• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN PROFIL KEUANGAN DAERAH

J. Pendapatan Daerah

Salah satu wujud dari pelaksanaan desentralisasi fiscal adalah sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi daerah yang dapat digali dan digunakan sendiri sesuai dengan potensinya masing-masing.Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut dapat berupa pajak daerah dan retribusi daerah serta Lain-lain Pendapatan Asli daerah yang Sah.

Kewenangan daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah saat ini diatur dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2010 yang merupakan penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000

dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 yang ditindaklanjuti dengan peraturan pelaksanaannya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.

Peraturan perundang-undangan tersebut mengatur antara lain: jenis, obyek, subyek, dasar pengenaaan dan tariff pajak daerah maupun retribusi daerah, serta ketentuan umum yang mengatur tata cara pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Selain jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang diatur dalam UU dan PP tersebut, untuk daerah kabupaten/kota juga diberikan kewenangan menetapkan jenis pajak daerah dan retribusi daerah baru sepanjanag memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan mekanisme penetapan lewat Peraturan Pemerintah, sedangkan untuk daerah propinsi hanya diberikan kewenangan untuk menetapkan jenis retribusi daerah baru di luar yang ditetapkan dalam Undang-Undang.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, daerah diberikan kewenangan untuk memungut 11 jenis pajak daerah dan 28 jenis retribusi daerah. Penetapan jenis pajak daerah dan retribusi daerah tersebut didasarkan pertimbangan bahwa jenis pajak daerah dan retribusi daerah secara umum dipungut hamper di semua daerah.

1. Pajak Daerah

Pajak daerah pada Pemerintah Kota Yogyakarta terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak BPHTB. Pengaturan jenis-jenis pajak ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota.

Dari beberapa sumber pendapatn pajak daerah, Pajak Hotel dan Pajak Restoran merupakan pajak daerah yang sangat dominan perolehannya.

2. Retribusi Daerah

Retribusi daerah terdiri atas tiga golongan yaitu:

a) Retribusi Jasa Umum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

b) Retribusi Jasa Usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

c) Retribusi Perijinan Tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu. Dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan

pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Pemerintah Kota Yogyakarta memiliki dua perusahaan daerah yaitu Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Marta dan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Jogja Kota Yogyakarta.Berdasarkan peraturan perundangan kedua perusahaan tersebut dalam pengelolaannya merupakan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Selain itu, pendirian perusahaan daerah tingkat Pemerintah Daerah Propinsi DIY dilakukan dengan sistem penyertaan modal oleh masing-masing Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota di wilayah Propinsi DIY. Perusahaan Daerah tersebut telah diatur melalui Peraturan daerah Propinsi DIY Nomor 2 Tahun 1993 tentang Bank Pembangunan Daerah Propinsi DIY yang telah diubah dan ditambah dengan Peraturan Daerah Propinsi DIY Nomor 4 Tahun 2005 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Daerah Propinsi DIY Nomor 2 Tahun 1993 tentang Bank Pembangunan Daerah Propinsi DIY. Dari ketiga perusahaan daerah tersebut, laba perusahaan telah memberikan kontribusi tiap tahunnya ke dalam APBD Kota Yogyakarta.

4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Sumber pendapatan daerah khususnya Pendapatan Asli Daerah selain pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah adalah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Penerimaan pendapatan dari kelompok ini dalam peraturan perundangan tidak diatur secara mendalam, mengingat komponen pembentuknya tergantung pada kemampuan manajerial dalam pengelolaan keuangan dan asset daerah serta penggalian potensi-potensi pendapatan yang tidak atau belum diatur dalam peraturan perundangan.

Beberapa komponen dari penerimaan kelompok pendapatan ini mempunyai peran yang cukup besar dalam kontibusinya, antara lain pendapatan bunga deposito. Besarnya kontribusi komponen ini sangat dipengaruhi oleh penyerapan dana dalam rangka melaksanakan program-program Pemerintah Daerah.

5. Dana Perimbangan

Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah pada hakekatnya mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah. Hal ini sebagai konsekuensi dari adanya pembagian tugas antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah.Dengan demikian,

perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah daerah merupakan suatu system yang menyeluruh dalam rangka penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, maupun Tugas Pembantuan.

Implementasi kebijakan perimbangan keuangan dilakukan melalui alokasi anggaran belanja untuk daerah termasuk di dalamnya dana perimbangan. Sejalan dengan itu, selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam membiayai berbagai urusan dan kewenangan pemerintahan yang telah dilimpahkan, diserahkan dan atau ditugaskan kepada daerah, pengalokasian dana perimbangan juga bertujuan untuk mengurangi kesenjangan pendanaan antara pemerintah pusat dan daerah, serta mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintah antar daerah.

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 yang telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan dijelaskan bahwa dana perimbangan merupakan transfer dana yang bersumber dari APBN ke daerah, berupa Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Komponen pendapatan dana perimbangan diuraikan secara berurutan sebagai berikut:

a) Dana Bagi Hasil Pajak

Dana Bagi Hasil Pajak adalah pembagian hasil penerimaan pajak berdaasarkan angka prosentase dari pemerintah pusat kepada daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan.

Bagian bagi hasil pajak yang diterima oleh daerah ditentukan berdasarkan formula sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Bagi hasil pajak bersumber dari:

1) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

2) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

3) PPh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21

b) Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) c) Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana transfer dari Pemerintah Pusat yang penggunaannya diserahkan secara penuh kepada pemerintah daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian direvisi dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 dijelaskan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi. Desentralisasi mengandung pengertian penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia.Implikasinya, Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan kepada setiap daerah dalam rangka menjalankan kewenangan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan public kepada masyarakat.

d) Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, terutama untuk membantu membiayai kebutuhan sarana dan prasaran pelayanan dasar masyarakat atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah. Daerah yang akan mendapatkan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah daerah-daerah yang memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

Kriteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dalam APBD untuk membiayai kebutuhan pembangunan daerah. Sementara itu, kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan, terutama ketentuan yang mengatur kekhususan suatu daerah, serta karakteristik daerah yang meliputi antara lain daerah pesisir dan

kepulauan, daerah perbatasan dengan Negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerah yang termasuk rawan banjir dan longsor, serta daerah yang termasuk daerah ketahanan pangan. Selanjutnya, kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian Negara/departemen teknis terkait, dengan menggunakan indikator-indikator yang dapat menggambarkan kondisi sarana atau prasarana pada masing-masing bidang/kegiatan yang akan didanai oleh Dana Alokasi Khusus (DAK). Bidang-bidang yang dibiayai dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) antara lain: bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang infrastruktur yang meliputi jalan, irigasi dan air bersih, bidang kelautan dan perikanan, bidang pertanian, bidang prasarana pemerintah, dan bidang lingkungan hidup.

6. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup:

a) Hibah, berasal dari Pemerintah, pemerintah Daerah lainnya, badan/lembaga/organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat

b) Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat bencana alam

c) Dan bagi hasil pajak dari propinsi kepada kabupaten/kota

d) Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah

e) Bantuan keuangan dari propinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.

Dokumen terkait