• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Perpustakaan Universitas Sari Mutiara Indonesia, sebagai salah satu acuan untuk mengetahui Web Searching Skills Mahasiswa Universitas Sari Mutiara dalam mengakses informasi yang mereka butuhkan.

2. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

3. Peneliti, untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai Web Searching Skills dalam mengakses informasi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mengenai Web Searching Skills yang meliputi (1) mengidentifikasi kata kunci,sinonim,dan istilah-istilah yang berhubungan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan, (2) membangun strategi pencarian menggunakan perintah-perintah yang sesuai untuk sistem temu kembali informasi, (3) mengimplementasi strategi pencarian dalam sistem temu kembali informasi, dan (4) menggunakan sistem pencarian yang bervariasi.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kebutuhan Informasi

Tidak ada seseorang pun yang tidak membutuhkan informasi. Masyarakat pelajar dan mahasiswa, misalnya sangat jelas akan kebutuhannya terhadap informasi, terutama informasi yang berkaitan dengan akademik dan pendidikan.

Krech, Crutchfield, dan Ballachey (1962,99) menjelaskan karena adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah-masalah sosial, maka seseorang termotivasi untuk mencari pengetahuan bagaimana caranya agar dapat memecahkan masalah tersebut.

Kebutuhan informasi seseorang terjadi karena adanya kesenjangan antara pengetahuan yang ia miliki masih kurang atau tidak memadai untuk mencapai tujuan tertentu dalam hidupnya. Belkin dalam Ishak (2014,85) menyatakan bahwa kebutuhan informasi terjadi ketika seseorang menyadari adanya kekurangan dalam tingkat pengetahuannya tentang situasi atau topik tertentu dan berkeinginan mengatasi kekurangan tersebut.

Menurut Wilson sebagaimana dikutip oleh Yulianah (2009,10), munculnya kebutuhan informasi dipengaruhi kebutuhan pribadi yang berkaitan kebutuhan fisiologi, afektif maupun kognitif terkait dengan peran seseorang dalam pekerjaan atau kegiatan dan tingkat kompetensi seseorang sebagaimana diharapkan oleh lingkungannya.

Guha dalam Syaffril (2004,18-19), menyebutkan ada empat jenis kebutuhan terhadap informasi yaitu :

1. Current need approach, yaitu pendekatan kepada kebutuhan pengguna informasi yang sifatnya mutakhir. Pengguna berinteraksi dengan system informasi dengan cara yang sangat umum untuk meningkatkan pengetahuannya. Jenis pendekatan ini perlu ada interaksi yang sifatnya konstan antara pengguna dan system informasi.

2. Everyday need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna yang sifatnya spesifik dan cepat. Informasi yang dibutuhkan pengguna merupakan informasi yang rutin dihadapi oleh pengguna.

3. Exhaustic need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna akan informasi yang mendalam, pengguna informasi mempunyai ketergantungan tinggi pada informasi yang dibtuthkan dan relevan, spesifik, dan lengkap.

4. Catching-up need approach, yaitu pendekatan terhadap pengguna akan informasi yang ringkas, tetapi juga lengkap khususnya mengenai perkembangan terakhir suatu subyek yang diperlukan dan hal-hal yang sifatnya relevan.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan informasi terjadi ketika seseorang menganggap pengetahuan yang ia miliki saat itu sangat kurang dari yang dibutuhkannya untuk menyelesaikan suatu masalah.

Informasi tersebut dapat digunakan untuk memenuhi pengetahuan mengenai lingkungan masyarakat, tugas-tugas pribasi sesuai dengan pekerjaan, pendidikan, hiburan dan untuk pengambilan keputusan.

2.2 Pemahaman Terhadap Literasi Informasi

Agar proses pemenuhan kebutuhan informasi berjalan dengan baik, maka seseorang perlu memahami konsep literasi informasi (information literacy).

2.2.1 Pengertian Literasi Informasi

Banyak defenisi tentang literasi informasi digunakan oleh para pakar, dalam pengertian yang sederhana, literasi informasi sebagai kemampuan untuk mengakses,menilai dan menggunakan informasi dari berbagai sumber.

Shapiro (1996,31) menyatakan bahwa information literacy is refer to a new liberal art that extends from knowing how to use computers and access information to critical reflection on the nature of information itself, it’s technical infrastructure, and it’s social, cultural and even philosophical context and impact.

Menurut Bruce (2003:3) mengemukakan bahwa information literacy defines as the ability to access, evaluate, organize and use information in order to learn, problem-solve, make decisions in formal and informal learning contexts, at work, at home and educational settings.

UNESCO dalam Information for All Programme (2008) mengemukakan bahwa literasi informasi merupakan kemampuan seseorang untuk :

1. Menyadari kebutuhan informasi;

2. Menemukan dan mengevaluasi kualitas dari informasi yang diperoleh;

3. Menyimpan dan menemukan kembali informasi;

4. Membuat dan menggunakan informasi secara etis dan efektif;

5. Mengomunikasikan pengetahuan.

Doyle dalam Eisenberg (2004) mengatakan bahwa literasi informasi adalah kemampuan mengakses, mengevakuasi, dan menggunakan informasi dari berbagai sumber. Doyle juga menetapkan 10 sifat literasi informasi seseorang, yaitu kemampuan untuk :

1. Mengetahui ketepatan dan kelengkapan informasi yang merupakan dasar untuk pengambilan keputusan yang tepat;

2. Mengetahui kebutuhan informasi;

3. Memformulasikan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan kebutuhan informasi;

4. Mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang potensial;

5. Mengembangkan strategi pencarian yang tepat;

6. Mengakses sumber-sumber informasi termasuk yang berbasis komputer dan teknologi lainnya;

7. Mengevaluasi informasi;

8. Mengorganisasi informasi untuk keperluan praktis;

9. Mengintegrasikan informasi yang baru dengan yang sudah ada sebelumnya (pengetahuan lama);

10. Menggunakan informasi dengan pemikiran kritis untuk menyelesaikan masalah.

Selanjutnya menurut Chan Yuen Chin (2001,1) menyatakan :

1. Literasi informasi sangat penting untuk kesuksesan belajar seumur hidup;

2. Literasi informasi merupakan kompetensi utama dalam era informasi;

3. Literasi informasi memberi kontribusi pada perkembangan pengajaran dan pembelajaran.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa literasi informasi merupakan serangkaian kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan informasi dibutuhkan dan kemampuan untuk menempatkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif.

2.2.2 Tujuan Literasi Informasi

Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki seseorang, terutama dalam dunia pendidikan, karena pada saat ini semua orang dihadapkan dengan berbagai jenis sumber informasi yang berkembang sangat pesat. Namun, belum tentu semua informasi yang ada dan diciptakan tersebut dapat dipercaya dan sesuai dengan kebutuhan informasi para pencari informasi.

Literasi informasi akan memudahkan seseorang untuk mencari, menemukan, mengevaluasi, dan menggunakannya untuk belajar secara mandiri tanpa dibatasi ruang dan waktu serta berinteraksi dengan berbagai informasi.

Literasi informasi juga memberikan kemampuan berpikir secara kritis dan logis serta tidak mudah percaya terhadap informasi yang diperoleh dan mengevaluasi informasi yang diperoleh terlebih dahulu sebelum digunakan.

UNESCO (2005,1) menyatakan bahwa literasi informasi memberikan kemampuan seseorang untuk menafsirkan informasi sebagai pengguna informasi dan menjadi penghasil informasi bagi dirinya sendiri. UNESCO juga menyatakan bahwa tujuan literasi informasi sebagai berikut :

1.Memberikan keterampilan seseorang agar mampu mengakses dan memperoleh informasi mengenai kesehatan, lingkungan, pendidikan, pekerjaan mereka, dan lain-lain.

2. Memandu mereka dalam membuat keputusan yang tepat mengenai kehidupan mereka.

3. Lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan dan pendidikan mereka.

Pentingnya literasi informasi dinyatakan dalam Deklarasi Praha (2004) yang memaklumatkan bahwa information literacy merupakan bagian dari masyarakat informasi serta merupakan bagian dari masyarakat informasi serta merupakan bagian dari United Nations Millenium Development Goals.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa tujuan literasi informasi yaitu memampukan seseorang agar mampu mengakses dan memperoleh informasi mengenai kesehatan, lingkungan, pendidikan, pekerjaan mereka dan lain-lain,

memandu mereka dalam membuat keputusan yang kritikal mengenai kehidupan mereka, serta lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan dan pendidikan.

2.2.3 Manfaat Literasi Informasi

Dengan memiliki literasi informasi, kita memiliki kemudahan-kemudahan dalam melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan informasi.

Menurut Gunawan (2008,3), literasi informasi bermanfaatdalam persaingan di era globalisasi informasi sehingga pintar saja tidak cukup, tetapi yng utama adalah kemampuan dalam belajar secara terus-menerus.

Menurut Adam (2009,1), terdapat beberapa manfaat literasi informasi yaitu :

1. Membantu mengambil keputusan. Literasi informasi sangat berperan dalam membantu menyelesaikan suatu persoalan. Untuk mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah, seseorang harus memiliki informasi tentang keputusan yang akan diambil.

2. Menjadi manusia pembelajar di era informasi. Kemampuan literasi informasi memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan seseorang menjadi manusia pembelajar. Semakin terampil seseorang mencari, menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi, semakin terbukalah kesempatan untuk selalu melakukan pembelajaran secara mandiri.

3. Menciptakan pengetahuan baru. Seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila mampu menciptakan pengetahuan baru. Seseorang dengan kemampuan literasi informasi akan memiliki keterampilan memilih informasi mana yang benar dan mana yang salah sehingga tidak mudah saja percaya dengan informasi yang diperoleh.

Dan ada juga menurut Hancock (2004,1), manfaat literasi informasi yaitu :

1. Untuk pelajar, peserta didik dan pengajaran dapat menguasai pelajaran dalam proses belajar mengajar dan siswa tidak akan tergantung kepada guru karena dapat belajar secara mandiri dengan kemampuan literasi informasiyang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari penampilan dan kegiatan mereka di lingkungan belajar. Peserta didik yang literat juga akan berusaha

belajar mengenal berbagai sumber daya informasi dan cara penggunaan sumber-sumber informasi.

2. Untuk masyarakat, literasi informasi bagi masyarakat sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam lingkungan pekerjaan. Mereka mengidentifikasi informasi yang paling berguna saat membuat keputusan, misalnya saat mencari bisnis atau mengelola bisnis dan berbagai informasi dengan orang lain.

3. Untuk pekerja, kemampuan dalam menghitung dan membaca belum cukup dalam dunia pekerjaan karena dunia saat ini dipenuhi dengan informasi sehingga pekerja harus mampu menyortir dan mengevaluasi informasi yang diperoleh. Bagi pekerja, literasi informasi akan mendukung pelaksanaan pekerjaan serta memecahkan berbagai masalah terhadap pekerjaan yang dihadapi dan dalam membuat kebijakan.

Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa literasi informasi bermanfaat di era informasi bagi semua orang, baik peserta didik, pekerja, maupun dalam lingkungan masyarakat. Setiap orang yang menguasai literasi informasi dapat menciptakan pengetahuan baru, lalu menggabungkannya dengan pengetahuan yang sebelumnya sehingga memudahkan mengambil keputusan ketika menghadapi berbagai masalah ataupun ketika membuat sutau kebijakan.

2.2.4 Standar Kompetensi Literasi Informasi untuk Pendidikan Tinggi

Literasi informasi diperlukan untuk meningkatkan kualitas diri dalam rangka belajar seumur hidup. Ketika seseorang bermaksud meningkatkan taraf hidupnya, maka dia memerlukan sesuatu yang lebih dari dirinya yaitu perkembangan diri, baik keterampilan, pendidikan, atau kinerja yang lebih baik.

Proses untuk menjadi lebih adalah sesuatu yang dapat dicapai melalui proses belajar. Kemampuan untuk dapat belajar secara mandiri akan membuat proses yang dilalui lebih mudah dengan berbekal kemampuan literasi informasi.

Keterampilan baru hanya dapat diperoleh dengan menjalani proses belajar.

Dalam proses belajar itupun memerlukan informasi yang tepat dan benar. Bagi mahasiswa,kemampuan ini akan menentukan banyaknya informasi yang dapat diserap, dan lebih dari itu mahasiswa makin mampu menyelesaikan masalah secara kritis, logis, dan tidak mudah diperdaya oleh informasi yang diterimanya tanpa dievaluasi. Untuk itu diperlukan standart kompetensi literasi yang perlu dipelajari.

Lembaga profesi perpustakaan dan informasi Amerika yaitu Association of Colloge and Research Libraries (ACRL) yang merupakan salah satu divisi dari American Library Association (ALA) telah menghasilkan standart untuk literasi informasi dengan nama Information Literacy Competency Standarts for Higher Education. Standar ini telah mendapat pengesahan dari para professional dan assosiasi akreditas perguruan tinggi. Standar kompetendi literasi informasi untuk perguruan tinggi menyediakan kerangka kerja untuk mengidentifikasi individu yang memiliki kompetensi informasi. Dalam kompetensi ini, ada lima standar dengan dua puluh dua indicator kinerja (performance). Standar berfokus pada kebutuhan mahasiswa di perguruan tinggi. Standar ini juga menampilkan daftar hasil untuk menilai perkembangan kompetensi informasi mahasiswa. Dalam standar kompetensi literasi informasi dari ACRL (2000,8), seseorang disebut information literate jika mampu :

1. Mahasiswa yang melek informasi mampu menentukan sifat dan tingkat informasi yang dbutuhkan.

2. Mahasiswa yang melek informasi mampu mengakses informasi yang dibutuhkan dengan efektif dan efisien.

3. Mahasiswa yang melek informasi mampu mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis dan menggabungkan informasi yang terpilih ke dalam pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya dan system nilai.

4. Mahasiswa yang melek informasi, baik secar individu ataupun anggota kelompok, mampu menggunakan informasi secara efektif untuk menyelesaikan suatu masalah.

5. Mahasiswa yang melek informasi memahami isu-isu ekonomi, hukum, dan sosial seputar penggunaan informasi yang dperolehnya serta mengakses dan menggunakannya secara etis dan legal.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi Literasi Informasi untuk Perguruan Tinggi Menurut ACRL (2000)

Standar Pertama Indikator Kinerja (performance)

Menentukan sifat dan tingkat informasi

yag dibutuhkan

1. Mendefinisikan dan menjelaskan informasi yang dibutuhkan

2. Mengenali berbagai macam jenis dan format sumber-sumber informasi yang potensial

3. Mempertimbangkan biaya dan keuntungan untuk mendapatkan informasi yag dibutuhkan

4. Mengevaluasi kembali sifat dan tingkat informasi yang dibutuhkan

Standar Kedua Indikator Kinerja (performance) Mengakses

informasi yang butuhkan secara

1. Memilih metode pencarian yang sangat tepat atau system temu kembali informasi untuk mengakses informasi yang dibutuhkan

2. Menyusun dan menggunakan desain strategi pencarian

melalui orang dengan menggunkan berbagai macam metode

4. Memilih kembali strategi pencarian jika diperlukan 5. Mengumpulkan, merekam, dan mengelola informasi

dan sumber-sumbernya

Standar Ketiga Indikator Kinerja (performance)

Mengevaluasi

1. Meringkas ide-ide utama untuk menarik kesimpulan dari informasi yang telah dikumpulkan

2. Mampu menetapkan kriteria awal untuk menilai suatu informasi dan sumbernya

3. Menggabungkan ide utama untuk menyusun konsep baru

4. Membandingkan pengetahuan baru dan pengetahuan sebelumnya untuk menentukan nilai tambah, pembantahan, atau karakteristik unik lain dari informasi

5. Menentukan apakah pengetahuan baru memilki pengaruh pada system nilai yang dmiliki individu dan mengambil langah untuk menyatukan

6. Membuktikan kebenaran dari pemahaman dan interprestasi informasi melalui percakapan dengan individu lain, ahli subjek, dan atau praktisi

7. Menentukan apakah pertanyaan awal harus ditinjau ulang

Standar Empat Indikator Kinerja (performance) Secara individu atau untuk merencanakan dan menciptakan hasil atau kinerja

2. Memperbaiki pengembangan proses suatu hasil atau kinerja

3. Mengkomunikasikan hasil atau kinerja secara efektif kepada orang lain

Standar Lima Indikator Kinerja (performance) Memahami isu-isu

1. Memahami isu-isu etika, hukum, dan sosio-ekonomi di seputar informasi dan teknologi informasi

2. Mengikuti hukum, peraturan, kebijakan institusi dan etika yang berhubungan dengan mengakses dan menggunakan sumber-sumber informasi

3. Menyatakan sumber-sumber informasi yang digunakan dalam mengkomunikasikan hasil atau kinerjanya.

Sumber : ACRL (2008:8)

2.3 Sumber Informasi

Sumber informasi adalah segala hal yang dapat digunakan seseorang sehingga mengetahui tentang hal baru, dan mempunyai ciri-ciri yaitu : (1) dapat dilihat, dibaca dan dipelajari, (2) diteliti, dikaji dan dianalisis, (3) dimanfaatkan dan dikembangkan didalam kegiatan-kegiatan pendidikan, penelitian, laboratorium, (4) ditransformasi kepada orang lain.

Menurut Yusuf (2009,31) sumber-sumber informasi banyak jenisnya.

Buku,majalah,surat kabar,radio,tape recorder,CD-ROM,disket komputer,brosur,pamplet, dan media rekaman informasi lainnya merupakan tempat disimpannya informasi atau katakanlah sumber-sumber informasi, khususnya informasi terekam.

Menurut Notoadmodjo (2003), sumber informasi adalah asal dari suatu informasi atau data yang diperoleh. Sumber informasi ini dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu :

1. Sumber informasi dokumenter merupakan sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen resmi maupun dokumen tidak resmi.

Dokumen resmi adalah bentuk dokumen yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan di bawah tanggung jawab instansi resmi. Dokumen tidak resmi adalah segala bentuk dokumen yang berada atau menjadi tanggung jawab dan wewenang badan instansi tidak resmi atau perorangan. Sumber primer atau sering disebut sumber data dengan pertama dan hukum mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi tersebut.

2. Sumber kepustakaan, kita telah mengetahui bahwa di dalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi dan berbagai disiplin ilmu dari buku, laporan –laporan penelitian, majalah, ilmiah, jurnal, dan sebagainya.

3. Sumber informasi lapangan, sumber informasi akan mempengaruhi bertambahnya pengetahuan seseorang tentang suatu hal sehingga informasi

2.3.1 Sumber Informasi Elektronik

Pada dasarnya, sekarang ini semua jenis koleksi telah dibuat dalam versi vitualnya yaitu versi internet yang lebih dikenal sebagai sumber informasi elektronik. Menurut pasal 1 angka 1 Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik bahwa yang dimaksud dengan informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data intercharge (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, symbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu menjalaninya.

Selanjutnya Sharon Jhonson (2012) juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Electronic resources adalah sebagai berikut: those materials that require computer access, whether through a personal computer, mainframe, or handheld mobile device. They may either be accessed remotelyvia the Internet or locally.

Some of the most frequently encountered types are: e-journals,e-books full-text (aggregated) databases,indexing and abstracting databases, reference databases (biographies, dictionaries, directories, encyclopaedias, etc.),numeric and statistical databases, e-images, e-audio/visual resources.

Beberapa defenisi diatas menjelaskan bahwa sumber-sumber elektronik adalah materi-materi atau publikasi yang dikemas secara elektronik baik melalui proses alih bentuk media atau digitalisasi yang dapat diakses dengan bantuan perangkat teknologi komputer.

Keberadaan internet sebagai sumber informasi elektronik yang banyak digunakan oleh pengguna, praktis membuka hampir semua jenis informasi yang pernah direkam, baik informasi yang berbasis teks, gambar, grafis, table, ataupun jenis informasi digital lainnya. Sumber-sumber informasi elektronik sebetulnya sangat beragam, akan tetapi setidaknya ada beberapa yang mungkin sering digunakan oleh praktisi dan akademisi yaitu (1) Online Public Access Catalogue (OPAC), (2) E-Journal (Electronic Journal), (3) E-Book (Electronic Book), (4) Database Online.

2.3.1.1 OPAC (Online Public Access Catalogue)

Menurut Wahyu Supriyanto (2008,134) menjelaskan bahwa, Online Public Access Catalog (OPAC) merupakan sebuah fitur yang digunakan untuk memfasilitasi pengunjung untuk mencari katalog koleksi perpustakaan yang dapat diakses oleh umum. OPAC didesain untuk dipakai pengguna dalam menelusur koleksi sebuah perpustakaan. Sekarang ini, OPAC sendiri berkembang menjadi antar muka berbasis web. Yang memberikan kebebasan pengguna mengakses informasi koleksi yang ada pada perpustakaan.

Menurut Tedd yang dikutip Hasugian (2001,3) :

OPAC adalah system catalog terpasang yang dapat diakses umum, dan dapat dipakai pengguna untuk menelusur pangkalan data catalog, untuk memastikan apakah perpustakaan menyimpan karya tertentu, untuk mendapatkan informasi tentanglokasinya, dan jika system catalog dihubungkan dengan system sirkulasi maka pengguna dapat mengetahui apakah bahan pustaka yang sedang dicari sedang tersedia diperpustakaan.

Menurut Hafiah (2011,168) OPAC adalah katalog terpasang, yaitu suatu database dari record-record katalog yang dapat diakses oleh umum atau pencari informasi. OPAC dapat mengetahui koleksi tertentu di perpustakaan, sehingga pemustaka dengan cepat, tepat dan akurat dalam

dengan sistem sirkulasi, maka pengguna dapat mengetahui bahan pustaka yang dicari tersedia di perpustakaan atau sedang dipinjam.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa OPAC merupakan suatu system temu balik informasi berbasis komputer yang digunakan oleh pengguna maupun petugas perpurtakaan untuk menelusur koleksi bahan pustaka suatu perpustakaan atau unit informasi lainnya yang dapat diakses secara online.

2.3.1.2 E-Journal (Electronic Journal)

Menurut Tresnawan (2004,1) e-journal merupakan terbitan serial seperti bentuk tercetak tetapi dalam bentuk elektronik yang biasanya terdiri dari tiga format yaitu teks, teks dan grafik, serta full image (dalam bentuk PDF). Dalam mengembangkan layanan yang baik, perpustakaan perlu menyediakan e-journal dalam bentuk online dengan menghubungkan ke jaringan internet yang merupakan sumber informasi dari seluruh dunia. E-journal sangat bermanfaat bagi pencari informasi karena memudahkan pencarian artikel dari satu jurnal atau lebih secara cepat dan tepat.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa e-journal adalah jurnal ilmiah yang dapat diakses melalui dokumen elektronik dalam wujud komputerisasi. E-journal pada umumnya berbentuk (format) HTML (Hyper Text Markup Language) ataupun dalam bentuk PDF (Portable Document Format) serta bentuk multimedia sebagai pendukung dalam penyajian e-journal seperti:

animation, video dan interactivity. E-journal memiliki kandungan informasi yang terbaru, current dan mutakhir artinya isi e-journal selalu terbaru serta informasinya dapat dipercaya karena memiliki identitas dokumen atau data

bibliografis yang lengkap seperti: nama pengarang, jenis jurnal, jurnal fulltext dan abstrak serta alamat e-mail pengarang tercantum di dalam database sehingga memudahkan komunikasi antar pembaca jurnal dengan pengarang jurnal tersebut.

Jurnal elektronik memIliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan jurnal cetak, diantaranya dari segi kemutakhiran, kecepatan, penerimaan informasi jauh lebih menguntungkan. Jurnal elektronik lebih cepat diketahui sebelum jurnal cetak diterbitkan. Kelebihan lain yang dimiliki oleh jurnal elektronik dibandingkan jurnal cetak, diantaranya:

Tabel 2.2

Perbandingan jurnal elektronik (online) dengan jurnal tercetak

No. Kriteria Elektronik Tercetak

1. Kemuktahiran Mutakhir Mutakhir

2. Kecepatan diterima Cepat Lambat

3. Penyimpanan Sangat mengirit tempat Memakan tempat

4. Pemamfaatan 24 Jam Terbatas jam buka

5. Kesempatan akses Dapat bersamaan Antri

6. Penelusuran Otomatis tersedia Harus dibuat

7. Waktu penelusuran Cepat Lama

8. Keamanan Lebih aman Kurang aman

9. Manipulasi dokumen Sangat mudah Tidak bisa

10.

Bila langganan dengan dana yang

Judul dapat lebih banyak Judul lebih sedikit

11. Harga total langganan Lebih murah Lebih mahal Sumber : Tresnawan (2005)

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan jurnal elektronik jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan jurnal tercetak.

2.3.1.3 E-Book (Electronic Book)

Menurut Danang (2009) menyatakan bahwa E-Book merupakan versi elektronik dari sebuah buku tercetak yang dapat dibaca sebuah personal komputer atau alat lainnya yang didesain khusus untuk membaca e-book. Sedangkan menurut Pendit (2008) mengatakan E-Book merupakan buku cetak yang diubah bentuk menjadi elektronik untuk dibaca di layar monitor.

Menurut Danang (2009) menyatakan bahwa E-Book merupakan versi elektronik dari sebuah buku tercetak yang dapat dibaca sebuah personal komputer atau alat lainnya yang didesain khusus untuk membaca e-book. Sedangkan menurut Pendit (2008) mengatakan E-Book merupakan buku cetak yang diubah bentuk menjadi elektronik untuk dibaca di layar monitor.

Dokumen terkait