• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGARUH DIMENSI RELIGIUS PENDIDIKAN

C. Laporan Hasil Penelitian Pengaruh Dimensi Religius Pendidikan

2. Laporan hasil Kuesioner Terbuka

Angket membatasi jawaban responden pada pilihan tertentu dan kurang membuka peluang bagi responden untuk menjawab dengan rinci. Guna melengkapi data tersebut, digunakan kuesioner terbuka. Pada kuesioner terbuka, responden bebas menjawab sesuai dengan pengalamannya, oleh karena itu bisa jadi jumlah jawaban yang terkumpul tidak sama dengan jumlah sampel (61 orang). Adapula kemungkinan jawaban yang meragukan. Hal tersebut karena pada kuesioner terbuka ini tidak ada batasan pilihan jawaban dan seorang responden bisa menjawab satu pertanyaan dengan beberapa jawaban. Berikut ini laporan hasil kuesioner terbuka.

Pada pertanyaan nomor 1, mengenai perasaan responden dalam hal dicintai dan diterima di sekolah oleh para guru, karyawan dan teman-teman; sebanyak 50 responden menjawab merasa dicintai dan diterima. Hal yang menunjukkan penerimaan dan dicintai tersebut adalah: dalam segala hal (16 responden), dalam hubungan yang harmonis antara guru dengan siswi (17 responden), dalam hal penerimaan perbedaan latar belakang (10 responden), dalam hal melibatkan siswi dalam kegiatan sekolah (4 responden), sedangkan 2 responden tidak meyebutkan dalam hal apa. Dua responden menjawab ragu- ragu, 4 responden menjawab kadang-kadang dan 2 responden menjawab tidak merasa diterima dan dicintai dengan alasan: siswi yang kesulitan administrasi

kurang diperlakukan dengan baik, situasi sekolah yang kurang kondusif dan perhatian hanya diberikan pada siswi yang berprestasi.

Pada pertanyaan nomor 2 mengenai kegiatan yang diikuti responden yang dapat mendukung perkembangan pribadinya, sebanyak 42 responden menjawab mengikuti kegiatan ekstrakurikuler (paduan suara, teater, tata boga, jurnalis, cheer leader, modeling, basket, bulu tangkis, renang, dance, dan pramuka), sebanyak 18 responden menjawab kegiatan live in, 7 responden menjawab kegiatan camping rohani, 7 responden menjawab kegiatan Ekaristi dan ibadat, 5 responden menjawab kegiatan in group, 4 responden menjawab kegiatan class meeting, 2 responden menjawab kegiatan study tour. Sedangkan perkembangan yang dialami dalam hal: percaya diri, bakat, wawasan, kemampuan interpersonal (solidaritas, mampu menghargai dan berkomunikasi dengan orang lain), perkembangan dalam kesehatan, perkembangan dalam kemampuan menghadapi masa depan, keterampilan diri dan perkembangan dalam hidup beriman.

Pada pertanyaan nomor 3 mengenai peran perayaan Ekaristi dan sakramen yang diadakan oleh sekolah untuk membantu responden; sebanyak 3 responden menyatakan sangat terbantu dan 45 responden menjawab terbantu. Alasan yang terungkap: 27 responden mengatakan dengan adanya perayaan Ekaristi dan sakramen mereka dipermudah (misalnya tidak repot ke gereja dan efisien waktu), 8 responden menyatakan semakin dekat dengan Tuhan, 4 responden meyatakan semakin memperdalam iman Katolik, 4 responden menyatakan hati semakin tenang dan percaya diri, sedangkan 2 responden tidak

menyatakan alasannya. Pada pertanyaan ini, 8 responden menyatakan tidak terbantu sebab kegiatan tersebut beda dengan agamanya. Responden yang menjawab cukup terbantu (lumayan) sejumlah 1 responden dengan alasan menghilangkan beban.

Pada pertanyaan nomor 4, mengenai berkembangnya kebiasaan responden dalam membaca Kitab Suci, berdoa dan mengikuti renungan sejak sekolah di SMA Santa Maria Yogyakarta; sebanyak 30 responden menjawab berkembang. Alasan yang terungkap: 12 responden menyatakan hal tersebut diajarkan di sekolah dan menjadi kebiasaan, 7 responden menyatakan hal tersebut bersumber dari motivasi dalam diri, 5 responden menyatakan hal tersebut membuat diri semakin sadar dan dekat dengan Tuhan, 4 responden tidak menyebutkan alasan, 3 responden menyatakan hal tersebut sudah menjadi kebiasaan dalam keluarganya, dan 2 responden menyatakan untuk menambah wawasan. Pada pertanyaan yang sama, 15 responden menyatakan tidak berkembang dalam kebiasaan tersebut; dengan alasan malas (6 responden), dan bosan karena di awal pelajaran Kitab Suci dan doa sudah rutin dibacakan (5 responden) serta 4 responden tidak menyebutkan alasannya. Responden yang menjawab terkadang sebanyak 8 responden dan yang ragu sebanyak 2 responden.

Pada pertanyaan nomor 5 mengenai perasaan responden untuk semakin terdorong untuk terlibat dalam kehidupan bermasyarakat; sebanyak 1 responden menyatakan sangat terdorong dan 38 responden menyatakan terdorong. Alasan yang terungkap: sekolah membiasakan dan mendorong siswi

terlibat bermasyarakat (8 responden), motivasi dari diri sendiri (8 responden), terdorong untuk peduli (8 responden), sudah terbiasa dalam bermasyarakat (5 responden), menambah wawasan dan relasi (4 responden) dan untuk bekal masa depan (1 responden), sisanya tidak menyebutkan alasan (4 responden). Pada pertanyaan yang sama, ada pula responden memberi jawaban belum terdorong (9 responden) dengan alasan sibuk dan masih malu, serta 8 responden memberi jawaban tidak terdorong karena terlalu banyak tugas sekolah dan belum terbiasa.

Pada pertanyaan nomor 6 mengenai peran lingkungan sekolah dalam mendorong minat responden untuk mengikuti mata pelajaran PAK dan sejauh apa dorongan tersebut; sebanyak 32 responden menyatakan lingkungan sekolah mendorong. Dorongan tersebut sejauh: suasana mendukung (11 responden), guru dan materi mendukung (7 responden), adanya kegiatan yang mendukung PAK (7 responden), dan adanya kewajiban mengikuti mata pelajaran PAK (4 responden), sedangkan 5 responden menjawab minat PAK berasal dari dalam diri. Pada pertanyaan yang sama, 12 responden menyatakan lingkungan sekolah tidak mendukung minat mata pelajaran PAK, alasannya suasana tidak mendukung (6 responden), PAK pelajaran yang biasa saja (4 responden) dan tidak memberikan alasan (2 responden). Responden yang menjawab lingkungan sekolah cukup mendukung sebanyak 9 responden dengan alasan adanya keraguan.

Pada pertanyaan nomor 7 mengenai penghayatan nilai-nilai Kristiani oleh pemimpin sekolah, guru, karyawan, teman-teman dan ditampakkan dalam

peraturan sekolah membuat responden berminat mengikuti mata pelajaran PAK sebanyak 26 responden menjawab iya. Alasan yang terungkap yaitu sejauh: bersumber dari sikap yang penuh kasih dan saling mendukung satu sama lain (15 responden), adanya perayaan sakramen yang menguatkan (1 responden), keteladanan guru yang mengajar sepenuh hati (2 responden), dan mata pelajaran PAK memampukan menghayati nilai Kristiani (4 responden), sisanya tidak menyebutkan alasan. Pada pertanyaan yang sama, 8 responden menjawab belum mempengaruhi sebab masih ada guru yang tidak melaksanakan apa yang diajarkan dan ada pelajaran yang lebih diminati. Sisanya, 8 responden menyatakan tidak berpengaruh, 5 responden menyatakan kurang tahu.

Pada pertanyaan nomor 8 mengenai hal dalam diri responden yang membuat berminat pada mata pelajaran PAK, jawaban yang diperoleh sebagai berikut: karena sesuai dengan agamanya (12 responden), rasa ingin tahu (11 responden), keinginan untuk dekat dengan Tuhan (8 responden), nilai kehidupan yang diajarkan baik (6 responden), keinginan menerapkan apa yang diajarkan dalam PAK (6 responden), motivasi diri (4 responden), suasana hati (1 responden), kasih dan rahmat Tuhan yang mengalir dalam dirinya (1 responden), mudah mempelajari materi (1 responden), terbiasa memperlajari Kitab Suci (1 responden), keinginan menjadi pribadi yang baik (1 responden) dan ada yang tidak menjawab (3 responden).

Pada pertanyaan nomor 9 mengenai hal di luar diri responden yang mendorong minat belajar mata pelajaran PAK, 20 responden menjawab pengaruh orang terdekatnya (teman, orang tua, dan guru), 10 responden

menjawab kebutuhan akan Yesus, 10 responden menjawab adanya PAK merupakan pelajaran yang menarik (sarana, metode, kegiatannya), 3 responden menjawab PAK merupakan kewajiban, 2 responden menjawab PAK sebagai bekal hidup. Sedangkan sisanya, 8 responden menjawab tidak ada, 2 responden menjawab tidak tahu, dan 1 responden menjawab tidak berminat.

Pada pertanyaan nomor 10 mengenai hal dari dalam diri responden yang membuat kurang berminat pada mata pelajaran PAK, 21 responden menjawab rasa malas, 9 responden menjawab tidak ada hal dari dalam diri yang membuat kurang berminat pada mata pelajaran PAK, 5 responden tidak menjawab, 4 responden menjawab emosi, semangat dan mood , 3 responden menjawab metode yang menjemukan, 2 responden menjawab dirinya sering lupa waktu, 1 responden menjawab 1 responden menjawab adanya rasa fanatik, 1 responden menjawab karena beda agama, 1 responden menjawab tidak sesuai pemikirannya, 1 responden menjawab sifat individu yang berbeda dengan yang diajarkan, 1 responden menjawab keinginan dekat dengan Tuhan.

Pada pertanyaan nomor 11 mengenai hal di luar diri responden membuat kurang berminat pada mata pelajaran PAK, 16 responden menjawab tidak ada hal di luar diri yang membuat kurang berminat pada mata pelajaran PAK, 14 responden menjawab faktor teman dan guru, 10 responden menjawab rasa malas, 5 responden menjawab kemunafikan orang tertentu, 5 responden menjawab materi dan metode pelajaran PAK kurang menarik, 4 responden menjawab situasi kelas dan sekolah, 3 responden menjawab adanya kegiatan dan mata pelajaran lain yang lebih menarik, 2 responden menjawab masih lebih

tertarik hal duniawi, 1 responden menjawab agama yang berbeda, dan 1 responden menjawab jam pelajaran yang tidak pas.

Dari laporan hasil angket dan kuesioner, dapat disimpulkan bahwa: dalam penelitian ini tidak ada kesamaan yang begitu rupa dalam angket dan kuesioner. Data yang menunjukkan kemiripan dapat dijumpai, misalnya: mengenai aspek koinonia (angket nomor 1-7 dan kuesioner nomor 1) yang masih menunjukkan keraguan dalam beberapa hal, pengaruh dimensi religius yang masih samar-samar (angket nomor 23-28 dan kuesioner nomor 6-7) dan faktor pendukung dan penghambat yang bersumber dari peran teman (angket nomor 31 dan kuesioner nomor 10-11). Guna mengatasi hal tersebut, diperlukan data penguat yaitu wawancara dan kajian berdasarkan teori yang sudah dibahas dalam bab sebelumnya (Bab II).