• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Proses Pembelajaran

Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu cara untuk dapat merangsang, memelihara, dan meningkatkan terciptanya proses berpikir dari setiap individu yang belajar, ciri utama dari pembelajaran adalah adanya interaksi antara peserta didik dengan lingkungan belajarnya, baik itu dengan guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar yang lain. Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa komponen-komponen pembelajaran diantaranya: pendidik, peserta didik, metode, media yang tersedia, sarana, materi yang diajarkan, dan hasil dari proses tersebut. Beberapa komponen tersebut kemudian dibangun dengan cara sistematik, hal tersebut menjadi hubungan erat antara kegiatan belajar mengajar sehingga terjadi suatu kondisi yang saling berkaitan, berinteraksi, mempengaruhi, dan menunjang satu sama lainnya (Mulyasa, 2009).

Selanjutnya Mulyasa menekankan dalam melaksanakan proses pembelajaran terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya: (1) pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) pembentukan kompetensi, (4) penutup.

2.3.1 Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mulyasa (2009), apapun dan bagaimanapun bentuk kurikulumnya hal yang paling penting yang perlu diperhatikan oleh para pendidik adalah bagaimana menjabarkan ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dengan kata lain, tugas utama seorang tenaga pendidik dalam kaitannya dengan dokumen

kurikulum adalah membuat rencana pembelajaran yang akan dijadikan pedoman pelaksanaan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Ini perlu ditekankan, karena hasil pengamatan, bahkan pengakuan jujur para pendidik menunjukkan sedikit sekali pembuat yang membuat perencanaan sebelum melakukan pembelajaran, jika kondisi tersebut dibiarkan maka kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga pendidik tersebut sulit untuk dipertanggungjawabkan sehingga sulit pula untuk menghasilkan output yang berkualitas, yang dapat dijadikan tumpuan harapan oleh seluruh masyarakat, bangsa, dan negara pada umumnya.

2.3.2 Pentingnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Perencanaan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan dalam implementasi pengajaran, dimana ini akan menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan dan menentukan kualitas pendidikan serta kualitas SDM, baik dimasa sekarang maupun dimasa depan. Oleh karena itu, baik dalam kondisi dan situasi bagaimanapun, pendidik tetap harus membuat RPP.

Sedikitnya terdapat dua fungsi RPP dalam implementasi pengajaran, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan pembelajaran.

1. Fungsi perencanaan

RPP hendaknya dapat mendorong pendidik lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Oleh karena itu, setiap akan melakukan pembelajaran pendidik wajib memiliki persiapan, baik persiapan tertulis maupun tak tertulis.

Untuk mensukseskan implementasi pengajaran, RPP harus disusun secara sistemik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual. Dengan demikian, RPP berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan.

Seorang pendidik yang profesional harus mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang baik, logis, dan sistematis. Karena disamping itu untuk melaksanakan pembelajaran, persiapan tersebut mengembangkan profesional accountability sehingga pendidik dapat mempertanggung jawabkan apa yang dilakukannya.

Cyntia (1993:113) yang dikutip Mulyasa (2009) mengemukakan bahwa proses pembelajaran yang dimulai dengan fase pengembangan rencana pembelajaran, ketika kompetensi dan metodologi telah diidentifikasi, akan membantu pendidik dalam mengorganisasikan materi standar, serta mengantisipasi peserta didik dan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran. Sebaliknya, tampa rencana pembelajaran, seorang pendidik akan mengalami hambatan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya.

Mulyasa (2009) rencana pembelajaran merupakan hal penting yang harus dilakukan pendidik untuk menunjang pembentukan kompetensi yang diharapkan. Selanjutnya Gagne dan Briggs (1998) yang dikutip Mulyasa (2009) mengisyaratkan bahwa dalam mengembangkan rencana pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran perlu memperhatikan empat asumsi sebagai berikut:

1. Rencana pembelajaran perlu dikembangkan dengan baik dan menggunakan pendekatan sistem. Pengembangan rencana pembelajaran dipengaruhi oleh teori-teori yang melandasinya dan langkah-langkah yang ditempu dalam proses pembuatannya. Proses pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem karena memiliki sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan berinterelasi, memiliki fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan membentuk kompetensi peserta didik.

2. Rencana pembelajaran harus dikembangkan berdasarkan pengetahuan tentang peserta didik. Kualitas rencana pembelajaran banyak bergantung pada bagaimana rencana tersebut dibuat, apakah bersifat ilmiah, intuitif, atau keduanya. Rencana pembelajaran harus dikembangkan secara ilmiah berdasarkan pengetahuan tentang peserta didik, yaitu teori-teori belajar dan pembelajaran yang telah diuji coba dan diteliti oleh para ahli ilmu pendidikan.

3. Rencana pembelajaran harus dikembangkan untuk memudahkan peserta didik belajar dan membentuk kompetensi dirinya. Penataan berbagai unsur pembelajaran dengan baik akan sangat membantu memudahkan proses belajar dan pembentukan kompetensi peserta didik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, yaitu (a) informasi harus disiapkan dengan baik, (b) diberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang dekat dengan kehidupan peserta didik, (c) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam

proses pembelajaran, (d) menggunakan sarana dan alat pendukung yang bervariasi, dan (e) memilih dan menggunakan metode yang bervariasi. 4. Rencana pembelajaran hendaknya tidak dibuat asal-asalan, apalagi hanya untuk memenuhi sarat administrasi. Asumsi keempat ini bersifat menegaskan akan pentingnya asumsi pertama dan kedua, yakni bahwa program satuan pembelajaran harus disusun sesuai dengan prosedur ilmiah.

2.3.3 Pelaksanaan Pembelajaran

Mulyasa (2009) mengatakan dalam implementasi pengajaran akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran, yakni bagaimana agar isi atau pesan-pesan kurikulum dapat dicerna oleh peserta didik secara tepat dan optimal. Pendidik harus berupaya agar peserta didik dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa yang digariskan dalam kurikulum.

Pada umumya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan, yakni pembukaan, pembentukan kompetensi, dan penutup.

1. Pembukaan

Pembukaan adalah kegiatan awal yang harus dilakukan guru untuk memulai pembelajaran. Membuka pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar. Untuk kepentingan tersebut, pendidik dapat melakukan upaya-upaya sebagai yang berikut:

1) Menghubungkan kompetensi yang telah dimiliki peserta didik dengan materi yang akan disajikan.

2) Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis-garis besar materi yang akan dipelajari.

3) Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. 4) Mendayagunakan media dan sumber belajar yang bervariasi sesuai dengan

materi yang disajikan.

5) Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran yang telah lalu maupun untuk menjelajahi kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.

Disamping upayah-upayah diatas, dalam implementasi pengajaran banyak cara yang dapat dilakukan pendidik untuk memulai atau membuka pembelajaran, antara lain melalui pembinaan keakraban, dan pretest.

1. Pembinaan keakraban

Pembinaan keakraban merupakan upaya yang harus dilakukan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mempersiapkan peserta didik memasuki proses pembelajaran. Suasana yang akrab akan menumbuhkan hubungan yang harmonis antara pendidik dengan peserta didik dan antara peserta didik denga peserta didik. Dalam pembinaan keakraban ini sebaiknya pendidik memperhatikan perbedaan individual dan karakteristik peserta didik.

Pembinaan keakraban ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Pada awal pertemuan pertama, pendidik memperkenalkan diri kepada peserta didik dengan memberi salam, menyebut nama, alamat, pendidikan terakhir, dan tugas pokoknya di sekolah.

2) Pendidik melakukan pengecekan kehadiran peserta didik dengan cara memanggil nama-nama mereka berdasarkan buku daftar hadir. 3) Berdasarkan urutan dalam daftar hadir, seluruh peserta didik diminta

memperkenalkan diri dengan memberi salam, serta memperkenalkan diri mereka masing-masing.

2. Pretest (tes awal)

Setelah pembinaan keakraban, kegiatan dilanjutkan dengan pretest. Pretest adalah tes yang dilaksanakan sebelum kegiatan ini pembelajaran dan pembentukan kompetensi dimulai, sebagaimana penjajagan terhadap kemampuan peserta didik terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pretest memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembelajaran.

2. Pembentukan kompetensi

Pembentukan kompetensi peserta didik merupakan kegiatan inti pembelajaran, antara lain mencakup penyampaian informasi tentang materi pokok atau materi standar, membahas materi standar untuk membentuk kompetensi pesetta didik, serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas materi standar atau memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Dalam pembelajaran, peserta didik dibantu oleh pendidik untuk membentuk kompetensi, serta mengembangkan dan memodifikasi kegiatan pembelajaran, apabila kegiatan

ini menuntut adanya pengembangan atau modifikasi. Pembentukan kompetensi peserta didik perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan. Hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreatifitas pendidik dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya.

Pembentukan kompetensi mencakup berbagai langkah yang perlu ditempuh oleh peserta didik dan pendidik sebagai fasilator untuk mewujudkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini ditempuh melalui berbagai cara, bergantung kepada situasi, kondisi, kebutuhan, serta kemampuan peserta didik. Prosedur yang ditempuh dalam pembentukan kompetensi adalah sebagai berikut:

1) Berdasarkan kompetensi dasar dan materi standar yang telah dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru menjelaskan standar kompetensi minimal (SKM) yang harus dicapai peserta didik dan cara belajar untuk mencapai kompetensi tersebut.

2) Pendidik menjelaskan materi standar secara logis dan sistematis, materi dikemukakan dengan jelas atau ditulis dipapan tulis. Memberi kesempatan peserta didik untuk bertanya sampai materi standar tersebut benar-benar dapat dikuasai.

3) Membagikan materi atau sumber belajar berupa hand out dan fotocopy beberapa bahan yang akan dipelajari. Materi standar tersebut sebagian terdapat diperpustakaan, jika materi yang diperlukan tidak tersedia di perpustakaan maka pendidik memberikan fotocopy dari sumber lain, seperti majalah, surat kabar, atau melakukan down load dari internet.

4) Membagikan lembaran kegiatan untuk setiap peserta didik, lembaran kegiatan berisi tugas tentang materi standar yang telah dijelaskan oleh pendidik dan dipelajari oleh peserta didik.

5) Guru memantau dan memeriksa kegiatan peserta didik dalam mengerjakan lembaran kegiatan, sekaligus memberikan bantuan dan arahan bagi mereka yang menghadapi kesulitan belajar.

6) Setelah selesai diperiksa bersama-sama dengan cara menukar pekerjaan dengan teman lain, lalu pendidik menjelaskan setiap jawabannya.

7) Kekeliruan dan kesalahan jawaban diperbaiki oleh peserta didik. Jika ada yang kurang jelas, pendidik memberikan kesempatan bertanya, tugas, atau kegiatan mana yang perlu penjelasan lebih lanjut.

Dalam pembentukan kompetensi perlu diusahakan untuk melibatkan peserta didik seoptimal mungkin, dengan memberikan kesempatan dan mengikutsertakan mereka untuk turut ambil bagian dalam proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk saling tukar informasi antar peserta didik dan antar peseta didik dengan pendidik mengenai materi yang dibahas, untuk mencapai kesepakatan, kesamaan, kecocokan dan keselarasan pikiran.

3. Penutup

Penutup merupakan kegiatan akhir yang dilakukan pendidik untuk mengakhiri pembelajaran. Dalam kegiatan penutup pendidik harus mengetahui pembentukan kompetensi dan pencapaian tujuan pembelajaran, serta pemahaman

peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari. Untuk kepentingan tersebut, pendidik dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari (kesimpulan bisa dilakukan oleh pendidik, oleh peserta didik atas permintaan pendidik, atau oleh peserta didik bersama dosen).

2. Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan dan keefektifitasan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

3. Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari dan tugas-tugas yang harus dikerjakan (baik tugas individu maupun tugas kelompok) sesuai dengan pokok bahasan yang telah dipelajari.

4. Memberikan protes baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan.

Selanjutnya Mulyasa (2009) menekankan dalam implementasi pembelajaran, kegiatan penutup pembelajaran perlu dilakukan secara profesional, agar mendapatkan hasil memuaskan dan menimbulkan kesan menyenangkan. Untuk kepentingan tersebut, berikut dikemukakan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pendidik untuk menutup pembelajaran, diantaranya meninjau kembali materi yang telah diajarkan, evaluasi, dan memberikan tindak lanjut terhadap materi yang telah dipelajari.

1) Meninjau kembali.

Meninjau kembali pembelajaran yang telah disampaikan dapat dilakukan dengan cara merangkumkan materi pokok atau menarik suatu kesimpulan yang mengacu pada kompetensi dasar dan tujuan yang telah dirumuskan.

Kegiatan merangkumkan dan menarik kesimpulan dapat dilakukan oleh peserta didik dibawah bimbingan pendidik, atau bersama-sama pendidik.

2) Mengevaluasi.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang dilakukan, serta untuk mengetahui apakah kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh peserta didik melalui pembelajaran. Hasil evaluasi dapat memberikan penilaian terhadap peserta didik dan memperbaiki program pembelajaran. 3) Tindak lanjut.

Tindak lanjut merupakan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik setelah pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Kegiatan tindak lanjut perlu diberikan oleh pendidik agar terjadi pemantapan pada diri peserta didik terhadap pembentukan kompetensi dasar dan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Dokumen terkait