuan serta perubahan lingkungan dengan memperhatikan kesesuaian dengan program pembelajaran. Sebuah proses perbaikan dan evaluasi kurikulum terus menerus (Hill, 2007) dapat meminimalkan kesenjangan antara perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan masyarakat. Terdapat dua alasan dalam peningkatan penjaminnan kualitas dan peningkatan proses pengajaran oleh departeman pendidikan yaitu meningkatkan atau menghambat perubahan beroperasi pada tingkat ini (Knight, 2006). Dengan adanya kemauan dan sifat mau berubah dari para staff pengajar maka ini akan dapat menfasilitasi akan kendala tersebut, sehingga terciptanya perbaikan dan peningkatan kualitas.

Dokumen terkait