PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKASANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERTANIAN
1. Laporan Penyusunan,Pengkajian dan Pengembangan Data dan Informasi
Tujuan
a. Laporan Penyusunan Data PDB Sektor Pertanian
Produk Domestik Bruto (PDB) pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam wilayah suatu negara tertentu, sehingga sering digunakan sebagai ukuran kinerja yang dicapai oleh sektor atau sub sektor ekonomi.
PDB telah di publikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) secara rutin, disajikan sampai sub sektor saja tidak dirinci per komoditas/kelompok komoditas, bahkan untuk sub sektor hortikultura datanya tergabung dalam tanaman bahan makanan (Tabama). Sementara Off farm dari pertanian masuk ke sektor industri dan sektor perdagangan.
Oleh karena itu perlu disusun PDB sektor pertanian secara menyeluruh (on farm s/d off farm) untuk dapat melihat kinerja sektor pertanian. Dalam rangka mendukung pencapaian misi tersebut, maka dilakukan penyusunan data PDB per sub sektor pertanian dan PDB Industri berbasis pertanian dan perdagangan berbasis pertanian, serta melakukan analisis terhadap PDB sektor pertanian.
Tujuan:
Melakukan penyusunan data PDB per sub sektor dan komoditas/kelompok komoditas, PDB industri berbasis pertanian dan perdagangan pertanian tahun 2010 s/d 2012.
Melakukan analisis PDB sektor pertanian. Sasaran:
Tersedianya data dan informasi informasi tentang kinerja sektor pertanian secara menyeluruh berdasarkan PDB sektor pertanian dalam kegiatan on farm maupun off farm.
Tersusunnya publikasi data dan analisis PDB Sektor Pertanian Output:
Buletin Triwulan I, Triwulan II, Triwulan III, Triwulan IV Data Base PDB Sektor Pertanian
Laporan Akhir
b. Laporan Survei Data Kesejahteraan Petani
Kehidupan para petani Indonesia sebagai penyangga sektor pertanian ternyata masih belum menggembirakan dan tingkat kesejahteraan petani masih rawan. Hasil Sensus Pertanian 2003 (ST-2003) menunjukkan bahwa jumlah petani bertambah dari 20,8 juta rumah tangga dari ST-1993 menjadi 25,4 juta rumahtangga atau meningkat 2,2% per tahun. Dari pertambahan jumlah tersebut menyebabkan bertambahnya petani gurem dengan luas lahan < 0,5 ha, dari sekitar 10,8 juta rumah tangga atau sekitar 52,7% dari total rumah tangga petani (ST-1993) menjadi 13,7 juta rumah tangga atau sekitar 56,5% (ST-2003). Pertambahan petani gurem ini mencapai 2,6% per tahun atau lebih besar dari pertambahan jumlah petani. Hal ini seiring pula dengan berkurangnya lahan pertanian sehingga pertambahan jumlah petani berdampak pada semakin berkurangnya rata-rata luas kepemilikan lahan oleh petani yang akan menyebabkan menurunnya kinerja pelaku usaha di sektor pertanian, khususnya petani.
Berdasar pertimbangkan tersebut di atas, sudah seharusnya pembangunan sektor pertanian saat ini dan di masa mendatang difokuskan pada peningkatan kesejahteraan terutama petani di perdesaan. Hal ini juga merupakan salah satu target utama kementerian pertanian. Untuk mendukung target peningkatan kesejahteraan petani tersebut, maka perlu informasi tentang tingkat kesejahteraan petani berdasarkan data dan informasi secara panel yang diperoleh langsung dari petani melalui suatu survei. Pusdatin pada tahun 2013 melakukan Survei Data Kesejahteraan Petani di lokasi sampel dengan tipe agroekosistem tertentu untuk mengetahui kondisi kesejahteraan petani ditinjau dari aspek pendapatan dan aspek pengeluaran rumah tangga pertanian.
Tujuan:
1. Menyempurnakan buku pedoman dan kuesioner survei kesejahteraan petani
2. Melakukan survei untuk mengumpulkan informasi tentang kesejahteraan petani ditinjau dari aspek pendapatan dan aspek pengeluaran rumah tangga pertanian dengan tipe agroekosistem yang berbeda di wilayah sampel
Sasaran:
1. Tersedianya buku pedoman dan kuesioner survei kesejahteraan petani yang telah disempurnakan
2. Tersedianya informasi dan analisis tentang kesejahteraan petani di wilayah sampel dengan tipe agroekosistem yang berbeda
Output:
1. Buku Pedoman dan Kuesioner Survei Data Kesejahteraan Petani 2013
2. Analisis Hasil Survei Data Kesejahteraan Petani 2013 3. Laporan Akhir Kegiatan
c. Laporan Pengukuran Produktivitas Hortikultura
Sejak tahun 2010 telah dilakukan pengukuran produktivitas hortikultura dengan menggunakan metode baku khusus untuk komoditas cabe dan bawang merah. Dalam metode baku tersebut pengukuran produktivitas hanya dilakukan satu kali. Dari hasil evaluasi pelaksanaan pengukuran produktivitas di lapang, dijumpai kesulitan untuk pengukuran produktivitas komoditas cabe yang dipanen berulang kali, karena dengan satu kali pengukuran harus dilakukan estimasi untuk total produksi yang dihasilkan pada satu musim panen. Sementara itu petugas pengumpul data juga mengalami kesulitan jika harus melakukan pengamatan secara terus-menerus di lapangan mengingat waktu panen yang cukup lama dan lokasi pertanaman cabe yang sulit dijangkau oleh petugas. Hal ini mengakibatkan data produktivitas yang dihasilkan diduga menjadi kurang akurat.
Menindaklanjuti hasil evaluasi tersebut, pada tahun 2012 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian melakukan pengukuran produktivitas hortikultura dengan fokus pada komoditas cabe dalam rangka membangun model produksi untuk mengurangi frekuensi pengamatan produksi cabe. Untuk mendukung model produksi yang dihasilkan, maka pada tahun 2013 dilakukan kegiatan lanjutan pada lokasi yang berbeda, sehingga diharapkan model produksi cabe yang dibangun dapat diterapkan pada wilayah sentra produksi cabe di Indonesia. Model produksi tersebut selanjutnya merupakan bahan pendukung dalam penyempurnaan metodologi pengukuran produktivitas hortikultura.
Tujuan:
a. Melakukan pengukuran produktivitas cabe.
b. Membangun model produksi untuk mengurangi frekuensi pengamatan produksi cabe.
c. Memperoleh rata-rata hasil per satuan luas (produktivitas) melalui pengukuran langsung untuk komoditas cabe.
Sasaran:
a. Terlaksananya pengukuran produktivitas cabe.
b. Tersedianya model produksi untuk mengurangi frekuensi pengamatan produksi cabe.
c. Tersedianya data produktivitas cabe Output:
a. Buku Pedoman Pengukuran Produktivitas Cabe (70 eksp)
b. TOT Petugas Pusat 17-18 Feb 2012 (11 org), tim Pusdatin & Narsumber IPB. Praktek Lapang di Lembang (20-21 Feb 2012) c. Pelatihan 37 org Petugas daerah, di Lembang 22-23 Feb 2012 d. Listing: 30 Blok Survei di Jabar (300 plot)
e. Pengukuran, pengolahan, analisis 293 plot (Garut 102 plot, Tasikmalaya 43 plot (7 plot puso), Cianjur 24 plot, Sukabumi 65 plot, Majalengka 59 plot)
f. Workshop tgl 12 Desember 2012 (30 org hadir BPS, Ditjen Horti, IPB), Hasil: frekuensi pemetikan 3x (pemetikan ke 4, 9, 17) lebih mendekati hasil pencatatan selama 1 siklus tanam
d. Laporan Penyusunan Metodologi area frame untuk pengukuran produktivitas
Pengumpulan data produktivitas padi dengan pendekatan rumah tangga yang dilakukan selama ini, sering dianggap kurang representatif oleh petugas kecamatan dan petugas kabupaten. Sampel yang terpilih untuk ubinan, sering jatuh pada petak –petak yang kurang subur dan banyak jatuh pada dataran tinggi. Hal ini diduga karena tahap pertama pemilihan sampel yaitu memilih sejumlah blok sensus, kurang mempertimbangkan letak geografis sawah seperti dataran tinggi dan dataran rendah. Proporsi blok sensus terpilih di dataran tinggi dan dataran rendah, harus dipertimbangkan sebelum menjatuhkan sejumlah sampel blok sensus. Faktor lain yang dianggap kurang representatif, pada saat pendaftaran rumah tangga (listing), rumah tangga dicatat jumlah bidang dan petak sawahnya. Petani yang memiliki jumlah petak
lebih banyak akan memiliki peluang yang lebih besar untuk terpilih sebagai sampel dibandingkan dengan petani yang memiliki jumlah petak yang lebih sedikit. Jadi rumah tangga yang memiliki lahan sawah yang lebih luas akan tetapi sedikit petak, mempunyai peluang yang lebih kecil untuk terpilih sebagai sampel dibandingkan dengan rumah tangga petani yang memiliki lahan sawah lebih sempit tetapi memiliki petak yang lebih banyak.
Pusdatin pada tahun 2012 ini akan mengembangkan dan melakukan uji coba metodologi area frame untuk pengukuran produktivitas padi bekerjasama dengan BPS dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Ada 2 (dua) tahap penting dalam mengembangkan metode ubinan padi. Tahap pertama memilih sejumlah blok wilayah, dengan memperhatikan kontur geografis sawah atau ketinggian rata-rata sawah terhadap permukaan laut. Blok wilayah yang terpilih proporsional antara dataran tinggi dan dataran rendah. Tahap yang kedua adalah melakukan pendaftaran rumah tangga pada blok wilayah terpilih. Pada tahap kedua ini sebelum dilakukan pemilihan sampel luas lahan rumah tangga petani akan diberi bobot yang berbeda, semakin luas lahan sawahnya bobot akan semakin besar. Petani yang memiliki lahan sawah yang lebih luas, akan memiliki peluang yang lebih besar untuk terpilih sebagai sampel dibandingkan dengan petani yang berlahan sempit.
Tujuan:
a. Menyusun metodologi area frame untuk pengukuran produktivitas padi.
b. Melakukan uji coba pengukuran produktivitas padi.
c. Menghitung rata-rata hasil (produktivitas) padi dan membandingkan dengan hasil pengukuran produktivitas padi melalui survei ubinan reguler.
Sasaran:
a. Tersedianya Buku Panduan Metodologi Area Frame untuk Pengukuran Produktivitas Padi.
b. Terlaksananya uji coba pengukuran produktivitas padi.
c. Tersedianya data rata-rata produktivitas padi hasil uji coba pengukuran.
Output:
a. Menyusun buku pedoman, kerangka survei, kuesioner, cetak peta b. 23-27 April 2012 pelatihan kepada KCD, PPL, KSK (80 org dari 32
Kec); Listing tg 28 April-7 Mei 2012 pada 80 mesh di 32 Kecamatan wilayah Cianjur; 8-9 Mei 2012 pemilihan sampel rumah tangga & pemilihan petak;
c. Pelaksanaan ubinan Mei-Ags 2012
d. Pengolahan & analis data ubinan 400 plot (100%)
e. Workshop, 28 November 2012 (hadir BPS, BPPT, Ditjen Tan Pangan, Dinas Jabar)
e. Laporan Pengumpulan,pengolahan dan penyiapan data pertanian level kabupatem/kota
Penentuan kebijakan di sektor pertanian saat ini mulai berpijak tidak hanya dari data/informasi yang ada di provinsi dan nasional, namun sudah melangkah lebih terfokus lagi ke tingkat kabupaten/kota. Langkah ini dipandang lebih tepat, karena sebagian besar pelaksanaan program pemerintah berada di wilayah kabupaten/kota. Berdasarkan latar belakang tersebut, Pusat Data dan Informasi Pertanian akan melakukan pembenahan data sektor pertanian tingkat kabupaten/kota di tahun 2012. Bekerjasama dengan Dinas Pertanian ( Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura), Dinas Peternakan dan Dinas Perkebunan atau Dinas yang membawahi sektor pertanian di 33 provinsi. Diharapkan dengan terbangunnya database sub sektor pertanian ini, akan memudahkan pengguna data untuk mengakses. Tujuan
a. Menyediakan data sektor pertanian tingkat kabupaten/kota.
b. Melakukan penataan database sektor pertanian tingkat kabupaten/kota.
Sasaran
a. Tersedianya data sektor pertanian level kabupaten/kota. b. Tertatanya database pertanian tingkat kabupaten/kota. Output
a. Pengumpulan data 4 subsektor level kabupaten/kota dari 10 dari 33 Prov
b. Entry, verifikasi, validasi data statistik produksi Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, Peternakan melalui BDSP (termasuk data Nak kab 2005-2009); EIS; IP
c. Buku Statistik 4 subsektor level kabupaten/kota d. CD dalam proses penyelesaian
f. Laporan Publikasi Data Statistik Pertanian
Bukanlah suatu hal yang berlebihan bila dikatakan bahwa dukungan data yang akurat dan tepat waktu, senantiasa diperlukan pada setiap tahap perencanaan pembangunan pertanian dalam berbagai periode. Untuk itu, sebagai kelanjutan dari tahun-tahun sebelumnya Pusat Data dan Sistem Informasi (Pusdatin) Pertanian telah membangun data statistik pertanian yang dipublikasikan dalam media cetak dan elektronik.
Berbagai data dan informasi tersebut di atas yang amat diperlukan oleh pimpinan adalah data dan informasi tentang perkembangan dan prospek komoditi strategis sektor pertanian, sehingga data dan informasi di atas dapat dipergunakan oleh para pimpinan Kementerian Pertanian khususnya sebagai bahan untuk menentukan arah kebijaksanaan pembangunan pertanian, pengguna data dan informasi lainya adalah masyarakat para pelaku agribisnis, pengusaha, investor, dan lain-lain untuk berbagai keperluan, maka agar data dan informasi di atas dapat dengan mudah disebarluaskan perlu disusun dalam bentuk buku publikasi baik yang berisi data kuantitatif sub sektor pertanian, maupun yang berisi informasi hasil analisis dan kajian sub sektor pertanian yang sangat berguna (diperlukan) bagi para pimpinan Kementerian Pertanian, serta informasi mengenai kegiatan yang dilakukan dalam rangka peningkatan usaha di bidang pertanian.
Selain instansi pemerintah pengguna data dan informasi pertanian terdiri dari masyarakat para pelaku agribisnis, pengusaha, investor, dan lain-lain untuk berbagai keperluan, agar data dan informasi di atas dapat dengan mudah disebarluaskan maka disusun dalam bentuk buku dan media elektronik (CD).
Tujuan
a) Menyusun Publikasi Buku Statistik Pertanian b) Menyusun Buku Saku edisi Bahasa Inggris c) Menyusun CD Statistik Pertanian
Sasaran
Tersedianya buku statistik pertanian, tersedianya buku saku statistik pertanian, dan tersedianya CD statistik pertanian.
Output
a. Buku Statistik Pertanian 2012 (seri data 5 tahunan) b. Format .pdf Buku Statistik Pertanian
c. Buku Saku (seri data 3 thn) & format pdf d. CD (interaktif) Buku Statistik Pertanian e. Laporan Akhir
g. Laporan Penyusunan Outlook Komoditas Tanaman Pangan dan Peternakan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian sebagai unsur penunjang Kementerian Pertanian mempunyai kewajiban untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan membuat kajian berbagai komoditas pertanian khususnya data sub sektor tanaman pangan dan peternakan. Hal ini sangat berguna untuk perumusan kebijakan, perencanaan, evaluasi dan monitoring pembangunan peternakan. Output kegiatan ini adalah buku outlook komoditas tanaman pangan dan peternakan yang merupakan hasil analisis data tanaman pangan dan peternakan yang lebih yang lebih ditekankan pada pemodelan ekonometrik data tanaman pangan dan peternakan dengan bantuan software statistik. Selain buku outlook kegiatan ini juga menghasilkan buletin tanaman pangan subround I dan II.
Tujuan
a. Melakukan analisis data peternakan dengan menggunakan model ekonometrik dan rekomendasi hasil kajian bagi pengembangan usaha beberapa komoditas tanaman pangan.
b. Melakukan analisis data peternakan dengan menggunakan model ekonometrik dan rekomendasi hasil kajian bagi pengembangan usaha beberapa komoditas peternakan.
Sasaran
a. Tersedianya Informasi dan kajian model ekonometrika serta hasil peramalan data tanaman pangan.
b. Tersedianya Informasi dan kajian model ekonometrika serta hasil peramalan data peternakan.
Output
a. Buku Outlook komoditas: 1.Padi, 2.Jagung, 3.Kedelai, 4.Kacang Tanah, 5. Ubikayu 6. Daging Sapi, 7. Daging Ayam, 8. Telur, 9.Susu (proyeksi 2013-2014), (menggunakan model analisis simultan)
b. Cetak dalam format .pdf c. Laporan Akhir
h. Laporan Penyusunan Outlook Komoditas Perkebunan dan Hortikultura
Peranan sektor perkebunan dan hortikultura di Indonesia sangat berarti dalam menunjang kehidupan sebagian besar masyarakat. Pengembangan semua potensi sumber daya pertanian, terutama komoditas strategis menjadi hal yang diharapkan. Dalam rangka mendukung perencanaan pembangunan pertanian yang berkaitan dengan hal tersebut di atas, dukungan data dan informasi komoditas pertanian strategis beserta perkembangannya disertai analisis dan proyeksi ke depan sangat diperlukan, agar kebijakan yang diambil tepat dan terarah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Kajian ini berguna untuk perumusan kebijaksanaan, perencanaan, evaluasi dan monitoring pembangunan sub sektor perkebunan dan hortikultura. Di samping itu outlook komoditas perkebunan dan hortikultura juga dapat mendukung penyediaan informasi bagi lembaga-lembaga keuangan pemberi kredit petani dan pengusaha sektor pertanian serta pelaku agribisnis lainnya.
Tujuan
a. Menyusun outlook komoditas perkebunan dan hortikultura yang berisi gambaran atau situasi beberapa komoditas unggulan sub sektor perkebunan dan hortikultura baik di dalam negeri maupun luar negeri.
b. Melakukan proyeksi terhadap prospek beberapa komoditas perkebunan dan hortikultura unggulan Indonesia di masa mendatang
Sasaran
a. Tersedianya outlook komoditas perkebunan dan hortikultura yang berisi gambaran atau situasi beberapa komoditas unggulan sub sektor perkebunan dan hortikultura baik di dalam negeri maupun
b. Tersedianya hasil proyeksi beberapa komoditas perkebunan dan hortikultura unggulan Indonesia di masa mendatang.
Output
a. Buku Outlook Komoditas Perkebunan: 1.Kelapa Sawit, 2.Kelapa, 3.Kakao, 4.Cengkeh, 5.Tembakau, 6.Tebu
b. Buku Oulook Komoditas Hortikultura: 1.Cabe, 2.Bawang Merah, 3.Bawang Putih, 4.Pisang, 5.Jahe,6. Anggrek
c. Workshop mengundang instansi terkait
d. Penggandaan Buku Outlook Komoditas Perkebunan dan Hortikultura sesuai target
i. Laporan Upaya percepatan penyediaan data dan kualitas data tanaman pangan berkesinambungan pada skala nasional
Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam menunjang kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia. Salah satu komoditas penting yang menjadi tumpuan oleh sebagian besar petani Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya adalah komoditas padi. Selain itu komoditas tersebut menjadi faktor penting dalam pemenuhan pangan penduduk. Kurangnya suplai beras seringkali akan mengguncang stabilitas politik secara nasional. Dengan melihat betapa pentingnya peranan komoditas padi/beras tersebut, maka pemerintah selalu berusaha menjaga kecukupan suplai beras bagi kebutuhan pangan penduduk Indonesia.
Selama ini, kecukupan beras dipenuhi dari produksi dalam negeri dan jika dirasa kurang, maka pemerintah akan mendatangkan beras secara impor dari luar negeri. Oleh karena itu untuk selalu mencukupi suplai beras tersebut, pemerintah selalu membuat perencanaan setiap tahunnya. Dalam rangka mendukung perencanaan pembangunan pertanian yang berkaitan dengan hal tersebut di atas, dukungan data dan informasi komoditas pertanian strategis tersebut beserta analisis dan proyeksi ke depan sangat diperlukan, agar kebijakan yang diambil tepat dan terarah, yang pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduk pada satu sisi dan kesejahkteraan petani pada sisi lainnya.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian sebagai salah satu unit instansi di Kementerian Pertanian mempunyai kewajiban untuk mengumpulkan data, mengolah, menganalisis dan membuat kajian komoditas tanaman pangan khususnya padi/beras, yang berguna
untuk membantu dalam perumusan kebijakan, perencanaan, evaluasi dan monitoring oleh para pengambil kebijakan.
Data padi yang dihasilkan dari produksi dalam negeri, didapatkan dari sumber data terendah yakni mulai dari level kecamatan yang secara berjenjang dilaporkan pada level di atasnya yaitu kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Selanjutnya data tersebut diolah bersama antara Kementerian Pertanian dengan BPS menjadi data resmi yang dipublikasikan sebanyak tiga kali dalam setahun atau secara subround. Namun pada saat ini dengan semakin intensifnya perencanaan yang memerlukan data setiap bulan, maka dengan mengandalkan data yang dipublikasikan setiap subround (4 bulan) dirasa tidak cukup. Para pengambil kebijakan memerlukan informasi terkini setiap bulannya. Pemenuhan data setiap bulan secara real time sangat memungkinkan untuk didapatkan, karena formulir pengumpulan data padi biasa dilaporkan bulanan.
Pada era otonomi yang berjalan pada saat ini, aliran data secara berjenjang dari mulai tingkat terendah di kecamatan sampai dengan tingkat pusat tidak berjalan dengan lancar. Walaupun petunjuk operasional sudah dengan jelas mengharuskan petugas daerah melaporkan secara berjenjang hasil pengumpulan data padi/beras tersebut, namun kenyataannya hanya sekitar 60% data yang terkirim ke pusat. Adanya kendala aliran data ini, menyebabkan para pengambil kebijakan di pusat mengalami kesulitan dalam merencanakan kebutuhan beras bagi penduduk Indonesia setiap tahunnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu terobosan baru untuk mengalirkan data dari daerah ke pusat. Dengan terobasan baru ini, diharapkan data akan tersedia secara tepat setiap bulannya. Melalui kegiatan „Upaya Percepatan Penyediaan data dan Kualitas Data Berkesinambungan Pada Skala Nasional‟ diharapkan ketersediaan data akan dapat diperoleh secara berkesinambungan, sehingga informasi perkembangan kondisi tanaman padi di lapang dapat dipantau dengan baik.
Pelaksanaan kegiatan tersebut telah didukung melalui penentuan kebijakan oleh pimpinan Kementerian Pertanian, diantaranya:
a. Keputusan Rapat Pimpinan Kementerian Pertanian tanggal 8 September 2011 tentang Percepatan Penyediaan dan Peningkatan Kualitas Data Tanaman Pangan
b. Rapat Koordinasi Pangan pada tanggal 19 September 2011 di kantor Kementerian Pertanian kembali melakukan retreat target surplus beras sebesar 10 juta ton pada tahun 2014.
Usulan pemerintah tentang tambahan dana siaga (kontingensi) untuk mengamankan stok pangan nasional tahun 2012 sebanyak Rp 3 trilliun
Tujuan
a. Menyempurnakan dan mempercepat aliran data tanaman pangan mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi sampai dengan pusat setiap bulan. Dilakukan melalui kerjasama antara Kementerian Pertanian dengan BPS serta Dinas-dinas Pertanian di daerah.
b. Mengolah dan menganalisis data tanaman pangan pada semua tingkatan untuk disajikan dalam Buletin terbatas bagi kepentingan pimpinan di seluruh jajaran Kementerian Pertanian.
c. Menyediakan rekapitulasi data Tanaman Pangan pada tingkat Kabupaten, Provinsi dan Nasional secara periodik setiap bulan. Sasaran
a. Pelaksana kegiatan dilakukan melalui mekanisme kerjasama antara Kementerian Pertanian dengan Badan Pusat Statisti (BPS), serta Dinas-dinas jajaran Pertanian provinsi dan kabupaten/kota.
b. Terkoordinasinya pengelolaan data padi, palawija di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten antara Pelaksana dengan Kementerian Pertanian, sehingga aliran data secara bulanan dapat berjalan dengan lancar.
c. Tersedianya Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mudah dimengerti dan menjadi pedoman bagi Pelaksana baik pada tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota kecamatan dalam mengirimkan data dari daerah ke pusat.
d. Tersosialisasinya SOP bagi petugas Pelaksana pengelola data padi dan palawija di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan sehingga para petugas dapat menjalankan kewajiban mengirimkan data secara periodik bulanan.
e. Tersedianya data padi dan palawija secara nasional secara periodik bulanan di Kementerian Pertanian yang diterima dari Pelaksana, sehingga dapat dianalisis dan bermanfaat bagi pengambil kebijakan dalam menentukan perencanaan kebutuhan pangan nasional.
Target Output :
1. Sosialisasi Pedoman & SOP “Percepatan” ke BPS & Diperta Prov, Kab/Kota, Mantritani/KCD & KSK di kecamatan
2. Database (raw-data) SP-Padi, SP-Palawija (LTanam, Lpuso, LPanen) setiap tgl 25, level Kab/Kota secara nasional, Januari-Desember 2012 & SP-Lahan-2011 siap diakses oleh Kementerian Pertanian (Pusdatin)
3. Data Luas Tanam, Ls Puso, Ls Panen dari SP-Padi, SP-Palawija per bulan (Jan-Des 2012) serta data SP-Lahan-2011 secara Nasional
4. Buletin bulanan untuk bahan Rapat Pimpinan Kementerian Pertanian, berisi keragaan Ls Tanam, Ls Panen Padi per bulan , Analisis dan Peta distribusi di 17 Prov sentra padi, Prediksi Ls Panen & Produksi Padi beberapa periode bulan ke depan.
5. Laporan akhir (1 eksp)
6. Sosialisasi supervisi, evaluasi “program percepatan” kepada BPS dan Dinas Pertanian di 308 Kab/kota, 4350 kecamatan (Mantritani/KCD & KSK).
7. Menghadirkan Data SP-Padi, SP-Palawija level Kab/Kota, Bulanan (Januari – Desember 2012) serta Data SP-Lahan 2011
8. Data Luas Tanam, Ls Puso, Ls Panen dari SP-Padi, SP-Palawija per bulan (Jan-Des 2012) serta data SP-Lahan-2011 secara Nasional
9. Buletin bulanan untuk bahan Rapat Pimpinan Kementerian Pertanian, berisi keragaan Ls Tanam, Ls Panen Padi per bulan ,