• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

Bab II merupakan berbagai teori yang berhubungan dengan penelitian ini, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, serta hipotesis penelitian. Kajian pustaka membahas tentang topik-topik yang berhubungan dengan penelitian ini. Penelitian yang relevan berisi tentang penelitian-penelitian yang pernah dilakukan dan berhubungan dengan penelitian ini. Kerangka berpikir merupakan rumusan dari konsep yang didapat dari berbagai tinjauan teori. Hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara yang terjadi pada penelitian.

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka membahas tentang teori-teori yang mendukung penelitian ini serta penelitian-penelitian relevan yang pernah dilakukan.

1. Teori yang Mendukung

Teori yang mendukung dalam penelitian ini meliputi teori keterampilan berbahasa, keterampilan berbicara, media gambar dan media gambar seri.

a. Keterampilan berbahasa

Pembelajaran bahasa Indonesia diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi dengan sesama baik secara lisan maupun tertulis (BNSP, 2006: 119). Siswa diharapkan dapat menghargai sastra dan mengapresiasikannya. Ruang lingkup pelajaran bahasa Indonesia mencakup beberapa kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek (1) mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca, (4) menulis (BNSP, 2006:120).

Komponen kemampuan berbahasa menuntut siswa agar dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang memanfaatkan keempat aspek kemampuan berbahasa (Sufanti, 2010: 14).

b. Keterampilan berbicara

Keterampilan berbicara membahas mengenai pengertian keterampilan berbicara, bentuk tes keterampilan berbicara, tujuan berbicara dan kesulitan-kesulitan dalam berbicara.

1) Pengertian Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa secara lisan. Berbicara berkaitan dengan memberi dan menerima informasi atau menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan oleh manusia setelah kegiatan (Nurgiantoro, 2001: 276). Daeng Nurjamal (2011: 4) juga menjelaskan bahwa berbicara itu merupakan kemampuan seseorang dalam mengungkapkan gagasan atau pikirannya dalam bentuk lisan kepada orang lain. Sunendar (2008: 241) mengatakan bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan seseorang dalam menghasilkan bunyi yang dapat digunakan untuk menyampaikan pendapat atau gagasannya kepada orang lain.Seseorang dapat berbicara menyampaikan gagasannya kepada orang lain. Ngalimun dan Alfulaila (2014: 10) menyatakan bahwa berbicara merupakan suatu kegiatan seseorang dalam berbahasa lisan secara prosuktif dengan mengekspresikan gagasan dan pemikiran untuk diungkapkan kepada orang lain. Kesimpulan dari beberapa pengertian keterampilan berbicara yakni,

keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan bahasa lisan dalam mengungkapkan sesuatu kepada orang lain. Berbicara memerlukan penguasaan lambang bunyi sehingga dalam pengucapannya benar (Nurgiantoro, 2001:276). Kebelum matangan dalam perkembangan bahasa akan berpengaruh terhadap lambatnya kegiatan berbahasa ada seseorang. Tarigan (2013: 3) menjelaskan bahwa kebelummatangan dalam perkembangan bahasa merupakan keterlambatan kegiatan seseorang dalam berbahasa. Keterampilan berbicara sangat dibutuhkan khususnya untuk berkomunikasi secara efektif.

2) Bentuk-bentuk tes keterampilan berbicara

Adapun beberapa macam tes yang dapat digunakan dalam kegiatan keterampilan berbicara sebagai berikut:

a) Pembicaraan berdasarkan gambar

Gambar dapat dijadikan sebagai media atau perantara bagi siswa dalam mengungkapkan kemampuan berbahasanyadengan melihat gambar. Rangsang gambar dapat digunakan pada siswa yang memiliki kemampuan berbahasa lebih tinggi dengan menyesuaikan kualitas gambar (Nurgiantoro, 2001: 278). Keterampilan berbicara siswa dapat dilihat dengan meminta siswa untuk menceritakan gambar. Pemberian tugas yang bersifat pragmatik atau tes yang mengedepankan keterampilan berbahasa juga dapat dilakukan seperti dalam memilih gambar menggunakan gambar yang berisi sebuah aktivitas atau mencerminkan sesuatu (Nurgiantoro 2001: 280). Media gambar yang digunakan

dapat berupa satu gambar atau rangkaian gambar yang berurutan sehingga siswa mudah dalam memahami isi gambar.

Nurgiantoro (2001: 280) menjelaskan bahwa dalam pemberian tugas-tugas pragmatik untuk keterampilan berbicara siswa berdasarkan gambar dapat dilakukan dengan cara pemberian pertanyaan dan bercerita. Siswa dapat diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan gambar. Pertanyaan dibuat sebagaimana mestinya sehingga siswa dapat mengungkapkan pemahamannya berdasarkan gambar. Keterampilan berbicara dengan bercerita ataupun bercerita menggunakan gambar dapat memberikan kebebasan kepada siswa sehingga siswa dapat berimajinasi dan mengembangkan gagasannya. Siswa juga dapat mengungkapkan apa saja yang ia lihat maupun rasakan.

b) Wawancara

Sunendar (2008: 281) menjelaskan bahwa wawancara merupakan teknik yang paling banyak digunakan untuk menilai keterampilan berbicara seseorang dalam suatu bahasa, khususnya bahasa asing yang dipelajarinya. Kegiatan wawancara dilakukan dengan bertanya jawab antara dua pihak sehingga terjadilan percakapan. Percakapan itulah salah satu bentuk keterampilan berbicara.

3) Tujuan berbicara

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi (Tarigan, 2013 :16). Sunendar (2008: 242-243) menjelaskan tujuan keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal-hal antara lain (1) memudahkan dalam berbicara karena siswa akan mendapatkan banyak kesempatan untuk berlatih berbicara, (2) mendapat kejelasan melalui latihan berbicara yang dilakukan secara terus

menerus, maka saat berbicara siswa dapat melakukan dengan tepat dan jelas, (3) kegiatan berbicara menekankan seseorang agar bertanggung jawab atas apa yang sudah diucapkan, (4) berbicara dapat membentuk pendengaran yang kritis karena seseorang akan menyimak orang yang sedang berbicara agar dapat mengevaluasi isi dari pembicara, (5) berbicara dapat membentuk kebiasaan karena dengan melakukan kegiatan berbicara berarti seseorang melakukan interaksi dan dilakukan setiap hari. Tujuan-tujuan berbicara tersebut dapat tercapai apabila progarn pengajaran yang dilaksanakan juga mengaktifkan siswa dalam kegiatan berbicara. Siswa diajak untuk aktif dalam kegiatan berbicara sehingga kemampuan berbicaranya dapat berkembang.

4) Kesulitan-kesulitan berbicara

Sunendar (2008: 263) menjelaskan beberapa hal yang dapat dapat menjadi kesulitan-kesulitan berbicara yang dialami oleh guru maupun siswa antara lain (1) Distorsi fonem atau permasalahan dalam mengucapkan artikulasi, (2) Masalah gagap yang dialami oleh seseorang, (3) Kecepatan dalam berbicara, (4) Kesulitan pendengaran dan (5) Masalah lain yang menyimpang sebagai contoh siswa yang berbicara sendiri dengan suara keras atau lirih.

5) Penilaian dalam keterampilan berbicara

Tarigan (2013: 28) memberikan penjelasan bahwa evaluasi pembelajaran keterampilan berbicara memiliki beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain bunyi-bunyi atau artikulasi diucapkan dengan tepat, pola intonasi, ketepatan ucapan yang mencerminkan pemahaman, urutan kata-kata yang diucapkan, kelancaran berbicara. Nurgiantoro (2001: 284-287) memberikan beberapa aspek

penilaian dalam keterampilan berbicara yakni intonasi, pilihan kata, kelancaran, dan pemahaman. Penilaian keterampilan berbicara dibuat dengan memperhatikan beberapa aspek penilaian yang telah dijabarkan menyesuaikan indikator dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu kelancaran berbicara, kejelasan artikulasi, intonasi, ketepatan pemahaman, kelogisan alur cerita, dan ekspresi wajah. Kelancaran berbicara terlihat apabila siswa lancar dalam berbicara dan mampu menyampaikan kalimat. Kejelasan artikulasi dilihat saat siswa mampu mengucapkan bunyi atau suku kata dengan jelas. Intonasi yang semakin jelas dan keras menunjukkan jika siswa percaya diri dengan yang diceritakan. Ketepatan pemahaman dilihat pada saat siswa memahami tema atau gambar yang diberikan oleh guru. Kelogisan alur cerita terlihat saat siswa mampu menceritakan gambar seri sesuai dengan urutannya sehingga cerita yang disampaikan berurutan. Penelitian ini menambah satu indikator penilaian yakni ekspresi wajah. Ekspresi wajah ditambahkan ke dalam penilaian karena ekspresi merupakan salah satu indikator penilaian untuk menilai aspek psikomotorik sesuai dengan indikator yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.

c. Media Pembalajaran 1) Pengertian Media

Media merupakan alat atau bahan yang dapat menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan siswa dalam mendapatkan pengetahuan, informasi, keterampilan dan sikap (Anitah, 2012: 6). Association for Educational Communication and Technology (AECT) mengatakan bahwa media merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi (dalam

Sutjipto, 2011: 8). Istilah media dapat dikatakan sebagai perantara atau alat yang digunakan untuk menyampaian atau menyalurkan informasi dalam kegiatan belajar mengajar (Sutjipto 2011: 7). Media dapat dikatakan sebagai alat bantu dalam menyalurkan informasi dan pengetahuan. Media dijadikan sebagai salah satu peralatan yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Media juga dapat membantu guru untuk menjelaskan materi-materi yang akan disampaikan agar siswa dapat lebih paham.

2) Fungsi dan kegunaan media

Levie & Lentz (1982) mengemukakan bahwa media pendidikan memiliki empat fungsi yaitu: fungsi atensi, afektif, kognitif dan kompensatoris (dalam Arsyad, 2011: 16). Levie & Lentz (1982) dalam (Arsyad, 2010: 16) menjelaskan bahwa (a) fungsi atensi berarti menarik perhatian siswa untuk lebih mengarah dan konsentrasi pada pelajaran, (b) fungsi afektif dapat dilihat dari minat siswa dalam menikmati media yang digunakan, (c) fungsi kognitif terlihat dari tercapainya sebuah tujuan pembelajaran seperti kegiatan memahami dan mengingat informasi yang didapatkan dari pelajaran yang diterima dan (d) fungsi kompensatoris dapat terlihat dari penggunaan media sendiri dalam memberikan konteks pemahaman kepada siswa dan membantu siswa dalam mengorganisasikan informasi dan teks untuk diingat kembali.

Kemp & Dayton (1985), menerangkan bahwa media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang jumlahnya besar (dalam Arsyad, 2010: 19). Kemp & Dayton (1985) dalam (Arsyad, 2010: 19) memberikan penjelasan

mengenai fungsi media antara lain (a) memotivasi minat atau tindakan siswa dalam belajar, memberikan informasi kepada siswa, dan memberikan intruksi atau perintah dapat dilakukan oleh guru dengan dapat menyajikan dalam bentuk drama atau hiburan. Kegiatan tersebut diharapkan siswa menjadi lebih minat dan tertarik untuk mengikuti pelajaran. (b) Fungsi memberikan informasi berarti media dijadikan sebagai alat untuk menyajikan informasi untuk peserta didik. Penyajian informasi sendiri dapat berbentuk hiburan, drama atau motivasi yang lain. Siswa diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam mengikuti pelajaran. (c) Fungsi memberikan instruksi berarti dalam penyajian media maka memerlukan keterlibatan dari siswa itu sendiri. Siswa terlibat dalam aktivitas agar guru dalam menyiapkan instruksi atau perintah menjadi lebih mudah dan efektif. Keterlibatan siswa akan membawa siswa dalam mendapatkan pengalaman dari aktivitas yang dilakukan.

3) Media Gambar

Media pembelajaran ada bermacam-macam salah satunya adalah media gambar. Gambar dapat menunjukkan kepada siswa tentang suatu tempat, orang, dan segala sesuatu dari daerah yang jauh dari jangkaun pengalaman siswa sendiri (Anitah, 2012: 8). Gambar dapat memberikan gambaran tentang sesuatu hal yang bersifat abstrak sehingga dapat konkretkan ataupun gambar yang kurang dapat dijangkau oleh mata. Alwi, dkk (2002: 239) mengatakan bahwa gambar adalah suatu coretan di kertas yang menirukan suatu barang (dalam Sufanti, 2010: 70). Smaldino, dkk (2008) mengatakan bahwa gambar atau fotografi dapat menjelaskan gambaran segala sesuatu hal (dalam Anitah 2012: 8). Dale (1963)

mengatakan bahwa gambar dapat digunakan untuk mengalihkan pengalaman belajar siswa ke dalem bentuk konkret (dalam Anitah 2012: 8).

Hal yang sulit dijelaskan menggunakan kata-kata dapat dibantu menggunakan gambar. Sebagai contoh guru yang akan menjelasakan tentang bencana banjir menggunakan gambar sehingga siswa akan lebih mudah menangkap gambar daripada uraian guru dengan kata-kata. Berbagai pengertian para ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa gambar adalah sesuatu yang diwujudkan dalam bentuk visual yang menggambarkan sesuatu hal dan dapat membantu menkonkretkan hal yang abstrak. Gambar juga mudah diperoleh dari buku, majalah, koran, buletin, dan lain-lain (Anitah, 2012: 9). Gambar juga mudah dijumpai pada buku pelajaran di sekolah.

4) Ciri-ciri gambar yang baik

Anitah (2012: 10) menjelaskan mengenai ciri-ciri gambar yang baik adalah (1) cocok dengan tingkatan umur dan kemampuan siswa, (2) bersahaja dalam arti tidak terlalu kompleks, karena dengan gambar siswa akan mendapatkan gambaran yang pokok. Jika gambar terlalu kompleks, perhatian siswa akan terbagi dan bagian terpenting terkadang tidak tertangkap, (3) realistis, maksudnya gambar itu seperti benda yang sebenarnya, (4) gambar dapat dipergunakan dengan tangan karena gambar dapat dipegang oleh siswa.

5) Manfaat media gambar

Anitah (2012: 9-10) menjelaskan beberapa manfaat (a) gambar dapat menimbulkan ketertarikan siswa karena gambar yang berwarna akan menarik perhatian siswa, (b) gambar dapat mempermudah siswa dalam pemahaman karena

gambar dapat membantu mengkonkretkan hal yang abstrak, (c) gambar dapat menjelaskan hal-hal yang penting karena melalui gambar hal-hal yang penting dan kecil dapat dijelaskan dengan gambar, (d) gambar menyingkat uraian yang panjang karena dapat ditunjukkan dengan gambar.

6) Kelebihan media gambar

Anitah (2012: 9) menjelaskan kelebihan media gambar antara lain (a) bersifat konkret yaitu dapat menjelaskan hal yang abstrak menjadi konkret, (b) banyak tersedia di buku atau majalah, (c) mudah digunakan karena praktis untuk dibawa, (d) murah dan mudah didapatkan, (e) dapat digunakan untuk berbagai mata pelajaran.

7) Kelemahan media gambar

Anitah (2012: 9) juga menjelaskan mengenai beberapa kelemahan media gambar antara lain (a) terdapat gambar yang terlalu kecil untuk ditunjukkan di kelas sehingga tidak semua siswa dapat melihat gambar dengan jelas, (b) gambar mati atau dua dimensi membutuhkan dimensi ketiga untuk dapat ditunjukkan sisi lain yang berbeda, (c) gambar tidak dapat menunjukkan gerak karena gambar merupakan benda mati, dan (d) tidak semua siswa dapat menginterpretasikan dan membaca gambar.

d. Media Gambar Seri

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1049) media gambar seri adalah gambar dengan cerita yang memiliki keterkaitan atau berurutan. Suadnyana (2014) mengemukakan bahwa gambar seri yaitu berupa gambar yang memuat cerita antar gambar satu dengan gambar yang lainnya (dalam jurnal

PG-PAUD, 2014: 3). Nurgiantoro (2001: 405-406) juga menjelaskan bahwa gambar yang potensial untuk tes pragmatik yaitu gambar yang berisi aktivitas atau memiliki maksud dan tujuan tertentu.

Gambar 2.1 Media gambar seri

Gambar 2.1 merupakan salah satu contoh gambar seri yang berisikan sebuah kegiatan menanam tanaman. Media gambar seri tersebut dapat digunakan dalam kegiatan belajar tema menceritakan pengalaman. Guru dapat menjelaskan materi tersebut untuk menjelaskan cara bercerita pengalaman dalam kegiatan menanam tanaman. Media ini terdapat dalam selembar kertas dan sudah tersusun urut. B. Penelitian yang Relevan

Suadnyana (2014) melakukan sebuah penelitian dengan judul “Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Gambar Seri Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Kelompok B TK Putra Sesana Antiga Karangasem”. Penelitian tesebut bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara anak melalui penerapan metode bercerita berbantuan media gambar seri pada kelompok B Semester 2 TK Satu Atap Putra Sesana Antiga Karangasem tahun ajaran 2013/ 2014. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas dengan subjek anak kelompok B Semester 2 TK Satu Atap Putra

Sesana Antiga Karangasem tahun ajaran 2013/ 2014. Teknik pengumpulan yang digunakan adalah observasi dan instrument lembar observasi. Analisis data dilakukan dengan statistic deskriptif dan deskiptif kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil dari siklus I dan siklus II. Siklus I menunjukkan bahwa pencapaian keterampilan berbicara sebesar 42% atau dalam kategori sangat rendah. Siklus II menunjukkan pencapaian keterampilan berbicara sebesar 87,78% dengan kategori tinggi. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah menerapkan metode bercerita berbantuan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak kelompok B Semester 2 TK Satu Atap Putra Sesana Antiga Karangasem tahun ajaran 2013/ 2014. Penelitian yang dilakukan oleh Suadnyana (2014) relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena dalam penelitian tersebut menggunakan media gambar seri sebagai dasar untuk berpijak dan membahas tentang keterampilan berbicara yang juga akan menjadi pembahasan utama dalam penelitian ini.

Prasetyarini (2010) juga melakukan penelitian yang berjudul “Penggunaan Media Gambar Seri Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Siswa Kelas III Sekolah Dasar”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) penggunaan media gambar seri, (2) mendeskripsikan hambatan yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran bercerita, (3) mendeskripsikan hasil belajar siswa tentang kemampuan bercerita di kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket atau kuesioner, dan teknik pengujian. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) media gambar seri yang digunakan dalam peneliti studi pada setiap

siklus, (2) kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan kegiatan bercerita adalah ukuran gambar uang digunakan kurang maksimal, dan (3) dengan menggunakan serangkaian gambar, hasil belajar siswa meningkat secara signifikan. Peneliti mengambil penelitian ini sebagai salah satu penelitian yang relevan karena penelitian ini juga menggunakan media gambar seri sebagai dasar untuk berpijak dan membahas tentang keterampilan berbicara di kelas III yang juga akan menjadi pembahasan utama dalam penelitian ini.

Sudarminah (2008) melakukan penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan Pembelajaran Berbicara Dengan Model Pembelajaran Gambar Seri Untuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Semarang”. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan peningkatan keterampilan berbicara siswa setelah diberikan proses belajar mengajar dengan menggunakan gambar seri, mendeskripsikan perubahan perilaku siswa setelag mencapai proses belajar mengajar dengan menggunakan media gambar seri. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus dengan empat tahap meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Objek dari penelitian ini adalah keterampilan berbicara siswa kelas VIII C SMP Negeri 6 Semarang. Alat pengumpulan data berupa tes lisan dan non tes berupa observasi, wawancara dan jurnal. Hasil penelitian diperoleh nilai secara klasikal pada siklus I mencapai 63,49 dan siklus II mencapai 73,45 dengan keduanya dikategorikan cukup. Keterampilan berbicara pada siklus II mengalami peningkatan dengan perubahan perilaku siswa antusias, tidak malu, lancar berbicara, tidak takut, penampilan meyakinkan dan konsentrasi saat pelajaran. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan berbicara siswa

dengan menggunakan media gambar seri dan terjadinya perubahan perilaku. Peneliti mengambil penelitian tersebut sebagai penelitian yang relevan karena pada penelitian tersebut juga menggunakan media gambar seri dalam kegiatan berbicara siswa.

Salimah (2011) melakukan penelitian dengan judul “Dampak Penerapan Bermain Dengan Media Gambar Seri Dalam Mengembangkan Keterampilan Berbicara Dan Penguasaan Kosa Kata Anak Usia Dini”. Penelitian rersebut bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan bermain dengan media gambar seri dalam mengembangkan keterampilan berbicara dan penguasaan kosa kata anak. Penelitian dilakukan di TK Kartika Siliwangu Kabupaten Majalengka dengan populasi 20 anak. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi kemudian dianalisis secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan bermain dengan media gambar seri merupakan cara efektif dalam mengembangkan keterampilan berbicara dan penguasaan kosa kata anak usia dini. Peneliti mengambil penelitian tersebut sebagai penelitian yang relevan karena penelitian tersebut juga menggunakan media gambar seri dalam penguasaan kosa kata. Penguasaan kosa kata termasuk dalam keterampilan berbicara sehingga penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai dasar untuk berpijak dalam melakukan penelitian.

Rosmawaty (2013) melakukan penelitian yang serupa dengan judul “Enhancing the L1 Primary Student’s Achievment in Writing Paragraph by Using Pictures”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi

siswa dalam menulis paragraf dengan menggunakan gambar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilakukan pada siswa SD kelas I. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa meningkat tajam dari evaluasi pertama dan kedua yakni sebesar 65,25 menjadi 85,50. Dari data kualitatif menunjukkan bahwa guru dan siswa mengatakan jika gambar merupakan media yang tepat untuk mengajar dan belajar menulis paragraf. Peneliti mengambil penelitian tersebut sebagai penelitian yang releban karen pada penelitian tersebut menggunakan media gambar sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penelitia menggunakan media gambar seri.

Kelima penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti diatas, maka peneliti membuat sebuah penelitian yang lebih mengembangkan dari lima penelitian yang telah dilakukan tersebut. Literatur Map mengenai lima penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Bagan Literatur Map Penelitian

Gambar 2.2 merupakan bagan Literatur Map dari penelitian-penelitian relevan yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya kemudian dikembangkan kembali oleh peneliti untuk membuat suatu penelitian yang baru. Penelitian yang dilakukan oleh Suadnyana (2014) merupakan penelitian dengan menggunakan metode bercerita berbantuan media gambar seri untuk meningkatkan keterampilan berbicara, namun dalam penelitian tersebut yang diteliti adalah anak kelompok TK. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Prasetyarini (2010) mengenai penggunaan media gambar seri untuk meningkatkan kemampuan bercerita siswa kelas III SD.

Penelitian yang dilakukan oleh Rosmawaty (2013) yaitu dengan menggunakan media gambar tetapi dalam kegiatan menulis paragraph . Siswa

Perbedaan Keterampilan Berbicara Atas Penggunaan Media Gambar Seri

(2014) Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Gambar Seri Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Kelompok B TK Putra Sesana Antiga

Salimah (2011) Dampak Penerapan Bermain Dengan Media Gambar Seri Dalam Mengembangkan Keterampilan Berbicara Dan Penguasaan Kosa Kata Anak Usia Dini

Penelitian Sudarminah (2008) Upaya Peningkatan Pembelajaran Berbicara Dengan Model

Pembelajaran Gambar Seri Untuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Semarang (2013) Enchancing the L1 Primary Student;s Achievment in Writing Paragraph by Using Pictures (2010) Penggunaan

Media Gambar Seri Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Siswa Kelas III Sekolah Dasar

yang diteliti merupakan siswa kelas 1. Salimah (2011) melakukan penelitian menggunakan media gambar seri tetapi dilakukan pada anak usia dini. Penelitian yang terakhir dilakukan oleh Sudarminah (2008) yang menggunakan media gambar seri tetapi dilakukan pada siswa kelas VIII SMP. Kelima penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, maka peneliti lebih mengembangkan penelitian-penelitian tersebut dengan membuat sebuah penelitian yang berjudul

“Perbedaan Keterampilan Berbicara Atas Penggunaan Media Gambar Seri”.l “

C. Kerangka Berpikir

Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa secara lisan. Untuk meningkatkan keterampilan tersebut maka penggunaan media gambar seri dapat dijadikan sebagai salah satu alat bantu atau perantara kegiatan pembelajaran. Media gambar memiliki kelebihan yaitu dapat menerjemahkan hal abstrak menjadi lebih nyata. Media gambar seri khususnya lebih membantu siswa dalam berbicara karena gambar seri menyajikan gambar yang berurutan sehingga dalam berbicara siswa dapat runtut sesuai gambar. Kegiatan berbicara menggunakan media gambar seri diawali dengan mengamati gambar kemudian mengungkapkan sesuatu berdasarkan gambar yang sudah diamati. Kemudian siswa bercerita berdasarkan gamba-gambar tersebut secara berurutan. Dalam hal ini, media gambar seri membantu siswa dalam menuangkan gagasannya secara lisan sesuai dengan isi gambar.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan keterampilan berbicara

Dokumen terkait