• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

B. Landasan Teori

Untuk dapat masuk pada pokok permasalahan, maka penulis perlu menjelaskan beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian yakni: Visi– Misi, Implementasi, Evaluasi, Efektivitas, Kongregasi SMFA, spiritualitas Fransiskan, pendidikan, dan pastoral. Penjelasan mengenai konsep ini dianggap perlu untuk landasan berpikir dan sebagai pembatasan masalah guna menghindari salah penafsiran.

1. Pernyataan Visi–Misi. a. Pengertian Visi

Menurut Fred David (2015:30–31) pernyataan visi adalah sebuah deklarasi tentang “alasan keberadaan” suatu organisasi. Pernyataan visi (vision statement) digunakan untuk menjawab pertanyaan “Ingin menjadi seperti apa kita?” Sebuah pernyataan visi yang jelas menjadi dasar bagi pengembangan pernyataan visi yang komprehensif. Banyak organisasi mempunyai baik pernyataan visi maupun pernyataan misi, namun pernyataan visi harus dibuat terlebih dahulu.

Menurut Kotlerdalam visi yang dikutip oleh Nawawi (2000:122), Visi adalah“ pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai–nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita–cita masa depan”

b. Kriteria dan ciri pernyataan visi yang baik.

Kriteria dan ciri visi yang baik adalah sebagai berikut: 1) Mudah dipahami

3) Menantang, tapi dapat dicapai

4) Luhur, tetapi tidak mengawang–awang 5) Memompa semangat

6) Menciptakan kesatuan tujuan 7) Tidak terpaku pada angka

8) Mengatur nada/irama gerak organisasi 9) Terukur dan spesifik

10) Fleksibel dan tidak kaku

Menurut Wibisono (2006:43) sebuah visi yang baik memiliki beberapa kriteria sebagai berikut:

1) Menyatakan cita–cita atau keinginan perusahaan di masa depan. 2) Singkat, jelas, fokus, dan merupakan standart of excellence. 3) Realistis dan sesuai dengan kompetensi organisasi.

4) Atraktif dan mampu menginspirasi komitmen serta antusiasme,

5) Mudah diingat dan dimengerti seluruh karyawan serta mengesankan bagi pihak yang berkepentingan.

6) Dapat ditelusuri tingkat pencapaiannya. c. Manfaat Visi

Menurut Sedarmayanti (2014:102) manfaat visi adalah:

1) Bukan fakta tetapi dapat menjadi gambaran pandangan masa depan yang ingin diwujudkan.

2) Dapat memberikan arah dan mendorong. 3) Anggota organisasi menunjukkan kinerja baik.

4) Menimbulkan inspirasi dan siap menghadapi tantangan. 5) Menjembatani masa kini dan masa mendatang.

6) Menjadi gambaran realitis dan kredibel masa depan yang menarik. 7) Menciptakan organisasi dinamis, tidak statis.

Jadi kesimpulannya visi adalah cita–cita dari sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.

d. Pengertian Misi

Pernyataan misi merupakan pernyataan tentang tujuan dan alasan keberadaan suatu organisasi. Misi menyatakan apa yang mesti dilakukan dan organisasi itu ada (why we exist) sehingga pernyataan misi lebih berkaitan dengan keadaan saat ini. Pernyataan misi akan memberikan arah maupun batasan tentang hal atau tindakan yang boleh dilakukan, secara eksplisit, atau yang tidak boleh dilakukan, secara implisit, oleh suatu organisasi. Tidak seperti strategi dan goal yang dapat dicapai setiap waktu, misi organisasi tidak akan pernah bisa dicapai secara penuh.

Berkaitan dengan pernyataan misi, Niven (2003:102) menyatakan sebagai berikut: “Researcher from the independent sector found that, “a clear, agreed upon mission statement is one of the four primary characteristics ofsuccessful nonprofit organizations.”

“The experience of hashing out the fundamental purpose of an organization-debating all the different assumptions and views held by its members and agreeing on one basic mission—can be a powerful one. When it is done right, a mission statement can drive an entire organization from top to bottom.” (David Orsborne and Ted Gaebler in Reinventing Government).

Untuk menyusun pernyataan misi, Niven (2003:107) memberikan pendekatan sederhana dengan cara menjawab pertanyaan berikut:

1) We exist to (primary purpose, need served, or problem served) 2) For (primary clients or customer)

3) In order to (core service offered)

4) So that (long–term outcomes determining success) e. Kriteria Misi yang baik.

Adapun ciri–ciri misi yang baik itu, adalah sebagai berikut:

1) Misi harus bersifat luhur dan berasal dari hati nurani yang paling dalam yang merupakan keinginan paling luhur dari diri kita. Misi bersifat fleksibel, tidak kaku, dan mudah diubah. Artinya, misi tidak sekali jadi, tapi terbuka peluang untuk perbaikan dan perubahan. 2) Misi harus menarik sehingga mampu memotivasi kita. Kita akan

terdorong bekerja keras untuk sesuatu yang kita sukai.

3) Misi yang baik bukan bersifat materi dan berdasarkan ukuran–ukuran materi semata.

4) Misi harus jelas, mudah dihayati, dan dipahami. Misi yang jelas akan mudah terwujud dan direalisasikan.

5) Misi sebaiknya singkat, padat, dan terdiri atas satu kalimat sehingga mudah dihafal dan diingat.

Misi berbeda dengan jargon. Pernyataan misi dibuat dengan sederhana, biasa, dan terang (plain) yang mudah dimengerti oleh seluruh pembaca. Jadi dapat disimpulkan bahwa Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan Visi. Dalam operasionalnya orang berpedoman pada pernyataan misi yang

merupakan hasil kompromi intepretasi Visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju serta dapat pula memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian Visi.

2. Implementasi Strategi

a. Definisi Implementasi Strategi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi bisa diartikan sebagai penerapan atau pelaksanaan (Moeliono, 1990:327). Implementasi strategiadalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan perencanaan strategis. Implementasi strategis merupakan proses dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah menjadi tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Walaupun implementasi biasanya baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari manajemen strategik. Perumusan strategi dan implementasi strategi harus dilihat seperti dua sisi mata uang.

Banyak perusahaan atau organisasi yang banyak menghamburkan sumberdayanya (uang, waktu, tenaga) untuk mengembangkan rencana strategik yang “ampuh”. Namun harus ingat bahwa perubahan hanya akan terjadi melalui suatu action (implementasi), bukan sekedar perencanaan. Rumusan strategi yang secara teknis kurang sempurna jika diimplementasikan dengan baik, maka akan didapat hasil yang lebih baik dibandingkan dengan rumusan strategi yang sempurna namun hanya di atas kertas.

b. Berbagai Kemungkinan Formulasi dan Implementasi Strategi 1) Success

Sukses adalah hasil yang paling diinginkan oleh perusahaan. Terjadi pada saat perusahaan mampu melakukan formulasi strategi sekaligus mampu mengimplementasikannya secara baik.

2) Roulette

Situasi dimana strategi yang diformulasikan sesungguhnya kurang kurang baik, akan tetapi hasil yang didapat tidak terlalu mengecewakan karena perusahaan mampu mengimplementasikan strateginya dengan baik.

3) Trouble

Situasi dimana strategi perusahaan sebenarnya diformulasikan dengan baik namun strategi tersebut kacau dan tidak optimal karena manajemen perusahaan tidak mengimplementasikannya dengan baik. 4) Failure

Merupakan hasil yang buruk dan paling tidak diinginkan oleh manajemen perusahaan

Tabel II.1 Formulasi dan Implementasi Strategi

Formulasi Strategi Baik Buruk Baik Success Roulette Implementasi Strategi Trouble Failure Buruk

c. Proses Implementasi Strategi

Gambar II.1 Proses Implementasi Strategi 1) Menganalisa perubahan

 Tahap pertama dalam proses implementasi strategi.

 Tujuannya untuk memberikan gagasan yang jelas & terperinci mengenai seberapa banyak perusahaan harus berubah agar berhasil dalam mengimplementasikan strateginya.

 Terbagi dalam beberapa pola, yaitu:

a) Tidak adanya perubahan yang signifikan (continuation)

Terjadi karena adanya pengulangan strategi yang sama dengan strategi yang digunakan dalam periode sebelumnya.

b) Perubahan rutin (routine change)

Merupakan perubahan yang digunakan oleh perusahaan untuk lebih memikat pelanggan. Misal: memperbaharui kemasan, taktik harga yang berbeda.

c) Perubahan terbatas (limited change)

Disebabkan karena adanya penawaran produk baru kepada pelanggan baru dalam golongan produk umum yg sama.

d) Perubahan radikal (radical change)

Reorganisasi besar–besaran dalam perusahaan. Biasanya dilakukan pada saat terjadi merger & akuisisi, tetapi masih dalam industri yang sama.

e) Organizational redirection

Melibatkan merger & akuisis perusahaan yang berasal dari industri yang sama sekali berbeda. Jenis ini merupakan perubahan yang kompleks. Melibatkan perubahan misi perusahaan.

2) Analisis struktur organisasi

Alasan utama mengapa perubahan dalam strategi memerlukan bahkan mengharuskan perubahan dalam struktur organisasi, yaitu:

a) Struktur biasanya menjelaskan tentang bagaimana kebijakan akan disusun.

b) Struktur biasanya menjelaskan tentang bagimana sumberdaya akan dialokasikan.

Ada 5 jenis struktur organisasi yg biasa digunakan, yaitu: a) Struktur organisasi sederhana

b) Struktur organisasi fungsional c) Struktur organisasi divisional

d) Struktur organisasi SBU (Strategic Business Unit Structure) e) Struktur organisasi Matriks

3) Analisis budaya organisasi

Budaya perusahaan merupakan komponen yagn menyebabkan mengapa suatu strategi dapat diimplementasikan pada suatu

perusahaan, sementara strategi tersebut gagal untuk

diimplementasikan pada perusahaan yang lain dengan kondisi yang relatif sama.

4) Analisis gaya kepemimpinan

Empat gaya kepemimpinan secara umum, yaitu: a) Gaya kepemimpinan administrator

 Kurang inovatif & terlalu kaku pada aturan

 Sikapnya konservatif, kelihatan takut untuk mengambil resiko (mencari aman).

b) Gaya kepemimpinan analitis

 Pembuatan keputusan didasarkan pada proses analisa, terutama analisa logika

 Berorientasi pada hasil rencana–rencana rinci & jangka panjang. c) Gaya kepemimpinan asertif

 Sifatnya agresif & mempunyai perhatian yang sangat besar kepada pengendalian personal.

d) Gaya kepemimpinan entrepreneur

 Sangat menaruh perhatian kepada kekuasaan & hasil akhir

 Kurang menekankan kerjasama

 Selalu mencari easing & menargetkan standar yg tinggi. d. Implementasi dan Evaluasi Strategi

Tahap akhir dalam implementasi strategi. Untuk melakukan tahap ini dengan baik & berhasil, manajemen perusahaan perlu mengetahui 4 jenis keahlian dasar, yaitu:

1) Kemampuan Berinteraksi (Interacting skills)

Kemampuan manajemen berinteraksi dan ber-empati dgn berbagai perilaku & sikap orang lain untuk mencapai tujuan.

2) Kemampuan Mengalokasi (Allocating skills)

Kemampuan manajemen dalam menjadwalkan tugas–tugas, anggaran, waktu, serta sumberdaya–sumberdaya lain secara efisien.

3) Kemampuan Memonitor (Monitoring skills)

Meliputi penggunaan informasi yg efisien untuk memperbaiki atau menyelesaikan berbagai masalah yg timbul dlm proses implementasi. 4) Kemampuan Mengorganisasikan (Organizing skills)

Kemampuan untuk menciptakan jaringan atau organisasi informal dlm rangka menyesuaikan diri dgn berbagai masalah yg mungkin terjadi. https://farnidaassignment.wordpress.com/2012/10/13/pengantar-manajemen-implementasi-strategi/

e. Memanfaatkan Tujuan Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Implementasi menurut Sedarmayanti dijabarkan dalam tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Menurut Sedarmayanti (2014:149) memanfaatkan tujuan jangka pendek, yaitu

1) Mengidentifikasi tujuan jangka pendek. 2) Menginisiasi taktik fungsional yang spesifik.

3) Melakukan pengalihdayaan atas fungsi yang tidak penting.

4) Mengkomunikasikan kebijakan yang memberdayakan karyawan dalam organisasi.

5) Mendesain penghargaan yang efektif (Anne Mulcahy). Sedarmayanti (2014:150) menguraikan tujuan jangka pendek

1) Tujuan jangka pendek “mengoperasionalkan” tujuan jangka panjang. 2) Pembahasan mengenai dan kesepakatan atas tujuan–tujuan jangka

pendek membantu untuk mengangkat masalah dan konflik potensial dalam suatu organisasi biasanya memerlukan koordinasi guna menghindari konsekuensi yang bersifat.

3) Tujuan jangka pendek membantu implementasi strategi dengan mengindentifikasi hasil–hasil terukur dari tindakan atau aktivitas fungsional, yang dapat digunakan untuk membuat umpan balik, koreksi dan evaluasi menjadi relevan dan dapat diterima.

Sedarmayanti (2014:150) menyebutkan kualitas jangka pendek yang efektif:

1) Terukur

Tujuan jangka pendek akan lebih konsisten jika secara jelas menyatakn apa yang perlu dicapai, kapan hal tersebut akan dicapai dan bagaimana pencapaiannya akan diukur. Tujuan–tujuan semacam itu dapat digunakan untuk memantau efektivitas dari setiap aktivitas atau kemajuan kolektif dari beberapa aktivitas yang saling berkaitan. 2) Prioritas

Meskipun semua tujuan tahunan adalah penting, beberapa pantas diprioritaskan karena pertimbangan waktu atau pengaruh khusus dari tujuan–tujuan tersebut terhadap keberhasilan suatu strategi.

3) Memecahkan: dari tujuan jangka panjang menjadi tujuan jangka pendek.

Hubungan antara tujuan jangka pendek dengan tujuan jangka panjang harus membentuk pecahan–pecahan melalui tujuan dasar jangka panjang perusahaan menjadi tujuan jangka pendek yang spesifik dalam area–area operasi kunci.

Sedarmayanti (2014:151) menguraikan tujuan jangka panjang mempresentasikan hasil yang diharapkan dari pelaksanaan strategi tertentu. Strategi mempresentasikan berbagai tindakan yang perlu diambil untuk mencapai tujuan jangka panjang, 2–5 tahun.

f. Sistem Pelaksanaan, Pemantauan, dan Pengawasan Sedarmayanti (2014:154) menguraikan:

1) Sistem Pelaksanaan

Sistem pelaksanaan rencana strategi membahas cara bagaimana mencapai tujuan, sasaran, dan karenanya merupakan faktor penting dalam mewujudkan visi dalam kerangka misi organisasi.

2) Sistem Pemantauan

Pemantauan: proses mengetahui adanya kesesuaiannya atau penyimpangan antara pelaksanaan dengan rencana dalam rangka mencapai tujuan/sasaran organisasi. Menurut Sedarmayanti (2014:156) pemantauan yang efektif memerlukan:

a) Spesifik/standar dari suatu program/kegiatan. b) Adanya ketentuan mengenai toleransi.

c) Prosedur mengumpulkan informasi untuk umpan balik dan umpan ke depan.

3) Sistem Pengawasan

Menurut Sedarmayanti (2014:157) pengawasan akan berhasil bila mampu menimbulkan hal berikut:

a) Kreativitas dan semangat berkompetisi. b) Pelayanan yang murah/wajar.

c) Outcome organisasi mengakibatkan terbukanya lapangan kerja d) Kepuasan pelanggan dan stakeholder.

f) Kemajuan yang terus menerus.

g) Fleksibilitas/keluwesan dalam menghadapi perubahan. h) Learning organization.

i) Standar/tolak ukur pada setiap kegiatan.

j) Semua kegiatan organisasi dapat menjadi SMART. k) Pemberdayaan staf terutama bagi kemajuan mereka. l) Mengeliminasi pemborosan.

m) Menegakkan akuntabilitas.

Bahwa kinerja yang diperoleh perusahaan tidak sekedar ditentukan oleh strategi yang dimiliki, namun lebih disebabkan karena efektivitas perusahaan dalam mengimplementasikan strategi tersebut. Walaupun implementasi biasanya baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari manajemen strategi.

g. Mencapai sinergi

Salah satu tujuan yang harus dicapai dalam implementasi strategi adalah memperoleh sinergi diantara berbagai fungsi dan unit bisnis yang ada. Hal ini merupakan alasan mengapa banyak perusahaan pada umumnya melakukan reorganisasi setelah melakukan akuisisi. Sinergi dikatakan ada untuk sebuah perusahaan divisional jika pengembalian investasi (ROI) pada masing–masing divisi lebih besar daripada pengembalian yang diperoleh oleh divisi–divisi tersebut ketika terpisah sebagai unit bisnis yang mandiri.

Menurut Goold Campbell, sinergi dapat terjadi di salah satu dari enam bentuk:

1) Bersama pengetahuan: unit gabungan sering mendapat manfaat dari berbagi pengetahuan atau keterampilan.

2) Strategi Coordinated: menyelaraskan strategi bisnis dari dua atau lebih unit bisnis dapat memberikan keuntungan yang signifikan perusahaan dengan mengurangi persaingan antar unit dan mengembangkan respon yang terkoordinasi dengan pesaing umum (strategi horisontal).

3) Berbagi sumber daya berwujud: unit gabungan kadang–kadang dapat menghemat uang dengan berbagi sumber daya, seperti fasilitas manufaktur umum atau R & D laboratorium.

4) Skala ekonomi atau lingkup: koordinasi aliran produk atau jasa dari satu unit dengan unit lain dapat mengurangi persediaan, meningkatkan pemanfaatan kapasitas dan meningkatkan akses pasar.

5) Kekuatan negosiasi Pooled: unit gabungan dapat menggabungkan pembelian mereka untuk mendapatkan posisi tawar lebih pemasok umum untuk mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas.

6) Penciptaan bisnis baru: bertukar pengetahuan dan keterampilan dapat memfasilitasi produk atau jasa baru dengan mengekstraksi kegiatan diskrit dari berbagai unit dan menggabungkan mereka dalam sebuah unit baru atau dengan membentuk usaha patungan antara unit–unit bisnis internal. (web-suplemen.ut.ac.id.ekma5309).

3. Evaluasi

a. Pengertian Evaluasi

Evaluasi yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Evaluation. Secara umum, pengertian evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih di antara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan–harapan yang ingin diperoleh.

Evaluasi adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah ditetapkan kemudian dibuat suatu kesimpulan dan penyusunan saran pada setiap tahap dari pelaksanaan program.

Menurut David (2009:7) penilaian strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Pimpinan sebuah organisasi haruslah benar–benar tahu alasan strategi atau tindakan atau program kerja tertentu tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Evaluasi merupakan cara untuk memperoleh informasi. Tiga kegiatan pokok dalam evaluasi:

1) Mengkaji ulang faktor–faktor eksternal dan internal. 2) Mengukur kinerja.

Kesimpulannya evaluasi tiga strategi diatas meliputi:

1) Memeriksa/menelaah dasar Strategi (melihat perubahan yang dimungkinkan terjadi)

2) Membandingkan hasil yang diharapkan dan hasil aktual (mengukur kriteria–kriteria strategik yang dipilih)

3) Mengambil tindakan koreksi (tindakannya dapat mengarah pada perubahan formulasi strategi, perubahan implementasi strategi, atau dua–duanya )

b. Hakikat Evaluasi Strategi

Menurut David (2004:424) Evaluasi yang tepat waktu dapat memperingatkan manajemen akan adanya masalah atau potensi masalah sebelum situasi menjadi kritis. Evaluasi strategi mencakup tiga kegiatan yaitu:

1) Mengkaji landasan strategi perusahaan.

2) Membandingkan hasil yang dharapkan dengan kenyataaan.

3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana.

Baik tidaknya evaluasi strategi tergantung pada informasi yang menjadi landasan evaluasi strategi tersebut. Evaluasi strategi penting untuk memastikan tujuan–tujuan usaha yang ditetapkan dapat tercapai. Evaluasi strategi harus mempunyai fokus jangka panjang dan jangka pendek. Richard Rumelt dalam David (2004:425) ada empat kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu strategi, yaitu

1) konsistensi ( consistency ) 2) kesesuaian (consonance) 3) kelayakan ( feasibility) 4) keunggulan (advantage)

Kesesuaian dan keunggulan sebagian besar didasarkan pada evaluasi ekternal usaha. Konsistensi dan kelayakan sebagian besar didasarkan atas evaluasi internal usaha. Evaluasi Strategi yang efektif memungkinkan sebuah organisasi untuk memanfaatkan kekuatan internal bagi perkembangan, mengeksploitasi peluang eksternal bagi pertumbuhannya, menyadari dan mempertahankan diri dari ancaman, serta menangani berbagai kelemahan internal sebelum hal itu menjadi sesuatu yang melumpuhkan

Evaluasi strategi memungkinkan organisasi membuat keputusan jangka panjang yang efektif, menjalankan keputusan tersebut secara efektif dan mengambil tindakan korektif bila diperlukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses penilaian. Dalam Kongregasi SMFA, evaluasi dapat diartikan sebagai proses pengukuran akan efektivitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan karya pendidikan dan pelayanan pastoral yang lebih baik.

4. Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah

populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan: “Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya” (Kurniawan, 2005:109).

Dari pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa: “Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya”.

Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen organisasi atau tidak. Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input), proses,

maupun keluaran (output). Dalam hal ini yang dimaksud sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta metode dan model yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat. 5. Kongregasi,

Menurut A. Heuken Kongregasi adalah perserikatan keagamaan yang diakui oleh paus atau uskup yang anggota–anggotanya hidup sesuai dengan aturannya dan mengikrarkan tiga kaul sederhana baik bersifat tetap maupun sementara (Heuken, 2005:25).

Menurut Kamus besar bahasa Indonesia Kongregasi adalah perkumpulan para biarawan, biarawati atau rohaniwan, rohaniwati Katolik dari satu kesatuan khusus (Moeliono, 1990:455). Tarekat, ordo atau kongregasi, adalah kelompok komunitas sosial khusus dalam Gereja Katolik. Anggota–anggotanya terdiri dari kaum religius yang mengikrarkan kaul: kemiskinan, selibat, dan ketaatan. Mereka hidup dalam komunikasi sosial sesuai dengan tata cara dan konstitusi masing–masing kongregasi,

yang telah disetujui oleh otoritas Gereja Katolik.

(http://www.GerejaKatolik.net/info/tarekat.htm). Sasaran yang ingin dicapai maupun cara–cara untuk mencapainya dari masing–masing kongregasi dinyatakan dalam peraturan dan konstitusi masing–masing kongregasi yang bersangkutan. Kongregasi SMFA adalah perkumpulan para biarawati Katolik dalam satu kesatuan khusus dan memiliki cita–cita yang sama yaitu

mengikuti Yesus Kristus. Bidang karya dalam Kongregasi SMFA sebagai berikut:

a. Pendidikan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan; proses, perbuatan, cara mendidik (Moeliono, 1990: 204). Pendidikan adalah usaha yang secara sadar dilakukan dengan tujuan mewariskan kepada generasi–generasi yang baru semua pengalaman peradapan yang dikembangkan oleh generasi–generasi yang terdahulu.

Pendidikan mempunyai makna yang amat penting dalam kehidupan manusia dan pengaruhnya makin besar terhadap perubahan sosial. Pendidikan yang dikembangkan oleh Kongregasi SMFA adalah mengangkat harkat dan martabat perempuan, sebagai mediasi demi terjadinya kesejajaran yang mempersiapkan perempuan menuju tata kehidupan rumah tangga yang semakin bermartabat. Berbagai tantangan di masyarakat sebagai akibat globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi makin terasa dampaknya dan telah menggeser nilai–nilai yang akhirnya menimbulkan berbagai masalah baru.

b. Pastoral

Pastoral adalah semua yang berhubungan dengan tugas seorang pastor (=gembala; lat) paroki. Istilah “pastoral kadang–kadang digunakan sebagai singkatan untuk–pelayanan umat dan untuk–teologi pastoral.

(Heuken, 2005:110). Dasar segala kegiatan pastoral adalah kehendak Allah untuk menyelamatkan semua orang dengan mengikutsertakan orang–orang yang dipilihNya dalam berbagai karya penyelamatan itu.

Dokumen terkait