• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Standar Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Mutu Proses Pembelajaran di Akademi Keperawatan Surya Nusantara Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Standar Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Mutu Proses Pembelajaran di Akademi Keperawatan Surya Nusantara Pematangsiantar"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI STANDAR PENDIDIKAN KEPERAWATAN

DALAM PENINGKATAN MUTU PROSESPEMBELAJARAN DI

AKADEMI KEPERAWATAN SURYA NUSANTARA

PEMATANGSIANTAR

TESIS

Oleh

PIPIN SUMANTRIE

117046012/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

IMPLEMENTASI STANDAR PENDIDIKAN KEPERAWATAN

DALAM PENINGKATAN MUTU PROSES PEMBELAJARAN DI

AKADEMI KEPERAWATAN SURYA NUSANTARA

PEMATANGSIANTAR

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) Dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Administrasi Keperawatan Pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Oleh

PIPIN SUMANTRIE

117046012/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

(3)
(4)
(5)
(6)

Telah diuji

Pada tanggal: 19 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, M.S.M.E Anggota : 1. Rika E. Nurhidayah, SKp, M.Pd

(7)

ABSTRAK

Judul Tesis : Implementasi Standar Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Mutu Proses Pembelajaran di Akademi Keperawatan Surya Nusantara Pematangsiantar Nama Mahasiswa : Pipin Sumantrie

Tanggal Lulus : 19 Agustus 2013 Program Studi : Magister Keperawatan Bidang Kekhususan : Administrasi Keperawatan

(8)

hubungan antara standar pendidikan keperawatandalam meningkatkan mutu pembelajaran pada Akademi Keperawatan Surya Nusantara, Pematangsiantar, dengan hasil nilai Fhitung = 30,014 dan Signifikan F sebesar 0,000, dengan nilai Signifikan t pada standar (X1) 0,000; (X2) 0,001; (X3) 0,000; (X4) 0,000; (X5) 0,734; (X6) 0,004; dan (X7) 0,016.Hasil analisis uji regresi linear ganda juga menunjukkan bahwa variabel faktor mempengaruhi yaitu variabel standar 1 dengan pvalue 0,013 (p<0,05), standar 2 dengan pvalue 0,016 (p<0,05), standar 3 dengan pvalue 0,018 (p<0,05), standar 4 dengan pvalue 0,017 (p<0,05), standar 6 dengan pvalue 0,037 (p<0,05)dan standar 7 dengan pvalue 0,017 (p<0,05) berpengaruh terhadap peningkatan proses pembelajaran di Akademi Keperawatan Surya Nusantara Pematangsiantar.Saran kepada institusi agar memperhatikan pentingnyamengimplementasikan standar pendidikan keperawatan secara proposional hal ini akan berdampak terhadap adanya jaminan kualitas pendidikan khususnya mutu pembelajaran pada institusi tersebut.serta tersedianya satu departeman penjaminan mutu internal institusi untuk memonitoring kemajuan institusi begitu juga hal-hal yang dapat menghambat kemajuan institusi tersebut.

(9)

ABSTRACT

Thesis Title : The Implementation of Nursing Education

Standar in The Improvement of Learning Proses

Quality at Surya Nusantara Nursing Academy Pematangsiantar

Student’s Name : Pipin Sumantrie

Date of Graduation : Agust 19th

Studi Program : Master of Nursing

2013

Field of Specialization : Nursing Administration

The purpose of this study was to analyze how nursing education standard was implemented in the improvement of learning process quality at Surya Nusantara Nursing Academy Pematangsiantar. The samples for this associative study were

98 respondents selected through Proportionate Random Sampling technique. The result of this study showed that the implementation of vision standard, mission, target and achievement strategy standard 1 was 41.9%; governance, leadership,

management, and quality assurance standard 2 was 58.1%; students and graduates standard 3 was 90.9%, human resources standard 4 was 87.9%;

curriculum, learning, and academic atmosphere standard 5 was 89.4%; financing, infrastructure and information system standard 6 was 89.9%; and research, community service and cooperation standard 7 was 27%. The factor

dominantly influencing the improvement of learning process quality at Surya Nusantara Nursing Academy, Pematangsiantar based on the value of

(10)

relationship between nursing education standard in improving learning quality at

Surya Nusantara Nursing Academy, Pematangsiantar and the value of Fcount =

30.014 and Significance of F = 0.000 with the value of Significance of t at the

standard (X1) 0.000; (X2) 0.001; (X3) 0.000; (X4) 0.000; (X5) 0.734; (X6) 0.004;

and (X7) 0.016. The result of multiple logistic regression tests also showed that

the variables of standard 1 with p = 0.013 (p < 0.05), standard 2 with p = 0.016

(p < 0.05), standard 3 with p = 0.018 (p < 0.05), standard 4 with p = 0.017 (p < 0.05), standard 6 with p = 0.037 (p = < 0.05), and standard 7 with p = 0.017 (p <

0.05) had influence on the improvement of learning process quality at Surya Nusantara Nursing Academy, Pematangsiantar. The management of this institution is suggested to pay attention to the importance of implementing nursing

education standard proportionally because this will bring an impact to the education quality assurance especially the learning quality at the institution and the establishment of internal assurance department in the institution to monitor

the progress made by the institution and the issues that can inhibit the progress of the institution.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan kasih-Nya, sehinga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul; “Implementasi Standar Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Akademi Keperawatan Surya Nusantara, Pematangsiantar.

Dalam penyelesaian penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itulah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM). Sp.A(K), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Keperawatan. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dr. Dedi Ardinata, M.Kes, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis menjadi mahasiswa Program Magister Keperawatan pada Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, Universitas Sumatera Utara. Begitu juga kepada Ketua Program Studi Magister Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Setiawan, SKp, MNS, Ph.D, yang telah memberikan arahan dan tuntunannya selama proses perkuliahaan di program Magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(12)

juga Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng, dan Salbiah, SKp, M.Kep, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran untuk perbaikan tesis ini.

Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada seluruh staff pengajar Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, yang tidak dapat satu persatu penulis sebutkan, terimakasih atas bekal ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan selama ini. Teman-teman Angkatan I (pertama) Magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang saling memberikan dukungan moril, dan kerjasamanya, walaupun berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, namun tetap saling mendukung sehingga proses studi dapat terselesaikan dan membuat memori yang mendalam dan tak terlupakan antar sesama.

Secara khusus kepada istri tercinta Martalina Limbong, SKp, beserta anak-anak Franklin Jason Sitorus, dan Felicia Kathleen Sitorus, atas dukungan dan motivasinya sehingga penyelesaian tesis ini dapat terselesaikan.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin menyempurnakan tesis ini, adapun jika terdapat ketidak sempurnaan, kiranya dapat menjadi telaah dan kajian bagi pemerhati berikutnya, akhirnya penulis berharap semoga penulisan tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis serta untuk kemajuan ilmu pengetahuan khususnya bagi Administrasi Manejemen Keperawatan.

Medan, Agustus 2013 Penulis,

(13)

Riwayat Hidup

Nama : Pipin Sumantrie

Biografi

Tempat / tanggal lahir : Medan 06 May 1981 Jenis Kelamin : Laki-laki

Bangsa : Indonesia

Tempat Tinggal : Komplek Perumahan Perguruan Tinggi Advent Surya Nusantara, Jl Rakutta Sembiring No 1, Pematangsiantar

1987 – 1993 SDN 07 Pontianak, Kalimantan Barat Riwayat Pendidikan

1993 – 1996 SMP Advent Martoba, Pematangsiantar 1996 – 1999 SMA Advent Martoba, Pematangsiantar 1999 – 2003 Fakultas Keperawatan Universitas Advent

Indonesia, Bandung

2003 – 2005 Kabid Keperawatan Rumah Sakit Imelda, Medan Riwayat Pekerjaan

2005 – 2007 Staff Pengajar Stikes Deli Husada, Delitua 2007 – Sekarang Dosen Tetap Yayasan Akper Surya Nusantara,

(14)

DAFTAR ISI 2.1. Standar Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan... 2.2.Mutu Pendidikan... 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 3.3 Populasi dan Sampel... 3.4 Variabel dan Defenisi Operasional...

3.5 Metode Pengukuran... 3.6 Metode Pengumpulan Data... 3.7. Evaluasi Model ... 3.8. Model Analisis... 3.9 Pertimbangan Etik...

(15)

BAB 5. PEMBAHASAN... 5.1.Deskripsi Variabel... 5.2. Pengujian Bevariat... 5.3. Pengujian Multivariat... 5.4. Keterbatasan Penelitian...

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 6.1. Kesimpulan... 6.2. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...

(16)

DAFTAR TABEL

Jumlah Sampel yang di gunakan dalam Penelitian... Defenisi Operasional Variabel ...

Daftar Dosen dan Tingkat Pendidikan Dosen Akper Surya Nusantara, ...

Tabulasi Akhir Peningkatan Mutu dakam Proses Pembelajaran... Tabulasi Akhir Standar Visi, Misi, Sasaran dan Strategi Pencapaian pada Akper Surya Nusantara... Tabulasi Akhir Standar Tata Pamong, Kepemimpinan, Pengelolaan, dan Penjaminan Mutu pada Akper Surya Nusantara... .

Tabulasi Akhir Standar Mahasiswa dan Lulusan... Tabulasi Akhir Standar Sumber Daya Manusia... Tabulasi Akhir Standar Kurikulum, Pembelajaran, dan Suasana Akademik pada Akper Surya Nusantara... Tabulasi Akhir Standar Pembiayaan, Prasarana, serta Sistem Informasi pada Akper Surya Nusantara... Tabulasi Akhir Standar Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Kerja Sama pada Akper Surya Nusantara... Collenearity Statistic Standar Pendidikan di Akper Surya Nusantara... Hasil Regresi Uji F Pada Hipotesa Penelitian Hubungan Standar Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Akper Surya Nusantara...

Hasil regresi Standar Pendidikan Keperawatan yang Mempengaruhi Peningkatan Mutu Proses Pembelajaran di Akper Surya Nusantara...

Hasil Regresi Multivariat Standar Pendidikan Keperawatan terhadap Peningkatan Pembelajaran di Akper Surya Nusantara

(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 2.2 2.3 4.1

4.2

4.3

4.3

Komponen Sistem Proses Pembelajaran... Kerangka Teoritis... Kerangka Konsep... Spiderweb Implementasi Standar Pendidikan

Keperawatan... Spiderweb Implementasi Standar Pendidikan

Keperawatan Berdasarkan Bobot Penilaian BAN-PT... Normal P-Plot of Regression Peningkatan Mutu

Pembelajaran di Akper Surya Nusantara... Scatter Plot Peningkatan Mutu Proses Pembelajaran di Akper SuryaNusantara...

44 48 51

75

76

77

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 2 3

Instrumen Penelitian... Biodata Expert... Izin Penelitian...

(19)

ABSTRAK

Judul Tesis : Implementasi Standar Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Mutu Proses Pembelajaran di Akademi Keperawatan Surya Nusantara Pematangsiantar Nama Mahasiswa : Pipin Sumantrie

Tanggal Lulus : 19 Agustus 2013 Program Studi : Magister Keperawatan Bidang Kekhususan : Administrasi Keperawatan

(20)

hubungan antara standar pendidikan keperawatandalam meningkatkan mutu pembelajaran pada Akademi Keperawatan Surya Nusantara, Pematangsiantar, dengan hasil nilai Fhitung = 30,014 dan Signifikan F sebesar 0,000, dengan nilai Signifikan t pada standar (X1) 0,000; (X2) 0,001; (X3) 0,000; (X4) 0,000; (X5) 0,734; (X6) 0,004; dan (X7) 0,016.Hasil analisis uji regresi linear ganda juga menunjukkan bahwa variabel faktor mempengaruhi yaitu variabel standar 1 dengan pvalue 0,013 (p<0,05), standar 2 dengan pvalue 0,016 (p<0,05), standar 3 dengan pvalue 0,018 (p<0,05), standar 4 dengan pvalue 0,017 (p<0,05), standar 6 dengan pvalue 0,037 (p<0,05)dan standar 7 dengan pvalue 0,017 (p<0,05) berpengaruh terhadap peningkatan proses pembelajaran di Akademi Keperawatan Surya Nusantara Pematangsiantar.Saran kepada institusi agar memperhatikan pentingnyamengimplementasikan standar pendidikan keperawatan secara proposional hal ini akan berdampak terhadap adanya jaminan kualitas pendidikan khususnya mutu pembelajaran pada institusi tersebut.serta tersedianya satu departeman penjaminan mutu internal institusi untuk memonitoring kemajuan institusi begitu juga hal-hal yang dapat menghambat kemajuan institusi tersebut.

(21)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keunggulan suatu bangsa tidak lagi tertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang terjadi. Laporan Human Developmant Index (HDI) menunjukkan posisi kualitas SDM Indonesia masih berada di bawah, hal ini mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini masih ketinggalan dan berada di belakang SDM negara-negara maju.

Berdasarkan Nilai HDI, Indonesia menduduki peringkat ke-124 dari 187 negara yang disurvei oleh UNDP (United Nations Development Program)

Indonesia memerlukan SDM yang cerdas, sehat, jujur, berakhlak mulia, berkarakter, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Dimensi pendidikan merupakan pondasi dan jalur utama pengembangan SDM dan pembentukan . Namun, dibanding dengan lima negara besar ASEAN (Asssociation of the South east Asia Nation), HDI Indonesia berada di posisi paling akhir. Singapura

(22)

karakter yang merupakan kunci dalam menentukan nasib suatu bangsa. Untuk menciptakan hal tersebut maka mutu pendidikan di Indonesia harus terus ditingkatkan agar bangsa Indonesia mampu bersaing dengan negara lain.

Perhatian di bidang pendidikan pada saat ini menjadi sebuah prioritas, sehingga pelaksanaan pembangunan bangsa Indonesia dapat ditunjang dengan SDM yang bermutu. Pendidikan belum memiliki peran secara optimal dalam mengembangkan SDM, sehingga keluaran (output) pendidikan lebih banyak yang menjadi masyarakat pencari pekerja (worker society), bukan masyarakat pencipta lapangan kerja (employee society) atau masyarakat pewira usaha (entrepreneurship society). Padahal Indonesia dihadapkan pada era persaingan di lingkungan Asean Free Trade Area (AFTA) dan era General Agreement on Trade in Services

Peranan pendidikan menjadi sangat krusial. Kualitas pendidikan juga akan melahirkan modal intelektual (

(GATS) oleh Word Trade Organization (WTO) tahun 2010. Semua ini hanya bisa dicapai oleh kekuatan SDM yang handal dan mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selaras (Engkoswara & Komariah, 2011).

intellectual capital) dan modal teknologi

(23)

Indikator mutu pendidikan menurut Sallis (2008) dapat terlihat dari dua sudut pandang yaitu sekolah sebagai penyedia jasa pendidikan (service provider), dan siswa sebagai pengguna jasa (costumer) yang di dalamnya ada orang tua, masyarakat dan stakeholder. Selanjutnya indikator peningkatan mutu pendidikan di sekolah dilihat pada setiap komponen pendidikan antara lain: mutu lulusan, kualitas guru, kepala sekolah, staf sekolah (tenaga administrasi, laporan dan teknisi, tenaga perpustakaan), proses pembelajaran, sarana dan prasarana, pengelolaan sekolah, implementasi kurikulum, sistem penilaian dan komponen-komponen lainnya.

Guna meningkatkan mutu pendidikan tersebut, maka Pemerintah telah mengeluarkan undang-undang R.I nomor 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional yang merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi. Sistem Nasional Pendidikan memuat: visi, misi, fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta strategi pembangunan pendidikan nasional. Untuk dapat merealisasikan hal tersebut diatas maka pemerintah menetapkan peraturan pemerintah tentang: “Standar Nasional Pendidikan“ (SNP) yang bernomor 19 tahun 2005 meliputi 8 Standar Nasional Pendidikan, yaitu: (a) standar isi, (b) standar proses, (c) standar kompetensi lulusan, (d) standar tenaga kependidikan, (e) standar saranan prasaran, (f) standar pengelolaan, (g) standar pembiayaan, (h) standar penilaian.

(24)

memberikan pelayanan yang aman dan dapat dipertanggungjawabkan. Pelayanan keperawatan yang berkualitas didukung oleh SDM yang dihasilkan dari institusi pendidikan yang berkualitas sesuai standar yang ditetapkan. Pendidikan perawat memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan pelayanan yang berkualitas.

(25)

70% manajemen isi atau proses masih rendah terutama penerapan kurikulum (Nurachmah, Supartini, Irawaty, 2012).

Sebagian besar pendidikan Diploma Keperawatan kurang didukung oleh ketersediaan sarana praktik yang memadai seperti: rumah sakit, puskesmas, panti werda dan berbagai wahana praktik yang mendukung ketercapaian kompetensi mahasiswa, karena jumlah rumah sakit sebagai sarana praktek belum sebanding dengan jumlah mahasiswa. Selain permasalahan lahan praktik, aspek ketersediaan SDM di bidang keperawatan juga belum memadai. Berdasarkan hasil survey AIPDiKI pada tahun 2012, tercatat sebanyak 80% dosen masih berkualifikasi sarjana (S1). Hal ini disebabkan sangat sedikitnya kualifikasi dosen yang telah S2, maupun S3 di bidang keperawatan, serta minimnya para pengajar yang berpengalaman dalam klinik, yang juga berdampak terhadap peningkatan mutu pendidikan dalam hal ini peningkatan proses pembelajaran oleh karena sumber daya manusia yang belum maksimal. Kondisi ini belum sesuai dengan UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa kualifikasi akademik dosen untuk program diploma dan program sarjana minimum lulusan Program Magister.

(26)

Pada penelitian yang lainnya oleh Aziz (2011), yang dilakukan di Pakistan menunjukkan bahwa buruknya kualitas pendidikan di negara Pakistan maupun di beberapa negara lain, dikarenakan tidak tersedianya sistem mekanisme penjaminan mutu pendidikan yang sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal ini menyebabkan timbulnya permasalahan sistem jaminan kualitas yang berdampak pada: (1) rendahnya rasio guru-siswa di ruang kelas (1:50), (2) kurangnya infrastruktur fisik, (3) kurangnya anggaran, (4) buruknya kondisi asrama, (5) guru memiliki kesempatan lebih sedikit untuk pendidikan tinggi, (6) rendahnya gaji dosen, (7) kurang maksimalnya fasilitas belajar mengajar, (8) kurangnya instruktor klinis para mahasiswa di lapangan, dan (9) kurangnya pengenalan akan teknologi

Hal ini sejalan dengan hasil analisis yang telah dilakukan oleh Ribek & Rahayu (2009) yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Standar Nasinal Pendidikan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Depkes Denpasar“, yang menyimpulkan pentingnya penerapan standar pendidikan nasional guna meningkatkan mutu pendidikan suatu institusi.

. Untuk itulah pentingnya dilaksanakan suatu kemitraan yang baik antara institusi pendidikan dengan pihak rumah sakit, guna penyatuaan persepsi dalam memenuhi kompetensi para peserta didik (Xippolitos et al, 2011).

1.2 Identifikasi Masalah

(27)

penilaiaan mahasiswa dan stocholder mengenai penerapan standar pendidikan keperawatan terhadap pelayanan pendidikan dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran di Akademi Keperawatan.

Berdasarkan permohonan survey pendahuluan yang peneliti berikan kepada Institusi Akademi Keperawatan (Akper) Surya Nusantara Pematangsiantar, peneliti diberikan ijin guna mendapatkan data-data yang berhubungan dengan penerapan standar pendidikan keperawatan, maka peneliti memperoleh data pendahuluan berdasarkan hasil wawancara, diantaranya adalah Institusi Pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dengan ijin No. 173/D/O/2002, dalam menyelenggarakan pendidikan Diploma III Keperawatan berdasarkan pada peraturan sistem pendidikan nasional dan kurikulum Pendidikan Nasional Diploma III Keperawatan.

(28)

departeman lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat (LPPM), sistem penjaminan mutu internal yang belum terlaksana, dibuktikan dengan tidak tersedianya dokumentasi untuk kegiatan diatas, serta tidak terdapatnya departeman LPPM pada institusi tersebut.

Pada standar 3: belum terdokumentasinya perekaman dan pelacakan data lulusan secara terstruktur. Standar 4: sumber daya manusia yang masih kurang dapat dilihat dari keterbatasan dosen tetap pengajar keperawatan sehingga berdampak ketidak sesuai perbandingan antara dosen dengan mahasiswa (1:25), minimnya dosen yang memiliki jabatan fungsional lektor. Standar 5: pada proses pembelajaran ditemukan kurikulum yang masih belum berbasis kompetensi, dan belum mencerminkan visi, misi, dan tujuan institusi secara maksimal. Kurangnya kegiatan institusi yang mencerminkan suasana akdemik seperti, seminar-seminar keperawatan, sinposium, lokakarya, bedah buku. Standar 6: pada standar pembiayaan ditemukan tidak dianggarkannya dana dari institusi guna penelitian yang akan dilaksanakan oleh para staff pengajar, keterbatasan ruangan praktikum keperawatan, sistem informasi akademik yang masih bersifat manual tidak seperti yang direncanakan. Standar 7: minimnya dosen melakukan penelitian secara mandiri maupun bersama, guna meningkatkan bidang keilmuan masing-masing.

(29)

standar (4) Sumber daya manusia, standar (5) Kurikulum, pembelajaran, dan suasanan akademik, standar (6) pembiayaan, sarana dan prasaranan, serta sistem informasi, standar (7) Penelitian, pelayanan/pengaddian masyarakat, dan kerjasama, maka pihak manajeman program studi dianjurkan untuk melakukan perbaikan-perbaikan guna meningkatkan mutu pendidikan, sehingga hal ini akan berdampak terhadap pencapaian niai akreditasi institusi pada masa yang akan datang tidak memperoleh nilai C dari BAN-PT pada visitasi seperti tahun 2010 yang lalu, melainkan nilai yang memuaskan (Penilaian Akreditasi BAN-PT, 2010).

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana peranan institusi memenuhi standar pendidikan keperawatan dalam meningkatkan mutu pendidikan yang dilihat dari proses pengajaran guna meningkatkan mutu pendidikan.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum

(30)

1.4.2 Tujuan khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus pada penelitian ini, dibagi menjadi tahapan sebagai berikut:

1. Mendiskripsikan penerapan peningkatan mutu dalam proses pembelajaran di Akper Surya Nusantara, Pematangsiantar.

2. Mendiskripsikan penerapan standar pendidikan keperawatan di Akper Surya Nusantara, Pematangsiantar.

3. Menganalisa hubungan standar 1: Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, serta Strategi Pencapaian (X1

4. Menganalisa hubungan standar 2: Tata Pamong, Kepemimpinan, Jaminan Mutu (X

) dengan mutu proses pembelajaran (Y).

2

5. Menganalisa hubungan standar 3: Mahasiswa dan Lulusan (X ) dengan peningkatan mutu proses pembelajaran (Y).

3

6. Menganalisa hubungan standar 4: Sumber Daya Manusia (X

) dengan peningkatan mutu dalam proses pembelajaran (Y).

4

7. Menganalisa hubungan standar 5: Kurikulum, Pembelajaran serta Akademik (X

) dengan peningkatan mutu dalam proses pembelajaran (Y).

5

8. Menganalisa hubungan standar 6: Pembiayaan, Sarana dan Prasarana, serta Sistem Informasi (X

) dengan peningkatan mutu dalam proses pembelajaran (Y).

(31)

9. Menganalisa hubungan standar 7: Penelitian, Pelayanan/pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerjasama (X7) dengan peningkatan mutu dalam proses pembelajaran (Y).

1.5 Hipotesa Penelitian

Adapun yang menjadi hipotesa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapatnya hubungan yang searah dan signifikan antara pemenuhan

standar pendidikan keperawanan terhadap peningkatan mutu proses pembelajaran pada Akper Surya Nusantara Pematangsiantar.

2. Standar visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi pencapaian mempunyai pengaruh yang paling dominan dalam mempengaruhi peningkatan proses pembelajaran di akper Surya Nusantara Pematangsiantar.

1.6 Manfaat Penelitian

(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem nasional pendidikan yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang (UU Sisdiknas, 2012).

Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam sistem pendidikan. Tuntutan tersebut menyangkut pembaharuan sistem pendidikan, diataranya pembaharuan kurikulum, jaminan mutu pendidikan serta kompetensi lulusannya secara profesional, penyusunan standar tersebut berlaku secara nasional.

(33)

Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan pada saat ini juga telah berbenah dalam meningkatkan jaminan mutu pendidikan, dimana diploma keperawatan adalah pendidikan vokasi yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi keperawatan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sebagai pelaksana dalam melaksanakan suatu proses asuhan keperawatan. Untuk menyelenggarakan program pendidikan ini, institusi pengelola harus mendapatkan ijin penyelenggaraan dari pihak yang berwenang. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan organisasi pendidikan keperawatan bekerja sama dengan organisasi profesi keperawatan yang menggambarkan bahwa pengelolaan pendidikan tinggi keperawatan belum sesuai dengan kaidah penyelenggaraan pendidikan keperawatan dan tingkat kemampuan pengelolah bervariasi, hal ini disebabkan belum tersedianya suatu standar pendidikan yang menjadi acuan bagi pengelolah dalam menyelenggarakan proses pendidikan keperawatan secara berkualitas. Kondisi tersebut mendorong organisasi pendidikan keperawatan bekerjasama dengan organisasi profesi keperawatan menyusun standar pendidikan keperawatan di Indonesia agar dapat dijadikan acuan bagi penyelenggaraan pendidikan keperawatan di seluruh Indonesia.

(34)

No 66 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, Kepmendiknas nomor 234/U/2000 tentang pendirian perguruan tinggi. Berdasarkan landasan hukum tersebut maka dibentuklah suatu standar pendidikan Diploma Tiga Keperawatan menjadi tolok ukur minimal yang dipenuhi oleh pengelola institusi yang terdiri atas 7 (tujuh) kriteria standar yang terdiri atas: 1. Kriteria standar 1: Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi Pencapaian.

a. Visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi pencapaian program pendidikan Diploma Tiga Keperawatan jelas, realistik, saling berkaitan dan konsisten dengan kurikulum dan rencana pengembangan institusi.

b. Strategi pencapaian sasaran dengan rentang waktu yang jelas dan didukung oleh dokumen.

c. Pemahaman visi, misi, tujuan, dan sasaran program studi oleh seluruh pemangku kepentingan internal (internal stakeholders): sivitas akademika (dosen dan mahasiswa) dan tenaga kependidikan.

2. Kriteria Standar 2: Tata Pamong, Kepemimpinan, Sistem pengelolahan dan Penjaminan Mutu

a. Tata Pamong uraian tugas pokok dan fungsi setiap jabatan jelas dan tercantum dalam statuta institusi.

b. Kepemimpinan yang terdiri dari:

1. Kepemimpinan operasional: Pengelola program pendidikan diploma tiga keperawatan menjabarkan visi misi kedalam kegiatan operasional.

(35)

pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian kepada seluruh unsur yang ada.

3. Kepemimpinan publik: Pengelola program pendidikan diploma tiga keperawatan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dan menjadi rujukan bagi publik.

c. Sistem Pengelolaan

1. Memiliki Rencana Induk Pengembangan (RIP), Rencana Strategis (RENSTRA) serta Rencana Operasional (RENOP).

2. Memiliki kalender akademik.

3. Memiliki mekanisme koordinasi yang jelas antara institusi pendidikan dan wahana pembelajaran klinik dan komunitas.

4. Memiliki perencanaan program pembelajaran jelas dan memadai. 5. Memiliki sistem monitoring dan evaluasi program.

d. Sistem Penjaminan Mutu

1. Memiliki satuan organisasi bertanggung jawab terhadap penjamin mutu. 2. Standar manual prosedur mengacu pada Sistem Penjaminan Mutu

Internal (SPMI) dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 3. Dokumen lengkap pelaksanaan penjaminan mutu program.

4. Umpan balik untuk peningkatan mutu proses pembelajaran terdiri dari; sumber umpan balik, hasil umpan balik, dan tindak lanjutnya.

5. Memiliki program untuk menjamin keberlanjutan (sustainability) program studi.

(36)

a. Mahasiswa

1. Calon mahasiswa berijasah Sekolah Menengah Umum /Madrasah Aliyah jurusan IPA

2. Memiliki pedoman seleksi penerimaan mahasiswa baru. 3. Lulus seleksi ujian masuk perguruan tinggi.

4. Rasio dosen tetap dan mahasiswa adalah 1:20

5. Tersedia layanan bagi mahasiswa yang dapat dimanfaatkan untuk membina dan mengembangkan kreatifitas dan penalaran, minat, bakat, seni, dan kesejahteraan.

b. Lulusan

1. Lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga uji kompetensi profesi.

2. Melakukan perekaman dan pelacakan data lulusan secara terstruktur. 3. Alumni berpartisipasi dalam mendukung pengembangan akademik dan

non-akademik program studi.

4. Kriteria Standar 4: Sumber Daya Manusia a. Ketua Program Studi Diploma Tiga

1. Berkualifikasi minimal S2 Keperawatan atau S2 Kesehatan dengan latar belakang pendidikan Ners.

2. Maksimal berusia 61 tahun saat dilantik.

3. Memiliki jabatan fungsional akademik minimal Lektor. 4. Memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan.

(37)

b. Tenaga dosen

1. Pendidikan minimal S2 Keperawatan dan atau S2 Kesehatan dengan latar belakang pendidikan Ners.

2. Dosen memiliki Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN). 3. Dosen memiliki jabatan fungsional akademik minimal lektor. 4. Memiliki sertifikat PEKERTI, dan atau AA (ancangan aplikasi). 5. Berpengalaman klinik minimal 2 tahun di bidang keperawatan.

6. Kreatif, dedikatif, inovatif dan berkomitmen tinggi untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran mahasiswa baik di kelas maupun di wahana klinik dan komunitas.

7. Memiliki sertifikat dosen profesional.

8. Menghasilkan karya ilmiah yang dipublikasikan.

9. Memiliki integritas diri dapat menjadi model sebagai dosen professional. c. Dosen Tidak Tetap

1. Pendidikan minimal S2 di bidang keilmuan yang relevan dengan bidang ilmu yang diampu.

2. Memiliki jabatan fungsional akademik minimal Lektor

3. Memiliki sertifikat pelatihan PEKERTI, dan atau AA (ancangan aplikasi) dan atau sertifikat sesuai bidang yang diampu.

(38)

1. Berijasah minimal Ners dengan sertifikasi yang relevan dengan bidangnya.

2. Memiliki surat tanda registrasi (STR) perawat. 3. Memiliki pengalaman klinik minimal 3 tahun. 4. Memiliki sertifikat pelatihan pembimbing klinik.

5. Memiliki integritas diri yang dapat menjadi model peran sebagai perawat professional.

e. Tenaga kependidikan

1. Berijasah minimal D3 sesuai dengan area tugasnya.

2. Kreatif, dedikatif, inovatif dan memiliki komitmen tinggi untuk terlibat secara aktif sesuai dengan pekerjaannya.

5. Kriteria Standar 5: Kurikulum, Pembelajaran dan Suasana Akademik

a. Landasan filosofis kurikulum mencakup konsep sehat-sakit, etika keperawatan, keberagaman budaya, hubungan perawat-klien, dan caring (pengasuhan).

b. Ketentuan tentang kurikulum pendidikan program diploma tiga keperawatan.

1. Beban studi antara 110-120 SKS, dengan masa pendidikan minimal 6 semester dan maksimal 10 semester.

2. Berbasis Kompetensi.

(39)

4. Muatan issue nasional 20%, antara lain: Perawatan HIV/AIDS, TBC, Malaria, MTBS, penyakit akibat sanitasi lingkungan buruk.

5. Sesuai Visi dan Misi yang mencirikan kekhasan dari institusi 6. Melaksanakan praktik keperawatan sesuai standar kompetensi. c. Proses Pembelajaran

1. Memperhatikan filosofi pendidikan dan metode pembelajaran yang berfokus pada mahasiswa (Student Centered Learning).

2. Sarana prasarana sesuai ketentuan.

3. Jumlah mahasiswa pada proses pembelajaran di kelas 40-50, tutorial 12-15, laboratorium 10-12, klinik 4-8 per ruang.

4. Tersedia berbagai pedoman, antara lain: a. Panduan Akademik

b. Panduan Tugas Akhir c. Rencana Pembelajaran d. Pedoman Kerja Mahasiswa e. Pedoman Praktik Laboratorium

f. Pedoman Praktik Klinik dan Komunitas g. Modul Pembelajaran.

5. Kegiatan pembelajaran dilakukan dikelas, laboratorium, perpustakaan, klinis dan komunitas.

6. Peran dan fungsi pedidik, meliputi: fasilitator, motivator, tutor, model peran, narasumber dan pemberi umpan balik.

(40)

1. Hasil belajar mahasiswa harus dievaluasi secara berkala meliputi evaluasi struktur, proses, dan hasil.

2. Sistem evaluasi kinerja mahasiswa berorientasi pada pencapaian kompetensi.

3. Hasil evaluasi dijadikan sebagai acuan pengembangan bagi mahasiswa, program pendidikan, dan penentuan beban studi selanjutnya.

e. Suasana Akademik

1. Tersedianya kebijakan tertulis yang disusun oleh pimpinan institusi pendidikan tentang suasana akademik antara lain: otonomi keilmuan, kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, kemitraan dosen-mahasiswa.

2. Ketersediaan dan kelengkapan jenis prasarana, sarana serta dana yang memungkinkan terciptanya interaksi akademik antara sivitas akademika. 3. Interaksi akademik berupa program dan kegiatan akademik, selain

perkuliahan dan tugas-tugas khusus, untuk menciptakan suasana akademik (seminar, simposium, lokakarya, bedah buku).

4. Pengembangan perilaku kecendekiawanan (kemampuan untuk menanggapi dan memberikan solusi pada masalah masyarakat).

5. Tersedianya program pembekalan mahasiswa tentang etika profesi, budaya keselamatan kerja dalam kegiatan praktikum/praktik.

(41)

1. Biaya penyelenggaraan program pendidikan Diploma Tiga Keperawatan terdiri dari biaya operasional dan biaya investasi atau pengembangan yang dihimpun berasal dari berbagai sumber.

2. Semua biaya terdokumentasi dengan baik.

3. Terdapat anggaran pendapatan dan pengggunaan yang realistis yang didistribusi dalam rencana tahunan dan rencana 5 tahunan.

4. Rencana alokasi anggaran terdistribusi untuk kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi secara proporsional.

5. Terdapat rencana investasi untuk 5 tahun ke depan dengan sumber dana yang jelas, sesuai analisis kebutuhan dan prioritas.

b. Sarana dan Prasarana

1. Ruang kuliah, tutorial, dan diskusi dengan ukuran minimal 1 m2/mahasiswa.

2. Memilik auditorium yang memadai dengan kapasitas minimal 100 orang. 3. Memiliki perpustakaan dengan koleksi buku-buku teks keperawatan

minimal 165 judul, terbitan maksimal 5 tahun terakhir termasuk e-book, berlangganan jurnal keperawatan dalam negeri yang terakreditasi dan jurnal luar negeri, memiliki prosiding dalam 3 tahun terakhir, memiliki karya tulis/skripsi/tesis/disertasi.

(42)

5. Memiliki laboratorium komputer dengan rasio minimal satu PC untuk 10 mahasiswa serta memiliki akses internet.

6. Memiliki laboratorium bahasa (opsional, bisa menyatu dengan laboratorium komputer).

7. Memiliki ruang konseling mahasiswa.

8. Ruang pimpinan, ruang administrasi akademik, ruang administrasi kepegawaian, dan ruang rapat.

9. Ruang dosen per bagian atau kelompok keilmuan keperawatan dengan luas ruang dosen minimal 4 (empat) m2 per dosen yang dilengkapi alat kantor yang sesuai untuk masing-masing dosen.

10. Ruang tunggu dosen tamu. 11. Ruang organisasi mahasiswa. 12. Fasilitas pelayanan kesehatan.

13. Fasilitas penunjang seperti kantin kampus, kamar ganti pakaian, kamar mandi untuk laki-laki dan wanita, ruang ibadah, gudang penyimpanan arsip atau alat, fotokopi dan sarana olah raga serta parkir kendaran. 14. Fasilitas pembelajaran meliputi; kursi mahasiswa, meja dan kursi

dosen, komputer, LCD, Slide projector, Audio system, dan papan tulis. c. Wahana Pembelajaran

1. Wahana Pembelajaran klinik (Rumah Sakit)

a. Wahana utama minimal RS kelas C terakreditasi.

(43)

c. Ada bukti kerjasama (MoU). 2. Wahana Pembelajaran di Komunitas:

a. Wahana pembelajaran di komunitas meliputi: institusi dan wilayah binaan berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai.

b. Institusi meliputi Puskesmas, Panti Wreda, Sekolah umum yang relevan.

c. Wilayah binaan meliputi RT, RW, dan Desa/Kelurahan untuk melakukan praktik keperawatan di komunitas.

d. Memiliki Surat Kerjasama. d. Sistem informasi

1. Fasilitas teknologi informasi untuk mengelola data dan informasi terkait yang dapat digunakan oleh dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan. 2. Tersedia jaringan internet yang memadai.

3. Sistem administrasi manajemen menggunakan sistem informasi berbasis komputer yang terhubung jaringan.

4. Perpustakaan didukung oleh sistem informasi manajemen perpustakaan yang dapat mendukung pencarian informasi dan koleksi perpustakaan.

7. Kriteria Standar 7: Penelitian, Pelayanan/Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Kerja Sama

a. Penelitian

1. Memiliki unit penelitian dan pengabdian masyarakat.

(44)

3. Menghasilkan penelitian.

4. Melibatkan mahasiswa dalam penelitian. 5. Hasil penelitian dipublikasikan.

6. Memiliki karya ilmiah yang telah memproleh HaKI. b. Pelayanan/pengabdian kepada masyarakat

1. Memiliki unit pengabdian masyarakat. 2. Melaksanakan pengabdian masyarakat.

3. Memiliki perencanaan pengabdian masyarakat yang baik dengan sumber dana yang jelas.

4. Melibatkan mahasiswa dalam pengabdian masyarakat. c. Kerja sama

Memiliki kerjasama/kemitraan baik dalam negeri maupun luar negeri untuk pelaksanaan tridarma perguruan tinggi.

Dalam meningkatkan standar pendidikan maka evaluasi-diri dan akreditasi standar merupakan kompetensi atau kualitas minimum yang dituntut dari suatu lembaga Perguruan Tinggi dan lulusannya. Untuk dapat diukur masing-masing standar itu diuraikan menjadi parameter dan indikator. Standar atau baku adalah ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan atau sesuatu yang dianggap tetap nilainya dan dapat dipakai sebagai ukuran nilai/harga (BAN-PT, 2000).

2.2 Mutu Pendidikan

(45)

memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan” (Prawirosentono, 2004). Selanjutnya Pohan (2007) menyatakan bahwa mutu adalah bagaimana menyediakan kebutuhan konsuman dengan barang atau jasa yang terbaik mutunya. Mutu adalah seluruh karakteristik dari suatu produk barang/jasa yang memuaskan kebutuhan tersurat atau tersirat.

Pengertian mutu memiliki variasi sebagaimana didefinisikan oleh masing-masing pihak. Produsen (penyedia barang/jasa) atau konsumen (pengguna/pemakai barang, jasa) akan memiliki definisi yang berbeda mengenai mutu barang/jasa. Perbedaan ini mengacu kepada orientasi masing-masing pihak mengenai barang/jasa yang menjadi objeknya. Satu kata yang menjadi benang merah dalam konsep mutu baik menurut konsumen maupun produsen adalah kepuasaan. Barang/jasa yang dikatakan bermutu adalah yang dapat memberikan kepuasan baik bagi pelanggan maupun konsumennya (Suhardan dkk, 2009).

(46)

terus menerus

Mutu pendidikan tinggi perlu dijamin melalui penjaminan mutu. Hal ini dilakukan, bukan saja untuk kepentingan perguruan tinggi yang bersangkutan tetapi juga untuk kepentingan stakeholders dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Perguruan tinggi yang menjamin mutu pendidikannya dan sekaligus mutu lulusannya akan diminati masyarakat. Hanushek (2005) menekankan bahwa fokus pada sekolah lebih dari pada kualitas sekolah adalah seperti memperluas kuantitas tanpa benar-benar memperluas modal manusia. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan, maka harus dipastikan bahwa sumber daya pendidikan di institusi memenuhi kebutuhan. Sumber daya pendidikan meliputi segala sesuatu yang bernilai dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan dan mengembangkan sikap yang diinginkan dalam mahasiswa (Scottish, 1997).

, Penerapan CQI dalam program pendidikan para mahasiswa akan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan teknik untuk memecahkan suatu permasalahan yang mereka temukan ditempat mereka bekerja. Agar CQI dapat terlaksana bagi para mahasiswa maka metode Personal Improvement Project (PIP) adalah cara yang efektif dilaksanakan oleh para siswa. Selain itu, komitmen dosen adalah penting untuk mengintegrasikan pembelajaran CQI ke silabus (Jane & Hanestad, 2002).

(47)

administrasi, laporan dan teknisi, tenaga perpustakaan), proses pembelajaran, sarana dan prasarana, pengelolaan sekolah, implementasi kurikulum, sistem penilaian dan komponen-komponen lainnya.

Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik, institusi PT harus membangun sistem penjaminan mutu internal secara aktif. Untuk membuktikan bahwa sistem penjaminan mutu internal telah terlaksana dengan baik dan benar, institusi PT harus diakreditasi oleh lembaga penjaminan mutu eksternal. Dengan sistem penjaminan mutu yang baik dan benar, institusi PT akan mampu meningkatkan, menegakkan otonomi, mengembangkan diri sebagai penyelenggara program akademis/profesional, dan turut serta dalam meningkatkan kekuatan moral masyarakat secara berkelanjutan (BAN-PT, 2000). Berdasarkan pembobotan penilaian akeditasi BAN-PT terhadap standar pendidikan yaitu total nilai bobot pada standar variabel visi, misi, sasaran dan strategi pencapaian (X1) adalah 3%, variabel tata pamong, kepemimpinan, pengelolaan, dan penjaminan mutu (X2) adalah 6%, variabel mahasiswa dan lulusan (X3) adalah 17,97%, variabel sumber daya manusia (X4) adalah 22,94%, variabel kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik (X5) adalah 20,67%, variabel pembiayaan, prasarana, serta sistem informasi (X6) adalah 20,04%, dan variabel penelitian, pengabdian masyarakat dan kerjasama (X7

Wijatno (2009) dalam penilaian standar akreditasi mencakup standar tentang komitmen institusi PT serta program studi terhadap kapasitas institusional

(48)

dan komitmen terhadap efektivitas program pendidikan yang meliputi 7 (tujuh) standar diantaranya sebagai berikut:

1. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, serta Strategi Pencapaian

Visi, misi, tujuan dan sasaran merupakan suatu strategi institusi PT dan program studi untuk meraih cita-cita dimasa yang akan datang, oleh sebab itu strategi dan upaya perwujudan visi, pelaksanaan/penyelenggaraan misi, dan pencapaian tujuan harus dipahami dan di dukung dengan penuh komitmen, serta melibatkan partisipan seluruh pemangku kepentingan, dalam hal ini civitas akademik (dosen dan mahasiswa). Seluruh rumusan yang ada harus mudah dipahami, dijabarkan secara logis, sekuen, dan pengaturan langkah-langkahnya mengikuti alur pikir (logika) yang wajar secara akademis (Wijatno, 2009).

Selanjutnya Wijatno menekankan visi yang baik harus futuristik, menantang, dan memotivasi seluruh pemangku kepentingan untuk berkontribusi, realistis terhadap kemampuan, faktor-faktor internal maupun eksternal. Misi institusi PT harus tetap mengacu kepada visinya karena keterlaksanaan misi harus merupakan upaya dalam mewujudkan visi institusi PT dan program studi tersebut. Untuk mencapai tujuan dan sasaran visi dan misi, diperlukan strategi dalam pencapaiannya. Strategi pencapaian yang baik harus ditunjukkan dengan kegiatan terjadwal, bukti tertulis, dan fakta di lapangan.

2. Governance, Kepemimpinan, Sistem Pengelolaan, dan Penjaminan Mutu

Governance merupakan sistem untuk memelihara efektivitas peran para

(49)

memiliki kepemimpinan yang kuat dan efektif serta dapat mempengaruhi seluruh prilaku individu dan kelompok yang terkait dalam pencapaian visi, misi institusi PT. Kepemimpinan yang kuat dapat menstimulus anggotanya secara intelektual dan arif untuk mewujudkan visi, misi, organisasi, serta mampu memberikan arahan, tujuan, peran, dan tugas kepada seluruh unsur terkait (Wijatno, 2009).

3. Mahasiswa dan Lulusan

Pimpinan institusi PT harus memberikan pelayanan prima kepada mahasiswa dan lulusannya; termasuk di dalamnya, segala urusan yang berkenaan dengan upayah memperoleh mahasiswa bermutu tinggi melalui sistem dan program rekrutmen, sampai proses evaluasi keberhasilan mahasiswa (outcome) dalam menempuh pendidikan, penelaah kebutuhan, dan kepuasan mahasiswa serta pemangku kepentingan. Dengan demikian, PT mampu menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi serta memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pemangku kepentingan.

4. Sumber Daya Manusia

(50)

kebutuhan untuk mewujudkan visi, menyelenggarakan misi, dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wijatno, 2009).

5. Kurikulum, Pembelajaran, dan Suasana Akademik

Wijatno (2009) pembelajaran merupakan pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa dari kegiatan belajar, seperti perkuliahan, praktikum atau praktik, magang, pelatihan, diskusi, lokakarya, seminar, dan tugas-tugas pembelajaran lainnya. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan berbagai pendekatan, strategi dan teknik yang menantang agar dapat mengkondisikan mahasiswa berpikir kritis, bereksplorasi, berkreasi, dan bereksperimen dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar. Pendekatan pembelajaran di gunakan berpusat pada mahasiswa (student centered) dengan kondisi pembelajaran yang mendorong mahasiswa untuk belajar mandiri dan berkelompok.

Selanjutnya Wijatno menekankan suasana kademik yang baik merupakan kondisi yang harus dibangun untuk menumbuhkembangkan semangat dan interaksi akademis antar mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, pakar, dosen tamu, narasumber, untuk meningkatkan mutu kegiatan akademis di dalam maupun di luar kelas. Suasana akademik yang baik ditunjukkan dengan adanya kebijakan program dan kegiatan akademis yang mendukung terciptanya suasana akademis (academic atmosphere).

6. Pembiayaan, Sarana Prasarana, serta Sistem Informasi

(51)

waktu, tempat, legalitas, kegunaan, maupun mutu. Kelengkapan dan mutu dari sumber daya ini sangat penting sehingga memerlukan suatu pengoperasian dan perawatan yang memadai. Pengelolaan prasarana dan sarana harus memenuhi kecukupan, kesesuaian, aksesabilitas, pemeliharaan, dan perbaikan, penggantian dan pemutahiran, serta kejelasan peraturan dan efisiensi dalam penggunaannya.

Sistem pembiayaan, sarana dan prasarana harus menjamin kelayakan, keberlangsungan, dan keberlanjutan program akademik. Proses Penyelenggaraan akademik yang dikelola dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien apabila memiliki akses yang memadai diantaranya adalah ketersedianan anggaran yang cukup dalam proses penyelenggaraan akademik yang bermutu, selain itu ketersediaan sarana dan prasaran untuk mendukung penyelenggaraan program akademik memenuhi kelayakan dari segi jumlah, jenis, luas, waktu, tempat, legalitas, kegunaan, maupun mutu.

7. Penelitian, Pelayanan/Pengaddian Masyarakat, dan Kerjasama

(52)

secara saling menguntungkan dengan pemangku kepentingan dalam melaksanakan tridarma PT.

2.3 Proses Pembelajaran

Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu cara untuk dapat merangsang, memelihara, dan meningkatkan terciptanya proses berpikir dari setiap individu yang belajar, ciri utama dari pembelajaran adalah adanya interaksi antara peserta didik dengan lingkungan belajarnya, baik itu dengan guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar yang lain. Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa komponen-komponen pembelajaran diantaranya: pendidik, peserta didik, metode, media yang tersedia, sarana, materi yang diajarkan, dan hasil dari proses tersebut. Beberapa komponen tersebut kemudian dibangun dengan cara sistematik, hal tersebut menjadi hubungan erat antara kegiatan belajar mengajar sehingga terjadi suatu kondisi yang saling berkaitan, berinteraksi, mempengaruhi, dan menunjang satu sama lainnya (Mulyasa, 2009).

Selanjutnya Mulyasa menekankan dalam melaksanakan proses pembelajaran terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya: (1) pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) pembentukan kompetensi, (4) penutup.

2.3.1 Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(53)

kurikulum adalah membuat rencana pembelajaran yang akan dijadikan pedoman pelaksanaan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Ini perlu ditekankan, karena hasil pengamatan, bahkan pengakuan jujur para pendidik menunjukkan sedikit sekali pembuat yang membuat perencanaan sebelum melakukan pembelajaran, jika kondisi tersebut dibiarkan maka kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga pendidik tersebut sulit untuk dipertanggungjawabkan sehingga sulit pula untuk menghasilkan output yang berkualitas, yang dapat dijadikan tumpuan harapan oleh seluruh masyarakat, bangsa, dan negara pada umumnya.

2.3.2 Pentingnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Perencanaan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan dalam implementasi pengajaran, dimana ini akan menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan dan menentukan kualitas pendidikan serta kualitas SDM, baik dimasa sekarang maupun dimasa depan. Oleh karena itu, baik dalam kondisi dan situasi bagaimanapun, pendidik tetap harus membuat RPP.

Sedikitnya terdapat dua fungsi RPP dalam implementasi pengajaran, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan pembelajaran.

1. Fungsi perencanaan

RPP hendaknya dapat mendorong pendidik lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Oleh karena itu, setiap akan melakukan pembelajaran pendidik wajib memiliki persiapan, baik persiapan tertulis maupun tak tertulis.

(54)

Untuk mensukseskan implementasi pengajaran, RPP harus disusun secara sistemik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual. Dengan demikian, RPP berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan.

Seorang pendidik yang profesional harus mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang baik, logis, dan sistematis. Karena disamping itu untuk melaksanakan pembelajaran, persiapan tersebut mengembangkan profesional accountability sehingga pendidik dapat mempertanggung jawabkan apa yang dilakukannya.

Cyntia (1993:113) yang dikutip Mulyasa (2009) mengemukakan bahwa proses pembelajaran yang dimulai dengan fase pengembangan rencana pembelajaran, ketika kompetensi dan metodologi telah diidentifikasi, akan membantu pendidik dalam mengorganisasikan materi standar, serta mengantisipasi peserta didik dan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran. Sebaliknya, tampa rencana pembelajaran, seorang pendidik akan mengalami hambatan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya.

(55)

1. Rencana pembelajaran perlu dikembangkan dengan baik dan menggunakan pendekatan sistem. Pengembangan rencana pembelajaran dipengaruhi oleh teori-teori yang melandasinya dan langkah-langkah yang ditempu dalam proses pembuatannya. Proses pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem karena memiliki sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan berinterelasi, memiliki fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan membentuk kompetensi peserta didik.

2. Rencana pembelajaran harus dikembangkan berdasarkan pengetahuan tentang peserta didik. Kualitas rencana pembelajaran banyak bergantung pada bagaimana rencana tersebut dibuat, apakah bersifat ilmiah, intuitif, atau keduanya. Rencana pembelajaran harus dikembangkan secara ilmiah berdasarkan pengetahuan tentang peserta didik, yaitu teori-teori belajar dan pembelajaran yang telah diuji coba dan diteliti oleh para ahli ilmu pendidikan.

(56)

proses pembelajaran, (d) menggunakan sarana dan alat pendukung yang bervariasi, dan (e) memilih dan menggunakan metode yang bervariasi. 4. Rencana pembelajaran hendaknya tidak dibuat asal-asalan, apalagi hanya untuk memenuhi sarat administrasi. Asumsi keempat ini bersifat menegaskan akan pentingnya asumsi pertama dan kedua, yakni bahwa program satuan pembelajaran harus disusun sesuai dengan prosedur ilmiah.

2.3.3 Pelaksanaan Pembelajaran

Mulyasa (2009) mengatakan dalam implementasi pengajaran akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran, yakni bagaimana agar isi atau pesan-pesan kurikulum dapat dicerna oleh peserta didik secara tepat dan optimal. Pendidik harus berupaya agar peserta didik dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa yang digariskan dalam kurikulum.

Pada umumya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan, yakni pembukaan, pembentukan kompetensi, dan penutup.

1. Pembukaan

Pembukaan adalah kegiatan awal yang harus dilakukan guru untuk memulai pembelajaran. Membuka pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar. Untuk kepentingan tersebut, pendidik dapat melakukan upaya-upaya sebagai yang berikut:

(57)

2) Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis-garis besar materi yang akan dipelajari.

3) Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. 4) Mendayagunakan media dan sumber belajar yang bervariasi sesuai dengan

materi yang disajikan.

5) Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran yang telah lalu maupun untuk menjelajahi kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.

Disamping upayah-upayah diatas, dalam implementasi pengajaran banyak cara yang dapat dilakukan pendidik untuk memulai atau membuka pembelajaran, antara lain melalui pembinaan keakraban, dan pretest.

1. Pembinaan keakraban

Pembinaan keakraban merupakan upaya yang harus dilakukan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mempersiapkan peserta didik memasuki proses pembelajaran. Suasana yang akrab akan menumbuhkan hubungan yang harmonis antara pendidik dengan peserta didik dan antara peserta didik denga peserta didik. Dalam pembinaan keakraban ini sebaiknya pendidik memperhatikan perbedaan individual dan karakteristik peserta didik.

(58)

1) Pada awal pertemuan pertama, pendidik memperkenalkan diri kepada peserta didik dengan memberi salam, menyebut nama, alamat, pendidikan terakhir, dan tugas pokoknya di sekolah.

2) Pendidik melakukan pengecekan kehadiran peserta didik dengan cara memanggil nama-nama mereka berdasarkan buku daftar hadir. 3) Berdasarkan urutan dalam daftar hadir, seluruh peserta didik diminta

memperkenalkan diri dengan memberi salam, serta memperkenalkan diri mereka masing-masing.

2. Pretest (tes awal)

Setelah pembinaan keakraban, kegiatan dilanjutkan dengan pretest. Pretest adalah tes yang dilaksanakan sebelum kegiatan ini pembelajaran dan pembentukan kompetensi dimulai, sebagaimana penjajagan terhadap kemampuan peserta didik terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pretest memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembelajaran.

2. Pembentukan kompetensi

(59)

ini menuntut adanya pengembangan atau modifikasi. Pembentukan kompetensi peserta didik perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan. Hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreatifitas pendidik dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya.

Pembentukan kompetensi mencakup berbagai langkah yang perlu ditempuh oleh peserta didik dan pendidik sebagai fasilator untuk mewujudkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini ditempuh melalui berbagai cara, bergantung kepada situasi, kondisi, kebutuhan, serta kemampuan peserta didik. Prosedur yang ditempuh dalam pembentukan kompetensi adalah sebagai berikut:

1) Berdasarkan kompetensi dasar dan materi standar yang telah dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru menjelaskan standar kompetensi minimal (SKM) yang harus dicapai peserta didik dan cara belajar untuk mencapai kompetensi tersebut.

2) Pendidik menjelaskan materi standar secara logis dan sistematis, materi dikemukakan dengan jelas atau ditulis dipapan tulis. Memberi kesempatan peserta didik untuk bertanya sampai materi standar tersebut benar-benar dapat dikuasai.

(60)

4) Membagikan lembaran kegiatan untuk setiap peserta didik, lembaran kegiatan berisi tugas tentang materi standar yang telah dijelaskan oleh pendidik dan dipelajari oleh peserta didik.

5) Guru memantau dan memeriksa kegiatan peserta didik dalam mengerjakan lembaran kegiatan, sekaligus memberikan bantuan dan arahan bagi mereka yang menghadapi kesulitan belajar.

6) Setelah selesai diperiksa bersama-sama dengan cara menukar pekerjaan dengan teman lain, lalu pendidik menjelaskan setiap jawabannya.

7) Kekeliruan dan kesalahan jawaban diperbaiki oleh peserta didik. Jika ada yang kurang jelas, pendidik memberikan kesempatan bertanya, tugas, atau kegiatan mana yang perlu penjelasan lebih lanjut.

Dalam pembentukan kompetensi perlu diusahakan untuk melibatkan peserta didik seoptimal mungkin, dengan memberikan kesempatan dan mengikutsertakan mereka untuk turut ambil bagian dalam proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk saling tukar informasi antar peserta didik dan antar peseta didik dengan pendidik mengenai materi yang dibahas, untuk mencapai kesepakatan, kesamaan, kecocokan dan keselarasan pikiran.

3. Penutup

(61)

peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari. Untuk kepentingan tersebut, pendidik dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari (kesimpulan bisa dilakukan oleh pendidik, oleh peserta didik atas permintaan pendidik, atau oleh peserta didik bersama dosen).

2. Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan dan keefektifitasan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

3. Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari dan tugas-tugas yang harus dikerjakan (baik tugas individu maupun tugas kelompok) sesuai dengan pokok bahasan yang telah dipelajari.

4. Memberikan protes baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan.

Selanjutnya Mulyasa (2009) menekankan dalam implementasi pembelajaran, kegiatan penutup pembelajaran perlu dilakukan secara profesional, agar mendapatkan hasil memuaskan dan menimbulkan kesan menyenangkan. Untuk kepentingan tersebut, berikut dikemukakan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pendidik untuk menutup pembelajaran, diantaranya meninjau kembali materi yang telah diajarkan, evaluasi, dan memberikan tindak lanjut terhadap materi yang telah dipelajari.

1) Meninjau kembali.

(62)

Kegiatan merangkumkan dan menarik kesimpulan dapat dilakukan oleh peserta didik dibawah bimbingan pendidik, atau bersama-sama pendidik.

2) Mengevaluasi.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang dilakukan, serta untuk mengetahui apakah kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh peserta didik melalui pembelajaran. Hasil evaluasi dapat memberikan penilaian terhadap peserta didik dan memperbaiki program pembelajaran. 3) Tindak lanjut.

Tindak lanjut merupakan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik setelah pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Kegiatan tindak lanjut perlu diberikan oleh pendidik agar terjadi pemantapan pada diri peserta didik terhadap pembentukan kompetensi dasar dan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

2.4 Landasan Teori

(63)

yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.

Untuk menghasilkan suatu institusi pendidikan yang berkualitas maka salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah pemenuhan sumberdaya. Menurut pendapat Gomes yang dikutip Siagian (2006) bahwa sumberdaya adalah daya kerja suatu lembaga/institusi agar orang-orang yang ada didalam organisasi dapat melakukan kerja sama dalam mencapai tujuan bersama maka diperlukan daya kerja. Menurut Sinungan (2005) bahwa sumberdaya pada umumnya yang terdapat pada suatu lembaga dikelompokkan atas 2 macam yaitu: (1) sumberdaya manusia (human resources), dan (2) sumberdaya non manusia.

Donabedian (2003) dalam bukunya An Introduction to Quality Assurance in Health Care, mengatakan bahwa ada tiga katagori layanan dalam meningkatkan mutu suatu Institusi yaitu struktur, proses, dan output.

1. Standar struktur. Standar struktur adalah standar yang menjelaskan semua peraturan yang berlaku pada suatu institusi pendidikan yang didalamnya mencakup hubungan suatu organisasi, visi-misi organisasi, sumberdaya manusia (human resources) maupun sumber daya tak bergerak (human-non resources). Standar struktur sering juga disebut rule of the games.

(64)

3. Standar Keluaran. Standar keluaran merupakan hasil akhir produk yang telah dilaksanakan. Keluaran (output) adalah apa yang diharapkan akan terjadi sebagai hasil layanan yang telah dilaksankan.

Sanjaya (2008) salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas proses pendidikan adalah pendekatan sistem. Melalui pendekatan sistem kita dapat melihat berbagai aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu proses. Didalam komponen-komponen sistem pembelajaran terdapat beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan didalam keberhasilan sistem pembelajaran, ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Komponen Sistem Proses Pembelajaran

S Proses S1

Input Tujuan Output

Isi/Materi

Metode

Media

Gambar 2.1 Evaluasi

Komponen Sistem Proses Pembelajaran

(65)

materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media, dan evaluasi (Sanjaya, 2008).

Institusi pendidikan keperawatan menghadapi tantangan dalam mempersiapkan perawat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan praktek keperawatan dan menjadi akuntabel serta bertanggung jawab atas perawatan kesehatan baik individu, keluarga dan masyarakat (Bourbonnais, 1984). Perbaikan kurikulum terus menerus dilakukan untuk memunculkan ide-ide baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada saat ini (Hooten 1976). Perkembangan pengetahuan menuntut perbaikan dan perubahan kurikulum untuk itulah setiap institusi pendidikan berusaha untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan keperawatan yang mengenali kebutuhan untuk menggunakan model keperawatan sebagai dasar pengembangan kurikulum. Salah satu pengembangan kurikulum dalam model proses pembelajaran yang berlaku saat ini adalah model pembelajaran berbasis aktif.

Proses pembelajaran

Menurut Confrey (1995) belajar merupakan akuisisi aktif ide-ide dan konstruksi pengetahuan, bukan suatu proses yang pasif. Dengan kata lain, belajar membutuhkan individu untuk menjadi aktif dan menjadi terlibat dalam

(66)

pembangunan model mental pribadi yang mandiri. Hazzan et al (2011) dalam proses pembelajaran berbasis aktif learning, model pengajaran yang dipergunakan adalah berdasarkan proses: (1) pemicu, (2) l

1)

earning activity, (3) diskusi, (4)

kesimpulan.

Pemicu. Tujuan dari tahap ini adalah untuk memperkenalkan topik dengan cara para dosen memberikan pemicu pembelajaran aktif berbasis menantang. Secara khusus, pemicu harus meningkatkan dan mendorong bermakna belajar dan harus memiliki potensi untuk meningkatkan beragam pertanyaan, dilema, sikap, dan persepsi

2)

.

Kegiatan. Dalam tahap ini, para siswa bekerja pada pemicu yang disajikan kepada mereka. Tahap ini mungkin pendek, atau mungkin lebih lama dan mengambil sebagian besar pelajaran

3)

.

Diskusi. Pada tahapan ini para mahasiswa melakukan proses pembahasan topik baik secara individu, berpasangan, atau dalam kelompok-kelompok kecil, seluruh kelas dikumpulkan. Selanjutnya instruktur menyoroti ide-ide penting yang disajikan oleh para siswa dan menekankan prinsip yang berasal dari ide-ide

4) Ringkasan. Ini tahap model menempatkan topik ke dalam konteks kursus dan menekankan konsep-konsep yang dibahas, serta mengambil kesimpulan berdasarkan hasil pembahasan bersama yang dilakukan.

.

(67)

a. Tujuan input pendidikan:

1. Mahasiswa: sebagai masukan utama.

2. Memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas 3. Sumberdaya tersedia dan siap

4. Staff yang kompeten dan dediksi tinggi. 5. Memiliki harapan prestasi yang tinggi

6. Fokus pada pelanggan (mahasiswa/masyarakat)

7. Input manajemen: tugas jelas, rencana rinci dan sistematis, program kerja,aturan jelas, pengendalian mutu yang jelas.

b. Tujuan proses pendidikan

1. Proses belajar-mengajar yang efektif 2. Kepemimpinan Institusi yang kuat

3. Lingkungan Institusi yang aman dan tertib 4. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif 5. Institusi pendidikan memiliki budaya mutu

6. Institusi pendidikan memiliki team work yang kompak dan cerdas. 7. Institusi memiliki keterbukaan (tranparansi) manajeman.

8. Institusi melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan. 9. Institusi responsif dan antisipatif terhadap perubahan kebutuhan. 10.Institusi memiliki akuntabilitas publik yang kuat.

11.Mampu memelihara dan mengembangkan komunikasi yang baik. 12.Institusi memiliki kemauan untuk berubah

c. Tinjaun output pendidikan

(68)

2. Prestasi Insitusi (akademik dan non akademik)

(69)

Kerangka Teoritis Quality control

Struktur Proses Outcomes

SDM (mahasiswa & staff pengajar)

Kurikulum Kompetensi Tupoksi yang jelas

Proses Pembelajaran

Student Centered Learning Active Learning

Evaluasi Pembelajaran Lingkungan yang Kondusif Good Team Working

Prestasi Mahasiswa

IPK Meningkat Lulusan 100 % Prestasi Institusi

Akreditasi BAN-PT Memuaskan

Peningkatan Jumlah Mahasiswa Baru

(70)

Selanjutnya Jane & Hanestad (2002) dalam penelitiannya menemukan pentingnya hubungan pengetahuan profesional dan pengetahuan perbaikan untuk perbaikan kualitas berkesinambungan (Continues Quality Improvement/CQI). Temuan tersebut melibatkan 44 mahasiswa untuk mengikuti petunjuk dalam buku kerja menggambarkan PIP (Personal Improvement Project) selama 8 minggu dengan menjawab kuesioner. 45 % mereka mengatakan cara belajarnya lebih baik.89 % menyatakan bahwa penelitian ini telah membantu mereka untuk mulai belajar CQI, dan 75 % bahwa mereka bisa merasakan manfaat pembelajaran klinis. Hal ini menunjukkan bahwa untuk program pembelajaran CQI menjadi efektif

Hal ini sejalan dengan hasil analisis yang telah dilakukan oleh Ribek & Rahayu (2009) yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Depkes Denpasar“, yang menyimpulkan pentingnya penerapan standar pendidikan nasional guna meningkatkan mutu pendidikan suatu institusi.

apabila para pendidik, mahasiswa dan praktisi klinis duduk bersama dalam memecahkan suatu permasalah yang terjadi. Hal ini akan bisa terlaksana apabila Institusi pendidikan tersebut memiliki sistem penjaminan mutu internal.

(71)

berlangsung dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kemajuan pengetahuan serta perubahan lingkungan dengan memperhatikan kesesuaian dengan program pembelajaran. Sebuah proses perbaikan dan evaluasi kurikulum terus menerus (Hill, 2007) dapat meminimalkan kesenjangan antara perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan masyarakat. Terdapat dua alasan dalam peningkatan penjaminnan kualitas dan peningkatan proses pengajaran oleh departeman pendidikan yaitu meningkatkan atau menghambat perubahan beroperasi pada tingkat ini (Knight, 2006). Dengan adanya kemauan dan sifat mau berubah dari para staff pengajar maka ini akan dapat menfasilitasi akan kendala tersebut, sehingga terciptanya perbaikan dan peningkatan kualitas.

2.5 Kerangka Konsep

(72)

bagaimana peningkatan mutu dalam proses pembelajaran, hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Kerangka Konsep

Standar Pendidikan Keperawatan 1. Standar Visi, Misi, Tujuan

dan Sasaran

2. Tata Pamong, Kepemimpinan, Pengelolaan dan Penjaminan Mutu 3. Mahasiswa dan Lulusan

4. Sumber Daya Manusia Mutu Proses

5. Kurikulum, Pembelajaran, Pembelajaran

dan Suasana Akademik 6. Pembiayaan, Prasarana, dan Sistem Informasi

7. Penelitian, Pengabdian Masyarakat, serta Kerjasa

Gambar

Gambar 2.1 Komponen Sistem Proses Pembelajaran
Gambar 2.2 Kerangka Teoritis
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Tabel  3.1 Jumlah sampel yang di gunakan dalam penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih dan karuniaNya, sehingga skripsi dengan judul “Peningkatan Kepatuhan

Pada kondisi saat analisis ini dilakukan (nilai tukar Rp 9.000/kg, harga CIF jagung US$ 122/ton, tarif impor 0%), usahatani jagung memberikan keuntungan bersih ( profit ) sebesar

Kompetensi Dasar Indikator Soal Level Bentuk Soal No Soal 3.9 Mengenal kosakata dan ungkapan perkenalan diri, keluarga, dan orang- orang di tempat tinggalnya secara lisan

Peningkatan tingkat akurasi pada SVM ini dikarenakan data yang digunakan telah diproses untuk mendukung hasil prediksi yang lebih baik untuk metode PLS-DA dengan membuang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan PjBL ( Project Based Learning ) pada pembelajaran di kelas II SD serta mengetahui bagaimana peningkatan

Dalam perjalanannya keatas, serabut asenden ini akan semakin bergeser ke medial (karena ada serabut lain di tingkat yang lebih atasnya akan masuk), sehingga serabut

Siswa yang mempunyai kesegaran jasmani yang baik diharapkan dapat pula mencapai prestasi belajar yang optimal, sehingga mereka akan berlomba-lomba untuk memiliki kesegaran

Tipe planlet normal memiliki karakteristik morfologi yang mirip dengan planlet kontrol (tanpa perlakuan kolkisin), sedangkan tipe planlet putatif poliploid memiliki daun