• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.7 Metode Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009) analisa data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu:

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan Kesimpulan/verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan yang sebelumnya belum pernah ada.Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Berdirinya RSUD Kota Padangsidimpuan

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu rumah sakit milik Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara yang didirikan pada tahun 1937 yang memiliki wilayah area lahan rumah sakit seluas 32.206 m2, dimana letak bangunannya berada di Jl. Dr. Ferdinand LumbanTobing, Kelurahan Wek IV Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Tanggal 22 Februari 1979 Nomor 51/MENKES/SK/11/1979 Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan ditetapkan sebagai rumah sakit berstatus tipe “C”, dan dengan struktur hirarki rumah sakit milik Pemerintah daerah telah ditetapkan dalam keputusan Gubernur Sumatera Utara Tanggal 10 Maret 1983 Nomor : 061-1-1-58/K/Tahun 1983 tentang Susunan dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Kota Padangsidimpuan, selanjutnya dikembangkan dalam Keputusan Gubernur Sumatera Utara tanggal 21 Juni 1996 No. 11 Tahun 1996.

Untuk memenuhi perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang terus menerus meningkat disertai dengan keberhasilan pengolahan dan pembangunan yang dilaksanakan, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan dinaikkan kelasnya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Tipe

“B” Non Pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No : 316/MENKES/SK/IV/1999 tanggal 23 April 1999. Dengan persetujuan Menteri Dalam Negeri No : 061/1732/SJ/1999 tanggal 23 Juli 1999, kemudian dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan dengan Nomor Surat Keputusan No : 8 Tahun 1999.

Seiring dengan dikeluarkannya Undang-undang No.4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Padangsidimpuan, maka Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan menjadi Lembaga Teknis Daerah berbentuk Badan milik Pemerintah Kota Padangsidimpuan, sesuai dengan Peraturan Daerah kota Padangsidimpuan No.05 Tahun 2003 yang kemudian berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan sesuai dengan Peraturan Walikota Padangsidimpuan Nomor : 33/PW/2008 tanggal 03 November Tahun 2008 dan dipimpin seorang Direktur dan dibantu 3 Wakil Direktur.

4.1.2 Visi, Misi, Motto dan Tujuan RSUD Kota Padangsidimpuan

Dalam melaksanakan tugasnya RSUD Kota Padangsidimpuan memiliki visi dan misi serta motto dan tujuan, yaitu :

a. Visi

Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan sebagai rumah sakit dambaan masyarakat yang mampu bersaing.

b. Misi

Misi Rumah Sakit Umum daerah kota Padangsidimpuan, yaitu :

1. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia pada semua lini pelayanan di rumah sakit dalam rangka pencapaian standar pelayanan minimal.

2. Mengembangkan pembangunan gedung rumah sakit mengacu kepada master plan secara bertahap, melengkapi peralatan medis dan non medis serta pengembangan fasilitas-fasilitas umum rumahsakit.

3. Mengembangkan pelayanan-pelayanan unggulan yang mampu menjawab tuntutan masyarakat dan meningkatkan daya saing di wilayah pantai barat.

c. Motto

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan memiliki motto :

“ Rumah dalam pelayanan profesional dan tindakan”.

d. Tujuan

Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah kota padangsidimpuan, yaitu :

1. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia pada semua lini pelayanan di rumah sakit dalam rangka pencapaian standar pelayanan minimal.

2. Tercapainya RSUD dengan pelayanan profesional, aman, nyaman dan menyenangkan.

3. Terwujudnya pembangunan gedung rumah sakit mengacu kepada master plan dan tersedianya peralatan medis dan non medis yang memadai.

4. Tersedianya pelayanan unggulan dalam bidang kesehatan.

5. Meningkatkan daya saing minimal pantai barat.

4.1.3 Instalasi Farmasi merupakan salah satu bagian di RSUD Kota Padangsidimpuan

Instalasi farmasi merupakan salah satu bagian penting di rumah sakit.

Instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan memberikan pelayanan kefarmasian serta menjamin ketersediaan obat-obatan melalui manajemen farmasi. Untuk pegawai di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan berjumlah 13 orang dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 4.1 Sumber Daya Manusia di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

No Pekerjaan Jumlah

(orang)

1 Apoteker 3

2 Sarjana farmasi 2

3 Asisten apoteker 5

4 Tenaga administrasi 2

5 Operator komputer 1

Total 13

Sumber: Profil RSUD Kota Padangsidimpuan tahun 2017

Letak instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan berada di sebelah kiri pintu masuk dan apotek berada satu tempat dengan gudang penyimpanan obat yang memudahkan pelayanan kefarmasian.

Struktur organisasi pada instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan seperti pada skema berikut ini:

(Gambar 4.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi) Sumber: profil RSUD Kota Padangsidimpuan tahun 2017

4.2 Input Dalam Perencanaan Kebutuhan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Input adalah semua yang dibutuhkan dan mendukung dalam melaksanakan proses perencanaan obat agar dapat berjalan dengan baik, meliputi : SDM, Metode dan Data. Berikut ini hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan di RSUD Kota Padangsidimpuan mengenai input dalam perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi, adalah sebagai berikut:

4.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Terkait Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

tugas dan fungsi pokok dari masing-masing informan yaitu, untuk wadir pelayanan memiliki tugas sebagai pejabat teknis yang bertanggungjawab di bidang kefarmasian dan dibantu oleh kepala Instalasi menyusun rencana kebutuhan obat. Untuk tugas kepala instalasi farmasi sendiri yaitu menyusun rencana kebutuhan obat dengan akurat, dibawah pejabat teknis untuk merencanakan obat, pengadaan obat, dan memantau proses pelayanan kefarmasian di instalasi farmasi. Staf perencanaan memiliki tugas merencanakan obat sesuai dengan formularium rumah sakit dan katalog elektronik.

4.2.2 Sumber Daya Manusia di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Terkait sumber daya manusia di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan, diperoleh informasi bahwa sumber daya manusia di instalasi farmasi berjumlah 13 orang dengan jumlah apoteker dan asisten farmasi yang masih kurang dengan perbandingan 1 : 3 sehingga dibutuhkan penambahan tenaga apoteker dan asisten farmasi untuk memaksimalkan kinerja pelayanan. Kemudian belum ada pembentukan tim perencanaan obat secara tertulis atau resmi dengan surat keputusan yang ditetapkan oleh direktur rumah sakit. Pejabat teknis dan kepala instalasi farmasi hanya memberi tanggung jawab kepada staf perencanaan obat dan apoteker yang berada di instalasi farmasi untuk mengadakan rapat terkait penyusunan kebutuhan obat.

Salah satu bentuk pengembangan sumber daya mansuia adalah dengan melakukan pelatihan, tujuannya adalah lebih meningkatkan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki. RSUD Kota Padangsidimpuanpelatihan sudah pernah dilakukan, namun penyelenggaranya bukan dari rumah sakit melainkan dari provinsi sumatera utara berupa seminar dan workshop.

4.2.3 Metode Dalam Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Dalam melakukan perencanaan obat menggunakan metode konsumsi yang berdasarkan data konsumsi obat tahun lalu. Maka metode yang digunakan dalam perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan yaitu menggunakan metode konsumsi.

4.2.4 Data Dalam Proses Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Data yang dijadikan acuan dalam menyusun perencanaan obat adalah data formularium nasional, data formularium rumah sakit, data kunjungan pasien, data resep dokter dan data konsumsi obat tahun lalu.Kemudian staf kefarmasian bertugas untuk mencatat data obat yang masuk dan obat yang keluar sehingga data tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan obat.

Untuk pencatatan dilakukan setiap hari oleh pihak gudang dan untuk pelaporan ke direktur ada pelaporan bulanan dan tahunan, namun sering juga terjadi pencatatn yang tidak lengkap sehingga menyulitkan dalam perencanaan, keluar masuknya obat juga dicatat di kartu stok setiap hari kemudian diberikan kepada instalasi untuk dilakukan rekapitulasi.Pencatatan dan pelaporan terkadang

tidak sesuai dengan jumlah stok kebutuhan obat dikarenakan pencatatan dan pelaporan yang tidak lengkap.

4.3 Proses Dalam Perencanaan Kebutuhan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Proses adalah pelaksanaan ataupun tahapan yang harus dilakukan untuk merencanakan kebutuhan obat. Adapun proses atau tahapan yang dilakukan dalam kebutuhan obat di instalasi farmasi yaitu pemilihan jenis obat dan perhitungan kebutuhan obat.

4.3.1 Tahapan Dalam Perencanaan Kebutuhan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Dalam proses perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi RSUD Kota padangsidimpuan, kepala instalasi menyusun rencana kebutuhan obat yang akurat untuk satu tahun, mengurangi obat yang tidak terpakai lagi didalam formularium rumah sakit, selanjutnya setelah rencana kebutuhan obat disusun diadakan secara e-purchasing atau e-katalog, kemudian kalau obatnya tidak ada di e-purchasing atau e-katalog kita pesan ke distributor dengan memperhatikanstok obat yang sisa dan menggunakan metode konsumsi dengan mengacu pada rata-rata kunjungan pasiendan selanjutnya diketahui oleh wadir pelayanan dan disetujui oleh direktur untuk dilakukan pengadaan obat.

4.3.2 Pemilihan Jenis Obat Dalam Perencanaan Kebutuhan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Pemilihan jenis obat mengacu kepada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), Formularium Nasional, dan elektronik katalog, pemilihan obat bertujuan

untuk mengetahui kesesuaian obat dengan jumlah pasien. Adapun perencanaan obat berdasarkan e-katalog dan formularium rumah sakit.

4.3.3 Penentuan Jumlah Obat Dalam Proses Perencanaan Kebutuhan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Untuk penentuan jumlah obat berdasarkan review tahun lalu atau konsumsi obat tahun lalu kemudian disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit.

Maka penentuan jumlah obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan menggunakan metode konsumsi. Selanjutnya untuk perhitungan kebutuhan obat dengan metode konsumsi berdasarkan perhitungan kebutuhan obat yang akan datang selama 18 bulan dengan 6 bulan untuk buffer stock.

4.4 Output Dalam Perencanaan Kebutuhan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa terdapat beberapa jenis obat yang mengalami kekosongan di rumah sakit. Kekosongan obat di rumah sakit dapat disebabkan karena berbagai hal, salah satunya yaitu pada sistem pengadaan secara elektronik (e-catalogue).

Manajemen perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan belum dilakukan secara optimal dan penggunaan data yang belum lengkap dan akurat.Output dalam perencanaan kebutuhan obat berupa terpenuhinya kebutuhan obat tahun 2017 dengan efektif dan efisien.

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Masukan (Input)

Masukan atau input adalah semua yang dibutuhkan dan mendukung dalam melaksanakan proses perencanaan obat di rumah sakit. Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai masukan dalam perencanaan kebutuhan obat yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), Metode dan Data.

5.1.1. Sumber Daya manusia (SDM)

Sumber daya manusia (SDM) merupakan komponen utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dalam setiap aktivitas organisasi, dengan adanya SDM maka organisasi dapat mencapai tujuan organisasi. Salah satu factor keberhasilan suatu kegiatan manajemen yaitu tersedianya SDM yang cukup, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. SDM yang kurang akan mengakibatkan pelayanan tidak dapat diselesaikan secara optimal dengan cepat dan tepat pada waktunya.

Berdasarkan penelitian Moleong, dkk (2013), menyatakan bahwa seharusnya di rumah sakit dibentuk tim perencanaan obat terpadu yang terdiri dari kepala instalasi farmasi dokter-dokter, kepala bidang perencanaan, kepala bidang pengadaan dan kepala bagian keuangan, sehingga dalam menyusun rencana kebutuhan obat dapat mengacu pada anggaran yang tersedia untuk setiap tahunnya dan kebutuhan untuk terapi. Tim perencanaan obat terpadu perlu membahas perencanaan kebutuhan obat melalui pertemuan rutin, segingga dapat meminimalisasi ketidakakuratan dalam perencanaan kebutuhan obat.

Berdasarkan hasil pengamatan, Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan tidak memiliki tim perencanaan obat yang secara resmi dibentuk. Perencanaan obat dilakukan oleh kepala instalasi farmasi dan dibantu oleh kepala gudang farmasi serta staf perencanaan obat tanpa ada Surat Keputusan penunjukan secara tertulis untuk menjadi tim perencana obat.

SDM yang berperan dalam perencanaan obat di RSUD Kota Padangsidimpuan adalah kepala instalasi farmasi dengan tugas dan tanggungjawabnya yaitu memantau obat-obat yang keluar dari apotik farmasi, melakukan rekap data pemakaian obat, dan membuat usulan rencana kebutuhan obat yang akan datang bersama dengan kepala gudang farmasi. Bagian farmasi juga berkoordinasi dengan bagian pelayanan medik, karena para dokter sebagai userada juga yang mengajukan permintaan obat kepada bagian pelayanan. Tugas dan tanggung jawab bagian obat adalah menerima usulan kebutuhan obat yang diajukan farmasi lalu akan memutuskan mengenai berapa jumlah obat yang akan diadakan karena tergantung dari dana rumah sakit yang tersedia. Jika dana tidak mencukupi, maka dilakukan pengurangan jumlah obat yang akan diadakan dengan melakukan koordinasi kembali dengan bagian farmasi. Sebelum melakukan pengadaan obat, staf perencana obat akan melaporkan kepada kepala instalasi farmasi dan kemudian diserahkan kepada direktur rumah sakit dan meminta persetujuannya, sesuai dengan tugas dan tanggungjawab dalam pengeluaran dana di rumah sakit.

Selanjutnya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan SDM perencana obat sehingga produktifitasnya dapat lebih optimal, maka

diperlukan pengembangan SDM instalasi farmasi rumah sakit. Pelatihan merupakan salah satu upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas dalam rangka meningkatkan mutu dan kinerja petugas. Dengan meningkatnya kualitas tenaga perencana obat, maka diharapkan ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pelayanan kefarmasian yang bermutu dalam rangka mewujudkan penggunaan obat yang rasional dapat tercapai (Kemenkes RI, 2010).

Berdasarkan hasil wawancara di RSUD Kota Padangsidimpuan bahwa pelatihan belum pernah dilaksanakan oleh pihak rumah sakit kepada bagian instalasi farmasi. Dengan tidak adanya pelatihan yang diberikan, maka kemampuan tenaga perencana tidak akan mengalami peningkatan, sehingga mengakibatkan perencanaan obat di rumah sakit tidak berjalan secara efektif dan efisien.

5.1.2 Metode

Perencanaan kebutuhan obat dapat dilakukan melalui metode Konsumsi dan metode Morbiditas/Epidemiologi. Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data riel konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah perbekalan farmasi yang dibutuhkan adalah pengumpulan dan pengolahan data, analisa data untuk informasi dan evaluasi, perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi, dan penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi dana.

Sedangkan metode morbiditas/epidemiologi adalah perhitungan kebutuhan

perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan waktu tunggu (lead time).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan sumber informan, didapat bahwa metode yang digunakan dalam perencaan kebutuhan di instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan hanya melihat dari pemakaian obat tahun lalu saja. Sehinggan penggunaan metode tersebut belum dapat dikatakan metode konsumsi ataupun metode epidemiologi yang seharusnya.

5.1.3 Data

Data yang dibutuhkan untuk menggunakan metode konsumsi yaitu daftar obat yang dibutuhkan, stok awal, sisa stok, penerimaan dan pengeluaran, sisa stok, obat hilang/rusak atau kadaluarsa, kekosongan obat, pemakaian rata-rata pertahun, indeks musiman, waktu tunggu, stok pengaman dan pengembangan pola pengunjung. Sedangkan pada metode epidemiologi, data yang dipersiapkan adalah data jumlah kunjungan, pola penyakit, frekuensi kejadian masing-masing penyakit per tahun serta menggunakan formularium rumah sakit dan standar pengobatan yang ada.

Data yang digunakan untuk melakukan perencanaan obat diperoleh dari kartu stok yang ada di gudang farmasi, yaitu untuk data stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat yang kadaluarsa, obat yang mengalami kekosongan dan pemakaian rata-rata tahunan. Tetapi untuk data perkembangan pola kunjungan, itu diperoleh dari apotik pelayanan farmasi dan untuk data jumlah penduduk yang dilayani dan jumlah kunjungan kasus penyakit diperoleh dari bagian rekam medis. Untuk data alokasi dana dan anggaran yang tersedia untuk

kebutuhan obat di rumah sakit hanya diketahui oleh bagian perencanaan rumah sakit atau bagian seksi penyusunan program, sedangkan bagian farmasi tidak pengetahuinya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan sumber informan, didapat bahwa data yang digunakan untuk melakukan perencanaan kebutuhan obat di RSUD Kota Padangsidimpuan adalah formularium nasional, formularium rumah sakit dan data resep yang diberikan dokter. Data yang digunakan tersebut belum sesuai dengan data yang seharusnya dibutuhkan. Karena data yang digunakan belum lengkap, maka hal ini akan berpengaruh dalam melakukan perencanaan kebutuhan obat yang akan berakibat terhadap ketersediaan obat seperti kekurangan dan kelebihan jumlah obat.

5.2 Proses (Process)

Menurut Febriawati (2013), proses perencanaan obat terdiri dari kegiatan pemilihan jenis obat dan perhitungan perkiraan jumlah kebutuhan obat.

Perencanaan dilakukan secara optimal sehingga perbekalan farmasi dapat digunakan secara efektif dan efisien.

5.2.1 Pemilihan Jenis Obat

Berdasarkan Kemenkes RI tahun 2010, pemilihan jenis obat berfungsi sebagai penentu apakah perbekalan obat benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien atau kunjungan dan pola penyakit di rumah sakit. Pemilihan jenis obat di rumah sakit merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) sesuai dengan kelas rumah sakit masing-masing, formularium rumah sakit, formularium jaminan kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara, pemilihan jenis obat di RSUD Kota Padangsidimpuan berdasarkan review tahun lalu dan disesuaikan dengan daftar obat yang ada di e-katalog. Selain itu, dalam melakukan pemilihan jenis obat rumah sakit juga merujuk kepada formularium nasional dan formularium rumah sakit. Manfaat formularium yaitu sebagai acuan penetapan penggunaan obat, meningkatkan penggunaan obat yang rasional, dapat juga mengendalikan mutu dan biaya pengobatan, serat mengoptimalkan pelayanan kepada pasien.

Formularium juga dapat memudahkan perencanaan dan penyediaan obat, serta meningkatkan efisiensi anggaran pelayanan kesehatan (Permenkes RI No. 58 tahun 2014).

5.2.2 Penentuan Jumlah Obat

Langkah-langkah dalam menentukan dan menghitung perkiraan kebutuhan obat adalah dimulai dengan menghitung pemakaian nyata per tahun, menghitung perkiraan pemakaian rata-rata jumlah obat per bulan, menghitung kekurangan obat yaitu jumlah obat yang diperlukan saat terjadi kekosongan obat, menghitung kebutuhan obat sesungguhnya per tahun, menghitung kebutuhan obat tahun yang akan dating, menghitung waktu tunggu, menentukan stok pengaman, menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan datang dan menghitung jumlah obat yang diadakan pada tahun anggaran yang akan datang.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan sumber informan, untuk menentukan perkiraan jumlah obat yang akan datang di instalasi farmasi RSUD Kota padangsidimpuan dilakukan oleh Kepala Instalasi farmasi dan dibantu oleh Kepala Gudang Farmasi. Dalam melakukan perhitungan jumlah obat,

belum sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kemenkes RI (2010), Karena perhitungannya hanya berdasarkan review tahun sebelumnya dan perhitungannya setiap 18 bulan sekali.

5.3 Keluaran (Output)

Tujuan dari manajemen perencanaan obat adalah tersedianya jumlah dan jenis obat sesuai dengan kebutuhan, sehingga menghindari terjadinya kekosongan obat, meningkatnya penggunaan obat berdasarkan formularium nasional dan formularium rumah sakit serta pengadaan obat yang dibutuhkan selalu tepat waktu.

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa terdapat beberapa jenis obat yang mengalami kekosongan di rumah sakit. Dari wawancara yang dilakukan, diketahui terjadinya kekosongan obat di rumah sakit dapat disebabkan karena berbagai hal, salah satunya yaitu pada sistem pengadaan secara elektronik (e-catalogue).

Hasil dari manajemen perencanaan obat yaitu terpenuhinya kebutuhan obat pada tahun yang akan datang. Manajemen perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan belum dilakukan secara optimal dan penggunaan data yang belum lengkap dan akurat.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berasarkan penelitian tentang manajemen perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan dapat disimpulkan bahwa:

1. Sumber Daya Manusia di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan yang terlibat dalam perencanaan kebutuhan obat sudah sesuai dengan latar belakang kefarmasian.

2. Metode yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan menggunakan metode konsumsi, namun belum sesuai dengan langkah-langkah metode konsumsi.

3. Data yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan obat masih belum lengkap dan akurat.

4. Pemilihan jenis obat berdasarkan formularium rumah sakit dan e-catalogue, namun formularium rumah sakit tersebut hanya dalam bentuk draf.

5. Penentuan dan perhitungan jenis obat yang dibutuhkan berdasarkan review pemakaian tahun lalu dan resep dokter.

6. Tidak ada tim perencana secara resmi dan tertulis yang di bentuk oleh rumah sakit, sehingga dilakukan hanya berdasarkan kebjiakan kepala instalasi farmasi rumah sakit.

7. Belum pernah diadakan pelatihan tentang kefarmasian khususnya manajemen pengelolaan obat oleh rumah sakit kepada tenaga kefarmasian.

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar sumber daya manusia di Instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan lebih meningkatkan kualitasdalam melakukan perencanaan kebutuhan obat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan obat tahun yang akan datang.

1. Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar sumber daya manusia di Instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan lebih meningkatkan kualitasdalam melakukan perencanaan kebutuhan obat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan obat tahun yang akan datang.