• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.3 Proses dalam Perencanaan Kebutuhan Obat di InstalasiFarmasi

4.3.3 Penentuan Jumlah Obat dalam Proses Perencanaan

Untuk penentuan jumlah obat berdasarkan review tahun lalu atau konsumsi obat tahun lalu kemudian disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit.

Maka penentuan jumlah obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan menggunakan metode konsumsi. Selanjutnya untuk perhitungan kebutuhan obat dengan metode konsumsi berdasarkan perhitungan kebutuhan obat yang akan datang selama 18 bulan dengan 6 bulan untuk buffer stock.

4.4 Output Dalam Perencanaan Kebutuhan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa terdapat beberapa jenis obat yang mengalami kekosongan di rumah sakit. Kekosongan obat di rumah sakit dapat disebabkan karena berbagai hal, salah satunya yaitu pada sistem pengadaan secara elektronik (e-catalogue).

Manajemen perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan belum dilakukan secara optimal dan penggunaan data yang belum lengkap dan akurat.Output dalam perencanaan kebutuhan obat berupa terpenuhinya kebutuhan obat tahun 2017 dengan efektif dan efisien.

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Masukan (Input)

Masukan atau input adalah semua yang dibutuhkan dan mendukung dalam melaksanakan proses perencanaan obat di rumah sakit. Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai masukan dalam perencanaan kebutuhan obat yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), Metode dan Data.

5.1.1. Sumber Daya manusia (SDM)

Sumber daya manusia (SDM) merupakan komponen utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dalam setiap aktivitas organisasi, dengan adanya SDM maka organisasi dapat mencapai tujuan organisasi. Salah satu factor keberhasilan suatu kegiatan manajemen yaitu tersedianya SDM yang cukup, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. SDM yang kurang akan mengakibatkan pelayanan tidak dapat diselesaikan secara optimal dengan cepat dan tepat pada waktunya.

Berdasarkan penelitian Moleong, dkk (2013), menyatakan bahwa seharusnya di rumah sakit dibentuk tim perencanaan obat terpadu yang terdiri dari kepala instalasi farmasi dokter-dokter, kepala bidang perencanaan, kepala bidang pengadaan dan kepala bagian keuangan, sehingga dalam menyusun rencana kebutuhan obat dapat mengacu pada anggaran yang tersedia untuk setiap tahunnya dan kebutuhan untuk terapi. Tim perencanaan obat terpadu perlu membahas perencanaan kebutuhan obat melalui pertemuan rutin, segingga dapat meminimalisasi ketidakakuratan dalam perencanaan kebutuhan obat.

Berdasarkan hasil pengamatan, Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan tidak memiliki tim perencanaan obat yang secara resmi dibentuk. Perencanaan obat dilakukan oleh kepala instalasi farmasi dan dibantu oleh kepala gudang farmasi serta staf perencanaan obat tanpa ada Surat Keputusan penunjukan secara tertulis untuk menjadi tim perencana obat.

SDM yang berperan dalam perencanaan obat di RSUD Kota Padangsidimpuan adalah kepala instalasi farmasi dengan tugas dan tanggungjawabnya yaitu memantau obat-obat yang keluar dari apotik farmasi, melakukan rekap data pemakaian obat, dan membuat usulan rencana kebutuhan obat yang akan datang bersama dengan kepala gudang farmasi. Bagian farmasi juga berkoordinasi dengan bagian pelayanan medik, karena para dokter sebagai userada juga yang mengajukan permintaan obat kepada bagian pelayanan. Tugas dan tanggung jawab bagian obat adalah menerima usulan kebutuhan obat yang diajukan farmasi lalu akan memutuskan mengenai berapa jumlah obat yang akan diadakan karena tergantung dari dana rumah sakit yang tersedia. Jika dana tidak mencukupi, maka dilakukan pengurangan jumlah obat yang akan diadakan dengan melakukan koordinasi kembali dengan bagian farmasi. Sebelum melakukan pengadaan obat, staf perencana obat akan melaporkan kepada kepala instalasi farmasi dan kemudian diserahkan kepada direktur rumah sakit dan meminta persetujuannya, sesuai dengan tugas dan tanggungjawab dalam pengeluaran dana di rumah sakit.

Selanjutnya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan SDM perencana obat sehingga produktifitasnya dapat lebih optimal, maka

diperlukan pengembangan SDM instalasi farmasi rumah sakit. Pelatihan merupakan salah satu upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas dalam rangka meningkatkan mutu dan kinerja petugas. Dengan meningkatnya kualitas tenaga perencana obat, maka diharapkan ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pelayanan kefarmasian yang bermutu dalam rangka mewujudkan penggunaan obat yang rasional dapat tercapai (Kemenkes RI, 2010).

Berdasarkan hasil wawancara di RSUD Kota Padangsidimpuan bahwa pelatihan belum pernah dilaksanakan oleh pihak rumah sakit kepada bagian instalasi farmasi. Dengan tidak adanya pelatihan yang diberikan, maka kemampuan tenaga perencana tidak akan mengalami peningkatan, sehingga mengakibatkan perencanaan obat di rumah sakit tidak berjalan secara efektif dan efisien.

5.1.2 Metode

Perencanaan kebutuhan obat dapat dilakukan melalui metode Konsumsi dan metode Morbiditas/Epidemiologi. Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data riel konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah perbekalan farmasi yang dibutuhkan adalah pengumpulan dan pengolahan data, analisa data untuk informasi dan evaluasi, perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi, dan penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi dana.

Sedangkan metode morbiditas/epidemiologi adalah perhitungan kebutuhan

perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan waktu tunggu (lead time).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan sumber informan, didapat bahwa metode yang digunakan dalam perencaan kebutuhan di instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan hanya melihat dari pemakaian obat tahun lalu saja. Sehinggan penggunaan metode tersebut belum dapat dikatakan metode konsumsi ataupun metode epidemiologi yang seharusnya.

5.1.3 Data

Data yang dibutuhkan untuk menggunakan metode konsumsi yaitu daftar obat yang dibutuhkan, stok awal, sisa stok, penerimaan dan pengeluaran, sisa stok, obat hilang/rusak atau kadaluarsa, kekosongan obat, pemakaian rata-rata pertahun, indeks musiman, waktu tunggu, stok pengaman dan pengembangan pola pengunjung. Sedangkan pada metode epidemiologi, data yang dipersiapkan adalah data jumlah kunjungan, pola penyakit, frekuensi kejadian masing-masing penyakit per tahun serta menggunakan formularium rumah sakit dan standar pengobatan yang ada.

Data yang digunakan untuk melakukan perencanaan obat diperoleh dari kartu stok yang ada di gudang farmasi, yaitu untuk data stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat yang kadaluarsa, obat yang mengalami kekosongan dan pemakaian rata-rata tahunan. Tetapi untuk data perkembangan pola kunjungan, itu diperoleh dari apotik pelayanan farmasi dan untuk data jumlah penduduk yang dilayani dan jumlah kunjungan kasus penyakit diperoleh dari bagian rekam medis. Untuk data alokasi dana dan anggaran yang tersedia untuk

kebutuhan obat di rumah sakit hanya diketahui oleh bagian perencanaan rumah sakit atau bagian seksi penyusunan program, sedangkan bagian farmasi tidak pengetahuinya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan sumber informan, didapat bahwa data yang digunakan untuk melakukan perencanaan kebutuhan obat di RSUD Kota Padangsidimpuan adalah formularium nasional, formularium rumah sakit dan data resep yang diberikan dokter. Data yang digunakan tersebut belum sesuai dengan data yang seharusnya dibutuhkan. Karena data yang digunakan belum lengkap, maka hal ini akan berpengaruh dalam melakukan perencanaan kebutuhan obat yang akan berakibat terhadap ketersediaan obat seperti kekurangan dan kelebihan jumlah obat.

5.2 Proses (Process)

Menurut Febriawati (2013), proses perencanaan obat terdiri dari kegiatan pemilihan jenis obat dan perhitungan perkiraan jumlah kebutuhan obat.

Perencanaan dilakukan secara optimal sehingga perbekalan farmasi dapat digunakan secara efektif dan efisien.

5.2.1 Pemilihan Jenis Obat

Berdasarkan Kemenkes RI tahun 2010, pemilihan jenis obat berfungsi sebagai penentu apakah perbekalan obat benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien atau kunjungan dan pola penyakit di rumah sakit. Pemilihan jenis obat di rumah sakit merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) sesuai dengan kelas rumah sakit masing-masing, formularium rumah sakit, formularium jaminan kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara, pemilihan jenis obat di RSUD Kota Padangsidimpuan berdasarkan review tahun lalu dan disesuaikan dengan daftar obat yang ada di e-katalog. Selain itu, dalam melakukan pemilihan jenis obat rumah sakit juga merujuk kepada formularium nasional dan formularium rumah sakit. Manfaat formularium yaitu sebagai acuan penetapan penggunaan obat, meningkatkan penggunaan obat yang rasional, dapat juga mengendalikan mutu dan biaya pengobatan, serat mengoptimalkan pelayanan kepada pasien.

Formularium juga dapat memudahkan perencanaan dan penyediaan obat, serta meningkatkan efisiensi anggaran pelayanan kesehatan (Permenkes RI No. 58 tahun 2014).

5.2.2 Penentuan Jumlah Obat

Langkah-langkah dalam menentukan dan menghitung perkiraan kebutuhan obat adalah dimulai dengan menghitung pemakaian nyata per tahun, menghitung perkiraan pemakaian rata-rata jumlah obat per bulan, menghitung kekurangan obat yaitu jumlah obat yang diperlukan saat terjadi kekosongan obat, menghitung kebutuhan obat sesungguhnya per tahun, menghitung kebutuhan obat tahun yang akan dating, menghitung waktu tunggu, menentukan stok pengaman, menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan datang dan menghitung jumlah obat yang diadakan pada tahun anggaran yang akan datang.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan sumber informan, untuk menentukan perkiraan jumlah obat yang akan datang di instalasi farmasi RSUD Kota padangsidimpuan dilakukan oleh Kepala Instalasi farmasi dan dibantu oleh Kepala Gudang Farmasi. Dalam melakukan perhitungan jumlah obat,

belum sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kemenkes RI (2010), Karena perhitungannya hanya berdasarkan review tahun sebelumnya dan perhitungannya setiap 18 bulan sekali.

5.3 Keluaran (Output)

Tujuan dari manajemen perencanaan obat adalah tersedianya jumlah dan jenis obat sesuai dengan kebutuhan, sehingga menghindari terjadinya kekosongan obat, meningkatnya penggunaan obat berdasarkan formularium nasional dan formularium rumah sakit serta pengadaan obat yang dibutuhkan selalu tepat waktu.

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa terdapat beberapa jenis obat yang mengalami kekosongan di rumah sakit. Dari wawancara yang dilakukan, diketahui terjadinya kekosongan obat di rumah sakit dapat disebabkan karena berbagai hal, salah satunya yaitu pada sistem pengadaan secara elektronik (e-catalogue).

Hasil dari manajemen perencanaan obat yaitu terpenuhinya kebutuhan obat pada tahun yang akan datang. Manajemen perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan belum dilakukan secara optimal dan penggunaan data yang belum lengkap dan akurat.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berasarkan penelitian tentang manajemen perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan dapat disimpulkan bahwa:

1. Sumber Daya Manusia di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan yang terlibat dalam perencanaan kebutuhan obat sudah sesuai dengan latar belakang kefarmasian.

2. Metode yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan menggunakan metode konsumsi, namun belum sesuai dengan langkah-langkah metode konsumsi.

3. Data yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan obat masih belum lengkap dan akurat.

4. Pemilihan jenis obat berdasarkan formularium rumah sakit dan e-catalogue, namun formularium rumah sakit tersebut hanya dalam bentuk draf.

5. Penentuan dan perhitungan jenis obat yang dibutuhkan berdasarkan review pemakaian tahun lalu dan resep dokter.

6. Tidak ada tim perencana secara resmi dan tertulis yang di bentuk oleh rumah sakit, sehingga dilakukan hanya berdasarkan kebjiakan kepala instalasi farmasi rumah sakit.

7. Belum pernah diadakan pelatihan tentang kefarmasian khususnya manajemen pengelolaan obat oleh rumah sakit kepada tenaga kefarmasian.

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar sumber daya manusia di Instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan lebih meningkatkan kualitasdalam melakukan perencanaan kebutuhan obat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan obat tahun yang akan datang.

2. Diharapkan kepada Direktur rumah sakit agar dibentuk tim perencanaan obat yang terpadu di RSUD Kota Padangsidimpuan dan mengeluarkan Surat Keputusan Penunjuk tenaga perencana obat di rumah sakit.

3. Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar mengadakan pelatihan kepada petugas kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan.

4. Diharapkan agar pihak instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan melengkapi data yang dibutuhkan untuk melakukan perencanaan obat sesuai dengan yang sudah ditetapkan.

5. Diharapkan agar pihak instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan menggunakan metode yang sudah di tentukan.

6. Diharapkan kepada pihak Instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan melakukan penentuan dan perhitungan kebutuhan obat sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam pedoman pengelolaan obat di rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Fakhriadi, A., Marchaban, dan Pudjaningsih, D. 2011. Analisis Pengelolaan Obat Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Temanggung Tahun 2006, 2007 dan 2008. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi.

Febriawati, Henni.2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit. Gosyen Publishing. Yogyakarta.

Hasibuan, Malayu, S.P. 2005. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah.

Penerbit PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Bekerjasama dengan japan Internasional Coorperation Agency. Jakarta.

2014. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.

167/III/2014 Tentang Pengadaan Obat Berdasarkan catalog Elektronik (e-catalogue). Jakarta.

______ 2015. Keputusan Menteri Kesehatan No. HK. 02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.

Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Malinggas dkk. 2015. Gambaran Manajemen Logistik Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah DR Sam Ratulangi Tondano.

Vol. 5, No. 2b April 2015. Jurnal.

Moeloeng, Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan Kesebelas.

Penerbit Remajaa Rosdakarya. Bandung.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik

______ Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

Siregar, C.J.P dan Amalia Lia. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Alfabeta. Bandung.

Undang-undang RI. 2009. Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jakarta.

World Health Organization. 2011. The World Medicines Situation 2011.

Geneva : WHO

HASIL WAWANCARA MENDALAM

1. Gambaran Pernyataan Informan 1 (Wakil Direktur Pelayanan Medik)

No Pertanyaan Pernyataan Informan

Tupoksi saya terkait perencanaan kebutuhan obat yaitu sebagai pejabat teknis yang bertanggungjawab dibidang kefarmasian dan dibantu oleh kepala instalasi menyusun rencana kebutuhan obat

2 Apakah jumlah SDM di instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan sudah tercukupi ?

Untuk sumber daya manusia di instalasi farmasi rumah sakit ini saya kurang tau berpa pastinya dek, yang saya tau sumber daya manusianya masih kurang

3 Apakah ada pembentukan tim perencanaan obat ?

Tidak ada pembentukan timperencanaan obat secara tertulis dengan surat keputusan yang ditetapkan oleh direktur rumah sakit. Pejabat teknis dan kepala instalasi farmasi memberikan tanggungjawab tersebut kepada staf perencanaan obat dan apoteker yang berada di instalasi farmasi

2. Gambaran Pernyataan Informan 2 (Kepala Instalasi Farmasi)

No Pertanyaan Pernyataan Informan

Menurut Bapa/Ibu :

Bagaimana tugas dan

Tupoksi saya terkait perencanaan obat yaitu menyusun rencana kebutuhan obat dengan akurat,

perencanaan obat di instalasi farmasi rumah sakit ?

melakukan perencanaan obat, untuk pengadaan obat dan memantau proses pelayanan kefarmasian di instalasi farmasi

Apakah jumlah SDM di instalasi farmasi RSUD Kota Padangsidimpuan perbandingan 1:3, jadi masih kurang kali dek

Apakah ada pembentukan tim perencanaan obat ?

Tidak ada tim perenccanaan obat dek, kalua mau menyusun rencana kebutuhan obat ya diadakan rapat atau pertemuan bagian instalasi farmasi

Apakah ada pelatihan yang diberikan rumah sakit

kepada petugas

kefarmasian terkait perencanaan obat di instalasi farmasi ?

Kalua pelatihan yang diberikan oleh rumah sakit belum pernah dek diadakan pelatihan, tapi kalua dari provinsi sudah berupa seminar dan

Metode yang digunakan dalam perencanaan obat itu berdasarkan review dari tahun sebelumnya, berdasarkan formularium nasional dan formularium rumah sakit

Data apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan

Datanya ada dari formularium nasional, formularium rumah sakit, resep-resep yang diberikan oleh

obat ? dokter dan data konsumsi obat tahun lalu

Bagaimana pencatatn dan pelaporan data dalam perencanaan obat ?

Pencatatn dilakukan setiap hari oleh pihak gudang dan untuk pelaporannya ke direktur ada pelaporan bulanan dan tahunan, namun sering juga terjadi pencatatan yang tidak lengkap sehingga menyulitkan dalam perencanaan

Bagaimana tahapan dalam perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi rumah sakit ?

Kepala instalasi menyusun rencana kebutuhan obat yang akurat untuk satu tahun, selanjutnya setelah rencana kebutuhan obat disusun diadakan secara purchasingatau e-catalogue, kemudian kalau obatnya tidak ada di purchasing atau e-catalogue kita pesan ke distributor dan selanjutnya diketahui oleh wakil direktur pelayanan medis dan disetujui oleh direktur

Bagaimana pemilihan jenis obat dalam perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi ?

Perencanaan obat sendiri dek berdasarkan e-catalogue dan formularium rumah sakit soalnya kita sudah ada formularium rumah sakit sendiri, kalau seandainya tidak ada di dalam e-catalogueharus dilampirkan sureat pemakaian user

Bagaimana perhitungan kebutuhan obat di instalasi farmasi ?

Biasanya untuk yang e-purchasingdihitung 18 bulan untuk rumah sakit, yang 6 bulan untuk buffer stock, karena rumah sakit kan regular rutin obatnya, jadi dihitung seperti itu dek

Apakah ada kendala dalam perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi ?

Kendalanya biasanya karena obat-obat yang dibutuhkan pasien banyak yang tidak ada dek di e-cataloguesementara dengan program JKN sekarang ini, JKN lebih menuntut memakai obat yang ada di e-catalogue, kebanyakn obat yang ada di e-catalogue tidak ditanggung oleh JKN dan itu adalah suatu kendala untuk kami merencanakan kebutuhan obat, jadi pasien sulit untuk mendapatkannya sementara pasien sudah JKN tetapi obatnya tidak ditanggung karena tidak ada di e-catalogue, jadi kami yang

mengadakannya harus melalui permintaan user

Bagaimana cara mengatasi kendala dalam perencanaan kebutuhan obat di nstalasi farmasi?

solusi atau kebijakan dari pihak rumah sakit untuk mengatasi masalah perencanaan kebutuhan obat itu sendiri memang belum terealisasi dengan efektif. Sejauh ini jenis obat yang dibutuhkan harus ditambahkan ke dalam formularium rumah sakit la dek, dan kalau terjadi keterlambatan pengiriman obat kami melakukan pemesanan obat langsung ke distributor tapi harganya bukan yang ada di e-catalogue, harganya disesuaikan dengan harga distributor

13 Apakah ada kekosongan dan kelebihan obat di instalasi farmasi ?

obat kosong dan berlebih ada beberapa dek, obat yang kosong lumayan banyak dek karena obat yang dari e-catalogue gak datang-datang. Antara lain oral, phenitoin injeksi, infus

3. Gambaran Pernyataan Informan 3 (Staf Perencanaan)

berhubung saya sebagai staf perencanaan jadi tupoksi saya merencanakan obat sesuai dengan formularium rumah sakit dan merencanakan kebutuhan obat secara optimal sesuai dengan kebutuhan

2 Apakah ada pembentukan tim perencanaan obat ?

setau saya tidak ada dek tim perencana oba dek, sebagai staf perencana saya ditugaskan untuk menyusun rencana kebutuhan obat

3

Apakah ada pelatihan yang diberikan rumah sakit kepada petugas kefarmasian terkait perencanaan obat di instalasi farmasi ?

belum pernah diadakan pelatihan oleh rumah sakit dek, adapun pelatihan yang dilakukan oleh provinsi aja

4 Metode apakah yang

digunakan dalam

melakukan perencanaan obat ?

sepertinya perencanaan obat disini menggunakan metode konsumsi, obat yang digunakan tahun lalu dek

5 Data apa saja yang

dibutuhkan dalam

melakukan perencanaan obat ?

data yang digunakan untuk melakukan perencanaan kebutuhan obat itu biasanya data penggunaan obat tahun lalu dan berdasarkan jenis penyakit

6 Bagaimana tahapan dalam perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi rumah sakit ?

proses perencanaan dimulai dari gudang yang memberikan daftar obat yang akan habis kemudian saya merekapitulasi daftar tersebut untuk diserahkan kepada tim perencanaan beserta kepala instalasi

obat yang sisa dan menggunakan metode konsumsi dengan mengacu pada rata-rata kunjungan pasien, selanjutnya daftar tersebut diserahkan kepada wakil direktur bidang pelayanan medis untuk diteruskan dan disetujui oleh direktur untuk dilakukan pengadaan

7 Bagaimana pemilihan jenis obat dalam perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi ?

pemilihan jenis obat mengacu pada data obat yang ada di e-catalogue dan formularium rumah sakit

8 Bagaimana penentuan jumlah obat dalam proses perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi ?

jumlah obat yang akan ditentukan berdasarkan stok obat yang akan habis digudang kemudian ditambahkan atau disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit

4. Gambaran Pernyataan Informan 4 (Staf Gudang)

No Pertanyaan Pernyataan Informan

1 Apakah ada pelatihan yang diberikan rumah sakit kepada petugas kefarmasian terkait perencanaan obat di instalasi farmasi ?

setau saya belum pernah diadakan dek oleh pihak rumah sakit khususnya bagian instalasi farmasi sendiri sehingga data tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan obat

4 Bagaimana pencatatn dan pelaporan data dalam perencanaan obat ?

keluar masuknya obat dicatat di kartu stok setiap hari kemudian diberikan kepala kepala instalasi untuk dilakukan rekapitulasi

5 Bagaimana pemilihan jenis obat dalam perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi ?

untuk perencanaan sepertinya berdasarkan formularium rumah sakit dek soalnya di gudang stok obat berdasarkan formularium rumah sakit