• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Mutu Pendidikan

Mutu suatu produk adalah “keadaan fisik, fungsi dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan

memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan” (Prawirosentono, 2004). Selanjutnya Pohan (2007) menyatakan bahwa mutu adalah bagaimana menyediakan kebutuhan konsuman dengan barang atau jasa yang terbaik mutunya. Mutu adalah seluruh karakteristik dari suatu produk barang/jasa yang memuaskan kebutuhan tersurat atau tersirat.

Pengertian mutu memiliki variasi sebagaimana didefinisikan oleh masing-masing pihak. Produsen (penyedia barang/jasa) atau konsumen (pengguna/pemakai barang, jasa) akan memiliki definisi yang berbeda mengenai mutu barang/jasa. Perbedaan ini mengacu kepada orientasi masing-masing pihak mengenai barang/jasa yang menjadi objeknya. Satu kata yang menjadi benang merah dalam konsep mutu baik menurut konsumen maupun produsen adalah kepuasaan. Barang/jasa yang dikatakan bermutu adalah yang dapat memberikan kepuasan baik bagi pelanggan maupun konsumennya (Suhardan dkk, 2009).

Dalam meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan Undang-undang nomor 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional (UU Sisdiknas, 2003) dikemukakan bahwa: pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan. Dengan menyelenggarakan penjaminan mutu diharapkan PTS mampu berkembang secara berkelanjutan. Pendidikan kesehatan yang profesional harus fokus tentang bagaimana siswa dapat belajar untuk pemecahan masalah serta memiliki kualitas perbaikan terus-menerus (Continuous Quality Improvement/CQI). Perbaikan harus didasarkan pada membangun pengetahuan dan mengaplikasikannya dengan tepat, pengetahuan diperlukan untuk perbaikan

terus menerus

Mutu pendidikan tinggi perlu dijamin melalui penjaminan mutu. Hal ini dilakukan, bukan saja untuk kepentingan perguruan tinggi yang bersangkutan tetapi juga untuk kepentingan stakeholders dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Perguruan tinggi yang menjamin mutu pendidikannya dan sekaligus mutu lulusannya akan diminati masyarakat. Hanushek (2005) menekankan bahwa fokus pada sekolah lebih dari pada kualitas sekolah adalah seperti memperluas kuantitas tanpa benar-benar memperluas modal manusia. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan, maka harus dipastikan bahwa sumber daya pendidikan di institusi memenuhi kebutuhan. Sumber daya pendidikan meliputi segala sesuatu yang bernilai dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan dan mengembangkan sikap yang diinginkan dalam mahasiswa (Scottish, 1997).

, Penerapan CQI dalam program pendidikan para mahasiswa akan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan teknik untuk memecahkan suatu permasalahan yang mereka temukan ditempat mereka bekerja. Agar CQI dapat terlaksana bagi para mahasiswa maka metode Personal Improvement Project (PIP) adalah cara yang efektif dilaksanakan oleh para siswa. Selain itu, komitmen dosen adalah penting untuk mengintegrasikan pembelajaran CQI ke silabus (Jane & Hanestad, 2002).

Sallis (2008) mengatakan indikator mutu pendidikan dapat terlihat dari dua sudut pandang yaitu sekolah sebagai penyedia jasa pendidikan (service provider), dan siswa sebagai pengguna jasa (costumer/stakeholder). Selanjutnya indikator peningkatan mutu pendidikan di sekolah dilihat pada setiap komponen pendidikan antara lain: mutu lulusan, kualitas guru, kepala sekolah, staf sekolah (tenaga

administrasi, laporan dan teknisi, tenaga perpustakaan), proses pembelajaran, sarana dan prasarana, pengelolaan sekolah, implementasi kurikulum, sistem penilaian dan komponen-komponen lainnya.

Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik, institusi PT harus membangun sistem penjaminan mutu internal secara aktif. Untuk membuktikan bahwa sistem penjaminan mutu internal telah terlaksana dengan baik dan benar, institusi PT harus diakreditasi oleh lembaga penjaminan mutu eksternal. Dengan sistem penjaminan mutu yang baik dan benar, institusi PT akan mampu meningkatkan, menegakkan otonomi, mengembangkan diri sebagai penyelenggara program akademis/profesional, dan turut serta dalam meningkatkan kekuatan moral masyarakat secara berkelanjutan (BAN-PT, 2000). Berdasarkan pembobotan penilaian akeditasi BAN-PT terhadap standar pendidikan yaitu total nilai bobot pada standar variabel visi, misi, sasaran dan strategi pencapaian (X1) adalah 3%, variabel tata pamong, kepemimpinan, pengelolaan, dan penjaminan mutu (X2) adalah 6%, variabel mahasiswa dan lulusan (X3) adalah 17,97%, variabel sumber daya manusia (X4) adalah 22,94%, variabel kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik (X5) adalah 20,67%, variabel pembiayaan, prasarana, serta sistem informasi (X6) adalah 20,04%, dan variabel penelitian, pengabdian masyarakat dan kerjasama (X7

Wijatno (2009) dalam penilaian standar akreditasi mencakup standar tentang komitmen institusi PT serta program studi terhadap kapasitas institusional

) adalah 10,01% (Pedoman Penilaian Akreditasi BAN-PT, 2009).

dan komitmen terhadap efektivitas program pendidikan yang meliputi 7 (tujuh) standar diantaranya sebagai berikut:

1. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, serta Strategi Pencapaian

Visi, misi, tujuan dan sasaran merupakan suatu strategi institusi PT dan program studi untuk meraih cita-cita dimasa yang akan datang, oleh sebab itu strategi dan upaya perwujudan visi, pelaksanaan/penyelenggaraan misi, dan pencapaian tujuan harus dipahami dan di dukung dengan penuh komitmen, serta melibatkan partisipan seluruh pemangku kepentingan, dalam hal ini civitas akademik (dosen dan mahasiswa). Seluruh rumusan yang ada harus mudah dipahami, dijabarkan secara logis, sekuen, dan pengaturan langkah-langkahnya mengikuti alur pikir (logika) yang wajar secara akademis (Wijatno, 2009).

Selanjutnya Wijatno menekankan visi yang baik harus futuristik, menantang, dan memotivasi seluruh pemangku kepentingan untuk berkontribusi, realistis terhadap kemampuan, faktor-faktor internal maupun eksternal. Misi institusi PT harus tetap mengacu kepada visinya karena keterlaksanaan misi harus merupakan upaya dalam mewujudkan visi institusi PT dan program studi tersebut. Untuk mencapai tujuan dan sasaran visi dan misi, diperlukan strategi dalam pencapaiannya. Strategi pencapaian yang baik harus ditunjukkan dengan kegiatan terjadwal, bukti tertulis, dan fakta di lapangan.

2. Governance, Kepemimpinan, Sistem Pengelolaan, dan Penjaminan Mutu

Governance merupakan sistem untuk memelihara efektivitas peran para

konstituen dalam pengembangan kebijakan, pengambilan keputusan, dan penyelenggaraannya.Untuk membangun good governance, institusi PT harus

memiliki kepemimpinan yang kuat dan efektif serta dapat mempengaruhi seluruh prilaku individu dan kelompok yang terkait dalam pencapaian visi, misi institusi PT. Kepemimpinan yang kuat dapat menstimulus anggotanya secara intelektual dan arif untuk mewujudkan visi, misi, organisasi, serta mampu memberikan arahan, tujuan, peran, dan tugas kepada seluruh unsur terkait (Wijatno, 2009).

3. Mahasiswa dan Lulusan

Pimpinan institusi PT harus memberikan pelayanan prima kepada mahasiswa dan lulusannya; termasuk di dalamnya, segala urusan yang berkenaan dengan upayah memperoleh mahasiswa bermutu tinggi melalui sistem dan program rekrutmen, sampai proses evaluasi keberhasilan mahasiswa (outcome) dalam menempuh pendidikan, penelaah kebutuhan, dan kepuasan mahasiswa serta pemangku kepentingan. Dengan demikian, PT mampu menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi serta memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pemangku kepentingan.

4. Sumber Daya Manusia

Dosen merupakan komponen sumber daya utama yang merupakan pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas pokok dan fungsinya mengakuisisi, mentranformasi, mengembangkan, menyebarluaskan, dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pelayanan/pengaddian masyarakat. Karna itu pimpinan PT dan dosen sangat menentukan mutu penyelenggaraan program akademis. Program-program peningkatan mutu dosen harus direncanakan dan dilaksanakan selaras dengan

kebutuhan untuk mewujudkan visi, menyelenggarakan misi, dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wijatno, 2009).

5. Kurikulum, Pembelajaran, dan Suasana Akademik

Wijatno (2009) pembelajaran merupakan pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa dari kegiatan belajar, seperti perkuliahan, praktikum atau praktik, magang, pelatihan, diskusi, lokakarya, seminar, dan tugas-tugas pembelajaran lainnya. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan berbagai pendekatan, strategi dan teknik yang menantang agar dapat mengkondisikan mahasiswa berpikir kritis, bereksplorasi, berkreasi, dan bereksperimen dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar. Pendekatan pembelajaran di gunakan berpusat pada mahasiswa (student centered) dengan kondisi pembelajaran yang mendorong mahasiswa untuk belajar mandiri dan berkelompok.

Selanjutnya Wijatno menekankan suasana kademik yang baik merupakan kondisi yang harus dibangun untuk menumbuhkembangkan semangat dan interaksi akademis antar mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, pakar, dosen tamu, narasumber, untuk meningkatkan mutu kegiatan akademis di dalam maupun di luar kelas. Suasana akademik yang baik ditunjukkan dengan adanya kebijakan program dan kegiatan akademis yang mendukung terciptanya suasana akademis (academic atmosphere).

6. Pembiayaan, Sarana Prasarana, serta Sistem Informasi

Wijatno (2009) mengatakan saran dan prasarana adalah sesuatu yang penting dalam mendukung penyelenggaraan program akademis, dimana sarana prasarana tersebut harus memenuhi kelayakan, baik dari sisi jenis, jumlah, luas,

waktu, tempat, legalitas, kegunaan, maupun mutu. Kelengkapan dan mutu dari sumber daya ini sangat penting sehingga memerlukan suatu pengoperasian dan perawatan yang memadai. Pengelolaan prasarana dan sarana harus memenuhi kecukupan, kesesuaian, aksesabilitas, pemeliharaan, dan perbaikan, penggantian dan pemutahiran, serta kejelasan peraturan dan efisiensi dalam penggunaannya.

Sistem pembiayaan, sarana dan prasarana harus menjamin kelayakan, keberlangsungan, dan keberlanjutan program akademik. Proses Penyelenggaraan akademik yang dikelola dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien apabila memiliki akses yang memadai diantaranya adalah ketersedianan anggaran yang cukup dalam proses penyelenggaraan akademik yang bermutu, selain itu ketersediaan sarana dan prasaran untuk mendukung penyelenggaraan program akademik memenuhi kelayakan dari segi jumlah, jenis, luas, waktu, tempat, legalitas, kegunaan, maupun mutu.

7. Penelitian, Pelayanan/Pengaddian Masyarakat, dan Kerjasama

Penelitian merupakan salah satu tugas pokok institusi PT dalam memberikan kontribusi dan manfaat terhadap proses pembelajaran. Untuk itu sumber daya dosen dan mahasiswa harus terlibat dalam pelaksanaan penelitian yang bermutu dan terencana dengan berorientasi pada kebutuhan pemangku kepentingan. Hasil penelitian didiseminasikan melaui persentasi ilmiah dalam forum ilmiah nasional dan internasional dan/atau dipublikasikan dalam jurnal nasional yang terakreditasi dan internasional agar bermanfaat bagi pemangku kepentingan. Sementara itu kegiatan kerja sama dalam rangka memanfaatkan serta kepakaran dosen, mahasiswa, dan sumber daya lain yang dimiliki institusi PT

secara saling menguntungkan dengan pemangku kepentingan dalam melaksanakan tridarma PT.

Dokumen terkait