• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

F. Landasan Teori

Untuk mempermudah dalam menjelaskan penelitian ini, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai konsep pembahasan di dalamnya. Ada 3 hal yang dijadikan sebagai landasan teori dalam penyusunan penelitian ini, diantaranya yaitu peran, pers, dan revolusi. Ketiga hal tersebut menjadi landasan

teori untuk menjelaskan terlebih lanjut mengenai konsep teori yang akan penulis sampaikan dalam penelitian ini.

1. Peran

Suatu penjelasan historis menyebutkan, konsep peran semula dipinjam dari kalangan drama atau teater yang hidup subur pada zaman Yunani kuno atau Romawi. Dalam arti ini, peran menunjuk pada karakterisasi yang disandang untuk dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas drama.7 Dalam kehidupan sosial nyata, membawakan peran berarti menduduki suatu posisi sosial dalam masyarakat. Dalam hal ini seorang individu harus patuh pada skenario, yang berupa norma sosial, tuntutan sosial dan kaidah-kaidah. Peran diartikan sebagai suatu penjelasan yang merujuk pada konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu karakterisasi dalam struktur sosial.8

Konsep peran selalu dikaitkan dengan posisi. Istilah posisi ini sering dijelaskan pula dalam istilah lain, seperti niche, status, dan office.9 Posisi pada dasarnya adalah suatu unit dari struktur sosial. Dengan demikian posisi tidak lain merupakan suatu kategori secara kolektif tentang orang-orang yang menjadi dasar bagi orang lain dalam memberikan sebutan, perilaku atau reaksi umum terhadapnya. Kendati peran merupakan gagasan sentral dari pembahasan tentang teori peran, ironisnya, kata tersebut lebih banyak mengundang silang pendapat di antara para pakar. Yang paling sering terjadi adalah bahwa peran dijelaskan

7 Edy Suhardono, Teori Peran: Konsep, Derivasi dan Implikasinya, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994, hlm. 3.

8

Idem.

9

dengan konsep-konsep tentang pemilahan perilaku. Definisi yang paling umum disepakati adalah bahwa peran merupakan seperangkat patokan, yang membatasi apa perilaku yang mesti dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu posisi.

Dalam mempelajari teori peran, akan dijumpai istilah-istilah yang diperuntukan bagi pelaku peran, seperti ego, alter, self, other, reference group,

actor, dan group.10 Terdapat 4 konsep untuk pelaku-pelaku peran ini. Pertama adalah pelaku-pelaku yang dikaji, cara yang paling mudah untuk menangkap gagasan ini adalah dengan membuat perbedaan antara pelaku yang dikaji dan yang tidak dikaji, misalnya membedakan antara subyek dan nir-subyek. Subyek adalah pelaku yang terlibat dalam fenomena peran, sedangkan nir-subyek adalah si peneliti, pengamat atau penyelidik. Kedua, orang yang sedang berperilaku, orang yang sedang membawakan suatu perilaku peran disebut sebagai pelaku atau penampil. Kedua istilah tersebut sama-sama dapat menerangkan perihal mana yang sedang membawakan perilaku peran. Di antara pihak-pihak tersebut, masih dapat dibedakan pihak mana yang menciptakan perilaku, serta pihak mana yang mendapatkan akibat dari perilaku tersebut.11 Ketiga, jumlah pelaku, dilihat dari jumlah subyek, diperlukan istilah-istilah seperti individu untuk pelaku tunggal, kumpulan untuk jumlah yang lebih dari satu orang, dan semua orang. Keempat, pelaku tertentu, konsep peran dikatakan sebagai terkhususkan kalau didalamnya diterapkan atau dikembangkan suatu penggolongan umum secara lazim atau secara khusus, sehingga menempatkan individu tertentu, terpisah dari yang lain.

10

Ibid., hlm. 12.

11

Dapat disimpulkan bahwa peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Peran apapun yang diemban oleh personal diharapkan dapat ditingkatkan secara maksimal baik dari segi individu, organisasi maupun masyarakat. Peran memiliki definisi ikut ambil bagian dalam suatu kegiatan atau kejadian. Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian tidak terpisah dari status yang disandangnya.

2. Pers

Pers dapat diandalkan sebagai media komunikasi. Istilah pers merupakan terjemahan dari bahasa Inggris press, yang mempunyai pengertian luas dan sempit. Dalam pengertian luas, pers mencangkup semua media komunikasi massa, seperti radio, televisi, dan film yang berfungsi memancarkan / menyebarkan informasi, berita, gagasan, pikiran, atau perasaan seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain. Maka dikenal adanya istilah jurnalistik radio, jurnalistik televisi, dan juga jurnalistik pers. Dalam pengertian sempit, pers hanya digolongkan produk-produk penerbitan yang melewati proses percetakan, seperti surat kabar harian, majalah mingguan, majalah tengah bulanan, dan sebagainya yang dikenal sebagai media cetak. 12

Pers dan media massa menjadi hasil karya budaya masyarakat manusia yang semakin berkembang meluas, sehingga keperluan berekspresi dan berkomunikasi tidak lagi memadai jika tidak dibantu oleh instrumen yang sanggup menyampaikan pesan secara serentak, cepat, menjangkau luas, dan

12

instrumen tersebut adalah media massa. Pers sebagai suatu kesatuan sistem ditinjau dari relasi-relasi interennya lebih nyata jika ditangkap sebagai kecenderungan-kecenderungan yang saling berlawanan arah, atau sebagai dinamika-dinamika yang saling mengisi dan arena itu membuat pers lebih efektif menjalankan peranan-peranannya.13

Pers menjadi saluran untuk berekspresi diri, tetapi ekspresi diri itu dimaksudkan untuk diketahui orang lain dan dengan demikian terjadilah proses komunikasi. Orang menerbitkan surat kabar tidak pernah untuk dirinya sendiri, melainkan selalu untuk ditujukan atau disebarluaskan kepada masyarakat luas. Dengan kata lain, pers sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Suatu entitas kemasyarakatan disebut lembaga, jika ia ada dan tumbuh karena terikat kepada tugas melaksanakan sejumlah peranan. Peranan pers relevan jika mengindahkan dua hal, yaitu: pertama, peranan yang melekat secara eksistensial pada kehadiran pers sebagai extension of men. Kedua, apabila peranan itu senantiasa diperbaharui dan digugat kembali dengan mempersoalkan, peranan apakah kiranya diharapakan dari pers.14 Media massa yang terdapat di Indonesia dapat dikatakan sebagai pers, dan sangat memberikan pengaruh besar bagi perjuangan bangsa Indonesia.

3. Revolusi

Revolusi merupakan suatu perubahan yang mendadak dan tajam dalam siklus kekuasaan sosial. Ia tercermin dalam perubahan radikal terhadap proses pemerintahan yang berdaulat pada segenap kewenangan dan legitimasi resmi, dan sekaligus perubahan radikal dalam konsepsi tatanan sosialnya. Transformasi

13

Jakob Oetama, Perspektif Pers Indonesia, Jakarta,LP3ES, 1987, hlm. 11.

14

demikian pada umumnya telah diyakini, tak akan mungkin dapat terjadi tanpa kekerasan. Seandainya mereka melakukannya tanpa pertumpahan darah, tetap masih dianggap sebagai revolusi.15 Revolusi juga berarti perubahan ketatanegaraan / pemerintahan / keadaan sosial yang dilakukan dengan kekerasan, seperti contoh dengan perlawanan senjata. Revolusi yang dilakukan oleh sebuah kelompok tentunya dalam tujuan mencapai hasil, seperti kemerdekaan. Merdeka memiliki definisi yaitu bebas dari penjajahan. Revolusi Kemerdekaan dapat diartikan sebagai suatu perubahan sistem pemerintahan / ketatanegaraan / keadaan sosial suatu masyarakat untuk mencapai kebebasan dari penjajahan. Proses revolusi dipahami sebagai proses yang amat luar biasa, sangat kasar, dan merupakan suatu gerakan yang paling terpadu dari seluruh gerakan-gerakan sosial apapun. Ia dipahami sebagai ungkapan pernyataan akhir dari suatu keinginan otonom dan emosi-emosi yang mendalam serta mencakup segenap kapasitas keorganisasian maupun ideologi protes sosial yang dikerjakan secara seksama. Khususnya citra utopis atau pembebasan yang bertumpu pada simbol-simbol persamaan, kemajuan, kemerdekaan dengan asumsi sentral, bahwa revolusi akan menciptakan suatu tatanan sosial baru yang lebih baik.16

Ada beberapa revolusi besar yang telah menghantar dunia ke era modern. Pemberontakan Besar (1640-1660) dan Revolusi Kejayaan (1688) di Inggris, Revolusi Amerika (1761-1766) dan Revolusi Perancis (1787-1799) serta peristiwa-peristiwa yang membawa pesan revolusioner di seluruh dunia seperti revolusi-revolusi Eropa sekitar tahun 1848, Komune Paris (1870-1871) dan yang

15

S. N. Eisenstadt, Revolusi dan Transformasi masyarakat, Jakarta, CV. Rajawali, 1986, hlm. 5.

16

terpenting Revolusi Rusia (1917-1918) serta Revolusi Cina (1911-1948).17 Peristiwa revolusi yang terjadi di berbagai belahan dunia tersebut telah mempengaruhi gambaran diri masyarakat modern. Ada berbagai gambaran tentang pengaruh atau akibat dari revolusi. Pertama, perubahan secara kekerasan terhadap rezim politik yang ada, yang didasari oleh legitimasi maupun simbol-simbolnya sendiri. Kedua, penggantian elit politik atau kelas yang sedang berkuasa dengan yang lainnya. Ketiga, perubahan secara mendasar seluruh bidang kelembagaan utama yang menyebabkan modernisasi di segenap aspek kehidupan sosial, pembaharuan ekonomi dan industrialisasi, serta menumbuhkan sentralisasi dan partisipasi dalam dunia politik, keempat, pemutusan secara radikal dengan segala hal yang telah lampau. Kelima, memberikan kekuatan ideologis dan orientasi kebangkitan mengenai gambaran revolusioner. Dari kelima gambaran pengaruh revolusi tersebut, semuanya berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Revolusi yang terjadi di berbagai belahan dunia memberikan pengaruh pula bagi bangsa Indonesia. Terpuruk dari penjajahan bangsa asing, bangsa Indonesia menginginkan kemerdekaan dan kebebasan dalam berbangsa dan bernegara. Pada abad ke-20, revolusi terjadi di Indonesia, perjuangan dan semangat kebangsaan akan sebuah kemerdekaan muncul demi melepaskan diri dari penjajahan. Revolusi Kemerdekaan Indonesia dimulai pada masa proklamasi kemerdekaan Indonesia, yakni 17 Agustus 1945. Perjuangan bangsa akan kemerdekaan Indonesia tidak berhenti pada tanggal tersebut, selama periode 17

17

Agustus 1945 hingga 27 Desember 1949, bangsa dan tokoh pejuang bangsa Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut terjadi karena pengakuan kemerdekaan belum diakui oleh Belanda, hingga pada menjelang akhir bulan Desember 1949, terjadi penyerahan kedaulatan atau pengakuan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Kerangka konseptual dalam penulisan skripsi ini, dapat digambarkan seperti bagan dibawah ini:

Gambar 1: Kerangka konseptual peran IPPHOS dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia.

Keterangan bagan:

1. Pada bagan pertama, akan dijelaskan mengenai latar belakang berdirinya IPPHOS. Baik itu mengenai tokoh-tokoh yang berperan serta proses terbentuknya lembaga tersebut.

2. Pada bagan kedua, akan dijelaskan mengenai peran yang disumbangkan oleh IPPHOS, terutama anggota yang terdapat di dalamnya. Peran tersebut adalah peran pada masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945-1949.

3. Pada bagan ketiga, akan dijelaskan mengenai kontrbusi yang diberikan IPPHOS, pada masa sekarang. Kontrubusi tersebut akan dibagi menjadi dua macam, yaitu bagi bidang ilmu pengetahuan, dan bagi masyarakat luas.

Dokumen terkait