• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTARA LAHAT SUMATERA SELATAN

A. Laporan Hasil Pelaksanaan Proses Katekese 1. Proses dan Hasil Pelaksanaan Model SOTARAE (A)

a. Pengantar dan salam pembuka (Ketua Lingkungan)

Bapak Agus Sunaryo selaku ketua Lingkungan St. Paulus memberitahukan kepada umat latar belakang diadakan katekese/pendalaman iman umat. Setelah itu memberikan waktu/kesempatan sepenuhnya kepada pemandu untuk melaksanakan katekese/pendalaman iman umat.

b. Doa Pembukaan (Pemandu)

“Ya Allah Yang Maha Baik dan Pemurah. Terima kasih atas karunia dan berkatMu sepanjang hari ini. Ya Allah kami juga berterima kasih kepadaMu karena Engkau telah mengumpulkan kami di sini untuk menggali iman kami lewat pendalaman iman ini. Ya Allah berkatilah dan hadirlah dalam pertemuan ini agar proses kegiatan ini dapat berjalan dengan baik, sebagaimana mestinya seturut dengan yang Engkau kehendaki. Doa ini kami serahkan dengan pengantaraan Kristus Tuhan Kami. Amin.”

c. Menonton Tayangan “Penyejuk Imani Katolik”

Pemandu menayangkan DVD tayangan Penyejuk Imani Katolik yang bertemakan “Menghayati Tugas Perutusanku” yang disiarkan di stasiun televisi

Indosiar tanggal 25 Mei 2008 (30 menit). Ketika tayangan PIK ditayangkan, peserta menyaksikan tayangan “Penyejuk Imani Katolik” Ini dengan seksama dan penuh perhatian.

d. Langkah I (Situasi ): Menjajagi kesan para peserta.

Kesan-kesan spontan yang diungkapkan oleh para peserta katekese antara lain:

• “Hebat dan sangat berani berbagi kasih”. Kesan ini diungkapkan oleh Bpk. Gunardi. Alasan Bpk. Gunadi mengatakan bahwa tayangan ini hebat dan sangat berani berbagi kasih karena dia melihat bahwa ada suatu sikap rela berkorban dari para relawan yang berani mengorbankan kepentingan mereka dalam membantu korban bencana alam.

• “Luar biasa, serta ada kerjasama team”. Kesan ini diungkapkan oleh Bpk. Agustinus Sunaryo (selaku ketua Lingkungan Santo Paulus), dia melihat ada suatu pengorbanan yang sangat nampak dari relawan di mana di samping mereka para kaum muda yang kadang mempunyai kesibukan, mereka masih meluangkan waktu untuk membantu korban bencana alam.

• “Menarik”. Kesan ini diungkapkan oleh ibu Petra. Ibu Petra tertarik dari penjelasan Bpk. Krishnamurti yang memberikan inspirasi bagaimana menggerakkan sikap kepedulian. dalam penjelasannya beliau mengatakan bahwa membangun sikap peduli itu harus dimulai dari diri kita sendiri dulu baru kita baru mengajak orang lain untuk terlibat. Kalau kita ingin menggerakan sikap kepedulian maka harus dimulai dari diri kita dahulu.

• “Peduli, kreatif, dan sederhana”. Kesan ini diungkapkan oleh Bpk Triwardono. Dia melihat ada suatu kepedulian dari organisasi GROPESH dalam membangun kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan mengumpulkan sampah-sampah dan digunakan untuk pupuk. Ini sangat kreatif dan dapat dicontoh.

e. Langkah II (Objektif): Menemukan dan mengungkap fakta-fakta objektif. Para peserta mengungkapkan ada tiga bagian cerita dalam tayangan PIK ini. Bagian itu antara lain:

• Bagian Pertama: Mengisahkan perjalanan Santo Fransiskus Xaverius, tayangan ini mengisahkan bagaimana pengabdian Santo Fransiskus Xaverius dalam menjalankan panggilannya (Bpk. Ignasius Sukino). Tokoh yang ada dalam bagian tayangan tersebut adalah St. Fransiskus.

• Bagian Kedua: Menceritakan bagaimana menggerakkan sikap peduli, sikap peduli dapat digerakkan dari masa anak-anak. Menggerakkan sikap peduli harus dimulai dari diri sendiri dulu, setelah itu baru kita dapat menggerakkan orang lain untuk menggerakkan sikap peduli (Ibu Petra). Tokoh dalam bagian ini adalah Bpk. Krishnamurti.

• Bagian Ketiga: Menceritakan kepedulian umat di Solo terhadap korban bencana alam (banjir). Dalam tayangan ini diceritakan bagaimana kepedulian umat muda Katolik terhadap korban bencana alam. Kesediaan dan kerjasama antar kaum muda sangat nampak dalam tayangan ini (Bpk Gunawan). Tokoh dalam bagian ini adalah Romo. A. Banu

• Bagian Keempat: Organisasi GROPESH (Gerombolan Peduli Sampah) merupakan organisasi yang menyerukan pentingnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidup. Dengan cara membentuk suatu organisasi yang dinamakan GROPESH. Kepedulian anggota dalam membangun lingkungan yang bersih dari sampah dan peduli dengan lingkungannya di sini sangat nampak (Bpk. Triwardono).

Menurut semua peserta katekese, secara keseluruhan kisah tayangan ini mengisahkan kepedulian dan mengajak seseorang untuk berbuat sesuatu bagi lingkungannya.

f. Langkah III (Tema-tema): Merumuskan tema-tema. Tema-tema yang diungkapkan oleh peserta antara lain:

• Bpk. Triwardono mengusulkan tema “Kepedulian Membawa Kebahagiaan Kepada Sesama”.

• Bpk. Gunawan mengusulkan Tema “Berbagi Kasih Kepada Sesama”.

• Ibu Petra mengusulkan tema “Kepedulian Diawali dari Lingkungan Sendiri”. Tema besar yang ditemukan, serta bedasarkan kesepakatan bersama antara peserta dengan peserta adalah “Mengembangkan Sikap Peduli dan Kasih di Lingkungan Santo Paulus.”

g. Langkah IV (Analisis): Menganalisis tema

Menurut peserta unsur-unsur yang nampak dalam tema adalah adanya sikap kepedulian terhadap lingkungan, kerelaan untuk mengorbankan diri dan

membagikan waktu untuk terlibat, dan sikap bertenggang rasa. Bpk. Agustinus mensharingkan bahwa sikap kepedulian sangat dibutuhkan sekali dalam membangun gereja dan lingkungan. Kepedulian sebaiknya ditumbuhkan dalam diri kita masing-masing.

Dalam melaksanakan tema atau niat tentunya ada persoalan yang akan dihadapi. Adapun permasalahan yang akan dihadapi jika tema ini akan dilaksanakan/diterapkan dalam keluarga adalah:

• Bpk. Triwardono mensharingkan salah satu faktor penghambat ketika kita ingin mengembangkan sikap peduli kepada lingkungan adalah rasa malas. Kadang kita selalu malas ketika ada kegiatan lingkungan.

• Bpk. Gun juga mensharingkan faktor yang mempengaruhi kita pada saat kita ingin terlibat dan peduli terhadap lingkungan adalah sibuk membagi waktu dengan pekerjaan dengan urusan kegiatan lingkungan. Dan kadang urusan lingkungan menjadi kepentingan sekunder setelah kerja.

• Bpk. Sunaryo mensharingkan bahwa keadaan cuaca yang kurang mendukung seperti pada musim hujan, kadang juga mempengaruhi kita dalam mengikuti kegiatan lingkungan. Pada saat cuaca tidak mendukung, kita merasa malas untuk pergi mengikuti kegiatan lingkungan.

• Bpk. Sukiman juga mensharingkan bahwa sikap egois sangat menghalangi kita waktu kita akan membagi kepentingan antara kesenangan (hoby), dan kepentingan pribadi dengan urusan lingkungan. Contohnya: lebih memilih memancing dari pada ikut pertemuan lingkungan, lebih memilih menonton sinetron dari pada doa lingkungan, dan lain sebagainya.

• Bpk. Sukino mensharingkan kadang kita merasa tidak bisa ketika kita ditunjuk untuk menjadi petugas dalam kegiatan lingkungan dan kegiatan gereja. Dan faktor inilah yang kadang membuat kita merasa enggan dan selalu mencari alasan untuk terlibat aktif dalam kegiata gereja dan lingkungan.

h. Tahap V (Rangkuman): Merangkum keseluruhan hasil

Pada tahap ini pemandu menyampaikan rangkuman dari apa yang telah dikemukakan oleh peserta. Kesan-kesan yang sudah diungkapkan, yaitu:

• “Hebat dan sangat Berani Berbagi kasih”. Kesan ini diungkapkan oleh Bpk. Gunadi. Alasan Bpk. Gunadi mengatakan bahwa tayangan ini hebat dan sangat berani berbagi kasih karena dia melihat bahwa ada suatu sikap rela berkorban dari para relawan yang berani mengorbankan kepentingan mereka dalam membantu korban bencana alam.

• “Luar biasa, serta ada kerjasama team”. Kesan ini diungkapkan oleh Bpk. Agustinus Sunaryo, dia melihat ada suatu pengorbanan yang sangat nampak dari relawan di mana disamping mereka para kaum muda yang kadang mempunyai kesibukan, mereka masih meluangkan waktu untuk membantu korban bencana alam. Bapak Agustinus juga melihat ada suatu kerja sama ketika para kaum muda mejadi relawan.

• “Menarik”. Kesan ini diungkapkan oleh ibu Perta. Ibu Perta tertarik akan penjelasan Bpk Krishnamurti yang memberikan inspirasi bagaimana menggerakan sikap kepedulian. Dalam penjelasannya beliau mengatakan

bahwa membangun sikap peduli itu harus dimulai dari diri kita sendiri dulu baru kita baru mengajak orang lain untuk terlibat.

• Bpk. Triwardono yang mengungkapkan bahwa tayangan ini sangat mengungkapkan kepedulian, ada sikap kreatif dan sederhana. Bpk Triwardono melihat ada suatu kepedulian dari organisasi GROPESH dalam membangun kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan mengumpulkan sampah-sampah dan digunakan untuk pupuk. Ini sangat kreatif. Setelah itu kita tadi juga sudah bersama-sama mencoba membagi 4 bagian cerita dalam tayangan ini. Bagian pertama, mengisahkan perjalanan Santo Fransiskus Xaverius. Tayangan ini mengisahkan bagaimana pengabdian Santo Fransiskus Xaverius menjalankan panggilannya. Dan tokohnya adalah St. Fransiskus. Bagian kedua, menceritakan bagaimana menggerakkan sikap peduli. Sikap peduli dapat digerakkan dari masa anak-anak. Menggerakkan sikap peduli harus dimulai dari diri sendiri dulu, setelah itu baru kita dapat menggerakkan orang lain untuk menggerakkan sikap peduli. Tokohnya dalam sesi ini adalah Bpk. Krishnamurti. Bagian ketiga, menceritakan tentang kepedulian umat di Solo terhadap korban bencana alam (banjir). Dalam tayangan ini diceritakan bagaimana kepedulian umat muda Katolik terhadap korban bencana alam. Mereka mengorbankan diri dan kepentingan mereka untuk menjadi relawan. Kesediaan dan kerjasama antar kaum muda sangat nampak dalam tayangan ini. Tokoh dalam sesi ini adalah Romo. A. Banu. Bagian Keempat, organisasi GROPESH menceritakan bagaimana kepedulian masyarakat

yang peduli terhadap lingkungan hidup. Dengan cara membentuk suatu organisasi yang dinamakan GROPESH. Kepedulian anggota dalam membangun lingkunga yang bersih dari sampah dan peduli dengan lingkungan di sini sangat nampak”.

Kita juga sudah mendapatkan suatu tema besar. Tema ini nantinya kita akan terapkan baik di lingkungan kita dan keluarga kita. Dan kita sudah mencoba mencari permasalahan yang akan kita hadapi jika kita menerapkan tema ini di lingkungan ataupun di keluarga kita. Permasalahan itu antara lain:

• Bpk. Triwardono mensharingkan salah satu faktor penghambat ketika kita ingin mengembangkan sikap peduli kepada lingkungan adalah rasa malas. Kadang kita selalu malas ketika ada kegiatan lingkungan.

• Bpk. Gunawan juga mensharingkan faktor yang mempengaruhi yang menghalangi sibuk membagi waktu dengan pekerjaan dengan urusan kegiatan lingkungan. Kadang urusan lingkungan menjadi kepentingan sekunder setelah kerja.

• Bpk. Sunaryo mensharingkan bahwa keadaan cuaca yang kurang mendukung seperti pada musim hujan kadang juga mempengaruhi kita dalam mengikuti kegiatan lingkungan.

• Bpk. Sukiman juga mensharingkan bahwa sikap egois juga sangat menghalangi kita waktu kita akan membagi kepentingan antara kesenangan dan kepentingan pribadi dan urusan lingkungan.

• Bpk. Sukino mensharingkan kadang kita merasa tidak bisa ketika kita ditunjuk untuk menjadi petugas dalam kegiatan lingkungan dan kegiatan

gereja. Faktor inilah yang kadang membuat kita merasa enggan dan selalu mencari alasan untuk terlibat aktif dalam kegiatan gereja dan lingkungan.

i. Langkah VI (Aksi): Menentukan aksi/tindakan konkret

Pada langkah ini peserta bersama-sama menentukan usaha dan aksi serta tindakan konkret yang akan dilaksanakan, usaha-usaha itu antara lain:

• Selalu mengingatkan dan mengajak umat yang lain jika ada kegiatan lingkungan atau gereja (Bpk. Tri)

• Saling mendoakan satu sama lain (Ibu Perta).

• Membuat penjadwalan petugas pertemuan pendalaman iman. Penjadwalan ini setidaknya dapat menjadi tanggung jawab orang yang ditunjuk dan mengaktifkan umat yang masih kurang aktif (Bpk. Agus Sunaryo).

• Mengadakan rekoleksi yang bertemakan “Membangun Kepedulian”. Rekoleksi ini diagendakan rekoleksi di tahun 2011 dan dimasukkan ke dalam agenda lingkungan (Bpk. Agus Sunaryo).

j. Langkah VII (Evaluasi): Mengevaluasi keseluruhan proses kegiatan Pada langkah ini peserta tidak memberikan masukan/pendapat untuk proses kegiatan katekese yang telah berlangsung.

k. Penutup Doa Penutup: (pemandu)

“Ya Allah Bapa terima kasih karena Roh KudusMu yang senantiasa menyertai kami dalam proses kegiatan ini. Kami mohon kepadamu Ya Allah berkatilah semoga apa yang telah kami rencanakan dan akan laksanakan dapat

terlaksana dan kami mampu membagikan kasih dan semakin peduli kepada lingkungan kami dan keluarga kami. Seluruh Doa dan niat ini kami serahkan ke dalam tangan penyelenggaraanMu dengan pengantaraan Kristus Tuhan Kami. Amin.

2. Proses dan Hasil Katekese Model SOTARAE (B) a. Pengantar dan salam pembuka (Ketua Lingkungan)

Bapak Agus Sunaryo selaku ketua Lingkungan St. Paulus memberikan pengantar mengenai maksud dan tujuan dari pertemuan lingkungan ini. Setelah itu memberikan waktu/kesempatan sepenuhnya kepada pemandu/peneliti untuk melaksanakan katekese/pendalaman iman umat.

b. Doa Pembukaan (Pemandu)

“Ya Allah Bapa tak henti-hentinya kami memanjatkan puji dan syukur kepadaMu karena berkatMu yang melimpah di sepanjang hari ini. Ya Allah kami kini akan melaksanakan pendalaman iman, mohon perlindunganMu agar kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar. Dan semua seluruh proses kegiatan ini kami serahkan kepadaMu dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.”

c. Menonton Tayangan “Penyejuk Imani Katolik”

Pemandu menayangkan tayangan “Penyejuk Imani Katolik” yang bertemakan “Membimbing Anak-anak Kepada Tuhan” (30 menit), dan ini

ditayangkan di televisi Indosiar tanggal 30 Maret 2008. Ketika tayangan PIK ditayangkan, peserta menyaksikannya dengan seksama dan penuh perhatian.

d. Langkah I (Situasi ): Menjajagi kesan para peserta.

Kesan-kesan spontan yang diungkapkan oleh para peserta katekese antara lain:

• “Hebat, terharu, terkesan”. Kesan ini dikatakan oleh Bpk. Gunardi. Alasan Bpk. Gunardi mengatakan hebat, karena dia melihat pengorbanan Pastor Eduard Michelis dalam mendampingi anak-anak jalanan dan terlantar.

• “Penuh kasih”. Kesan ini dikatakan oleh Ibu Petra. Ibu Petra mengatakan bahwa dalam tayangan ini ada pesan kasih, yaitu mengasihi antara orangtua dan anak untuk mengarahkan mereka kepada Tuhan.

• “Dapat dijadikan sebagai contoh”. Kesan ini dikatakan oleh Bpk. Sukino. Bpk. Sukino terinspirasi dengan penjelasan dari Martasujita, Pr. Bahwa peranan orangtua dalam mengarahkan anak-anak kepada Tuhan sangatlah nampak. Orangtua harus menjadi panutan bagi anak-anak.

• “Penuh kegembiraan”. Kesan ini dikatakan oleh Bpk. Tri. Bapak Tri melihat pada saat pembukaan Tahun Anak dan Remaja, ada kegembiraan yang terpancar dari anak-anak yang mengikuti kegiatan tersebut.

• “Ada keterlibatan semua dukungan umat dan orangtua”. Kesan ini dikatakan oleh Ibu Atik. Pada saat pembukaan Tahun Anak-anak dan Remaja semuanya tidak terlepas dari peranan umat dan orangtua. Peranan umat dan orangtua sangatlah menjadi faktor pendukung yang penting.

e. Langkah II (Objektif): Menemukan dan mengungkap fakta-fakta objektif. Para peserta mengungkapkan ada tiga bagian cerita dalam tayangan PIK ini. Bagian itu antara lain:

1) Bagian Pertama:

• Mengisahkan bagaimana keprihatinan Pastor Eduard Michelis kepada anak-anak terlantar. Kepedulian Pastor Eduard Michelis sangatlah membuat anak-anak merasa nyaman jika disisinya. (Bpk. Sunarto)

• Kepedulian Pastor Eduard juga nampak ketika beliau mendirikan Tarekat dan panti asuhan untuk anak-anak terlantar. Pastor Eduard Michelis memberikan suatu sarana dan membimbing anak-anak kepada Yesus (Bpk. Agus). Tokoh pada bagian ini adalah Pastor Eduard .M

2) Bagian Kedua:

• Penjelasan tentang pengertian Adorasi Ekaristi dan Adorasi Ekaristi Ilahi dan Pengertian Gereja (Bpk. Triwardono).

• Pentingnya Menjelaskan Ekaristi kepada anak-anak. Di sini ada alternatif cara misalkan kalau orangtua tidak mengerti sekali tentang ekaristi. Romo memberikan alternatif kepada orangtua untuk mencari bahan-bahan pendukung yang dapat membantu memperkenalkan ekaristi (Bpk. Sukino).

• Komuni Batuk sangat berkesan sekali untuk anak-anak, ketika anak-anak tidak menerima komuni batuk mereka ada yang menangis. Ini menandakan bahwa anak-anak mulai mau menghayati perayaan Ekaristi. Peranan orangtua harus ada. Misalnya anak-anak dilatih untuk mengikuti perayaan

ekaristi dengan baik (Bpk. Sukino). Tokoh dalam bagian ini adalah Rm. E. Martasujita. Pr.

3) Bagian Ketiga:

• Menceritakan pembukaan Tahun Anak dan Remaja di Keuskupan Agung Semarang. Pesan yang terkandung dalam bagian ini adalah perlunya pendampingan dan dukungan dari orangtua kepada anak-anak untuk sampai kepada Yesus (Ibu Petra).

• Surat yang dibahasakan menggunakan bahasa dan Romo yang memperagakan keceriaan anak-anak. Di sana terlihat bahwa Uskup dan Romo sangat menyelami peranannya sebagai teman dan sahabat anak-anak. (Ibu.Bernad)

• Inti dari keseluruhan tayangan ini adalah kepedulian terhadap anak-anak, dan memperkenalkan anak-anak kepada Yesus melalui Ekaristi. Tokoh dalam bagian ini adalah Uskup dan anak-anak PIA.

f. Langkah III (Tema-tema): Merumuskan tema-tema.

Hanya satu usulan tema yang diungkapkan oleh peserta. Tema tersebut adalah “Membimbing anak-anak kepada Yesus”. Tema ini langsung menjadi tema besar, karena hanya tema inilah yang diungkapkan peserta.

g. Langkah IV (Analisis): Menganalisis tema

Menurut semua peserta unsur-unsur apa yang nampak dalam tema adalah kepedulian terhadap anak-anak, dan perhatian kepada anak-anak.

Sedangkan permasalahan yang akan dihadapi jika tema ini akan dilaksanakan/diterapkan dalam keluarga adalah: orangtua kurang memiliki pengetahuan tentang Ekaristi, sering mempercayakan anak-anak kepada orang lain dan oleh karena itu orangtua merasa anak-anak sudah ada yang mengurus, kurang menyempatkan untuk berkomunikasi dengan anak. Selain itu hambatan dari pihak anak adalah ada acara yang lebih menarik, seperti bermain dengan teman, acara televisi. Fakor inilah yang menyebabkan anak tidak mau dan malas untuk mengikuti kegiatan lingkungan dan gereja.

h. Tahap V (Rangkuman): Merangkum keseluruhan hasil

“Bapak, dan Ibu yang terkasih, tadi kita sudah bersama-sama mengungkapkan kesan kita dari tayangan ini. Kesan-kesan itu antara lain:

• “Hebat, terharu, terkesan”. Kesan ini dikatakan oleh Bpk Gunardi. Alasan Bpk. Gunardi mengatakan hebat karena dalam tayangan ini memperlihatkan pengorbanan Pastor Eduard Michelis dalam mendampingi anak-anak jalanan dan terlantar.

• “Penuh kasih”. Kesan ini dikatakan oleh Ibu Petra. Dalam pembicaraannya Ibu Petra mengatakan bahwa dalam tayangan ini ada pesan kasih, yaitu mengasihi antara orang tua dan anak untuk mengarahkan mereka kepada Tuhan.

• “Dapat menjadi contoh”. Kesan ini dikatakan oleh Bpk. Sukino. Bpk Sukino terinspirasi dengan penjelasan dari Martasujita, Pr. Dalam tayangan

ini peranan orangtua dalam mengarahkan anak-anak kepada Tuhan sangatlah nampak. Orangtua harus menjadi panutan untuk anak-anak.

• “Penuh kegembiraan”. Kesan ini dikatakan oleh Bpk. Tri. Bapak Tri melihat pada saat pembukaan Tahun Anak dan Remaja, ada kegembiraan yang terpancar dari anak-anak yang mengikuti kegiatan tersebut.

• “Ada keterlibatan semua dukungan umat dan orangtua”. Kesan ini dikatakan oleh Ibu Atik. Pada saat pembukaan Tahun Anak-anak dan Remaja semuanya tidak terlepas dari peranan umat dan orangtua. Peranan umat dan orangtua sangatlah menjadi faktor pendukung yang penting.

“Setelah tadi kita sudah bersama-sama juga menganalisis tayangan ini menjadi beberapa bagian. Bagian itu adalah: bagian pertama, mengisahkan bagaimana keprihatinan Pastor Eduard Michelis kepada anak-anak terlantar. Kepedulian Pastor Eduard Michelis sangatlah membuat anak-anak merasa nyaman jika disisinya. (Bpk. Sunarto). Kepedulian Pastor Eduard juga nampak ketika beliau mendirikan Tarekat dan panti asuhan untuk anak-anak terlantar. Pastor Eduard Michelis memberikan suatu tempat dan sarana untuk membimbing dan mendampingi anak-anak kepada Yesus. (Bpk. Agus), Tokohnya adalah Pastor Eduard .M. Bagian kedua, ada penjelasan dari pengertian Adorasi Ekaristi dan Adorasi Ekaristi Ilahi dan Pengertian Gereja (Bpk. Triwardono). Pentingnya Menjelaskan Ekaristi kepada anak-anak. Dari tayangan ini ada alternatif cara kalau orangtua tidak mengerti sekali tentang ekaristi. Romo memberikan alternatif kepada orangtua untuk mencari bahan bahan pendukung yang dapat membantu mereka dalam menjelaskan ekaristi

kepada anak-anak. (Bpk. Sukino). Komuni Batuk sangat berkesan sekali untuk anak-anak, ketika anak-anak tidak menerima komuni batuk mereka ada yang menangis. Ini menandakan bahwa anak-anak mulai mau menghayati perayaan Ekaristi. (Bpk. Sukino). Tokoh dalam bagian ini adalah Rm. Dr. E. Martasujita. Pr. Bagian ketiga menceritakan pembukaan Tahun Anak dan Remaja di Keuskupan Agung Semarang. Perlunya pendampingan dan dukungan dari orangtua kepada anak-anak untuk sampai kepada Yesus (Ibu Perta). Ditampilkan juga surat yang dibahasakan menggunakan bahasa dan Romo yang memperagakan keceriaan anak-anak. Di sana terlihat bahwa Uskup dan Romo sangat menyelami peranannya sebagai teman dan sahabat anak-anak. (Ibu. Bernad)

Menurut semua peserta inti dari keseluruhan tayangan ini mengisahkan kepedulian terhadap anak-anak dan memperkenalkan anak-anak kepada Yesus melalui Ekaristi. Ada suatu peranan orang tua untuk membimbing dan memotivasi anak untuk sampai kepada Yesus terutama dengan keteladanan orang tua dalam menghayati ekaristi. Oleh karena itu peranan orangtua sangatlah menjadi hal dasar dan hal yang sangat penting.

i. Langkah VI (Aksi): Menentukan aksi/tindakan konkrit

Peserta bersama-sama menentukan usaha dan aksi serta tindakan konkret yang akan dilaksanakan, usaha-usaha itu antara lain:

• Menyempatkan diri untuk berkomunikasi dengan anak-anak. Dengan cara sehabis kerja dan istirahat, orangtua setidaknya mampu untuk membangun

komunikasi dengan anak-anak, serta mampu untuk memberikan cinta kasih, perhatian, dorongan, dan motivasi kepada anak-anaknya.

• Menyemangati dan memotivasi anak-anak untuk semakin bersemangat dalam mengikuti kegiatan Gereja.

j. Langkah VII (Evaluasi): Mengevaluasi keseluruhan proses kegiatan Pada langkah ini peserta tidak memberikan masukan/pendapat untuk proses kegiatan katekese.

k. Penutup Doa Penutup: (pemandu)

“Ya Allah Bapa, terima kasih atas penertaanMu sepanjang proses kegiatan ini. Kami memohon kepadaMu Ya Allah berkatilah kiranya kami mampu untuk menjadi batu pelindung bagi anak-anak kami, berkatilah juga supaya kami mampu mengarahkan anak-anak untuk sampai kepadaMu. Semua doa ini kami serahkan kepadaMu demi pengantaraan Kristus Tuhan Kami. Amin.

3. Penilaian Evaluator Terhadap Pelaksanaan Katekese I dan II a. Penilaian Evaluator terhadap Pelaksanaan Katekese (A) 1) Identitas pelaksanaan

• Jenis kegiatan: Katekese (Pendalaman Iman)

• Tanggal pelaksanaan: 21 Oktober 2010

• Peserta: Bapak dan Ibu Lingkungan Santo Paulus Paroki Santa Maria Pengantara Lahat.

• Nama Evaluator: Catarina Murdiyati.

2) Penilaian Pelaksanaan Katekese

• Evaluator sangat setuju bahwa proses katekese menggunakan alat-alat media audiovisual. Evaluator menyebutkan alat-alat yang dipakai oleh