BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Informasi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap orang, karena informasi sudah menjadi kebutuhan utama setiap individu terutama dalam dunia pendidikan. Salah satunya dalam dunia perguruan tinggi. Mahasiswa dituntut untuk memperoleh informasi berupa bahan-bahan yang berhubungan dengan perkuliahan untuk mendukung dan menunjang kegiatan perkuliahan mereka atau dengan kata lain mengembangkan dan memperluas materi secara mandiri. Ketika mencari informasi yang cepat, tepat dan relevan maka seorang mahasiswa harus memiliki kemampuan dalam memperoleh informasi tersebut.
Kemajuan teknologi dan komunikasi yang telah berkembang dengan pesatnya,mau tidak mau akan mengubah pola pencarian informasi yang telah berkembang selama ini. Kemajuan teknologi informasi seolah-olah membuat orang mengetahui apa saja yang ingin diketahui dengan segera. Informasi mengalami perubahan format ke dalam bentuk digital. Ide yang dimuat dalam kertas mulai tergantikan menjadi versi elektronik. Perubahan format ini memberikan kemudahan akses informasi melalui berbagai media terutama media internet. Melalui internet, sesorang bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkannya dimanapun dan kapanpun. Persentase penggunanya akan terus meningkat yang didorong oleh perkembangan komputer dan sarana komunikasi
yang semakin canggih dengan hadirnya produk laptop,notebook, dan telepon seluler yang dilengkapi dengan modem untuk akses internet.
Perkembangan internet juga berpengaruh pada jumlah situs web yang semakin bertambah dan nyaris tidak terkendali. Berdasarkan sumber NetCraft and Internet Live Stats (2016), jumlah situs web yang menembus angka satu miliar yang ditawarkan kepada pencari informasi, membuat si pencari informasi memiliki pilihan n lebih banyak untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.
Informasi yang terekam yang tersimpan dalam beragam media, sebagian dari informasi tersebut tersedia di web internet dengan beragam alamat dan tampilannya. Mencari informasi di web sering tidak sesuai dengan kebutuhan kita, umumnya tulisan di web-web diubah menjadi tampilan yang serba ringkas karena tempatnya yang terbatas padahal informasinya tak terbatas karena banyaknya situs yang bermunculan setelahnya. Informasi ini terkadang diubah tanpa ada pemberiahuan terlebih dahulu. Setelah dibuka, bukan itu yang kita cari. Sehingga membuat kita tersesat dan terjebak dalam tumpukan informasi yang kita cari.
Bagian utama dalam memilih informasi adalah menyesuaikan dengan apa yang sedang kita butuhkan untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Masalah ledakan informasi berpotensi menjebak dan menyesatkan para pencari informasi dalam tumpukan informasi. Untuk mencegah hal tersebut seseorang harus memiliki kemampuan untuk menemukan dan menggunakan infromasi yang merupakan batu loncatan dalam proses pembelajaran seumur hidup (life long learning). Kemampuan yang dibutuhkan adalah kemampuan
untuk mencari,membaca dan mengevaluasi informasi. Kemampuan atau skill seperti ini disebut dengan literasi informasi (Information Literacy).
Kemampuan untuk memperoleh, menganalisis, mengolah dan menyajikan informasi merupakan kemampuan yang dimiliki setiap orang tetapi belum tentu semua orang tersebut dikatakan literat terhadap informasi. Seseorang dikatakan literat terhadap informasi apabila dia tahu memenuhi kebutuhan informasinya, mendapatkan informasi yang tepat sesuai kebutuhannya dan mampu menyajikan kepada orang lain. Aktifitas-aktifitas ini didukung oleh kemampuan mencari informasi dengan menggunakan teknologi informasi
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan pusat sumber informasi yang sering disebut sebagai jantung perguruan tinggi. Perumpamaan sebagai sebuah jantung bagi instansi pendidikan tinggi (perguruan tinggi) bahwa keberadaan perpustakaan diperlukan dan memiliki peranan penting untuk menunjang tercapainya Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, pusat penelitian dan informasi, serta pengabdian pada masyarakat.
Sebagai pusat sumber informasi, perpustakaan perguruan tinggi harus menyediakan berbagai koleksi yang sesuai dengan kebutuhan informasi sivitas akademika yaitu mahasiswa, dosen, karyawan, dan peneliti. Tetapi terkadang pengguna dalam hal ini mahasiswa tidak mampu menemukan sumber informasi yang dibutuhkannya, baik koleksi tercetak maupun digital. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kemampuan dalam melakukan pencarian informasi. Oleh sebab itu, pengguna perpustakaan diharapkan mempunyai keterampilan tersebut agar
dapat menggunakan dan memanfaatkan berbagai fasilitas perpustakaan dengan efektif.
Perpustakaan Universitas Sari Mutiara Indonesia (USM-Indonesia) adalah salah satu perpustakaan yang menunjang tercapainya Tri Dharma Perguruan Tinggi. Perpustakaan USM-Indonesia sudah menggunakan layanan OPAC (Online Public Access Catalogue) yang dimanfaatkan secara maksimal. Jumlah koleksi yang tersedia di Perpustakaan USM-Indonesia sebanyak 9.690 judul dan 18.033 eksemplar. Perpustakaan USM-Indonesia juga menyediakan fasilitas Hot Spot/Wifi dengan kecepatan 54.0 Mbps. Serta adanya kegiatan pendidikan pemakai (library instruction) yang merupakan salah satu langkah perpustakaan untuk memberikan pelayanan terbaik (kepuasan) bagi para pengguna.
Perpustakaan USM-Indonesia merupakan salah satu perpustakaan perguruan tinggi yang jumlah pengguna potensialnya cukup tinggi. Penggunanya terdiri dari Dosen/Pegawai,Mahasiswa Diploma, Mahasiswa Program Sarjana,Mahasiswa Profesi, serta Mahasiswa Pascasarjana. Mahasiswa merupakan salah satu pengguna potensial, ini terlihat dari data pengunjung perpustakaan yang setiap harinya ± 150 orang pengunjung. Dari data yang diperoleh, USM-Indonesia untuk tahun akademik 2016/2017 sebanyak 3.347 anggota.
Berdasarkan observasi awal, mahasiswa USM-Indonesia rata-rata sudah memakai laptop atau gadget dalam mengakses informasi yang dibutuhkannya. Ini terlihat dari data pengunjung 70% dari penggunanya menggunakan laptop atau gadget dalam mengakses informasi. Fasilitas wifi/Hot Spot yang disediakan
perpustakaan memudahkan sivitas akademika USM-Indonesia dalam mengakses informasi. Kenyataan yang terlihat dilapangan beberapa pengguna yang terlihat lebih senang untuk langsung meminta bantuan kepada pustakawan. Kondisi tersebut diperburuk lagi dengan pengetahuan pengguna yang minim terhadap sumber-sumber informasi elektronik, misalnya ProQuest dan Cengange. Bahkan beberapa mahasiswa tidak mengerti bagaimana cara menelusur informasi dengan menggunakan fasilitas tersebut. Bahkan beberapa mahasiswa tidak mengerti bagaimana cara menelusur informasi pada database jurnal tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah, Peneliti ingin meneliti lebih jauh kemampuan pencarian informasi. Melalui penelitian yang berjudul “Analisis Web Searching Skills dalam Pencarian Informasi : Studi Kasus Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Web Searching Skills Mahasiswa Universitas Sari Mutiara dalam pencarian informasi yang mereka butuhkan.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Web Searching Skills Mahasiswa Universitas Sari Mutiara dalam pencarian informasi yang mereka butuhkan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Perpustakaan Universitas Sari Mutiara Indonesia, sebagai salah satu acuan untuk mengetahui Web Searching Skills Mahasiswa Universitas Sari Mutiara dalam mengakses informasi yang mereka butuhkan.
2. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
3. Peneliti, untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai Web Searching Skills dalam mengakses informasi.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mengenai Web Searching Skills yang meliputi (1) mengidentifikasi kata kunci,sinonim,dan istilah-istilah yang berhubungan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan, (2) membangun strategi pencarian menggunakan perintah-perintah yang sesuai untuk sistem temu kembali informasi, (3) mengimplementasi strategi pencarian dalam sistem temu kembali informasi, dan (4) menggunakan sistem pencarian yang bervariasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kebutuhan Informasi
Tidak ada seseorang pun yang tidak membutuhkan informasi. Masyarakat pelajar dan mahasiswa, misalnya sangat jelas akan kebutuhannya terhadap informasi, terutama informasi yang berkaitan dengan akademik dan pendidikan.
Krech, Crutchfield, dan Ballachey (1962,99) menjelaskan karena adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah-masalah sosial, maka seseorang termotivasi untuk mencari pengetahuan bagaimana caranya agar dapat memecahkan masalah tersebut.
Kebutuhan informasi seseorang terjadi karena adanya kesenjangan antara pengetahuan yang ia miliki masih kurang atau tidak memadai untuk mencapai tujuan tertentu dalam hidupnya. Belkin dalam Ishak (2014,85) menyatakan bahwa kebutuhan informasi terjadi ketika seseorang menyadari adanya kekurangan dalam tingkat pengetahuannya tentang situasi atau topik tertentu dan berkeinginan mengatasi kekurangan tersebut.
Menurut Wilson sebagaimana dikutip oleh Yulianah (2009,10), munculnya kebutuhan informasi dipengaruhi kebutuhan pribadi yang berkaitan kebutuhan fisiologi, afektif maupun kognitif terkait dengan peran seseorang dalam pekerjaan atau kegiatan dan tingkat kompetensi seseorang sebagaimana diharapkan oleh lingkungannya.
Guha dalam Syaffril (2004,18-19), menyebutkan ada empat jenis kebutuhan terhadap informasi yaitu :
1. Current need approach, yaitu pendekatan kepada kebutuhan pengguna informasi yang sifatnya mutakhir. Pengguna berinteraksi dengan system informasi dengan cara yang sangat umum untuk meningkatkan pengetahuannya. Jenis pendekatan ini perlu ada interaksi yang sifatnya konstan antara pengguna dan system informasi.
2. Everyday need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna yang sifatnya spesifik dan cepat. Informasi yang dibutuhkan pengguna merupakan informasi yang rutin dihadapi oleh pengguna.
3. Exhaustic need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna akan informasi yang mendalam, pengguna informasi mempunyai ketergantungan tinggi pada informasi yang dibtuthkan dan relevan, spesifik, dan lengkap.
4. Catching-up need approach, yaitu pendekatan terhadap pengguna akan informasi yang ringkas, tetapi juga lengkap khususnya mengenai perkembangan terakhir suatu subyek yang diperlukan dan hal-hal yang sifatnya relevan.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan informasi terjadi ketika seseorang menganggap pengetahuan yang ia miliki saat itu sangat kurang dari yang dibutuhkannya untuk menyelesaikan suatu masalah.
Informasi tersebut dapat digunakan untuk memenuhi pengetahuan mengenai lingkungan masyarakat, tugas-tugas pribasi sesuai dengan pekerjaan, pendidikan, hiburan dan untuk pengambilan keputusan.
2.2 Pemahaman Terhadap Literasi Informasi
Agar proses pemenuhan kebutuhan informasi berjalan dengan baik, maka seseorang perlu memahami konsep literasi informasi (information literacy).
2.2.1 Pengertian Literasi Informasi
Banyak defenisi tentang literasi informasi digunakan oleh para pakar, dalam pengertian yang sederhana, literasi informasi sebagai kemampuan untuk mengakses,menilai dan menggunakan informasi dari berbagai sumber.
Shapiro (1996,31) menyatakan bahwa information literacy is refer to a new liberal art that extends from knowing how to use computers and access information to critical reflection on the nature of information itself, it’s technical infrastructure, and it’s social, cultural and even philosophical context and impact.
Menurut Bruce (2003:3) mengemukakan bahwa information literacy defines as the ability to access, evaluate, organize and use information in order to learn, problem-solve, make decisions in formal and informal learning contexts, at work, at home and educational settings.
UNESCO dalam Information for All Programme (2008) mengemukakan bahwa literasi informasi merupakan kemampuan seseorang untuk :
1. Menyadari kebutuhan informasi;
2. Menemukan dan mengevaluasi kualitas dari informasi yang diperoleh;
3. Menyimpan dan menemukan kembali informasi;
4. Membuat dan menggunakan informasi secara etis dan efektif;
5. Mengomunikasikan pengetahuan.
Doyle dalam Eisenberg (2004) mengatakan bahwa literasi informasi adalah kemampuan mengakses, mengevakuasi, dan menggunakan informasi dari berbagai sumber. Doyle juga menetapkan 10 sifat literasi informasi seseorang, yaitu kemampuan untuk :
1. Mengetahui ketepatan dan kelengkapan informasi yang merupakan dasar untuk pengambilan keputusan yang tepat;
2. Mengetahui kebutuhan informasi;
3. Memformulasikan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan kebutuhan informasi;
4. Mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang potensial;
5. Mengembangkan strategi pencarian yang tepat;
6. Mengakses sumber-sumber informasi termasuk yang berbasis komputer dan teknologi lainnya;
7. Mengevaluasi informasi;
8. Mengorganisasi informasi untuk keperluan praktis;
9. Mengintegrasikan informasi yang baru dengan yang sudah ada sebelumnya (pengetahuan lama);
10. Menggunakan informasi dengan pemikiran kritis untuk menyelesaikan masalah.
Selanjutnya menurut Chan Yuen Chin (2001,1) menyatakan :
1. Literasi informasi sangat penting untuk kesuksesan belajar seumur hidup;
2. Literasi informasi merupakan kompetensi utama dalam era informasi;
3. Literasi informasi memberi kontribusi pada perkembangan pengajaran dan pembelajaran.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa literasi informasi merupakan serangkaian kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan informasi dibutuhkan dan kemampuan untuk menempatkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif.
2.2.2 Tujuan Literasi Informasi
Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki seseorang, terutama dalam dunia pendidikan, karena pada saat ini semua orang dihadapkan dengan berbagai jenis sumber informasi yang berkembang sangat pesat. Namun, belum tentu semua informasi yang ada dan diciptakan tersebut dapat dipercaya dan sesuai dengan kebutuhan informasi para pencari informasi.
Literasi informasi akan memudahkan seseorang untuk mencari, menemukan, mengevaluasi, dan menggunakannya untuk belajar secara mandiri tanpa dibatasi ruang dan waktu serta berinteraksi dengan berbagai informasi.
Literasi informasi juga memberikan kemampuan berpikir secara kritis dan logis serta tidak mudah percaya terhadap informasi yang diperoleh dan mengevaluasi informasi yang diperoleh terlebih dahulu sebelum digunakan.
UNESCO (2005,1) menyatakan bahwa literasi informasi memberikan kemampuan seseorang untuk menafsirkan informasi sebagai pengguna informasi dan menjadi penghasil informasi bagi dirinya sendiri. UNESCO juga menyatakan bahwa tujuan literasi informasi sebagai berikut :
1.Memberikan keterampilan seseorang agar mampu mengakses dan memperoleh informasi mengenai kesehatan, lingkungan, pendidikan, pekerjaan mereka, dan lain-lain.
2. Memandu mereka dalam membuat keputusan yang tepat mengenai kehidupan mereka.
3. Lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan dan pendidikan mereka.
Pentingnya literasi informasi dinyatakan dalam Deklarasi Praha (2004) yang memaklumatkan bahwa information literacy merupakan bagian dari masyarakat informasi serta merupakan bagian dari masyarakat informasi serta merupakan bagian dari United Nations Millenium Development Goals.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa tujuan literasi informasi yaitu memampukan seseorang agar mampu mengakses dan memperoleh informasi mengenai kesehatan, lingkungan, pendidikan, pekerjaan mereka dan lain-lain,
memandu mereka dalam membuat keputusan yang kritikal mengenai kehidupan mereka, serta lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan dan pendidikan.
2.2.3 Manfaat Literasi Informasi
Dengan memiliki literasi informasi, kita memiliki kemudahan-kemudahan dalam melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan informasi.
Menurut Gunawan (2008,3), literasi informasi bermanfaatdalam persaingan di era globalisasi informasi sehingga pintar saja tidak cukup, tetapi yng utama adalah kemampuan dalam belajar secara terus-menerus.
Menurut Adam (2009,1), terdapat beberapa manfaat literasi informasi yaitu :
1. Membantu mengambil keputusan. Literasi informasi sangat berperan dalam membantu menyelesaikan suatu persoalan. Untuk mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah, seseorang harus memiliki informasi tentang keputusan yang akan diambil.
2. Menjadi manusia pembelajar di era informasi. Kemampuan literasi informasi memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan seseorang menjadi manusia pembelajar. Semakin terampil seseorang mencari, menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi, semakin terbukalah kesempatan untuk selalu melakukan pembelajaran secara mandiri.
3. Menciptakan pengetahuan baru. Seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila mampu menciptakan pengetahuan baru. Seseorang dengan kemampuan literasi informasi akan memiliki keterampilan memilih informasi mana yang benar dan mana yang salah sehingga tidak mudah saja percaya dengan informasi yang diperoleh.
Dan ada juga menurut Hancock (2004,1), manfaat literasi informasi yaitu :
1. Untuk pelajar, peserta didik dan pengajaran dapat menguasai pelajaran dalam proses belajar mengajar dan siswa tidak akan tergantung kepada guru karena dapat belajar secara mandiri dengan kemampuan literasi informasiyang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari penampilan dan kegiatan mereka di lingkungan belajar. Peserta didik yang literat juga akan berusaha
belajar mengenal berbagai sumber daya informasi dan cara penggunaan sumber-sumber informasi.
2. Untuk masyarakat, literasi informasi bagi masyarakat sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam lingkungan pekerjaan. Mereka mengidentifikasi informasi yang paling berguna saat membuat keputusan, misalnya saat mencari bisnis atau mengelola bisnis dan berbagai informasi dengan orang lain.
3. Untuk pekerja, kemampuan dalam menghitung dan membaca belum cukup dalam dunia pekerjaan karena dunia saat ini dipenuhi dengan informasi sehingga pekerja harus mampu menyortir dan mengevaluasi informasi yang diperoleh. Bagi pekerja, literasi informasi akan mendukung pelaksanaan pekerjaan serta memecahkan berbagai masalah terhadap pekerjaan yang dihadapi dan dalam membuat kebijakan.
Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa literasi informasi bermanfaat di era informasi bagi semua orang, baik peserta didik, pekerja, maupun dalam lingkungan masyarakat. Setiap orang yang menguasai literasi informasi dapat menciptakan pengetahuan baru, lalu menggabungkannya dengan pengetahuan yang sebelumnya sehingga memudahkan mengambil keputusan ketika menghadapi berbagai masalah ataupun ketika membuat sutau kebijakan.
2.2.4 Standar Kompetensi Literasi Informasi untuk Pendidikan Tinggi
Literasi informasi diperlukan untuk meningkatkan kualitas diri dalam rangka belajar seumur hidup. Ketika seseorang bermaksud meningkatkan taraf hidupnya, maka dia memerlukan sesuatu yang lebih dari dirinya yaitu perkembangan diri, baik keterampilan, pendidikan, atau kinerja yang lebih baik.
Proses untuk menjadi lebih adalah sesuatu yang dapat dicapai melalui proses belajar. Kemampuan untuk dapat belajar secara mandiri akan membuat proses yang dilalui lebih mudah dengan berbekal kemampuan literasi informasi.
Keterampilan baru hanya dapat diperoleh dengan menjalani proses belajar.
Dalam proses belajar itupun memerlukan informasi yang tepat dan benar. Bagi mahasiswa,kemampuan ini akan menentukan banyaknya informasi yang dapat diserap, dan lebih dari itu mahasiswa makin mampu menyelesaikan masalah secara kritis, logis, dan tidak mudah diperdaya oleh informasi yang diterimanya tanpa dievaluasi. Untuk itu diperlukan standart kompetensi literasi yang perlu dipelajari.
Lembaga profesi perpustakaan dan informasi Amerika yaitu Association of Colloge and Research Libraries (ACRL) yang merupakan salah satu divisi dari American Library Association (ALA) telah menghasilkan standart untuk literasi informasi dengan nama Information Literacy Competency Standarts for Higher Education. Standar ini telah mendapat pengesahan dari para professional dan assosiasi akreditas perguruan tinggi. Standar kompetendi literasi informasi untuk perguruan tinggi menyediakan kerangka kerja untuk mengidentifikasi individu yang memiliki kompetensi informasi. Dalam kompetensi ini, ada lima standar dengan dua puluh dua indicator kinerja (performance). Standar berfokus pada kebutuhan mahasiswa di perguruan tinggi. Standar ini juga menampilkan daftar hasil untuk menilai perkembangan kompetensi informasi mahasiswa. Dalam standar kompetensi literasi informasi dari ACRL (2000,8), seseorang disebut information literate jika mampu :
1. Mahasiswa yang melek informasi mampu menentukan sifat dan tingkat informasi yang dbutuhkan.
2. Mahasiswa yang melek informasi mampu mengakses informasi yang dibutuhkan dengan efektif dan efisien.
3. Mahasiswa yang melek informasi mampu mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis dan menggabungkan informasi yang terpilih ke dalam pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya dan system nilai.
4. Mahasiswa yang melek informasi, baik secar individu ataupun anggota kelompok, mampu menggunakan informasi secara efektif untuk menyelesaikan suatu masalah.
5. Mahasiswa yang melek informasi memahami isu-isu ekonomi, hukum, dan sosial seputar penggunaan informasi yang dperolehnya serta mengakses dan menggunakannya secara etis dan legal.
Tabel 2.1
Standar Kompetensi Literasi Informasi untuk Perguruan Tinggi Menurut ACRL (2000)
Standar Pertama Indikator Kinerja (performance)
Menentukan sifat dan tingkat informasi
yag dibutuhkan
1. Mendefinisikan dan menjelaskan informasi yang dibutuhkan
2. Mengenali berbagai macam jenis dan format sumber-sumber informasi yang potensial
3. Mempertimbangkan biaya dan keuntungan untuk mendapatkan informasi yag dibutuhkan
4. Mengevaluasi kembali sifat dan tingkat informasi yang dibutuhkan
Standar Kedua Indikator Kinerja (performance) Mengakses
informasi yang butuhkan secara
1. Memilih metode pencarian yang sangat tepat atau system temu kembali informasi untuk mengakses informasi yang dibutuhkan
2. Menyusun dan menggunakan desain strategi pencarian
melalui orang dengan menggunkan berbagai macam metode
4. Memilih kembali strategi pencarian jika diperlukan 5. Mengumpulkan, merekam, dan mengelola informasi
dan sumber-sumbernya
Standar Ketiga Indikator Kinerja (performance)
Mengevaluasi
1. Meringkas ide-ide utama untuk menarik kesimpulan dari informasi yang telah dikumpulkan
2. Mampu menetapkan kriteria awal untuk menilai suatu informasi dan sumbernya
3. Menggabungkan ide utama untuk menyusun konsep baru
4. Membandingkan pengetahuan baru dan pengetahuan sebelumnya untuk menentukan nilai tambah, pembantahan, atau karakteristik unik lain dari informasi
5. Menentukan apakah pengetahuan baru memilki pengaruh pada system nilai yang dmiliki individu dan mengambil langah untuk menyatukan
6. Membuktikan kebenaran dari pemahaman dan interprestasi informasi melalui percakapan dengan individu lain, ahli subjek, dan atau praktisi
7. Menentukan apakah pertanyaan awal harus ditinjau ulang
Standar Empat Indikator Kinerja (performance) Secara individu atau untuk merencanakan dan menciptakan hasil atau kinerja
2. Memperbaiki pengembangan proses suatu hasil atau kinerja
3. Mengkomunikasikan hasil atau kinerja secara efektif kepada orang lain
Standar Lima Indikator Kinerja (performance) Memahami isu-isu
1. Memahami isu-isu etika, hukum, dan sosio-ekonomi di seputar informasi dan teknologi informasi
2. Mengikuti hukum, peraturan, kebijakan institusi dan etika yang berhubungan dengan mengakses dan menggunakan sumber-sumber informasi
3. Menyatakan sumber-sumber informasi yang digunakan dalam mengkomunikasikan hasil atau kinerjanya.
Sumber : ACRL (2008:8)
2.3 Sumber Informasi
Sumber informasi adalah segala hal yang dapat digunakan seseorang sehingga mengetahui tentang hal baru, dan mempunyai ciri-ciri yaitu : (1) dapat dilihat, dibaca dan dipelajari, (2) diteliti, dikaji dan dianalisis, (3) dimanfaatkan dan dikembangkan didalam kegiatan-kegiatan pendidikan, penelitian, laboratorium, (4) ditransformasi kepada orang lain.
Menurut Yusuf (2009,31) sumber-sumber informasi banyak jenisnya.
Buku,majalah,surat kabar,radio,tape recorder,CD-ROM,disket komputer,brosur,pamplet, dan media rekaman informasi lainnya merupakan tempat disimpannya informasi atau katakanlah sumber-sumber informasi, khususnya informasi terekam.
Menurut Notoadmodjo (2003), sumber informasi adalah asal dari suatu informasi atau data yang diperoleh. Sumber informasi ini dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu :
1. Sumber informasi dokumenter merupakan sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen resmi maupun dokumen tidak resmi.
Dokumen resmi adalah bentuk dokumen yang diterbitkan maupun yang
Dokumen resmi adalah bentuk dokumen yang diterbitkan maupun yang