• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

A. Landasan Teori

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Marihot P. Siahaan (2005:14-15), Pendapatan Asli

Daerah (PAD) yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut

berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang –

undangan, meliputi :

a. Pajak daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi

atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang,

yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

b. Retribusi daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas

jasa atau pemberi ijin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan

c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan, terdiri atas :

1) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

daerah/BUMD.

2) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

pemerintah/BUMN.

3) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta

atau kelompok usaha masyarakat.

d. Pendapatan asli daerah lain – lain yang sah

Dana perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber

dari APBD yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi

Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

2. Retribusi Daerah

Menurut Marihot P. Siahaan (2005:6), retribusi daerah adalah

pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin

tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah daerah

untuk kepentingan orang atau badan. Penarikan sumber daya ekonomi

melalui retribusi daerah dilakukan dengan peraturan daerah dan

keputusan kepala daerah sehingga dapat ditetapkan sebagai salah satu

sumber penerimaan daerah.

Salah satu upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) yang bersumber dari retribusi daerah adalah dengan

pariwisata merupakan salah satu sumber pemasukan retribusi daerah

yang berasal dari retribusi jasa usaha yaitu retribusi tempat rekreasi dan

olahraga. Oleh karena itu pengembangan sektor pariwisata sangat

penting untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3. Hubungan Pariwisata dengan Perekonomian Dearah

Pariwisata mempunyai keterkaitan dengan perekonomian

daerah. Pariwisata sebagai suatu industri jasa mempunyai banyak

keterkaitan dengan sektor ekonomi lainnya baik industri maupun

pertanian. Apabila ada seseorang yang melakukan perjalanan wisata ke

suatu tujuan maka akan memberikan tiga tingkat pengaruh terhadap

perekonomian yaitu pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan

pengaruh dorongan (http://bappeda.kuningankab.go.id).

Pengaruh langsung yang dimaksud adalah kedatangan

wisatawan di suatu tujuan wisata yang kemudian menyebabkan adanya

pengeluaran dari wisatawan tersebut yang berhubungan dengan

kegiatan belanja yang dilakukan oleh wisatawan seperti transportasi,

akomodasi, atau kebutuhan belanja wisatawan yang lainnya

(http://bappeda.kuningankab.go.id). Pengaruh tidak langsung yaitu hasil

yang didapat dari belanja wisatawan tersebut kemudian dibelanjakan

kembali oleh perusahaan wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan

yang dalam hal ini menjadi pendapatan bagi daerah tersebut

(http://bappeda.kuningankab.go.id). Pengaruh dorongan merupakan

belanja wisatawan dibelanjakan kembali oleh perusahaan tersebut

melalui perusahaan lain yang dalam hal ini dapat dikatakan sebagai

perusahaan pemasok kemudian oleh perusahaan pemasok tersebut

dibelanjakan kembali ke perusahaan yang lain dan begitu seterusnya

bergulir ke perusahaan – perusahaan yang lain (http://bappeda.kuningankab.go.id).

Melalui proses perguliran ini, maka akan timbul laba bagi

perusahaan, gaji bagi tenaga ahli, upah bagi buruh, biaya sewa, dan

bunga bagi para pemilik modal sebagai balas jasa terhadap penggunaan

dari faktor – faktor produksi tersebut dalam melayani kegiatan pariwisata secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dan

pengembangan pariwisata memberikan pengaruh yang besar bagi

perekonomian daerah baik terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

maupun terhadap lapangan pekerjaan.

4. Pengertian Pariwisata

Beberapa ahli memberikan definisi tentang pariwisata. A.J.

Burkart dan S. Medik (dalam Gamal Suwantoro, 2004:3), menyebutkan

pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka

waktu pendek ke tujuan – tujuan di luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan – kegiatan mereka selama tinggal di tempat – tempat tujuan itu. Menurut James Spillane (1994:21), pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat

sebagai usaha mencari keseimbangan, keserasian, dan kebahagiaan

dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.

Definisi pariwisata menurut Tourism Society (dalam Victor T.C.

Middleton, 1990:p11), tourism is deemend to include any activity

concerned with the temporary short – term movement of people to destination outside the places where the normally live and work, and their activities during the stay at these destinations.

Dari pengertian – pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan

– hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal

menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan – pekerjaan yang menghasilkan upah.

5. Komponen Pariwisata

Analisis sistem pariwisata tidak terlepas dari segmen pasar

pariwisata karena segmen pasar pariwisata merupakan spesifikasi

bentuk dari pariwisata yang dapat berfungsi sebagai bentuk khusus

pariwisata. Hal ini terkait dengan output akhir yang diharapkan oleh

wisatawan yaitu kepuasan akan objek wisata yang dihasilkan. Untuk

mewujudkan sistem pariwisata yang diinginkan, maka diperlukan

a. Wisatawan

Wisatawan merupakan komponen lingkungan yang memberikan

input sebagai kebutuhan yang oleh wisatawan dikonsumsi untuk

memperoleh kepuasan. Wisatawan merupakan sistem yang sangat

penting dalam suatu proses perencanaan pariwisata karena pada

dasarnya wisatawan merupakan konsumen dari pariwisata yang

dibentuk untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

b. Atraksi dan kegiatan – kegiatan wisata

Atraksi adalah daya tarik suatu daerah tujuan wisata baik daya tarik

berupa alam maupun masyarakat dan budayanya. Kegiatan –

kegiatan wisata berupa semua hal yang berhubungan dengan

lingkungan alami, kebudayaan, keunikan suatu daerah, dan kegiatan

– kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan kepariwisataan yang menarik wisatawan untuk mengunjungi suatu

objek wisata.

c. Akomodasi

Akomodasi yang dimaksud adalah berbagai macam hotel dan

berbagai jenis fasilitas lainnya yang berhubungan dengan pelayanan

untuk wisatawan yang berniat untuk bermalam selama perjalanan

wisata yang mereka lakukan.

d. Fasilitas dan pelayanan wisata

Fasilitas dan pelayanan wisata yang dimaksud adalah semua fasilitas

tersebut termasuk tour and travel operation. Fasilitas lain, misalnya

restoran dan berbagai jenis tempat makan, toko – toko untuk menjual hasil kerajinan, cinderamata, toko – toko khusus, toko kelontong, bank, tempat penukaran uang dan fasilitas pelayanan keuangan

lainnya, kantor informasi wisata, pelayanan pribadi seperti salon

kecantikan, fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas keamanan umum

seperti kantor polisi dan pemadam kebakaran, serta fasilitas

perjalanan untuk masuk dan keluar suatu kawasan atau wilayah

tertentu seperti kantor imigrasi dan bea cukai.

e. Fasilitas dan pelayanan transportasi

Fasilitas dan pelayanan transportasi yang dimaksud adalah akses dari

dan menuju kawasan wisata, transportasi internal yang

menghubungkan atraksi utama kawasan wisata dan kawasan

pembangunan, termasuk semua jenis fasilitas dan pelayanan yang

berhubungan dengan transportasi darat, air, dan udara.

f. Infrastruktur lain

Infrastruktur lain yang dimaksud adalah penyediaan air bersih,

listrik, drainase, saluran air kotor, dan telekomunikasi.

g. Elemen kelembagaan

Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang diperlukan

untuk membangun dan mengelola kegiatan wisata, termasuk

perencanaan tenaga kerja dan program pendidikan serta pelatihan,

organisasi wisata sektor umum dan swasta, peraturan dan

perundangan yang berhubungan dengan wisata, menentukan

kebijakan penanaman modal bagi sektor publik dan swasta,

mengendalikan program ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya.

6. Jenis Tujuan Pariwisata

Menurut Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani (dalam

A. H. Karyono, 2008:5), jenis tujuan pariwisata dikategorikan sebagai

berikut :

a. Wisata agro

Wisata agro dikatakan sebagai ragam pariwisata baru yang dikaitkan

dengan kegiatan industri pertanian misalnya wisata tani dimana

wisatawan turut aktif dalam kegiatan pertanian tersebut.

b. Wisata belanja

Wisata belanja dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan

atau bagian dari jenis pariwisata yang lain.

c. Wisata budaya

Wisata budaya berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi

tradisi atau ada peristiwa budaya yang digelar pada saat – saat tertentu. Tidak jarang wisatawan mempelajari budaya setempat dan

mengunjungi situs bersejarah.

d. Wisata iklim

Bagi negara beriklim empat, pada saat tertentu benar – benar

beriklim tropis, kunjungan ke suatu tempat berkaitan dengan maksud

mencari perubahan iklim setempat.

e. Wisata karya

Wisata karya yaitu jenis pariwisata yang wisatawannya berkunjung

dengan maksud dinas atau tugas – tugas tertentu misalnya peninjauan, inspeksi daerah, dan sigi lapangan. Maksud kedatangan

wisatawan untuk melaksakan tugas jabatan/profesinya namun dalam

waktu senggang atau sengaja diacarakan, wisatawan tersebut

melakukan rekreasi atau kunjungan wisata kebeberapa objek wisata.

f. Wisata kesehatan

Wisata kesehatan berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu

penyakit. Wisatawan mengunjungi suatu tempat karena keberadaan

penyembuhan.

g. Wisata konvensi/seminar

Wisata konvensi/seminar sengaja dilakukan dengan memilih salah

satu daerah tujuan wisata sebagai tempat penyelenggaraan

konvensi/seminar dan dikaitkan dengan upaya pengembangan daerah

tujuan wisata yang bersangkutan. Penentuan lokasi tempat

penyelenggaraan suatu konvensi/seminar baik nasional maupun

internasional sering dikaitkan dengan kebijakan pemerintah

h. Wisata niaga

Wisata niaga berkaitan dengan kepentingan perniagaan (usaha

perdagangan). Wisatawan datang ke tempat tersebut karena ada

urusan perniagaan misalnya mata niaga atau tempat perundingan

niaga ada di daerah tersebut. Para pengusaha/niagawan datang

dengan maksud utama melakukan kegiatan perniagaan namun pada

waktu luang umunya berwisata. Telah menjadi kebiasaan bahwa

berwisata digunakan sebagai media berniaga untuk mengadakan

pertemuan, perundingan, dan transaksi niaga.

i. Wisata olahraga

Wisata olahraga yakni mengunjungi peristiwa penting di dunia

olahraga misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan

Olahraga Nasional, dan Olimpiade. Para wisatawan adalah

olahragawan, penonton, dan semua yang terlibat dalam peristiwa

olahraga tersebut.

j. Wisata pelancong/pesiar/pelesir/rekreasi

Wisata pelancong/pesiar/pelesir/rekreasi dilakukan untuk berlibur,

mencari suasana baru, memuaskan rasa “ingin tahu”, melihat sesuatu

yang baru, menikmati keindahan alam, dan melepaskan ketegangan.

Maksudnya adalah memulihkan kesegaran dan kebugaran jasmani

dan rohani setelah berwisata. Biasanya mencari atau mengunjungi

tempat yang beriklim berbeda dengan iklim tempat tinggalnya atau

Ragam wisata pelancong/pesiar/rekreasi kurang lebih sama dengan

wisata santai yakni bepergian mengunjungi suatu tempat untuk

memuaskan hasrat „ingin tahu‟ baik objek itu berupa keindahan

alam, peninggalan bersejarah, atau budaya masyarakat.

k. Wisata petualangan

Wisata petualangan dilakukan lebih kearah olahraga yang sifatnya

menantang kekuatan fisik dan mental para wisatawan. Wisata

petualangan biasanya dilakukan di alam terbuka dengan berbagai

atraksi yang menantang dan kadang – kadang mengandung resiko. Contoh wisata petualangan adalah terbang layang, arung jeram,

panjat tebing, terjun gantung, menyelam, dan susur gua untuk

menikmati pemandangan stalagtit dan stalagmite.

l. Wisata ziarah

Wisata ziarah berkaitan dengan agama atau budaya misalnya

mengunjungi tempat ibadah atau tempat ziarah pada waktu tertentu,

mengunjungi tempat yang dianggap keramat, ziarah ke makam tokoh

– tokoh masyarakat, atau pahlawan bangsa. m.Darmawisata

Perjalanan beramai – ramai untuk bersenang – senang atau berkaitan dengan pelaksanaan darmawisata di luar ruangan, ekskursi, atau

melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di luar waktu kerja

n. Widiawisata (Pendidikan)

Perjalanan ke luar daerah dalam rangka kunjungan studi, dilakukan

untuk mempelajari seni budaya rakyat, mengunjungi dan meneliti

cagar alam atau budaya, serta untuk kepentingan menuntut ilmu

selama waktu tertentu misalnya tugas belajar.

7. Industri Pariwisata

Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam – macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang – barang dan jasa – jasa yang dibutuhkan wistawan khususnya dan traveler pada umumnya selama dalam perjalanan (Oka A. Yoeti, 1983:141). Produk

wisata sebenarnya bukanlah merupakan suatu produk yang nyata.

Produk wisata merupakan rangkaian jasa yang tidak hanya mempunyai

segi – segi yang bersifat ekonomis tetapi segi – segi yang bersifat sosial, psikologis, dan alamiah. Jasa – jasa yang diusahakan oleh berbagai perusahaan itu terkait menjadi suatu produk wisata.

Sebagai industri, rangkaian perusahaan yang menjadi unsur

industri wisata adalah travel agent atau tour operator, perusahaan

pengangkutan, akomodasi perhotelan, bar dan restoran, travel agent

atau tour operator lokal, souvenir shop atau handicraft, dan perusahaan

yang berkaitan dengan aktivitas wisatawan (Oka A. Yoeti, 1983:147).

Rangkaian jasa – jasa ini merupakan produk wisata karena merupakan suatu kesatuan, maka disebut suatu paket (package). Package tour ialah

tetap dengan harga tertentu yang telah termasuk pula biaya – biaya untuk pengangkutan, penginapan, darmawisata, dan hal – hal lainnya yang telah tercantum dalam acara itu. Unsur – unsur kebudayaan yang paling banyak disajikan kepada para wisatawan adalah bidang kesenian,

misalnya arsitektur dan hiasan rumah, seni tari, dan seni suara atau seni

merangkai bunga. Sifat khusus dari industri pariwisata adalah sebagai

berikut (Oka A. Yoeti, 1983:156) :

a. Produk wisata mempunyai ciri tidak dapat dipindahkan. Orang tidak

bisa membawa produk wisata pada langganannya tetapi langganan

itu sendiri harus mengunjungi, mengalami, dan datang untuk

menikmati produk wisata itu.

b. Dalam pariwisata, proses produksi dan konsumsi terjadi pada saat

yang sama. Tanpa adanya langganan yang sedang mempergunakan

jasa – jasa itu maka tidak akan terjadi proses produksi.

c. Sebagai suatu jasa, maka pariwisata memiliki berbagai ragam

bentuk. Oleh karena itu dalam bidang pariwisata tidak ada standar

ukuran yang objektif sebagaimana produk lain yang nyata.

d. Langanan tidak dapat mencicipi produk itu sebelumnya bahkan tidak

dapat mengetahui dan menguji produk itu sebelumnya. Langganan

hanya dapat melihat brosur dan gambar.

e. Dilihat dari segi usaha, produk wisata merupakan usaha yang

mengandung resiko besar. Industri wisata memerlukan penanaman

perubahan siatuasi ekonomi, politik, dan sosial masyarakat.

Perubahan – perubahan tersebut dapat menggoyahkan sendi – sendi penanaman modal usaha kepariwisataan karena bisa mengakibatkan

kemunduran usaha karena sifat produk wisata relatif lambat untuk

menyesuaikan keadaan pasar.

8. Kajian Manajemen Pariwisata

Beberapa ahli memberikan definisi tentang pariwisata. A.J.

Burkart dan S. Medik (dalam Gamal Suwantoro, 2004:3), menyebutkan

pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka

waktu pendek ke tujuan – tujuan di luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan – kegiatan mereka selama tinggal di tempat – tempat tujuan itu. Menurut James Spillane (1987:21), pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat

lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

sebagai usaha mencari keseimbangan, keserasian, dan kebahagiaan

dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.

Definisi pariwisata menurut Tourism Society (dalam Victor T.C.

Middleton, 1990:p11), tourism is deemend to include any activity

concerned with the temporary short – term movement of people to destination outside the places where the normally live and work, and their activities during the stay at these destinations.

Dari pengertian – pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan

– hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya dengan maksud bukan untuk tinggal

menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan – pekerjaan yang menghasilkan upah.

Beberapa ahli memberikan pengertian tentang manajemen.

Menurut James A.F. Stoner dan D.R. Gilbert Jr. (dalam Dian

Wijayanto, 2012:1), manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap usaha – usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber – sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan. Menurut John D. Millett (dalam H. B. Siswanto, 2005:1),

management is the process of directing and facilitating the work of people organized in formal groups to achieve a desired goal.

Dari definisi pariwisata dan manajemen tersebut, dapat

disimpulkan bahwa manajemen pariwisata adalah suatu tindakan

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang

dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah

ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya

lainnya dalam bidang pariwisata.

Untuk menghubungkan konsep manajemen dan pariwisata

a. Aspek penawaran pariwisata

Menurut Medik (dalam http://jurnal-sdm.blogspot.com), ada 4 aspek

yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata adalah sebagai

berikut :

1) Attraction (daya tarik), dimana daerah tujuan wisata dalam

menarik wisatawan hendaknya memiliki daya tarik baik daya

tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya.

2) Accessible (bisa dicapai), hal ini dimaksudkan agar wisata

domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam

pencapaian tujuan ke tempat wisata.

3) Amenities (fasilitas), syarat yang ketiga ini memang menjadi salah

satu syarat Daerah Tujuan Wisata (DTW) dimana wisatawan

dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di daerah tersebut.

4) Ancillary (adanya lembaga pariwisata), wisatawan akan semakin

sering mengunjungi dan mencari Daerah Tujuan Wisata (DTW)

apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan

(protection of tourism) dan terlindungi baik melaporkan maupun

mengajukan suatu kritik dan saran mengenai keberadaan mereka

selaku pengunjung.

b. Aspek permintaan pariwisata

Menurut Medik (dalam http://jurnal-sdm.blogspot.com), ada 3

pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan permintaan

1) Pendekatan ekonomi, menafsirkan permintaan pariwisata

menggunakan pendekatan elastisitas permintaan/pendapatan

dalam menggambarkan hubungan antara permintaan dengan

tingkat harap atau permintaan daengan variabel lainnya.

2) Pendekatan geografi, menafsirkan permintaan harus berpikir lebih

luas dari sekedar penentuan harga tetapi sebagai penentu

permintaan baik bagi pihak yang telah melakukan wisata maupun

yang belum mampu melakukan wisata karena suatu alasan

tertentu.

3) Pendekatan psikologi, menafsirkan permintaan pariwisata

termasuk interaksi antara kepribadian calon wisatawan,

lingkungan, dan dorongan dari dalam jiwanya untuk melakukan

kepariwisataan.

Menurut Medik (dalam http://jurnal-sdm.blogspot.com), faktor –

faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata sebagai berikut :

1) Harga, memberikan imbas/timbal balik pada wisatawan yang

akan berwisata. Harga yang mahal berdampak pada permintaaan

wisatawan menjadi turun.

2) Pendapatan, apabila pendapatan suatu negara tinggi maka

kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai

tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi mereka

membuat sebuah usaha pada daerah tujuan wisata jika

3) Sosial budaya, dengan adanya sosial budaya yang unik dan

berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka

peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi. Hal ini akan

membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan

sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya mereka.

4) Sosial politik, dampak sosial politik belum terlihat apabila

keadaan daerah tujuan wisata dalam situasi aman dan tenteram

tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka

sosial politik akan sangat terasa dampaknya dalam terjadinya

permintaan.

5) Intensitas keluarga, banyak/sedikitnya keluarga juga berperan

serta dalam permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi bahwa

jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari

salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat

dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.

6) Harga barang substitusi, harga barang pengganti juga termasuk

dalam aspek permintaan, dimana barang – barang pengganti misalnya sebagai pengganti daerah tujuan wisata yang dijadikan

cadangan dalam berwisata.

7) Harga barang komplementer, merupakan sebuah barang yang

saling melengkapi, apabila dikaitkan dengan pariwisata barang

komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi

9. Sistem Informasi Manajemen Pariwisata

Sistem informasi manajemen pariwisata merupakan suatu

manajemen sistem informasi kepariwisataan yang berbasis pengolahan

data elektronik dimana keberadaan sistem informasi manajemen

pariwisata ini dapat pula dibuat suatu sistem yang mendukung

keputusan pariwisata (http://john-arqomsaifullah007.blogspot.com).

Sistem informasi manajemen pariwisata ditujukan untuk meningkatkan

pelayanan pada masyarakat dengan cara penyiapan, penyusunan, dan

penyimpanan data yang tepat sehingga bermanfaat bagi seluruh

masyarakat (http://john-arqomsaifullah007.blogspot.com).

Penggunaan sistem informasi manajemen pariwisata akan

sangat membantu penyediaan data untuk kepentingan pengambilan

keputusan bagi pemerintah dan industri pariwisata serta bagi wisatawan

untuk memudahkan dalam menentukan rencana perjalanan wisata

karena dapat diakses dengan cepat ketika dibutuhkan, dapat diperbarui

kapan saja, serta mempunyai kapasitas penyimpanan data yang besar

tanpa harus membutuhkan tempat atau ruang

(http://john-arqomsaifullah007.blogspot.com).

10. Pemasaran

Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu

individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas

(Philip Kotler, 2005:10). Menurut American Marketing Association

(dalam Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, 2009:5), pemasaran

adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk

menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada

pelanggan dan untuk mengelola hubungan dengan cara yang

menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya. Jadi dapat

disimpulkan bahwa pemasaran adalah proses mengindentifikasi dan

memenuhi kebutuhan manusia dan sosial.

11. Pemasaran Pariwisata

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50

Tahun 2011 (dalam http://www.budpar.go.id), pemasaran pariwisata

adalah serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan,

menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan

untuk mengembangkan kepariwisataan dan seluruh pemangku

kepentingannya. Kegiatan pemasaran mencakup upaya melakukan

identifikasi keinginan/kebutuhan konsumen jasa pariwisata, penentuan

harga, promosi, dan penelitian pasar

(http://noviantoblogs.blogspot.com).

a. Analisis pasar wisata

Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial

di mana individual maupun kelompok mendapatkan apa yang

mereka inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan

Dokumen terkait