• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Laporan Keuangan Daerah

1. Pengertian Laporan Keuangan Daerah

Menurut Halim (2007: D-8), laporan keuangan daerah adalah informasi keuangan yang disusun oleh suatu pemerintah daerah yang terutama ditujukan bagi kepentingan luar pihak pemerintah daerah tersebut. Menurut pasal 169 ayat 2g Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Laporan Keuangan Daerah terdiri atas:

a) Laporan Realisasi Anggaran b) Neraca

c) Laporan Arus Kas

Laporan keuangan tersebut juga sesuai dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP, setelah adanya perubahan atas Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002. Laporan Keuangannya terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan Keuangan (Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik, 2006: 30).

Pada tahun 2005 dan 2006 bentuk APBD menganut pada Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 dan mulai tahun 2007 mengacu pada PP Nomor 24 tahun 2005 tentang SAP. Disebutkan dalam buku yang ditulis oleh Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik (2006: 29) bahwa Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 lebih banyak mengatur sistem akuntansi pemerintah daerah dan PP Nomor 24 Tahun 2005 mengatur standar akuntansi yaitu SAP. Perbedaan mendasar yang pertama adalah pada pengelompokan belanja.

Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah yaitu:

a) Masyarakat

b) Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa c) Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi,

dan pinjaman d) Pemerintah.

2. Tujuan Laporan Keuangan Daerah

Dalam Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2005 tentang SAP, laporan keuangan pemerintah ditujukan untuk memenuhi tujuan umum pelaporan keuangan, namun tidak untuk memenuhi kebutuhan khusus pemakainya. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan.Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

Mardismo (2002) dalam Nordiawan (2006: 131-132) menyebutkan bahwa tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik adalah untuk memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik, memberikan dasar perencanaan dan kebijakan serta aktivitas di masa yang akan datang, serta membantu dalam menentukan apakah suatu organisasi untuk menjalankan kegiatan operasionalnya di masa yang akan datang.

Dalam SFAC (Statement of Financial Accounting Concept) No.4: Objective of Financial Reporting by Nonbussines Organization

dalam Nordiawan (2006: 132-133) menjelaskan tujuan laporan keuangan sektor publik adalah laporan keuangan organisasi nonbisnis yang hendaknya dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan pengguna dalam pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber daya ekonomi, dalam menilai pelayanan, dalam menilai kinerja manajer organisasi atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan dan yang lainnya. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, kekayaan organisasi, kinerja organisasi, pelaksanaan pembelanjaan kas, dan untuk membantu dalam memahami informasi keuangan.

3. Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah(APBD)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah daftar yang memuat rincian penerimaan daerah dan pengeluaran/belanja daerah selama satu tahun yang ditetapkan dengan peraturan daerah (perda) untuk masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember (Mahsun, et.all, 2011: 81).

APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.Dalam menyusun APBD, diupayakan agar belanja operasional tidak melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.Penyusunan Rancangan APBD berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (RKPD) dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.

Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam Peraturan Daerah tentang APBD.Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, ditetapkan penggunaan surplus tersebut dalam Peraturan Daerah tentang APBD.Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban antargenerasi, sehingga penggunaannya diutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan cadangan, dan peningkatan jaminan sosial (Mahsun, et.all, 2011: 82).

Menurut Basuki (2007: 47-48), dalam struktur APBD terdapat beberapa pengertian sebagai berikut:

a) Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. b) Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. c) Pendapatan yang tercantum dalam APBD adalah semua

penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. d) Belanja daerah yang tercantum dalam APBD adalah semua

pengeluaran dari rekening kas umum daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.

e) Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/ atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

APBD merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari: a) Pendapatan Daerah

b) Belanja Daerah c) Pembiayaan Daerah

Anggaran Daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah.Sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. Anggaran digunakan sebagai alat untuk menentukan besar pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dan berbagai unit kerja (Mardiasmo, 2002: 9).

Fungsi APBD menurut Memesah (1995: 18) adalah sebagai berikut: a) Menentukan jumlah pajak yang dibebankan pada rakyat daerah

b) Merupakan suatu sarana untuk mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.

c) Memberi isi dan arti kepada tanggung jawab pemerintah daerah umumnya dan kepala daerah khususnya, karena APBD itu menggambarkan seluruh kebijakan pemerintah daerah.

d) Merupakan suatu sarana untuk melaksanakan pengawasan terhadap daerah dengan cara yang lebih mudah dan berhasil guna. e) Merupakan suatu pemberian kuasa kepada kepala daerah di dalam

batas-batas tertentu.

4. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menggambarkan selisih antara jumlah yang dianggarkan dalam APBD di awal periode dengan jumlah yang telah terealisasi dalam APBD di akhir periode (Bastian, 2003: 181).

Dalam Lampiran II PP RI Nomor 24 Tahun 2005 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemrintahan, Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.

Menurut Mahsun (2011: 83) elemen atau komponen Laporan Realisasi Anggaran yaitu:

a) Pendapatan

Pendapatan terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

b) Belanja

Belanja terdiri dari Belanja Aparatur daerah, Belanja Pelayanan Publik, Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan, dan Belanja Tak Tersangka.

c) Pembiayaan

Pembiayaan meliputi Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah.

Dokumen terkait