• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan teori dalam suatu penelitian berisi pengkajian terhadap pengetahuan ilmiah yang sudah ada. Pengkajian dapat berbentuk asumsi dan konsep dalam lingkup studi yang akan diteliti.

A. Tinjauan Pustaka

Dalam pengkajian variabel-variabel penelitian diperlukan teori-teori yang relevan dimana teori-teori tersebut dikaji dalam tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka pada dasarnya merupakan pengkajian terhadap pengetahuan tentang konsep-konsep, hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang relevan dengan permasalahan. Dilihat dari penelitian ini maka tinjauan pustaka yang dikaji adalah sebagai berikut:

1. Tinjauan Tentang Mutu

a. Pengertian Mutu

Mutu merupakan hal yang sangat penting bagi suatu organisasi, baik itu organisasi non pendidikan maupun organisasi pendidikan. Mutu sendiri mempunyai berbagai macam pengertian, seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli berikut: Menurut Juran dalam M. N. Nasution (2001), mutu suatu produk adalah kecocokkan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.

Crosby dalam M. N. Nasution (2001) menyatakan bahwa mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan. Standar mutu meliputi bahan baku, proses produksi dan produk jadi.

Pendapat lain menurut Stanley Sutrisno (2010:8) mutu adalah

“kesesuaian antara produk atau jasa yang dihasilkan organisasi dengan

commit to user

Standarisasi Nasional (BSN) (2008) mengartikan mutu sebagai derajat yang dicapai oleh karakteristik yang inheren dalam memenuhi persyaratan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa mutu merupakan kesesuaian antara produk yang dihasilkan dengan persyaratan yang diinginkan pelanggan sehingga kepuasan pelanggan bisa terwujud.

b. Dimensi Mutu

Mutu bisa diukur dengan beberapa dimensi, sehingga dengan dimensi ini bisa dianalisis apakah suatu produk itu bermutu ataukah tidak. Ada delapan dimensi mutu, seperti yang dinyatakan oleh Garvin dalam M. N. Nasution (2001) bahwa delapan dimensi mutu adalah sebagai berikut:

1) Performa (Performance) berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk.

2) Features, merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan dan pengembanganya.

3) Kehandalan (reliability), berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu.

4) Konformansi (conformance), berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.

5) Daya tahan (durability), merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan dari produk itu.

6) Kemampuan pelayanan (Service ability), merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan/kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam perbaikan.

7) Estetika (aesthetics), merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual.

commit to user

8) Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), bersifat subyektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengonsumsi produk, seperti meningkatkan harga diri.

c. Pengertian Manajemen Mutu

Seperti penjelasan sebelumnya bahwa mutu merupakan suatu yang sangat penting bagi organisasi, maka dari itu diperlukan suatu pengelolaan agar mutu yang baik bisa dicapai oleh suatu organisasi. Pengelolaan ini sering disebut dengan istilah manajemen mutu. Seperti halnya dengan mutu, manajemen mutu juga mempunyai beberapa pengertian. Menurut Ishikawa dalam M. N. Nasution (2001), manajemen mutu adalah gabungan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan kepuasan pelanggan. Definisi lainnya mengatakan bahwa manajemen mutu merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Manajemen mutu merupakan sistem manajemen yang berfokus pada pada orang/ karyawan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen mutu merupakan gabungan dari semua fungsi manajemen yang dibangun berdasarkan konsep kualitas dan berorientasi pada kepuasan pelanggan.

Manajemen mutu sendiri mempunyai tiga unsur utama, seperti yang dinyatakan oleh M. N. Nasution (2001) yaitu sebagai berikut:

1) Strategi nilai pelanggan

Nilai pelanggan adalah manfaat yang dapat diperoleh pelanggan atas penggunaan barang/jasa yang dihasilkan perusahaan dan pengorbanan pelanggan untuk memperolehnya. Strategi ini merupakan perencanaan bisnis untuk memberikan nilai bagi pelanggan termasuk karakteristik produk, cara penyampaian, pelayanan, dan sebagainya.

2) Sistem organisasional

Sistem organisasional berfokus pada penyediaan nilai bagi pelanggan. Sistem ini mencakup tenaga kerja, material, mesin, metode operasi dan

commit to user

pelaksanaan kerja, aliran proses kerja, arus informasi, dan pembuatan keputusan.

3) Perbaikan kualitas berkelanjutan

Perbaikan kualitas diperlukan untuk menghadapi lingkungan eksternal yang selalu berubah, terutama perubahan selera pelanggan. Konsep ini menuntut adanya komitmen untuk melakukan pengujian kualitas produk secara kontinu, akan dapat memuaskan pelanggan.

2. Tinjauan Tentang International Organization for Standardization (ISO)

a. Pengertian dan Tujuan ISO

Banyak orang yang mengatakan bahwa ISO merupakan singkatan dari International Organization for Standardization, padahal ISO bukan merupakan singkatan. ISO berasal dari bahasa Yunani isos yang berarti sama. Penggunaan kata ISO agar mempermudah dalam penyebutan untuk International Organization for Standardization, berdasarkan pertimbangan beraneka ragamnya budaya dan bahasa dari negara-negara di seluruh dunia.

Pengertian dari ISO sendiri adalah “organisasi internasional khusus dalam hal standarisasi” (M. N. Nasution, 2001:218). Jadi ISO merupakan sebuah organisasi bertaraf internasional yang khusus bergerak dalam bidang standarisasi.

Seperti halnya organisasi lainnya, ISO juga mempunyai suatu tujuan.

Adapaun tujuan ISO adalah “mengembangkan dan mempromosikan standar-standar untuk umum yang berlaku secara internasional” (M. N. Nasution, 2001: 218).

b. Pengetian dan Tujuan ISO 9000

ISO mempunyai beberapa seri yang disesuaikan dengan bidang yang dikelola oleh suatu organisasi, dari beberapa seri ISO tersebut terdapat sebuah seri yang berkaitan dengan mutu. Seri ISO yang berkaitan dengan mutu tersebut adalah seri ISO 9000. Hal ini selaras dengan yang dikemukaan oleh M. N. Nasution (2001:219) bahwa

ISO 9000 merupakan suatu seri dari standar-standar internasional untuk sistem kualitas, yang menspesifikasikan persyaratan-persyaratan dan

commit to user

rekomendasi untuk desain dan untuk penilaian dari suatu sistem manajemen dengan tujuan untuk menjamin bahwa pemasok (perusahaan) akan menyerahkan barang dan / atau jasa yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Pengertian tersebut selaras dengan yang dikemukakan oleh Perry L. Johnson (1997:6) bahwa “ISO 9000 is a series of quality assurance standards that were created by the International Organization for Standardization, based in Geneva, Switzerland”. Artinya bahwa ISO 9000 merupakan serangkaian standar sistem kualitas yang diciptakan oleh Internatinal Organization for Standardization yang berbasis di Jenewa, Swiss.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ISO 9000 merupakan suatu standar yang memegang peranan penting dalam bidang sistem mutu, khususnya yang membahas pengenda1ian langkah-langkah produksi atau pelayanan dalam lingkup produk atau jasa.

Seperti halnya ISO, seri ISO 9000 juga mempunyai beberapa tujuan. M. N. Nasution (2001:219) mengatakan bahwa tujuan utama dari ISO 9000 adalah sebagai berikut:

4) Organisasi dapat mencapai dan mempertahankan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, sehingga secara berkesinambungan dapat memenuhi kebutuhan para pembeli.

5) Organisasi dapat memberikan keyakinan kepada pihak manajemennya sendiri bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah dicapai dan dapat dipertahankan.

6) Organisasi dapat memberikan keyakinan kepada pihak pembeli bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah atau akan dicapai dalam produk atau jasa yang dijual.

c. Seri ISO 9000

ISO 9000 masih dibagi menjadi beberapa seri lagi. Secara umum seri ISO 9000 dapat dikelompokkan menjadi dua tipe dasar, yaitu seri-seri ISO 9000 yang memuat persyaratan standar sistem kualitas, dan seri-seri-seri-seri ISO 9000 yang berkaitan dengan petunjuk untuk pedoman manajemen kualitas. M. N. Nasution (2001) mengatakan bahwa seri-seri ISO 9000 yang tergolong ke dalam standar-standar sistem kualitas adalah ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 9003. Seri-seri tersebut disusun untuk tujuan kontrak dan

commit to user

penilaian sistem kualitas formal berdasarkan kriteria ISO 9000. Sedangkan seri-seri ISO 9000 yang tergolong ke dalam petunjuk aplikasi manajemen kualitas adalah ISO 9004 beserta bagian-bagiannya.

Gaspersz dalam M. N. Nasution (2001) menjabarkan beberapa seri ISO 9000 tersebut sebagai berikut:

1) ISO 9000-1, Manajemen Kualitas dan Standar Jaminan Kualitas –

Penunjuk untuk Pemilihan dan Penggunaan.

2) ISO 9000-2, Petunjuk dan Aplikasi ISO 9001, ISO 9002, dan ISO 9003. 3) ISO 9000-3, Petunjuk dan Aplikasi ISO 9001 pada Pengembangan,

Penawaran dan Pemeliharaan Perangkat Lunak (Software).

4) ISO 9000-4, Petunjuk pada Keberlangsungan Manajemen Program. 5) ISO 9001, Sistem Kualitas Model untuk Jaminan Kualitas dalam

Desain/Pengembangan Produksi, Instalasi dan Pelayanan.

6) ISO 9002, Sistem Kualitas Model untuk Jaminan Kualitas dalam Produksi dan Instalasi.

7) ISO 9003, Sistem Kualitas Model untuk Jaminan Kualitas dalam Inspeksi dan Pengujian Akhir.

8) ISO 9004-1, Manajemen Kualitas dan Elemen-elemen Sistem Kualitas –

Suatu Petunjuk.

9) ISO 9004-2, Manajemen Kualitas dan Elemen-elemen Sistem Kualitas –

Suatu Petunjuk untuk Jasa.

10) ISO 9004-3, Petunjuk untuk Material yang Diproses. 11) ISO 9004-4, Petunjuk untuk Perbaikan Kualitas.

12) ISO 9004-5, Petunjuk untuk Rencana-rencana Kualitas.

13) ISO 9004-6, Petunjuk untuk Jaminan Kualitas untuk Manajemen Proyek. 14) ISO 9004-7, Penunjuk untuk Manajemen Konfiguasi.

Dari penjabaran Gaspersz tentang seri ISO 9000 di atas, maka bisa diketahui bahwa ISO 9001 termasuk bagian dari seri ISO 9000.

d. Pengertian ISO 9001

ISO 9001 merupakan model sistem jaminan kualitas dalam desain/ pengembangan, produksi, instalasi, dan pelayanan atau sering disebut dengan

commit to user

istilah Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001. (M.N. Nasution, 2001). Sedangkan Sugeng Listyo Prabowo (2009:45) mengatakan bahwa “ISO 9001

merupakan standar internasional yang mengatur tentang Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System)”.

Dari pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa ISO 9001 merupakan salah satu dari seri ISO 9000 yang mengatur tentang Sistem Manajemen Mutu, sehingga ISO 9001 sering disebut dengan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001.

e. Sejarah ISO 9001

ISO 9001 lahir pertama kali pada tahun 1987 yang dikenal dengan nama Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:1987. Ada tiga versi pilihan implementasi pada seri 1987 ini yaitu yang menekankan pada aspek Quality Assurance, aspek QA and Production dan Quality Assurance for Testing. Konsentrasi utamanya adalah inspection product di akhir sebuah proses (dikenal dengan final inspection) dan kepatuhan pada aturan prosedur sistem yang harus dipenuhi secara menyeluruh. (Sugeng Listyo Prabowo, 2009).

Perkembangan berikutnya, tahun 1994, karena kebutuhan guaranty quality bukan hanya pada aspek final inspection, tetapi lebih jauh ditekankan perlunya proses preventive action untuk menghindari kesalahan pada proses yang menyebabkan ketidak sesuaian pada produk. Namun demikian seri 9001: 1994 ini masih menganut prosedur sistem yang kaku dan cenderung document centre dibanding kebutuhan organisasi yang disesuaikan dengan proses internal organisasi. Seri 9001:1994 lebih fokus pada proses manufacturing dan sangat sulit diaplikasikan pada organisasi bisnis kecil karena banyaknya prosedur yang harus dipenuhi. Karena ketebatasan inilah, maka technical committee melakukan tinjauan atas standar yang ada hingga akhirnya lahirlah revisi ISO 9001:2000 yang merupakan penggabungan dari ISO 9001, 9002, dan 9003 versi 1994. (Wawan Setyawan, 2009).

Wawan Setyawan (2009) juga mengatakan bahwa pada seri 9001:2000, tidak lagi dikenal 20 klausul wajib, tetapi lebih pada proses bisnis yang terjadi dalam organisasi. Sehingga organisasi sekecil apapun bisa

commit to user

mengimplementasi SMM ISO 9001:2000 dengan berbagai pengecualian pada proses bisnisnya. Maka dikenalah istilah BPM atau Business Process Mapping, setiap organisasi harus memetakan proses bisnisnya dan menjadikannya bagian utama dalam quality manual perusahaan, walau demikian ISO 9001:2000 masih mewajibkan 6 prosedur yang harus terdokumentasi, yaitu prosedur control of document, control of record, Control of Non conforming Product, Internal Audit, Corrective Action, dan Preventive Action, yang semuanya bisa dipenuhi oleh organisasi bisnis manapun.

Pada perkembangan berikutnya, seri ISO 9001:2008 lahir sebagai bentuk penyempurnaan atas revisi tahun 2000. Adapun perbedaan antara seri ISO 9001: 2000 dengan ISO 9001: 2008 secara signifikan lebih menekankan pada efektivitas proses yang dilaksanakan dalam organisasi tersebut. Jika pada seri ISO 9001: 2000 mengatakan harus dilakukan corrective dan preventive action, maka seri ISO 9001: 2008 menetapkan bahwa proses corrective dan preventive action yang dilakukan harus secara efektif berdampak positif pada perubahan proses yang terjadi dalam organisasi. Selain itu, penekanan pada kontrol proses outsourcing menjadi bagian yang disoroti dalam seri terbaru ISO 9001 ini. (Wawan Setyawan, 2009).

Berdasarkan pemaparan di atas maka bisa disimpulkan bahwa seri ISO 9001 dalam perkembangannya telah mengalami tiga kali revisi sejak pertama didirikan pada tahun 1987. Revisi pertama terjadi pada tahun 1994 yang selanjutnya seri ISO 9001 ini sering dikenal dengan nama Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:1994. Revisi kedua terjadi pada tahun 2000 yang selanjutnya seri ISO 9001 ini sering dikenal dengan nama Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2000. Revisi ketiga terjadi pada tahun 2008 yang selanjutnya seri ISO 9001 ini sering dikenal dengan nama Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008. Secara umum tidak ada perubahan signifikan dari revisi tahun 2000 ke tahun 2008, tidak ada penambahan maupun pengurangan klausul di dalamnya.

commit to user

f. SMM ISO 9001:2008

Wawan Setyawan (2009) mengatakan bahwa tulisan 2008 pada seri ISO 9001 terakhir ini menunjukkan tahun revisi, sehingga ISO 9001:2008 adalah Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001 hasil revisi tahun 2008. Sedangkan Stanley Sutrisno (2010) mengatakan bahwa angka 2008 pada seri ISO 9001 ini adalah tahun dikeluarkannya sistem manajemen mutu tersebut yang merupakan penyempurnaan sistem manajemen mutu sebelumnya yaitu Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2000.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008 adalah Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001 yang dikeluarkan pada tahun 2008 sebagai revisi SMM ISO 9001:2000.

Middle East Quality Management Professionals (MEQMP) (2008) menyatakan bahwa tidak ada penambahan klausul dalam revisi SMM ISO 9001:2000 ke SMM ISO 9001:2008. Perubahan dari SMM ISO 9001:2000 ke SMM ISO 9001:2008 merupakan perubahan minor yang artinya hanya ada sedikit perubahan dalam isinya, dan perubahan ini bertujuan untuk mengklarifikasi atau lebih menjelaskan inti atau substansi dari ISO 9001 versi sebelumnya, yakni SMM ISO 9001:2000 dan untuk lebih meningkatkan kesesuaiannya dengan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004.

ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu. ISO 9001:2008 bukan merupakan standar produk, karena tidak menyatakan persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah produk. ISO 9001:2008 hanya merupakan standar sistem manajemen kualitas, namun bagaimanapun juga diharapkan bahwa produk yang dihasilkan dari suatu sistem manajemen kualitas internasional akan berkualitas baik. Hal ini sejalan

dengan pernyataan Perry L. Johnson (1997:6) “ISO 9000 is not a product standard, but a quality system standard. It applies not to products or services, but to the process which creates them”. Artinya bahwa ISO 9000 bukan

commit to user untuk proses pembuatan produk tersebut.

SMM ISO 9001:2008 mempunyai delapan klausul. BSN (2008) menyatakan bahwa klausul-klausul yang terdapat dalam SMM ISO 9001:2008 adalah sebagai berikut:

1) Klausul 1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup ISO 9001: 2008 telah dikembangkan atau diperluas. Dalam hal ini persyaratan-persyaratan standar telah menekankan untuk memenuhi kepuasan pelanggan melalui efektivitas dari aplikasi sistem mutu, termasuk proses-proses untuk meningkatkan terus-menerus dan jaminan kesesuaian.

2) Klausul 2. Referensi Normatif

Klausul ini hanya memuat referensi-referensi dari ISO 9001:2008. 3) Klausul 3. Istilah dan Definisi

Klausul ini menyatakan bahwa istilah dan definisi-definisi yang diberikan dalam ISO 9000:2008 (Quality Management System Fundamental and Vocabulary).

4) Klausul 4. Sistem Manajemen Mutu

Klausul ini lebih menekankan pada kebutuhan untuk peningkatan terus-menerus (continual improvement). Manajemen organisasi harus menetapkan langkah-langkah untuk implementasi sistem manajemen mutu 9001:2008.

5) Klausul 5. Tanggung Jawab Manajemen

Klausul ini menekankan pada komitmen dari manajemen puncak menuju perkembangan dan peningkatan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008. Klausul ini juga memaksa keterlibatan manajemen puncak dengan kebutuhan-kebutuhan pelanggan, menetapkan kebijakan untuk mutu, menetapkan tujuan-tujuan mutu, perencanaan sistem manajemen mutu, menetapkan tanggung jawab dan wewenang organisasi, mengangkat secara formal seorang yang mewakili manajemen dan menjamin proses komunikasi internal yang tepat, serta harus melakukan peninjauan ulang sistem manajemen mutu.

commit to user 6) Klausul 6. Manajemen Sumber Daya Manusia

Klausal ini menyatakan bahwa suatu organisasi hasus menetapkan dan memberikan sumber-sumber daya yang diperlukan secara tepat, personel yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas harus didefinisikan dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 serta memiliki kompetensi yang berkaitan dengan pendidikan yang relevan, pelatihan, keterampilan dan pengalaman.

7) Klausul 7. Realisasi Produk

Klausul ini menyatakan bahwa organisasi harus menjamin bahwa proses realisasi produk berada di bawah pengendalian agar memenuhi persyaratan produk.

8) Klausul 8. Pengukuran, Analisis dan Peningkatan

Menurut klausul ini organisasi harus menetapkan rencana-rencana dan menerapkan proses-proses pengukuran, pemantauan, analisis dan peningkatan yang diperlukan agar menjamin kesesuaian dari produk, menjamin kesesuaian dari sistem manajemen mutu dan meningkatkan terus-menerus efektivitas dari sistem manajemen mutu.

Sugeng Listyo Prabowo (2009) menjelaskan tentang model proses SMM ISO 9001:2008 seperti gambar di bawah ini:

commit to user

g. Klausul Realisasi Produk

Klausul Realisasi Produk mempunyai enam standar, seperti dijelaskan oleh Sugeng Listyo Prabowo (2009) bahwa standar di dalam Klausul Realisasi Produk adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan Realisasi Produk

Standar ini menyatakan bahwa organisasi harus merencanakan dan mengembangkan proses yang diperlukan untuk realisasi produk. Perencanaan realisasi produk harus sesuai dengan persyaratan proses –

proses lain dari sistem manajemen mutu. 2) Proses yang Berkaitan dengan Pelanggan

Standar ini menyatakan bahwa organisasi harus menetapkan:

a) Persyaratan yang ditentukan oleh pelanggan, termasuk persyaratan untuk penyerahan dan kegiatan pasca penyerahan.

b) Peryaratan yang tidak dinyatakan oleh pelanggan tetapi perlu untuk pemakaian yang ditentukan atau yang dimaksudkan, bila diketahui. c) Persyaratan undang – undang dan peraturan yang berkaitan dengan

produk.

d) Persyaratan tambahan apa pun yang ditentukan oleh organisasi. 3) Desain dan Pengembangan

Standar ini terdiri dari:

a) Perencanaan Desain dan Pengembangan b) Masukan Desain dan Pengembangan c) Keluaran Desain dan Pengembangan d) Tinjauan Desain dan Pengembangan e) Verifikasi Desain dan Pengembangan f) Validasi Desain dan Pengembangan g) Perubahan Desain dan Pengembangan 4) Pembelian

Standar ini menyatakan bahwa organisasi harus memastikan bahwa produk yang dibeli sesuai dengan persyaratan pembelian yang ditentukan. Jenis dan jangkauan pengendalian pada pemasok dan produk

commit to user

yang dibeli harus bergantung pada pengaruh produk yang dibeli pada produk berikutnya atau pada produk akhir.

5) Produksi dan Penyediaan Jasa Standar ini terdiri dari:

a) Pengendalian Produksi dan Penyediaan Jasa b) Validasi Proses Produksi dan Penyediaan Jasa c) Identifikasi dan Mampu Telusur

d) Properti Pelanggan e) Pengawetan Produk

6) Pengendalian Peralatan Pemantauan dan Pengukuran

Standar ini menyatakan bahwa organisasi harus menilai dan merekam keabsahan hasil pengukuran sebelumnya bila peralatan ditemukan tidak memenuhi persyaratan dan melakukan tindakan sesuai pada peralatan dan produk manapun yang terpengaruh.

h. ISO 9001:2008 dan Delapan Prinsip Manajemen

Wawan Setyawan (2009) mengatakan bahwa SMM ISO 9001:2008 fokus pada efektivitas proses continual improvement dengan pilar utama pola berpikir PDCA, dimana dalam setiap proses senantiasa melakukan perencanaan yang matang, implementasi yang terukur dengan jelas, dilakukan evaluasi dan analisis data yang akurat serta tindakan perbaikan yang sesuai agar benar-benar bisa menuntaskan masalah yang terjadi di organisasi. Pilar berikutnya yang digunakan demi menyukseskan proses implementasi ISO 9001 ini adalah delapan prinsip manajemen mutu, yaitu:

1) Customer focus: Semua aktifitas perencanaan dan implementasi sistem semata-mata untuk memuaskan customer.

2) Leadership: top management berfungsi sebagai leader dalam mengawal implementasi sistem bahwa semua gerak organisasi selalu terkontrol dalam satu komando dengan komitmen yang sama dan gerak yang sinergi pada setiap elemen organisasi

3) Keterlibatan semua orang: Semua elemen dalam organisasi terlibat dan concern dalam implementasi sistem manajemen mutu sesuai fungsi

commit to user

kerjanya masing-masing, bahkan hingga office boy sekalipun hendaknya senantiasa melakukan yang terbaik dan membuktikan kinerjanya layak serta berkualitas, pada fungsinya sebagai office boy.

4) Pendekatan proses: Aktifitas implementasi sistem selalu mengikuti alur proses yang terjadi dalam organisasi. Pendekatan pengelolaan proses dipetakan melalui business process. Dengan demikian, pemborosan karena proses yang tidak perlu bisa dihindari atau sebaliknya, ada proses yang tidak terlaksana karena pelaksanaan yang tidak sesuai dengan flow process itu sendiri yang berdampak pada hilangnya kepercayaan pelanggan

5) Pendekatan sistem ke manajemen: Implementasi sistem mengedepankan pendekatan pada cara pengelolaan (manajemen) proses bukan sekedar menghilangkan masalah yang terjadi. Karena itu konsep kaizen, continual improvement sangat ditekankan. Pola pengelolaannya bertujuan memperbaiki cara dalam menghilangkan akar (penyebab) masalah dan melakukan improvement untuk menghilangkan potensi masalah.

6) Perbaikan berkelanjutan: Improvement, adalah roh implementasi ISO 9001:2008

7) Pendekatan fakta sebagai dasar pengambilan keputusan: Setiap keputusan dalam implementasi sistem selalu didasarkan pada fakta dan data. Tidak ada data (bukti implementasi) sama dengan tidak dilaksanakannya sistem ISO 9001:2008

8) Kerjasama yang saling menguntungkan dengan pemasok: Supplier bukanlah pembantu, tetapi mitra usaha, business partner karena itu harus terjadi pola hubungan saling menguntungkan.

Wawan Setyawan (2009: 4) mengatakan “dengan delapan pilar ini diharapkan pelaksanaan ISO 9001:2008 benar-benar menjadi sangat produktif dan efektif untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan”.

3. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

commit to user

meninjau pengertian prestasi belajar maka terlebih dahulu akan dijabarkan

Dokumen terkait