• Tidak ada hasil yang ditemukan

Langkah-Langkah Penggunaan AHP

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.9. Metode AHP (Analitycal Hierarchy Process)

2.9.3. Langkah-Langkah Penggunaan AHP

Saaty (1993) memberikan penjelasan mengenai beberapa langkah dalam penggunaan metode AHP sebagai suatu alat untuk memecahkan persoalan. Adapun langkah-langkah tersebut antara lain:

1). Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang diinginkan.

Pengidentifikasian persoalan adalah hal pertama yang harus dilakukan dan dapat dilakukan melakukan analisa atau pemahaman yang mendalam terhadap

persoalan yang dihadapi dan ingin dipecahkan. Proses selanjutnya adalah pengidentifikasian dan pemilihan elemen-elemen yang akan masuk komponen sistem seperti focus, forces, actors, objectives, dan scenario dalam struktur AHP nantinya.

Dalam AHP sendiri tidak terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasi berdasarkan kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem.

2). Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajerial secara menyeluruh. Hirarki didefinisikan sebagai suatu abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap sistem. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan. Penyusunan struktur hirarki didasarkan pada jenis keputusan yang akan diambil berdasarkan sudut pandang dari tingkat puncak sampai ke tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan persoalan tersebut.

Hirarki yang dapat terbentuk dalam metode AHP sendiri dapat berupa hirarki lengkap dan hirarki tak lengkap. Dalam struktur hirarki yang lengkap seperti pada Gambar 1, semua elemen pada satu tingkat memiliki hubungan dengan semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian, hirarki yang terbentuk adalah hirarki yang tidak lengkap. Jumlah tingkatan komponen sistem pada hierarki yang lengkap bergantung kepada pilihan peneliti.

3). Menyusun matriks banding berpasangan

Fungsi dari matriks banding berpasangan adalah untuk mengetahui kontribusi dan pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat di atasnya. Pada matriks ini, pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan suatu kriteria di tingkat yang lebih tinggi. Dalam membandingkan dua elemen, biasanya memberi suatu pertimbangan yang menunjukkan dominasi sebagai bilangan bulat. Matriks ini memiliki satu tempat untuk memasukkan bilangan itu dan satu tempat lain untuk memasukkan nilai resiprokalnya.

Fokus

Aktor

Tujuan

Alternatif

Gambar 1. Struktur Hirarki Lengkap (Mulyono dalam Eldianson, 2008)

4). Mendapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk Mengembangkan perangkat matriks dilangkah 3.

Setelah matriks pembanding berpasangan antar elemen dibuat, dilakukan pembandingan berpasangan antar setiap elemen pada kolom ke-i dengan setiap elemen pada baris ke-j. Pembandingan berpasangan antar elemen tersebut

dilakukan dengan pertanyaan “seberapa kuat elemen baris ke-i didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh fokus di puncak hirarki, dibandingkan dengan kolom ke-j?”.

Apabila elemen-elemen yang dipertimbangkan merupakan sebuah peluang atau waktu, maka pertanyaannya adalah “seberapa lebih mungkin suatu elemen baris ke-i dibandingkan dengan elemen dipuncak hirarki?”. Untuk mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 4. Angka–angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian diatas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.

F

F1 F2 F3 F4

K1 K2 K3 K4 Kn

5). Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama.

Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki (x) dibandingkan dengan Fj, namun bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan Fj, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks dibawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya.

Tabel 4 Nilai Skala Banding Berpasangan Intensitas

pentingnya Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya

Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu

3 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya

5

Elemen yang satu sangat penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya

7

Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi mungkin menguatkan

9

Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua

pertimbangan yang berdekatan

Kompromi diperhatikan diantara dua pertimbangan

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.

Sumber: Saaty, (1993)

6). Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut.

Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen diatasnya.

Matriks perbandingan dalam AHP dibedakan menjadi dua yaitu: Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Gabungan (MPG).

a. Matriks Pendapat Individu (MPI)

MPI adalah matriks hasil pembandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij, yaitu elemen matriks pada baris

kolom ke-i dan kolom ke-j. MPI dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Matriks Pendapat Individu

X A1 A2 A3 ... An A1 a11 a12 a13 ... a1n A2 a21 a22 a23 ... a2n A3 a31 a32 a33 ... a3n ... ... ... ... ... ... An an1 an2 an3 ... ann Sumber: Fewidarto, 1996

b. Matriks Pendapat Gabungan (MPG)

MPG adalah susunan matriks baru yang elemen (gij) berasal dari rata-rata

geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10% dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. Matriks Pendapatan Gabungan (MPG) dapat dilihat dari Tabel 6.

Tabel 6 Matriks Pendapat Gabungan

X G1 G2 G3 ... Gn G1 g11 g12 g13 ... g1n G2 g21 g22 g23 ... g2n G3 g31 g32 g33 ... g3n ... ... ... ... ... ... Gn gn1 gn2 gn3 ... gnn Sumber: Fewidarto, 1996

Rumus rataan geometrik adalah sebagai berikut:

gij =

√∏

...

(1)

dengan : gij = unsur MPG baris ke-i kolom ke-j

aij(k) = unsur baris ke-i kolom ke-j dari MPI ke-k

n = jumlah MPI (expert) yang memenuhi persyaratan

=perkalian dari unsur k =1 sampai k = n

7). Mensintesis prioritas prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas.

Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari ringkat bawah berikutnya, dan seterusnya.

Adapun vektor prioritas dapat dihitung dengan rumus:

VP (Vektor Prioritas) =

∑ √∏

...

(2) dimana:

VE (Vektor Eigen) =

√∏

...

(3) dengan: aij = elemen MPG pada baris ke-i dan kolom ke-j

n = jumlah elemen yang diperbandingkan

8). Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki.

Pengukuran konsistensi ini diperlukan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang berpengaruh terhadap kesahihan hasil. Langkah yang digunakan yaitu dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing–masing matriks. Dengan cara yang sama setiap indeks konsistensi acak

juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan.

Rasio konsistensi hirarki harus 10 % atau kurang. Jika tidak, mutu informasi harus diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika melakukan pengisian ulang kuesioner atau lebih baik dalam mengarahkan responden yang mengisi kuesioner.

Batasan diterima atau tidaknya konsistensi suatu matriks menurut Fewidardo (1996) sebenarnya tidak ada yang baku, hal ini berlaku jika tingkat inkonsistensi sebesar 10 persen ke bawah tidak dicapai maka dapat digunakan batas yang lebih besar atau bahkan rataan CR penilaian pakar.

Rumus untuk perhitungan uji konsistensi adalah sebagai berikut :

CI (Indek Konsistensi)

CI =

...

(4)

dengan : CI = Indeks konsistensi

= eigen value maksimum

n = jumlah elemen yang diperbandingkan

dimana =

...(5) VB (Nilai Eigen) =

...(6) VB (Nilai Antara) = aij x VP...(7)

Apabila ingin mengetahui indeks konsistensi (CI) dengan besarannya cukup baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio konsistensinya (CR).

Rasio konsistensi (CR) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

CR (Rasio konsistensi) CR =

...(8) RI (Random Indeks) atau indeks acak merupakan nilai indeks acak yang dikeluarkan oleh OAK RIDGE Lab. dari matriks 1 sampai dengan matriks yang berordo 1 sampai 15 dengan menggunakan sample berukuran 100.

Tabel 7 Indeks Acak (Random Indeks)

N 1 2 3 4 5 6 7

RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32

N 8 9 10 11 12 13 14

RI 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 Sumber: Fewidardo dalam Anhardi (2007)

Dokumen terkait