• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Landasan Teori

-- dapat terjadi kekurangan obat karena ada wabah atau kebutuhan insidentil tidak terpenuhi

- -variasi obat terlalu luas

2.5 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan siklus pengelolaan obat menurut WHO (2004) yang mencakup perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi serta penggunaan obat, sebagai berikut :

Gambar 2.2 Landasan Teori 2.6 Kerangka Pikir Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui manajemen pengelolaan obat di RSUD Kota Padangsidimpuan melalui salah satu fungsinya yaitu perencanaan. Gambaran mengenai perencanaan obat di RSUD Kota Padangsidimpuan diperoleh dengan memperhatikan masukan (input), proses (process) dan keluaran (output) dari kegiatan perencanaan obat. Menurut Azwar (1996), masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem yang berfungsi mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan, dan keluaran (output) adalah bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem tersebut.

Manajemen pendukung :

• Organisasi

• Pembiayaan

• Manajemen Informasi

• Sumber daya manusia

Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori serta mengacu pada Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit menurut Kemenkes RI tahun 2010, maka peneliti merumuskan kerangka pikir penelitian melalui pendekatan sistem adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan gambar diatas, dapat dirumuskan definisi fokus penelitian, sebagai berikut :

1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam melaksanakan perencanaan obat di RSUD Kota Padamgsidimpuan, meliputi :

a. Sumber daya manusia adalah orang-orang yang terlibat dalam perencanaan obat di rumah sakit.

b. Prosedur adalah tahapan untuk melakukan perencanaan obat secara tertulis.

c. Metode adalah cara yang digunakan untuk melakukan perencanaan obat di rumah sakit.

OUTPUT PROCESS

INPUT

d. Data adalah bahan acuan atau informasi untuk melakukan perencanaan obat.

2. Proses (process) adalah kegiatan-kegiatan dalam perencanaan obat di RSUD Kota Padangsidimpuan, meliputi :

a. Pemilihan jenis obat adalah proses yang dilakukan untuk menentukan jenis obat yang dibutuhkan di rumah sakit.

b. Penentuan jumlah obat adalah proses yang dilakukan untuk menentukan jumlah obat yang dibutuhkan.

3. Keluaran (output) adalah hasil dari perencanaan obat yaitu kebutuhan obat tahun yang akan datang.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif interaktif karena penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2012).

3.2. Lokasidan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Padangsidimpuan, karena dalam manajemen perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan belum berjalan secara optimal.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini di mulai pada bulan Januari s/d bulan Agustus 2017.

3.3 Sumber Informasi Penelitian

Untuk mendapatkan data yang tepat perlu juga ditentukan sumber informasi yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan data (purposive). Dengan demikian penentuan informasi dilakukan dengan teknik purposive sampling, karena penentuan sumber informasi secara purposive sampling cocok dengan penelitian kualitatif (Sugiyono, 2009).

Teknik Purposive Sampling, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang mengetahui permasalahan dengan jelas, mampu mengemukakan pendapat secara baik dan benar, dapat dipercaya untuk dapat menjadi sumber data

yang baik serta bersedia dan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu pelaksanaan manajemen perencanaan obat di instalasi farmasi rumah sakit terkait.

Tabel 3.1 Informan Petugas Rumah Sakit

No Jabatan Pendidikan Jenis Kelamin Umur (Tahun) 1 Wakil Direktur Pelayanan

Medis

S2 Perempuan 54

2 Kepala Instalasi Farmasi S1 Perempuan 37

3 Staf Perencanaan Obat D3 Perempuan 30

4 Staf Gudang Instalasi Farmasi

D3 Perempuan 30

Berdasarkan tabel diatas dilihat bahwa jumlah informan petugas rumah sakit yang telah diwawancarai terdiri dari 4 informan, terdiri dari seorang informan Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medis RSUD Kota Padangsidimpuan yang berusia 54 tahun dengan pendidikan S2, seorang informan Kepala Instalasi Farmasi berusia 37 tahun dengan pendidikan S1, seorang informan Staf Perencanaan Obat berusia 30 tahun dengan pendidikan D3, seorang informan Staf Gudang Instalasi Farmasi berusi 30 tahun dengan pendidikan D3.

3.4. MetodePengumpulan Data 3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi : 1. Data Primer

Pada penelitian ini, data primer diperoleh melalui hasil observasi/pengamatan dan wawancara mendalam (Indepth Interview) dengan

cara mengajukan sejumlah pertanyaan kepada informan yang dijadikan objek penelitian.

2. Data Sekunder

Pada penelitian ini, data sekunder diperoleh dari dokumen instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan dan referensi dari buku-buku serta hasil penelitian yang berhubungan dengan manajemen pengelolaan obat di instalasi farmasi rumah sakit.

3.4.2 Instrumen Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif yaitu instrument penelitian adalah peneliti sendiri. Dalam wawancara mendalam (Indepth Interview) peneliti menggunakan pedoman wawancara mendalam disertai dengan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan menggunakan alat bantu berupa voice recorder, notes dan alat tulis.

3.5 Definisi Operasional

Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam kegiatan pengelolaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsisimpuan, meliputi:

1. Sumber Daya Manusia atau Tenaga adalah orang dengan latar belakang ahli dibidang kefarmasian yang bertugas mengelola obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan.

2. Metode adalah cara yang digunakan untuk merumuskan atau menyusun perencanaan obat meliputi penentuan dan jenis obat.

3. Data adalah dokumen yang digunakan sebagai patokan dalam merencanakan kebutuhan obat.

Proses (process) adalah pelaksanaan atau tahapan yang harus dilakukan untuk merencanakan kebutuhan obat, meliputi : pemilihan dan penentuan jumlah obat.

a. Pemilihan jenis obat adalah pelaksanaan perencanaan jenis obat yang sesuai dengan data katalog elektronik dan formularium nasional sehingga obat yang diadakan sesuai dengan kebutuhan.

b. Penentuan jumlah obat adalah cara atau proses menghitung kebutuhan obat dengan menggunakan metode konsumsi atau morbiditas sehingga obat yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan.

Keluaran (output) adalah hasil dari input dan proses yaitu berupa terpenuhinya kebutuhan obat padatahun yang akan datang.

3.6 Triangulasi

Untuk menjaga validitas data maka dilakukan dengan triangulasi sumber yang berarti mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama, yakni dengan memilih informan yang dianggap dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Sugiyono, 2009).

3.7 Metode Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009) analisa data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu:

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan Kesimpulan/verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan yang sebelumnya belum pernah ada.Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Berdirinya RSUD Kota Padangsidimpuan

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu rumah sakit milik Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara yang didirikan pada tahun 1937 yang memiliki wilayah area lahan rumah sakit seluas 32.206 m2, dimana letak bangunannya berada di Jl. Dr. Ferdinand LumbanTobing, Kelurahan Wek IV Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Tanggal 22 Februari 1979 Nomor 51/MENKES/SK/11/1979 Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan ditetapkan sebagai rumah sakit berstatus tipe “C”, dan dengan struktur hirarki rumah sakit milik Pemerintah daerah telah ditetapkan dalam keputusan Gubernur Sumatera Utara Tanggal 10 Maret 1983 Nomor : 061-1-1-58/K/Tahun 1983 tentang Susunan dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Kota Padangsidimpuan, selanjutnya dikembangkan dalam Keputusan Gubernur Sumatera Utara tanggal 21 Juni 1996 No. 11 Tahun 1996.

Untuk memenuhi perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang terus menerus meningkat disertai dengan keberhasilan pengolahan dan pembangunan yang dilaksanakan, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan dinaikkan kelasnya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Tipe

“B” Non Pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No : 316/MENKES/SK/IV/1999 tanggal 23 April 1999. Dengan persetujuan Menteri Dalam Negeri No : 061/1732/SJ/1999 tanggal 23 Juli 1999, kemudian dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan dengan Nomor Surat Keputusan No : 8 Tahun 1999.

Seiring dengan dikeluarkannya Undang-undang No.4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Padangsidimpuan, maka Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan menjadi Lembaga Teknis Daerah berbentuk Badan milik Pemerintah Kota Padangsidimpuan, sesuai dengan Peraturan Daerah kota Padangsidimpuan No.05 Tahun 2003 yang kemudian berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan sesuai dengan Peraturan Walikota Padangsidimpuan Nomor : 33/PW/2008 tanggal 03 November Tahun 2008 dan dipimpin seorang Direktur dan dibantu 3 Wakil Direktur.

4.1.2 Visi, Misi, Motto dan Tujuan RSUD Kota Padangsidimpuan

Dalam melaksanakan tugasnya RSUD Kota Padangsidimpuan memiliki visi dan misi serta motto dan tujuan, yaitu :

a. Visi

Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan sebagai rumah sakit dambaan masyarakat yang mampu bersaing.

b. Misi

Misi Rumah Sakit Umum daerah kota Padangsidimpuan, yaitu :

1. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia pada semua lini pelayanan di rumah sakit dalam rangka pencapaian standar pelayanan minimal.

2. Mengembangkan pembangunan gedung rumah sakit mengacu kepada master plan secara bertahap, melengkapi peralatan medis dan non medis serta pengembangan fasilitas-fasilitas umum rumahsakit.

3. Mengembangkan pelayanan-pelayanan unggulan yang mampu menjawab tuntutan masyarakat dan meningkatkan daya saing di wilayah pantai barat.

c. Motto

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan memiliki motto :

“ Rumah dalam pelayanan profesional dan tindakan”.

d. Tujuan

Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah kota padangsidimpuan, yaitu :

1. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia pada semua lini pelayanan di rumah sakit dalam rangka pencapaian standar pelayanan minimal.

2. Tercapainya RSUD dengan pelayanan profesional, aman, nyaman dan menyenangkan.

3. Terwujudnya pembangunan gedung rumah sakit mengacu kepada master plan dan tersedianya peralatan medis dan non medis yang memadai.

4. Tersedianya pelayanan unggulan dalam bidang kesehatan.

5. Meningkatkan daya saing minimal pantai barat.

4.1.3 Instalasi Farmasi merupakan salah satu bagian di RSUD Kota Padangsidimpuan

Instalasi farmasi merupakan salah satu bagian penting di rumah sakit.

Instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan memberikan pelayanan kefarmasian serta menjamin ketersediaan obat-obatan melalui manajemen farmasi. Untuk pegawai di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan berjumlah 13 orang dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 4.1 Sumber Daya Manusia di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

No Pekerjaan Jumlah

(orang)

1 Apoteker 3

2 Sarjana farmasi 2

3 Asisten apoteker 5

4 Tenaga administrasi 2

5 Operator komputer 1

Total 13

Sumber: Profil RSUD Kota Padangsidimpuan tahun 2017

Letak instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan berada di sebelah kiri pintu masuk dan apotek berada satu tempat dengan gudang penyimpanan obat yang memudahkan pelayanan kefarmasian.

Struktur organisasi pada instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan seperti pada skema berikut ini:

(Gambar 4.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi) Sumber: profil RSUD Kota Padangsidimpuan tahun 2017

4.2 Input Dalam Perencanaan Kebutuhan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Input adalah semua yang dibutuhkan dan mendukung dalam melaksanakan proses perencanaan obat agar dapat berjalan dengan baik, meliputi : SDM, Metode dan Data. Berikut ini hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan di RSUD Kota Padangsidimpuan mengenai input dalam perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi, adalah sebagai berikut:

4.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Terkait Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

tugas dan fungsi pokok dari masing-masing informan yaitu, untuk wadir pelayanan memiliki tugas sebagai pejabat teknis yang bertanggungjawab di bidang kefarmasian dan dibantu oleh kepala Instalasi menyusun rencana kebutuhan obat. Untuk tugas kepala instalasi farmasi sendiri yaitu menyusun rencana kebutuhan obat dengan akurat, dibawah pejabat teknis untuk merencanakan obat, pengadaan obat, dan memantau proses pelayanan kefarmasian di instalasi farmasi. Staf perencanaan memiliki tugas merencanakan obat sesuai dengan formularium rumah sakit dan katalog elektronik.

4.2.2 Sumber Daya Manusia di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Terkait sumber daya manusia di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan, diperoleh informasi bahwa sumber daya manusia di instalasi farmasi berjumlah 13 orang dengan jumlah apoteker dan asisten farmasi yang masih kurang dengan perbandingan 1 : 3 sehingga dibutuhkan penambahan tenaga apoteker dan asisten farmasi untuk memaksimalkan kinerja pelayanan. Kemudian belum ada pembentukan tim perencanaan obat secara tertulis atau resmi dengan surat keputusan yang ditetapkan oleh direktur rumah sakit. Pejabat teknis dan kepala instalasi farmasi hanya memberi tanggung jawab kepada staf perencanaan obat dan apoteker yang berada di instalasi farmasi untuk mengadakan rapat terkait penyusunan kebutuhan obat.

Salah satu bentuk pengembangan sumber daya mansuia adalah dengan melakukan pelatihan, tujuannya adalah lebih meningkatkan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki. RSUD Kota Padangsidimpuanpelatihan sudah pernah dilakukan, namun penyelenggaranya bukan dari rumah sakit melainkan dari provinsi sumatera utara berupa seminar dan workshop.

4.2.3 Metode Dalam Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Dalam melakukan perencanaan obat menggunakan metode konsumsi yang berdasarkan data konsumsi obat tahun lalu. Maka metode yang digunakan dalam perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan yaitu menggunakan metode konsumsi.

4.2.4 Data Dalam Proses Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Data yang dijadikan acuan dalam menyusun perencanaan obat adalah data formularium nasional, data formularium rumah sakit, data kunjungan pasien, data resep dokter dan data konsumsi obat tahun lalu.Kemudian staf kefarmasian bertugas untuk mencatat data obat yang masuk dan obat yang keluar sehingga data tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan obat.

Untuk pencatatan dilakukan setiap hari oleh pihak gudang dan untuk pelaporan ke direktur ada pelaporan bulanan dan tahunan, namun sering juga terjadi pencatatn yang tidak lengkap sehingga menyulitkan dalam perencanaan, keluar masuknya obat juga dicatat di kartu stok setiap hari kemudian diberikan kepada instalasi untuk dilakukan rekapitulasi.Pencatatan dan pelaporan terkadang

tidak sesuai dengan jumlah stok kebutuhan obat dikarenakan pencatatan dan pelaporan yang tidak lengkap.

4.3 Proses Dalam Perencanaan Kebutuhan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Proses adalah pelaksanaan ataupun tahapan yang harus dilakukan untuk merencanakan kebutuhan obat. Adapun proses atau tahapan yang dilakukan dalam kebutuhan obat di instalasi farmasi yaitu pemilihan jenis obat dan perhitungan kebutuhan obat.

4.3.1 Tahapan Dalam Perencanaan Kebutuhan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Dalam proses perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi RSUD Kota padangsidimpuan, kepala instalasi menyusun rencana kebutuhan obat yang akurat untuk satu tahun, mengurangi obat yang tidak terpakai lagi didalam formularium rumah sakit, selanjutnya setelah rencana kebutuhan obat disusun diadakan secara e-purchasing atau e-katalog, kemudian kalau obatnya tidak ada di e-purchasing atau e-katalog kita pesan ke distributor dengan memperhatikanstok obat yang sisa dan menggunakan metode konsumsi dengan mengacu pada rata-rata kunjungan pasiendan selanjutnya diketahui oleh wadir pelayanan dan disetujui oleh direktur untuk dilakukan pengadaan obat.

4.3.2 Pemilihan Jenis Obat Dalam Perencanaan Kebutuhan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Pemilihan jenis obat mengacu kepada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), Formularium Nasional, dan elektronik katalog, pemilihan obat bertujuan

untuk mengetahui kesesuaian obat dengan jumlah pasien. Adapun perencanaan obat berdasarkan e-katalog dan formularium rumah sakit.

4.3.3 Penentuan Jumlah Obat Dalam Proses Perencanaan Kebutuhan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Untuk penentuan jumlah obat berdasarkan review tahun lalu atau konsumsi obat tahun lalu kemudian disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit.

Maka penentuan jumlah obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan menggunakan metode konsumsi. Selanjutnya untuk perhitungan kebutuhan obat dengan metode konsumsi berdasarkan perhitungan kebutuhan obat yang akan datang selama 18 bulan dengan 6 bulan untuk buffer stock.

4.4 Output Dalam Perencanaan Kebutuhan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa terdapat beberapa jenis obat yang mengalami kekosongan di rumah sakit. Kekosongan obat di rumah sakit dapat disebabkan karena berbagai hal, salah satunya yaitu pada sistem pengadaan secara elektronik (e-catalogue).

Manajemen perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan belum dilakukan secara optimal dan penggunaan data yang belum lengkap dan akurat.Output dalam perencanaan kebutuhan obat berupa terpenuhinya kebutuhan obat tahun 2017 dengan efektif dan efisien.

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Masukan (Input)

Masukan atau input adalah semua yang dibutuhkan dan mendukung dalam melaksanakan proses perencanaan obat di rumah sakit. Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai masukan dalam perencanaan kebutuhan obat yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), Metode dan Data.

5.1.1. Sumber Daya manusia (SDM)

Sumber daya manusia (SDM) merupakan komponen utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dalam setiap aktivitas organisasi, dengan adanya SDM maka organisasi dapat mencapai tujuan organisasi. Salah satu factor keberhasilan suatu kegiatan manajemen yaitu tersedianya SDM yang cukup, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. SDM yang kurang akan mengakibatkan pelayanan tidak dapat diselesaikan secara optimal dengan cepat dan tepat pada waktunya.

Berdasarkan penelitian Moleong, dkk (2013), menyatakan bahwa seharusnya di rumah sakit dibentuk tim perencanaan obat terpadu yang terdiri dari kepala instalasi farmasi dokter-dokter, kepala bidang perencanaan, kepala bidang pengadaan dan kepala bagian keuangan, sehingga dalam menyusun rencana kebutuhan obat dapat mengacu pada anggaran yang tersedia untuk setiap tahunnya dan kebutuhan untuk terapi. Tim perencanaan obat terpadu perlu membahas perencanaan kebutuhan obat melalui pertemuan rutin, segingga dapat meminimalisasi ketidakakuratan dalam perencanaan kebutuhan obat.

Berdasarkan hasil pengamatan, Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan tidak memiliki tim perencanaan obat yang secara resmi dibentuk. Perencanaan obat dilakukan oleh kepala instalasi farmasi dan dibantu oleh kepala gudang farmasi serta staf perencanaan obat tanpa ada Surat Keputusan penunjukan secara tertulis untuk menjadi tim perencana obat.

SDM yang berperan dalam perencanaan obat di RSUD Kota Padangsidimpuan adalah kepala instalasi farmasi dengan tugas dan tanggungjawabnya yaitu memantau obat-obat yang keluar dari apotik farmasi, melakukan rekap data pemakaian obat, dan membuat usulan rencana kebutuhan obat yang akan datang bersama dengan kepala gudang farmasi. Bagian farmasi juga berkoordinasi dengan bagian pelayanan medik, karena para dokter sebagai userada juga yang mengajukan permintaan obat kepada bagian pelayanan. Tugas dan tanggung jawab bagian obat adalah menerima usulan kebutuhan obat yang diajukan farmasi lalu akan memutuskan mengenai berapa jumlah obat yang akan diadakan karena tergantung dari dana rumah sakit yang tersedia. Jika dana tidak mencukupi, maka dilakukan pengurangan jumlah obat yang akan diadakan dengan melakukan koordinasi kembali dengan bagian farmasi. Sebelum melakukan pengadaan obat, staf perencana obat akan melaporkan kepada kepala instalasi farmasi dan kemudian diserahkan kepada direktur rumah sakit dan meminta persetujuannya, sesuai dengan tugas dan tanggungjawab dalam pengeluaran dana di rumah sakit.

Selanjutnya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan SDM perencana obat sehingga produktifitasnya dapat lebih optimal, maka

diperlukan pengembangan SDM instalasi farmasi rumah sakit. Pelatihan merupakan salah satu upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas dalam rangka meningkatkan mutu dan kinerja petugas. Dengan meningkatnya kualitas tenaga perencana obat, maka diharapkan ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pelayanan kefarmasian yang bermutu dalam rangka mewujudkan penggunaan obat yang rasional dapat tercapai (Kemenkes RI, 2010).

Berdasarkan hasil wawancara di RSUD Kota Padangsidimpuan bahwa pelatihan belum pernah dilaksanakan oleh pihak rumah sakit kepada bagian instalasi farmasi. Dengan tidak adanya pelatihan yang diberikan, maka kemampuan tenaga perencana tidak akan mengalami peningkatan, sehingga mengakibatkan perencanaan obat di rumah sakit tidak berjalan secara efektif dan efisien.

5.1.2 Metode

Perencanaan kebutuhan obat dapat dilakukan melalui metode Konsumsi dan metode Morbiditas/Epidemiologi. Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data riel konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah perbekalan farmasi yang dibutuhkan adalah pengumpulan dan pengolahan data, analisa data untuk informasi dan evaluasi, perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi, dan penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi dana.

Sedangkan metode morbiditas/epidemiologi adalah perhitungan kebutuhan

perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan waktu tunggu (lead time).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan sumber informan, didapat bahwa metode yang digunakan dalam perencaan kebutuhan di instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan hanya melihat dari pemakaian obat tahun lalu saja. Sehinggan penggunaan metode tersebut belum dapat dikatakan metode

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan sumber informan, didapat bahwa metode yang digunakan dalam perencaan kebutuhan di instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan hanya melihat dari pemakaian obat tahun lalu saja. Sehinggan penggunaan metode tersebut belum dapat dikatakan metode