• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

D. Larangan Insider Trading

108

Praktik insider trading terjadi apabila seseorang membeli atau menjual saham berdasarkan informasi dari orang dalam yang tidak public sifatnya. Posisi investor yang memperoleh informasi dari orang dalam tersebut lebih baik dibandingkan dengan investor lain dalam perdagangan saham. Ia melakukan perdagangan saham yang tidak fair. Sebab praktik insider trading menciptakan distorsi dari pada harga saham, karena harga saham tersebut tidak direfleksikan Praktik insider trading dilarang disemua negara karena akan dapat mempengaruhi kepercayaan investor terhadap pasar finasial suatu negara.

107 H.Budi Untung, Hukum Bisnis Pasar Modal, (Yogyakarta:Andi Yogyakarta,2011), hal.175

108 Elsi Kartika Sari dan Advendi Simangunsong, Hukum Dalam Ekonomi,Cet Ke-4,(Jakarta:Grasindo,2007), hal.157

berdasarkan informasi pasar yang efisien. Untuk menghindari akibat yang berpotensi merugikan dan untuk melindungi investor dari praktik insider trading, maka insider trading dikategorikan dalam penipuan.109

109Bismar Nasution, Op.Cit, hal.257

Peraturan Pasar Modal di Indonesia juga membuat larangan insider trading di atur didalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar modal dari Pasal 95 sampai Pasal 99. Pasal 95 UUPM menyatakan:

Orang dalam dari Emiten atau Perusahan Publik yang mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas Efek:

a. Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud; atau

b. Perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten atau Perusahan Publik yang bersangkutan.

Dalam Pasal 95 UUPM dijelaskan bahwa:

Yang dimaksud dengan “orang dalam” adalah:

a. Komisaris, Direktur, atau pegawai Emiten atau Perusahaan Publik;

b. Pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik;

c. Orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau karena hubungan usahanya dengan Emiten atau Perusahaan Publik memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi orang dalam; atau

d. Pihak dalam waktu 6 (enam) bulan terkhir tidak lagi menjadi pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b atau huruf c di atas.

Peraturan Pasar Modal di Indonesia, juga membuat larangan mempengaruhi orang lain untuk melakukan transaksi atau memberikan tip kepada pihak lain. Pasal 96 UUPM menyatakan:

Orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dilarang:

a. Mempengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan Efek dimaksud; atau

b. Memberi informasi orang dalam kepda pihak manapun yang patut diduga dapat menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian atau penjualan atas Efek.

Penjelasan Pasal 96 menekankan bahwa orang dalam sebagaimana dimaskud dalam pasal 95 dilarang mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan pembelian dan atau penjualan atas Efek dari Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan, walaupun orang dalam dimaksud tidak memberikan informasi orang dalam kepada Pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan Efek berdasarkan informasi tersebut. Selain itu orang dalam dilarang memberikan informasi orang dalam kepada Pihak lain yang diduga akan menggunakan informasi tersebut untuk melakukan penjualan dan atau pembelian Efek. Dengan demikian, orang dalam mempunyai kewajiban untuk berhati-hati dalam menyebarkan informasi agar informasi tersebut tidak disalahgunakan oleh pihak yang menerima informasi tersebut untuk melakukan pembelian atau penjualan atas Efek.110

110Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Op.Cit, hal.80

Disamping itu, peraturan pasar modal tersebut juga mengatur ketentuan siapa-siapa yang dikenakan larangan yang sama dengan larangan bagi insider.111

Pasal 97 UUPM menjelaskan bahwa:

Pasal 97 UUPM menyatakan:

(1) Setiap Pihak yang berusaha memperoleh informasi orang dalam secara melawan hukum dan kemudian memperolehnya dikenakan larangan yang sama dengan larangan yang berlaku bagi orang dalam sebagimana dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96.

(2) Setiap Pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang dalam dan kemudian memperolehnya tanpa melawan hukm tidak dikenakan larangan yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96, sepanjang informasi tersebut disediakan ooelh Emiten atau Perusahaan Publik tanpa pembatasan.

112

Setiap pihak yang dengan sengaja berusaha secara melawan hukum untuk memperoleh dan pada akhirnya memperoleh informasi orang dalam mengenai Emiten atau Perusahaan Publik, juga dikenakan larangan yang sama seperti yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan 96. Artinya, mereka dilarang melakukan transaksi atas Efek yang bersangkutan, serta dilarang mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan pembelian dan atau penjualan atas Efek tersebut atau memberikan informasi orang dalam tersebut kepada Pihak lain Ayat (1)

111 Bismar Nasution, Op.Cit, hal.258

112 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal

yang patut diduga akan menggunakan informasi tersebut untuk melakukan pembelian dan atau penjualan Efek.

Sebagai contoh perbuatan melawan hukum, antara lain:

a. berusaha memperoleh informasi orang dalam dengan cara mencuri;

b. berusaha memperoleh informasi orang dalam dengan cara membujuk orang dalam; dan

c. berusaha memperoleh informasi orang dalam dengan cara kekerasan atau ancaman.

Ayat (2)

Sebagai contoh, apabila seseorang yang bukan orang dalam meminta informasi dari Emiten atau Perusahaan Publik dan kemudian memperolehnya dengan mudah tanpa pembatasan, orang tersebut tidak dikenakan larangan yang berlaku bagi orang dalam. Namun, apabila pemberian informasi orang dalam disertai dengan persyaratan untuk merahasiakannya atau persyaratan lain yang bersifat pemabatasan terhadap pihak yang memperoleh informasi orang dalam berlaku larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96

Pasal 98 UUPM menyatakan:

Perusahaan Efek yang memiliki informasi orang dalam mengenai Emiten atau Perusahaan Publik dilarang melakukan transaksi Efek Emiten atau Perusahaan Publik tersebut, kecuali apabila:

a. Trasnsaksi tersebut dilakukan bukan atas tanggungannya sendiri, tetapi atas perintah nasabahnya; dan

b. Perusahaan Efek tersebut tidak memberikan rekomendasi kepada nasabahnya mengenai Efek yang bersangkutan.

Pasal 98 menjelaskan bahwa:

Ketentuan pasal ini member kemungkinan Perusahaan Efek untuk melakukan transaksi Efek semata-mata untuk kepentingan nasabahnya karena salah satu kegiatan Perusahaan Efek adalah sebagai Perantara Pedagang Efek yang wajib melayani nasabahnya dengan sebaik-baiknya. Dalam melaksanakan transaksi Efek dimaksud, Perusahaan Efek tidak memberikan rekomendasi apapun kepada nsabahnya tersebut. Apabila larangan dalam Pasal ini dilanggar, Perusahaan efek melanggar ketentuan orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96.

Pasal 99 UUPM menyatakan bahwa:

Bapepam dapat menetapkan transaksi Efek yang tidak termasuk transaksi Efek yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96.

Secara teknis pelaku perdagangan orang dalam dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Pihak yang mengemban kepercayaan secara langsung maupun tidak langsung dari Emiten atau Perusahaan Publik atau disebut juga sebagai pihak yang berada didalam fiduciary position. Pihak yang masuk dalam jenis ini adalah komisaris, direktur, atau pegawai, pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik, orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau karena hubungan usahanya dengan Emiten atau Perusahaan Publik memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi orang dalam atau pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi menjadi pihak sebagaimana disebutkan sebelumnya. Dalam UUPM pihak ini disebut sebagai

“orang dalam”.

2. Pihak yang menerima informasi orang dalam dari pihak pertama (fiduciary position) atau dikenal dengan Tippees.113

Kemungkinan terjadinya perdagangan dengan menggunakan informasi orang dalam antara laindapat dideteksi dari ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan transaksi atas efek perusahaan dimana yang bersngkutan menjadi orang dalam. Selain itu, dapat pula dideteksi dari adanya peningkatan harga dan volume perdagangan efek sebelum diumumkannya informasi materiil kepada publik dan terjadinya peningkatan atau penurunan harga dan volume perdagangan yang tidak wajar. Perdagangan orang dalam mengandung beberapa unsur, yaitu:

(a) adanya perdagangan efek; (b) dilakukan oleh orang-orang dalam perusahaan;

(c) adanya inside information; (d) informasi itu belum diungkap dan terbuka untuk umum; (e) perdagangan tersebut dimotivasi oleh informasi itu;(f) tujuan untuk mendapatkan keuntungan.114

Berkenaan dengan insider trading ternyata ada pihak yang menolak dan mendukung larang insider trading tersebut, yaitu sebagai berikut:115

1. Pihak yang mendukung larangan insider trading mempunyai argument bahwa insider trading secara umum mempunyai dampak buruk dari segi ekonomi maupun nonekonomi. Dari segi ekonomi, perbuatan ini akan merugikan investor (penanam modal), merugikan issurer (pihak yang menerbitkan informasi) dan melanggat intellectual property right dari para analis yang sudah susah payah mengumpulkan informasi, menganalisis, dan

113 Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Op.Cit, hal.82

114Ibid, hal.83

115Ibid, hal.86-87

merangkumnya. Dari segi nonekonomi, perbuatan ini melanggar asas rahasia informasi sebelum keterbukaan dan merupakan transaksi unfair. Oleh karena itu, insider trading harusdiatur dalam suatu regulasi.

2. Pihak menolak larangan insider trading beranggapan bahwa pada dasarnya setiap orang menginginkan suatu informasi rahasia sebelum informasi tersebut terbuka, apabila diberi kesempatan. Tentunya mereka beranggapan infromasi tersebut adalah penting dan dapat menguntungkan mereka. Alasan penolakan larangan ini adalah bahwa insider trading dapat membuka pasar dan harga menjadi efisien, merupakan skema yang baik sebagai kompensasi bagi manajemen perusahaan tersebut, dan hal ini merupakan pilihan publik. Oleh karena itu perlu ada regulasi atas transaksi ini.

Berikut tindakan lain yang dikategorikan tindak pidana dibidang pasar modal:116

116Ibid, hal. 87-88

1. Setiap pihak yang tanpa izin, persetujuan atau pendaftaran melakukan kegiatan di bidang pasar modal sebagai Lembaga dan Profesi Penunjang di Pasar Modal.

2. Manajer Investasi dan Pihak Terafiliasi yang menerima imbalan dari pihaklain dalambentuk apapun, langsung atau tidak untuk melakukan pembelian atau penjualan efek.

3. Emiten atau Perusahaan Publik melakukan penawaran umum namun tidak menyampaikan pernyataan pendaftaran atau pernyataan pendaftarannya belum dinyatakan efektif oleh Bapepam (Pasal 70 UUPM)

4. Siapa saja yang melakukan penipuan, menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, atrau memalsukan catatan dari pihak yang memperoleh izin, persetujuan, dan pendaftaran dari Bapepam (Pasal 107 UUPM).

5. Pihak yang langsung atau tidak mempengaruhi pihak lain untuk melakukan pelanggaran Pasal-Pasal UUPM diancam pidana seperti ditentukan dalam Pasal 103, 104, 105, 106, 107 (Pasal 108).

Walaupun peraturan insider trading diatas telah mengatur larangan insider trading dan ketentuan yang berkenaan dengan insider atau penerima informasi, namun, disadari peraturan tersebut belum cukup mengatasi praktik insider trading. Tidak cukupnya peraturan insider trading tersebut dapat dipahami dari masalah-masalah yang timbul dalam pelasksanaan peraturan tersebut. Peraturan Insider Trading belum secara tuntas dan menyeluruh menerapkan pertanggung jawaban hukum insider sesuai dengan pendekatan teori penyalahgunaan.

Selanjutnya kekurangan peraturan insider trading tersebut dapat diamatai dari ketidakcukupan pengaturan yang dipakai untuk menentukan informasi dikategorikan sebagai informasi non public didalam insider trading. Apabila disimak praktik insider trading dalam kegiatan perdagangan Saham di pasar modal, maka hal yang harus diperhatikan dalam perdagangan saham tersebut harus dipenuhi unsure-unsur insider trading, yaitu siapa yang termasuk kategori insider. Pada mulanya jawaban pertanyaan tersebut adalah siapa yang secara

hukum dilarang untuk menggunakan informasi tentang perusahaan untuk keuntungan pribadinya.117

117 Bismar Nasution, Op.Cit, hal.258-260

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh penulis yang menjelaskan tentang Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dalam Pasar Modal, maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :

1. Pasar Modal merupakan suatu pasar yang mempertemukan para pemodal untuk membeli surat-surat berharga atau efek jangka panjang seperti saham dan obligasi yang diterbitkan atau ditawarkan oleh suatu perusahaan publik kepada masyarakat pemodal atau investor yang hendak menanamkan modal atau investasinya di Pasar Modal (Bursa Efek).

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah suatu momentum yang membawa perubahan yang sangat penting bagi perkembangan Pasar Modal di Indonesia. Undang-undang ini secara mendasar memberikan perlindungan yang kokoh kepada masyarakat pemodal atau investor. Sehingga kepercayaan investor terhadap Pasar Modal di Indonesia dapat ditingkatkan dan menarik minat banyak investor untuk berinvestasi di Pasar Modal Indonesia.

2. Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang mulai berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 1996, merupakan momentum yang sangat berarti bagi dunia Pasar Modal Indonesia, karena dengan diundangkannya undang-undang tersebut diharapkan pasar modal Indonesia dapat berkembang dalam iklim yang kondusif. Undang-Undang

Pasar Modal juga mengatur mengenai konsekuensi dan tanggung jawab atas kerugian serta ancaman pidana bagi pelaku pasar modal yang tidak melakukan kewajiban prinsip keterbukaan sesuai ketentuan undang-undang tersebut.

3. Perlindungan pemodal adalah salah satu pilar yang sangat penting, karena jika investor tidak mendapat perlindungan yang cukup memadai, maka mereka, terutama investor kecil, enggan untuk melakukan transaksi di bursa. Tanpa adanya jumlah investor yang cukup banyak maka kegiatan pasar akan lesu dan fungsi dari pasar modal tidak akan berkembang.

Prinsip keterbukaan (full disclosure) sebagai salah satu upaya perlindungan terhadap investor. Upaya perlindungan tersebut dapat terwujud apabila terlaksananya transparansi informasi atau kewajiban full disclosure yang mengandung fakta materiel dalam setiap kegiatan yang berlangsung di Pasar Modal. Sehingga dengan demikian dapat tercipta suatu kondisi Pasar Modal yang fair, efisien, teratur dan dapat melindungi kepentingan masyarakat pemodal atau investor dari hal-hal atau perbuatan yang dapat merugikan masyarakat pemodal atau investor. Hal ini sesuai dengan tujuan prinsip keterbukaan itu sendiri yaitu untuk menciptakan pasar yang fair, efisien dan teratur yang melindungi investor serta membantu dalam menetapkan harga pasar yang akurat yang semuanya ditujukan untuk kepentingan masyarakat pemodal atau investor maupun calon investor.

B. Saran

Berdasarkan hasilpembahasan skripsi tentang Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum terhadap Investor Dalam Pasar Modal dengan ini berdasarkan kesimpulan di atas dapat diberikan saran sebagai berikut :

1. Agar tujuan hukum Pasar Modal Indonesia yaitu untuk menciptakan kualitas pasar yang fair, efisien, teratur dan melindungi kepentingan pemodal atau investor tercapai, maka perlu kiranya pemerintah berperan aktif dan memperhatikan terhadap pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam kegiatan pasar modal agar benar-benar ditaati secara penuh oleh seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan pasar modal.

2. Untuk kemajuan Pasar Modal Indonesia di masa yang akan datang, perlu dilakukan pembaharuan terhadap ketentuan-ketentuan atau instrumen-instrumen pasar modal yang bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum sehingga menciptakan adanya kepastian hukum bagi pelaku pasar modal, terutama investor, yang menaruh perhatian besar pada aturan hukum.Pemerintah hendaknya secara cermat mengeluarkan peraturan di Pasar Modal yang mampu menarik investor agar pasar modal menjadi suatu wadah yang berkembang sehingga mampu menjadi penggerak yang tangguh bagi perekomian nasional.

3. Agar Pemerintah menciptakan suatu aturan hukum khusus yang secara tegas mengatur tentang perlindungan investor dalam menjalankan kegiatan investasi di pasar modal sehingga pelanggaran-pelanggaran seperti pernyataan menyesatkan, insider trading, dan manipulasi pasar yang

merupakan tindakan kejahatan di pasar modal dapat dicegah dan diminimalisir dan setiap pelaku pelanggaran aturan tersebut dikenakan sanksi hukum yang tegas oleh OJK sebagai lembaga yang mengawasi segala kegiatan di pasar modal.

93

Amiruddin dan Zainal Asikin.Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2004.

Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. Pengantar Pasar Modal,Cet Ke-3. Semarang:

Rineka Cipta, 2001.

C.S.T.Kansil, dan Christine S.T.Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997.

Gisymar, Nadjib A. Insider Trading Dalam Transaksi Efek. Bandung : PT.Aditya Citra Bakti,1999.

Martalena dan Maya Malinda.Pengantar Pasar Modal.Bandung:Andi Yogyakarta, 2011.

Nasarudin, M. Irsan dan Indra Surya. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia.

Jakarta : Prenada Media, 2004.

Nasution, Bismar. Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Cet ke-1. Jakarta, Program Pasca Sarjana,Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001.

Purnomo, R. serfianto D. dan Cita Yustisia Serfiyani dan Iswi Haryani. Buku Pintar Pasar Uang & Valas. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013.

Rokhmatussa’dyah, Ana dan Suratman.Hukum Investasi & Pasar Modal,Cet ke-2.

Jakarta:Sinar Grafika,2011.

Sari, Elsi Kartika dan Advendi Simangunsong.Hukum Dalam Ekonomi,Cet Ke-4.

Jakarta:Grasindo,2007.

Sitompul, Asril. Pasar Modal :Penawaran Umum dan Permasalahannya,Cet.Ke-2. Bandung:PT.Citra Aditya Bakti , 2000.

Sumantoro.Pengantar Tentang Pasar Modal Di Indonesia.Jakarta: Ghalia Indonesia ,1990.

Suta, I Putu Gede Ary. Menuju Pasar Modal Modern. Jakarta: Yayasan SAD SATRIA BHAKTI, 2000.

Tandelilin, Eduardus. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio,Edisi I.

Yogyakarta: PT.BPFE, 2001.

Tavinayatidan Yulia Qamariyanti.Hukum Pasar Modal Di Indonesia.Bandung:Sinar Grafika,2009.

Tunggal, Imam Syahputra. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia Tanya Jawab.Jakarta:Harvarindo,2000.

Untung,H.Budi. Hukum Bisnis Pasar Modal.Yogyakarta:Andi Yogyakarta,2011.

Widjaja, Gunawan dan Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, Cet ke-1. Jakarta: Kencana, 2006.

Widoatmodjo, Sawidji. Pasar Modal Indonesia Pengantar & Studi Kasus,Cet ke-1.

Jakarta:Ghalia Indonesia,2009.

Yayasan Mitra Dana, Penuntun Pelaku Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Yayasan Mitra Dana, 1991.

B. Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

C. Internet

Hilda Hilmiah Dimyati, Perlindungan Hukum Bagi Investor Dalam Pasar Modal, http://download.portalgaruda.org/article.php?article=342842&val=7177

&title=PERLINDUNGAN%20HUKUM%20

%20BAGI%20INVESTOR%20DALAM%20PASAR%20MODAL, Diakses pada tanggal 10 April 2017

Harry Andrian Simbolon, Pasar Modal Indonesia, https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=/amp/s/aku

ntansiterapan.com/2013/11/01/pasar-modal-

indonesia/amp/&ved=0ahUKEwih-_217KbTAhUMKY8KHQ2FCPEQFggwMAI&usg=AFQjCNENvrYG a-VielmUQhzPtiv9NNa7Kw. Diakses pada 14 April 2017

Sarah Bouty, Fungsi Pengawasan OJK terhadapSektor Pasar Modal,

http://www.academia.edu/12021708/HUKUM_PASAR_MODAL_-_Fungsi_Pengawasan_OJK_terhadap_Sektor_Pasar_Modal, diakses pada tanggal 20 April 2017

Dokumen terkait