• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran Matematika

Menurut Sugiyono dan Hariyanto (dalam Irham dkk., 2014:131) pembelajaran didefinisikan sebagai sebuah kegiatan guru mengajar atau membimbing siswa menuju proses pendewasaan diri. Pembelajaran menekankan pada proses mendewasakan yang artinya mengajar dalam bentuk penyampaian materi tidak serta merta menyampaikan materi, tetapi lebih pada bagaimana menyampaikan dan mengambil nilai-nilai dari materi yang diajarkan agar dengan bimbingan pendidik bermanfaat untuk mendewasakan siswa. Menurut Reiser Robert (dalam Ngalimun, 2014:3), pembelajaran efektif merupakan pembelajaran dimana siswa memperoleh keterampilan-keterampilan yang spesifik, pengetahuan dan sikap dengan kata lain pembelajaran efektif akan terjadi apabila terjadi perubahan-perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 20). Pembelajaran dapat dipahami sebagai sebuah aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam mengatur dan mengorganisasikan lingkungan belajar dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar. Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran,

maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi dua arah yang terjadi antara guru dan siswa dalam mengembangkan kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif.

2. Penelitian dan Pengembangan

Menurut Sugiyono (2017:407) metode penelitian dan pengembangan (Research dan Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Menurut Goll, Gall & Borg dalam “Educational Research” (2003:570) (dalam Nusa Putra 2015:84) R & D dalam pendidikan adalah sebuah model pengembangan berbasis industri dimana temuan penelitian digunakan untuk merancang produk dan prosedur baru, yang kemudian secara sistematis diuji di lapangan, dievaluasi, dan disempurnakan sampai mereka memenuhi kriteria tertentu, yaitu efektivitas, dan berkualitas.

Dari kedua pendapat ahli tersebut maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk-produk tertentu serta menguji validitas dan keefektifan produk tersebut dalam penerapannya.

Menurut Sugiyono (2017 : 408) adapun langkah-langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan (Research and Development) untuk menghasilkan produk tertentu sebagai berikut.

12

a. Potensi dan Masalah

Menurut Sugiyono (2017 : 409) potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Semua potensi akan berkembang menjadi masalah bila kita tidak dapat mendayagunakan potensi-potensi tersebut. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. R&D dapat mengatasi sebuah masalah dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan suatu model, pola, atau sistem penanganan terpadu yang efektif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.

Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain, atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to date. Potensi dan Masalah Pengumpul-an data Desain Produk Validasi Desain Revisian Desain Uji coba Produk Revisi Produk Revisi Produk Uji coba Pemakaian Produksi Masal

b. Mengumpulkan Informasi

Setelah potensi dan masalah dapat ditentukan, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Disini diperlukan metode penelitian tersendiri. Metode apa yang akan digunakan untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan yang ingin dicapai.

c. Desain Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian R & D ini bermacam-macam. Dalam bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian R&D diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Produk-produk pendidikan misalnya kurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku ajar, modul, kompetensi tenaga kependidikan, sistem evaluasi, model uji kompetensi, penataan ruang kelas untuk model pembelajar tertentu, model unit produksi, model manajemen, sistem pembinaan pegawai, sistem penggajian dan lain-lain.

d. Validasi Desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini metode mengajar baru secara

14

rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi. Peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut, berikut keunggulannya.

e. Perbaikan Desain

Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain, yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang mau menghasilkan ptoduk tersebut.

f. Uji Coba Produk

Dalam bidang pendidikan, desain produk seperti metode mengajar baru dapat langsung diuji coba, setelah divalidasi dan revisi. Uji coba tahap awal dilakukan dengan simulasi penggunaan metode mengajar tersebut. Setelah disimulasikan, maka dapat diuji cobakan pada kelompok yang terbatas. Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi apakah metode mengajar baru tersebut lebih efektif dan efisien dibandingkan metode mengajar yang lama atau yang lain.

g. Revisi Produk

Setelah melakukan pengujian efektivitas metode mengajar baru pada sampel yang terbatas tersebut dan menunjukkan bahwa metode mengajar baru ternyata masih kurang dari yang diharapkan, maka desain metode mengajar perlu direvisi agar hasil pengujiannya meningkat. Setelah direvisi, maka perlu diuji cobakan lagi pada kelas yang lebih luas. Setelah diterapkan selama setengah tahun atau satu tahun, maka perlu dicek kembali, mungkin ada kelemahannya, apabila ditemukan kelemahan perlu segera diperbaiki kembali. Setelah diperbaiki maka dapat diproduksi masal, atau digunakan pada lembaga pendidikan yang lebih luas.

h. Uji coba Pemakaian

Setelah pengujian terhadap produk berhasil, dan mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk yang berupa metode mengajar baru tersebut diterapkan dalam lingkup lembaga pendidikan yang luas. Dalam operasinya, metode baru tersebut, tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.

i. Revisi Produk

Revisi produk ini dilakukan, apabila dalam pemakaian dalam lebaga pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalan uji pemakaian, sebaiknya pembuat produk selalu

16

mengevaluasi bagaimana kinerja produk dalam hal ini adalah metode mengajar. Hal ini untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada, sehingga dapat digunakan untuk penyempurnaan dan pembuatan produk baru lagi.

j. Pembuatan Produk Masal

Bila produk yang berupa metode mengajar baru tersebut telah dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian, maka metode mengajar baru tersebut dapat diterapkan pada setiap lembaga pendidikan.

Secara sederhana, R & D (Research and Development) dapat didefinisikan sebagai metode penelitian yang secara sengaja, sistematis, bertujuan/diarahkan untuk mencaritemukan, merumuskan, memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, menguji keefektifan produk, model, metode/strategi/cara, jasa, prosedur tertentu yang lebih unggul, baru, efektif, produktif, dan bermakna.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya melaksanakan strategi penelitian dan pengembangan sampai pada tahap uji coba produk. Hal tersebut disebabkan adanya keterbatasan waktu dan apabila akan dilakukan sampai pada tahap pembuatan produk masal, maka memerlukan waktu penelitian yang lebih lama karena uji coba pemakaian produk harus pada topik yang sama.

3. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pola pikir dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kemanusiaan. Pola pikir maksudnya dalam membentuk pribadi, siswa diberi pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan pengalaman tersebut, dan berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut. Menurut Paul Suparno (2015 : 18), PPR adalah suatu pedagogi bukan hanya sekedar metode pembelajaran. Suatu pedagogi, berarti merupaka suatu pendekatan, suatu cara guru mendampingi siswa sehingga berkembang menjadi pribadi yang utuh. Kolvenbach (dalam Subagya, 2012:23), menterjemahkan tujuan manusia utuh dalam pendidikan dalam unsur 3C yaitu: competence, conscience, dan compassion.

a. Competence: berarti menguasai ilmu pengetahuan/ketrampilan sesuai bidangnya. Secara sederhana siswa mendalami dan mengolah materi yang dipelajari ia menjadi kompeten dalam bidang itu atau materi itu. Maka secara intelek atau secara kognitif ia memang menguasai materinya, dapat menjelaskan materi itu dengan benar.

b. Conscience: berarti mempunyai hati nurani yang dapat membedakan baik dan tidak baik. Selain mengetahui dan mempunyai kompetensi dalam bidangnya, siswa juga berkembang

18

kompetensinya dalam hal membedakan baik dan tidak baiknya bidang itu dan mempunyai kemampuan mengambil keputusan yang benar. Dengan kata lain, conscience berkaitan dengan diri siswa sendiri seperti, bertanggung jawab, jujur, teliti, menghargai pendapat orang lain dan lain sebagainya.

c. Compassion: berarti siswa mempunyai epekaan untuk berbuat bagik bagi orang lain yang membutuhkan, punya kepedulian pada orang lain. Kompetensi yang diharapkan terjadi selanjutnya adalah compassion, kepekaan untuk membantu orang lain. Siswa yang sungguh ompeten menurut PPR bukan hanya menjadi pandai tetapi sekaligus akan didorong untuk peka pada kebutuhan orang lain da juga mau berbuat sesuatu berkaitan dengan bidangnya itu bagi kemajuan orang lain. Dengan kata lain, compassion berkaitan dengan orang lain seperti peduli terhadap temannya yang belum mengerti dengan materi yang diajarkan dan lain sebagainya.

Unsur utama dalam PPR ada tiga yaitu pengalaman, refleksi, dan aksi. Ketiga unsur utama itu dibantu oleh unsur sebelum pembelajaran yaitu melihat konteks, dan dibantu oleh unsur setelah pembelajaran dengan evaluasi. Maka secara garis besar PPR mempunyai dinamika sebagai berikut: (1) konteks; (2) pengalaman; (3) refleksi; (4) aksi dan (5) evaluasi

1) Konteks

Dalam mengajar atau memberikan pelajaran, guru perlu mengerti konteksnya, terutama konteks siswa yang dibantu, mata pelajaran, dan lingkungan kelas. Guru harus memulai proses pembelajarannya dari diri siswa (student centered learning) dengan memahami sebanyak mungkin konteks-konteks yang melingkupi siswa sebagai subjek yang akan ditantang, didorong, dan didukung untuk mencapai perkembangan pribadi yang utuh.

Secara praktis, penggalian konteks dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:

Refleksi: Memperdalam pemahaman. Mencari makna kemanusiaan, kemasyarakatan. Menyadari motivasi, dorongan, keinginan Aksi: Memutuskan untuk bersikap, berniat, berbuat. Perbuatan konkret Pengalaman: Mempelajari sendiri, laihan kegiatan sendiri. Tanggapan afektif terhadap yang dilakukan, latihan dari yang dipelajari

Evaluasi:

Evaluasi ranah intelektual. Evaluasi perubahan pola pikir, sikap, perilaku siswa.

KONTEKS

20

a) Angket, guru membuat angket/kuesioner yang disebarkan pada siswa pada awal pembelajaran untuk tahu bagaimana keadaan siswa. Angket ini dapat berisi tentang pengertian awal mereka tentang materi yang akan dipelajari, cara mereka belajar, keinginan mereka tentang mata pelajaran matematika terutama materi yang akan dipelajari.

b) Tanya jawab, guru dapat menggali situasi siswa lewat tanya jawab pada awal pembelajaran, terutama mengenai: bagaimana cara belajar siswa, pengertian awal mengenai materi yang akan dipelajari, miskonsepsi, dan lain sebagainya.

c) Pretest, test awal diberikan pada mahasiswa tentang bahan yang mau dipelajari. Dari tes awal ini dapat diketahui pengertian aawal siswa, miskonsepsi yang mereka punyai, serta bagian mana yang belum mereka ketahui.

d) Pengamatan, guru juga dapat mengadakan pengamatan kelas saat sedang memberikan materi. Bagaimana reaksi siswa, bagaimana pemahaman awal mereka, bagaimana sikap mereka terhadap materi pada mata pelajaran tersebut. Dari pengamatan itu guru dapat menanyakan alasan dan latar belakangnya

2) Pengalaman

Unsur penting dalam dinamika PPR adalah pengalaman (experiences). Pengalaman adalah suatu kejadian yang sungguh terjadi, dilakukan, dialami, dihidupi, yang dapat menyentuh pikiran, hati, kehendak,

perasaan, maupun asrat siswa. Tanpa pengalaman dalam pembelajaran maka siswa tidak akan dapat mendalami materi dan memetik makna yang mendalam dari materi yang dipelajari. Tugas guru adalah menyediakan pengalaman itu sendiri bagi siswa, sehingga siswa sungguh mengalami sendiri dan pengalaman itu menjadi miliknya. 3) Refleksi

Dalam tahap refleksi, siswa dibantu untuk menggali pengalaman mereka sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, dan menggali makna bagi hidup pribadi, hidup bersama, dan hidup kemasyarakatan. Guru memfasilitasi dengan pertanyaan agar siswa terbantu untuk berefleksi. Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan divergen agar siswa secara otentik dapat memahami, mendalami, dan meyakini temuannya. Siswa dapat diajak untuk diam dan hening untuk meresapi apa yang baru saja dibicarakan. Melalui refleksi, siswa meyakini makna nilai yang terkandung dalam pengalamannya.

4) Aksi

Aksi adalah tindakan, entah masi batin atau sudah tindakan psikomotorik, yang dilakukan siswa setelah mereka merefleksikan pengalaman belajar mereka. Secara nyata aksi dapat berupa dua hal yaitu: sikap diri yang berubah lebih baik dan tindakan nyata keluar yang dapat dilihat dan dirasakan orang lain. Guru memfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi agar siswa terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil refleksinya. Dengan membangun niat

22

dan berperilaku dari kemauannya sendiri siswa membentuk pribadinya agar nantinya menjadi pejuang bagi nilai-nilai yang direfleksikannya. 5) Evaluasi

Sebagai suatu proses pendidikan, agar dapat terus dikembangkan, diperlukan evaluasi. Semua proses PPR, terutama proses pengalaman, refleksi dan aksi perlu dievaluasi, apakah berjalan baik dan mengembangkan pribadi siswa menjadi lebih kompeten pada bidang pengetahuan, menjadi punya suara hati yang benar, dan kepekaan pada kebutuhan orang lain (3C). Apabila tidak berjalan dengan baik, maka perlu diperbaiki, kalau sudah berjalan baik, maka harus dikembangkan terus. Guru memberikan evaluasi atas kompetensinya dari sisi akademik. Namun guru/sekolah juga perlu mengevaluasi apakah ada perkembangan pada pribadi siswa. Apakah PPR berdampak bagi perkembangan siswa.

4. Pembelajaran PAKEM

Istilah PAKEM dikembangkan dari AJEL (Active Joyfull and Efective Learning). Untuk pertama kali di Indonesia, pada tahun 1999 disebut PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif, dan Menyenangkan). Seiring dengan perkembangan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), pada tahun 2002 istilah PEAM diganti menjadi PAKEM, yaitu kependekan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (Suyadi, 2012:161).

Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak (student-centered learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan (learning is fun), agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau takut (Rusman, 2014:321).

Istilah “Aktif” dalam PAKEM dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, sehingga siswa aktif bertanya maupun mengemukakan pendapat; “Kreatif” dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar yang beragam, sehingga siswa tidak merasa jenuh, namun penuh variasi, informasi baru, dan suasana belajar yang segar. “Efektif” dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, sehingga pembelajaran berjalan secara maksimal dengan memanfaatkan sumber belajar yang minimal. “Menyenangkan” dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, sehingga siswa senang mengikuti pelajarannya, termasuk senang pada gurunya.

Dalam konteks psikologi pendidikan, PAKEM juga dapat dimaknai sebagai sebuah strategi dengan pendekatan introduksional yang memungkinkan siswa mengerjakan kegiatan secara beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap dan pemahaman. Suasana belajar mengajar yang menyenangkan dapat memusatkan perhatian siswa secara penuh pada belajar.

24

PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran PAKEM ini diharapkan mengembangkan berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dalam model PAKEM ini, guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.

a) Pembelajaran aktif

Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Pembelajaran aktif memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis, serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan

dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran.

b)Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah. Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya baru.

c) Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Seluruh siswa harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi siswa.

Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa secara aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi.

26

Menurut More (dalam Rusman, 2014: 326) ada tujuh langkah dalam mengimplementasikan pembelajaran efektif, yaitu: 1) perencanaan, 2) perumusan tujuan/kompetensi, 3) pemaparan perencanaan pembelajaran kepada siswa, 4) proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi, 5) evaluasi, 6) menutup proses pembelajaran, dan 7) rindak lanjut.

Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, guru harus memerhatikan beberapa hal, yaitu: 1) pengelolaan tempat belajar, 2) pengelolaan siswa, 3) pengelolaan kegiatan pembelajaran, 4) pengelolaan materi pembelajaran, dan 5) pengelolaan media dan sumber belajar.

d)Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran menyenangkan merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (Rusman, 2014 : 326). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.

Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara optimal.

Terdapat empat aspek yang memengaruhi model PAKEM, yaitu pengalaman, komunikasi, interaksi dan refleksi. Apabila dalam sebuah pembelajaran terdapat keempat aspek tersebut, maka kriteria PAKEM terpenuhi.

a. Pengalaman

Mengalami langsung berarti siswa belaja banyak hal yang digerakkan oleh naluri berbuat untuk mengalami secara empiris dan bersifat langsung dengan melibatkan seluruh indera. Sebagai contohnya melakukan pengamatan, perubahan, penyeleidikan, wawancara dan penggunaan alat peraga. Mengamati, wawancara, menyelidiki, eksperimental dan menggunakan alat peraga, secara tidak langsung mampu membentuk mental siswa menjadi kritis, kreatif, inovatif dan kompetitif.

Aspek pengalaman ini siswa diajarkan untuk dapat belajar mandiri. Seperti yang dikemukakan oleh Edgar Dale (dalam Rusman,

Komunikasi

Interaksi

Pengalaman PAKEM

28

2014:327) dalam kerucut pengalamannya (cone experience) bahwa dengan pengalaman langsung sekitar 90% maeri yang didapatkan oleh anak akan cepat terserap dan bertahan lebih lama.

b. Komunikasi

Komunikasi dapat diartikan sebagai cara menyampaikan materi pelajaran dari pendidik (guru) kepada siswa. Dalam proses pembelajaran berbasis PAKEM akan terjadi komunikasi interaktif antara guru dan siswa, dimana keduanya saling memberi masukan dan tanggapan.

Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, antara lain mengemukakan pendapat, presentasi laporan, dan memajangkan hasil kerja. Dalam aspek ini ada hal-hal yang ingin didapatkan, misalnya anak dapat mengungkapkan gagasan, dapat mengeluarkan gagasannya, dan memancing gagasan orang lain. c. Interaksi

Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, tanya jawab, dan saling melempar pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan makna yang diperbuat oleh anak-anak berpeluang untuk tekoreksi dan makna yang terbangun semakin mantap, sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat. Dengan interaksi, pembelajaran menjadi lebih hidup dan menarik, kesalahan makna berpeluang terkoreksi, makna yang terbangun semakin mantap, dan kualitas hasil belajar meningkat. Interaksi

memberikan peluang pada siswa untuk berekspresi dan berartikulasi sesuai kemampuan masing-masing.

d. Refleksi

Refleksi adalah memikirkan kembali apa yang diperbuat atau dipikirkan. Melalui refleksi, pendidik maupun siswa dapat mengetahui efektivitas pembelajaran yang sudah berlangsung. Refleksi dapat memberikan peluang untuk memunculkan gagasan baru yang bermanfaat dalam perbaikan makna hasil pembelajaran. Hal ini dilakukan supaya terdapatnya perbaikan gagasan/makna yang telah dikeluarkan oleh anak dan agar mereka tidak mengulangi kesalahan. Disini anak diharapkan juga dapat menciptakan gagasan-gagasan baru. Dengan kata lain, dari refleksi tersebut dapat diketahui kelemahan dan kelebihan atau efektif dan tidaknya suatu strategi pembelajaran.

Model PAKEM ini diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran yang berkualitas/bermutu dan menghasilkan perubahan yang signifikan, sepeti dalam peran guru dikelas, perlakuan terhadap siswa, pertanyaan, latihan, interaksi, dan pengelolaan kelas.

Dalam model PAKEM ini juga memiliki nilai-nilai karakter yang dikembangkan antara lain tanggung jawab, toleransi (menghargai) dan kepedulian sosial.

30

a. Tanggung jawab

Strategi pembelajaran PAKEM akan efektif jika sebelum pembelajaran dimulai guru telah menciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga siswa akan terlibat aktif, keatif, dan penuh keceriaan. Nuansa pembelajaran yang demikian mendorong siswa untuk melakukan tugas belajar dengan penuh rasa tanggung jawab, baik secara mandiri maupun kelompok.

b. Menghargai

Nilai menghargai dalam strategi pembelajaran PAKEM terletak pada daya kreatif siswa. Setiap kepala mempunyai ide dan

Dokumen terkait