• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan akhir (1 buku) Realisasi Output

PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKASANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERTANIAN

4. Laporan akhir (1 buku) Realisasi Output

1. Buku petunjuk e-Form Perkebunan 150 eks

2. TOT calon instruktur & asisten: 14-16 Maret 2012 ( 8 peserta) 3. Pelaksanaan pelatihan e-Form Perkebunan: Provinsi Riau 2-3 Mei

2012 (26 Peserta); Provinsi Bengkulu 5-6 Juni 2012 (22 Peserta); Provinsi Kalimantan Tengah 27-28 Juni 2012 (30 Peserta); Provinsi Lampung 11-12 Juli 2012 (30 Peserta). Total: 108 orang

4. Hasil entry data perkebunan Semester-I dan II/2012 melalui e-Form Perkebunan (realisasi 91%)

5. Sinkronisasi ATAP-2011, ASEM-2012, AESTI-2013 (bahas Batam, 6 Nov 2012)

f. Refreshing Metode Pengumpulan Data Perkebunan

Data perkebunan rakyat saat ini masih dikumpulkan melalui kegiatan Statistik Perkebunan yang dilakukan oleh petugas pengumpul data di tingkat kecamatan. Dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan, petugas kecamatan dikoordinasikan oleh petugas kabupaten (SKPD Perkebunan Kabupaten/Kota). Buku pedoman pengumpulan data perkebunan saat ini telah mengalami beberapa kali penyempurnaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan terakhir dalam PSP 2006. Sementara itu data statistik perkebunan besar (PBN, PBSN dan PBS) dikumpulkan oleh BPS melalui instansi vertikalnya di provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan.

Selama beberapa tahun terakhir terdapat tendensi menurunnya keakuratan dan tersendatnya aliran data perkebunan, yang antara lain dikarenakan:

 Banyaknya petugas baru yang terlibat kegiatan statistik perkebunan di semua tingkatan, termasuk para petugas lapang. Para pendatang baru tersebut kebanyakan tidak memiliki latar belakang bidang statistik maupun survei pertanian.

 Belum samanya persepsi petugas pengumpul data mengenai konsep dan definisi yang digunakan dalam pengumpulan data perkebunan.

 Diberlakukannya kebijakan otonomi daerah yang mengakibatkan tidak ada hubungan vertikal antara instansi pengelola data di tingkat kabupaten, provinsi hingga tingkat pusat, dan menyebabkan tersendatnya aliran pelaporan data perkebunan.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dipandang perlu melakukan upaya guna meningkatkan kualitas data pertanian melalui peningkatan pengetahuan kepada seluruh petugas pengelola data perkebunan. Peningkatan kemampuan dan pengetahuan petugas tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan cara melakukan pelatihan para petugas pengelola data dan statistik di daerah terutama di provinsi-provinsi sentra produksi perkebunan.

Di samping hal-hal yang disebutkan di atas, pelaporan data perkebunan juga perlu dilakukan suatu penyempurnaan dengan mempertimbangkan kemajuan teknologi yang telah ada. Melalui kegiatan pengembangan metodologi pengumpulan data perkebunan dilakukan upaya penyempurnaan metode pengumpulan data mulai tingkat kecamatan, pengolahan data di kabupaten, supervisi dan validasi di provinsi dan pengiriman ke pusat melalui penyempurnaan metode dan sarana elektronik form (e-form).

Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 2010 dilakukan di 5 (lima) provinsi yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Riau, Bangka Belitung, dan Banten. Tahun 2011 dilaksanakan di 2 (dua) provinsi yaitu Jambi dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Sementara pada tahun 2012 direncanakan akan dilaksanakan di 3 (tiga) provinsi yaitu Kepulauan Riau, Sumatera Barat, dan Bali.

Tujuan

1. Meningkatkan kemampuan para petugas pengumpul data lapang ditingkat kecamatan (Mantri Perkebunan/KCD) dalam melaksanakan pengumpulan data perkebunan

2. Meningkatkan kemampuan pera petugas pengelola data perkebunan ditingkat kabupaten dalam mengentri, mengolah, menganalisis dan menyajikan data perkebunan

Sasaran

1. Terlatihnya petugas pengelola data perkebunan ditingkat kabupaten dan kecamatan pada 3 (tiga) provinsi dalam melaksanakan metode pengumpulan data perkebunan

2. Dipahaminya dengan baik metode pengumpulan data perkebunan oleh petugas pengelola data ditingkat provinsi, kabupaten dan kecamatan

3. Adanya kesamaan persepsi antara petugas pusat dan daerah dalam pemahaman kegiatan pengumpulan data perkebunan.

Target output

1. Target Semula: Laporan pelaksanaan refreshing metode pengumpulan data Perkebunan kepada 368 petugas pengelola data perkebunan di Provinsi Kepulauan Riau (75 orang), Sumatera Barat (218 orang), Bali (77 orang)

2. Setelah pemotongan, maka kegiatan ini ditiadakan, namun pembelian perlengkapan peserta (tas dan lain-lain) telah direalisasikan

Realisasi output

1. Koordinasi persiapan

2. Penyusunan materi refreshing

g. Sosialisasi e-Procurement (LPSE)

Sejalan dengan kebijakan pemerintah tentang pemanfaatan teknologi informasi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan (e-Government), khususnya dalam pengadaan barang dan jasa yang lebih transparan, akuntabel, responsif, efektif serta efisien, maka telah dikembangkan aplikasi pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui teknologi komunikasi dan informasi (internet) yang disebut dengan e-Procurement.

e-Procurement pada dasarnya adalah sebuah aplikasi komputer berbasis web dan dapat diakses oleh user yang telah diberikan otoritas oleh pengelola aplikasi tersebut, pengelola aplikasi ini secara nasional adalah LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah).

Berkaitan dengan hal ini Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Barang dan Jasa Instansi, Pemerintah juga telah menyikapi perkembangan dalam era globalisasi, yaitu dengan memperbolehkan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dengan menggunakan sarana elektronik (termasuk e-Procurement). Terlepas dari beberapa kendala dalam pengaturannya, pelaksanaan e-Procurement ini dapat disesuaikan dengan kepentingan pengguna barang dan jasa dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Tujuan e-Procurement adalah:

 Memudahkan sourcing, proses pengadaan dan pembayaran;  Komunikasi on-line antara pembeli dan vendor sehingga tercipta

pelelangan yang bersifat transparan;

 Mengurangi biaya proses dan administrasi pengadaan;  Menghemat biaya dan mempercepat proses pelelangan.

Sampai saat ini pemerintah baru pada tahap menyiapkan beberapa peraturan perundang-undangan yang akan mengatur pelaksanaan e-Procurement di Indonesia, antara lain RUU Informasi dan Transaksi Elektronik, dan draft Peraturan Presiden tentang Pelaksanaan e-Procurement. Sesuai dengan surat Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian No.103/PL/200/H/3/2005, tentang penerapan e-Procurement, bahwa dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik serta sejalan dengan Inpres No.5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan KKN, maka mulai tahun anggaran 2005, penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa di lingkungan Kementerian Pertanian dihimbau untuk mulai menerapkan sistem pengadaan secara elektronik. Berkenaan dengan ini Pusdatin diharapkan dapat membantu memfasilitasi kelancaran penerapan

e-Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian yang mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, pengembangan sistem informasi pertanian serta pelayanan data dan informasi pertanian di Kementerian Pertanian melaksanakan Sosialisasi e-Procurement (LPSE).

Tujuan

1. Mensosialisasikan sistem e-Procurement LPSE kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa;

2. Melaksanakan pelatihan e-Procurement untuk Panitia Pengadaan Barang/Jasa;

3. Melaksanakan pelatihan e-Procurement untuk rekanan Pengadaan Barang/Jasa

Sasaran

Kementerian Pertanian melaksanakan seluruh lelang barang/jasa secara elektronik.

Target Output :

1. SK Tim LPSE Kementan

2. Sosialisasi e-Procurement ke panitia, penyedia/rekanan, auditor, verifikator sebanyak 200 orang

3. Manual panitia, penyedia/rekanan, auditor, verifikator 4. Laporan akhir kegiatan

Ralisasi Output :

• Sosialisasi sudah dilakukan ke 439 orang • SK Tim LPSE No.93/Kpts/OT.160/2012 • Leaflet, brosur, banner LPSE

• Manual auditor, penyedia/rekanan, verifikator • SOP LPSE

• Pertemuan ULP Kementan • Laporan mingguan LPSE

• Pelatihan reguler/senin dan by request • Sistem Pakar (LPSE Report)

• Laporan Akhir Kegiatan

h. Peningkatan Kualitas SDM

Misi keempat dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) adalah ”Membina sumberdaya manusia dan kelembagaan bidang statistik dan sistem informasi pertanian”. Adapun tugas pokok dari Pusdatin adalah ”Melaksanakan pembinaan, pengembangan sistem informasi pertanian serta pelayanan data dan sistem informasi

pertanian”. Salah satu upaya untuk mewujudkan misi dan melaksanakan tugas pokok tersebut adalah dengan menyiapkan sumberdaya manusia Pusdatin yang berkualitas tinggi.

Upaya nyata untuk pembinaan sumberday manusia adalah melalui pelatihan yang berkelanjutan dan memadai guna meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia Pusdatin sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Adapun bidang pengetahuan yang dirasakan masih perlu untuk ditingkatkan adalah bidang manajemen kuantitatif dan manajemen sistem informasi. Kegiatan peningkatan sumberdaya manusia khususnya dalam bidang manajemen kuantitatif dan sistem informasi ini akan dilakukan dengan bekerja sama dengan lembaga pendidikan dalam bidang teknologi informasi yang berkompeten dan kualitasnya terjamin (terakreditasi)

Tujuan

1. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia Pusdatin dalam bidang manajemen kuantitatif dan bidang manajemen sistem informasi, sebanyak 8 (delapan) orang;

2. Mengikuti perkembangan pengetahuan dan kemajuan dalam bidang manajemen kuantitatif dan bidang majemen sistem informasi.

Sasaran

1. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia Pusdatin dalam rangka menunjang pengembangan bidang manajemen kuantitatif dan bidang manajemen sistem informasi;

2. Menambah pengetahuan manusia Pusdatin sejalan dengan perkembangan bidang manajemen kuantitatif dan bidang manajemen sistem informasi.

Output

1. Terlatihnya 3 (tiga) orang staf Pusdatin dalam bidang manajemen kuantitatif dan bidang manajemen sistem informasi;

2. Terlatihnya orang staf Pusdatin sejalan dengan perkembangan bidang manajemen kuantitatif dan bidang manajemen sistem informasi.

i. Pembinaan Pejabat Fungsional (Statistisi dan Pranata Komputer)

Pokok-pokok kepegawaian dalam UU No. 8/1974 JO dan UU No. 43/1999 untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna, diperlukan PNS yang profesional, bertanggungjawab, jujur dan adil melalui

pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja, yang dititik beratkan pada sistem prestasi kerja.

Dengan telah dibentuknya jabatan-jabatan fungsional di kementerian Pertanian, maka langkah yang akan diambil adalah memanfaatkan seoptimal mungkin tenaga fungsional yang baik tenaga fungsional statistisi maupun tenaga fungsional pranata komputer. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan kepada tenaga-tenaga fungsional dan pembinaan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dan terpadu terhadap pengelola perstatistikan dan pengembangan sistem informasi. Pembinaan peningkatan ketrampilan yang menunjang pertemuan-pertemuan koordinasi maupun peningkatan ketrampilan yang menunjang profesinya sebagai tenaga fungsional.

Tujuan

Melakukan pemasyarakatan jabatan fungsional statistisi dan pranata komputer dan melakukan pembinaan terhadap tenaga fungsional yang ada di kementerian Pertanian

1. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan/ketrampilan para pejabat fungsional statistisi dan fungsional pranata komputer serta pengelola kepegawaian di lingkup Kementerian Pertanian

2. Menyatukan pola pikir dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan statistisi dan pranata komputer, pengelola kepegawaian,tim penilai dan sekretariat tim penilai

Sasaran

Terbinanya Jabatan fungsional statistisi dan pranata komputer baik bagi pejabat fungsional maupun calon fungsional statistisi dan pranata komputer.

Output:

1. 100 orang tenaga fungsional dan calon fungsional yang terbina dari Pusat dan Daerah.

2. Terbentuknya forum tenaga fungsional

3. Bertambahnya minat PNS untuk menjadi fungsional statistisi dan pranata komputer.

j. Sosialisasi Penggunaan GPS untuk Pengukuran Areal Perkebunan

Pembangunan Pertanian sub sektor Perkebunan memberikan pertumbuhan yang positif terhadap pendapatan devisa negara dikarenakan komoditas utama umumnya di ekspor dan cukup mampu bersaing di pasar dunia. Peran sub sektor perkebunan cukup besar dalam menyediakan bahan baku industri dalam negeri maupun

ekspor, lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta pengembangan wilayah dan peningkatan gerak roda perekonomian di pedesaan. Keberhasilan suatu pembangunan menuntut adanya ketersediaan data dan informasi yang akurat, mutakhir, obyektif, konsisten dan tepat waktu untuk keperluan perencanaan, evaluasi dan penetapan kebijakan.

Salah satu data yang dibutuhkan adalah data luas areal perkebunan. Data luas areal perkebunan yang tersedia selama ini merupakan laporan dari petugas kecamatan yang dilakukan melalui pandangan mata, wawancara dan lain-lain sesuai dengan panduan pembakuan statistik perkebunan (PSP). Sebagai upaya meningkatkan akurasi dari data luas areal perkebunan tersebut perlu dilakukan pengukuran secara obyektif, diantaranya dapat dilakukan melalui pengukuran langsung dengan mengunakan alat receiver GPS (Global Positioning System).

Pengukuran luas areal dengan menggunakan alat receiver GPS relatif ringan dan menghasilkan data cukup akurat. Disamping itu pengukuran menggunakan alat receiver GPS ini menghasilkan data tekstual dan spasial yang dapat disajikan dalam bentuk peta. Tahapan yang benar dalam menggunaan alat receiver GPS untuk

menghasilkan data yang akurat diperlukan, sehingga perlu adanya sosialisasi penggunaan alat tersebut yang pada akhirnya akan tersedia data luas areal perkebunan yang diinginkan serta akurat. Konsekwensi dari pengalokasian bantuan alat GPS diseluruh provinsi seyogyanya diberikan sosialisasi pengunaan alat GPS tersebut. Tindak lanjut dari pengalokasian alat GPS tersebut maka dilaksanakan sosialisasi yang dimaksud yaitu sebagai berikut :

 Tahun 2010 di 8 Provinsi yaitu Yogyakarta, Bali, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Lampung dan Bengkulu. Disamping itu dilaksanakan pula kegiatan yang sama di 2 provinsi yaitu Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara atas kerjasama Dinas Perkebunan dan Pusat Data dan Informasi Pertanian.

 Pada tahun 2011 dilaksanakan Sosialisasi GPS di 4 provinsi yaitu Banten, Jambi, Jawa Tengah dan Kalimantan Barat. Disampig itu dilaksanakan pula Sosialisasi GPS di 2 provinsi yaitu Nanggroe A. Darussalam dan Sulawesi Tengah oleh Dinas Perkebunan.

 Pada tahun 2012 direncanakan akan dilaksanakan sosialisasi penggunaan GPS untuk pengukuran areal perkebunan di 7 provinsi yaitu Kepulauan Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua.

Tujuan

Melakukan sosialisasi penggunaan alat receiver GPS untuk pengukuran areal perkebunan kepada petugas pengelola data perkebunan tingkat provinsi dan kabupaten

Sasaran

Terlatihnya petugas pengelola data perkebunan tingkat provinsi dan kabupaten dalam menggunakan alat receiver GPS untuk pengukuran luas areal perkebunan.

Target Output

1. Buku Panduan GPS

2. Terlatihnya Petugas Pengelola Data Bun sebanyak 108 orang 3. Lap Pelaksanaan Sosialisasi Per Prov

4. Laporan Akhir Output :

1. 250 Buku Panduan GPS

2. Terlatihnya petugas Pengelola Data perkebunan sebanyak 108 orang (provinsi Bangka Belitung, NTB, NTT dan Sulawesi Utara) 3. Laporan Pelaksanaan Sosialisasi per Provinsi

4. Laporan Akhir

5. Dokumen Perencanaan dan Pengelolaan Anggaran