• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP AGAMA

DAFTAR GAMBAR

1.1. Latar Belakang

Televisi termasuk ke dalam komunikasi massa dan merupakan salah satu

bentuk media massa yang banyak di tonton saat ini. Hampir setiap rumah

memiliki televisi selain sebagai sarana hiburan juga sebagai sumber informasi

yang cepat dan mudah untuk diakses. Budhiarty (2004) mengutip Ibrahim yang

mengatakan saat ini di Indonesia terdapat 20 sampai dengan 23 juta rumahtangga

yang memiliki pesawat televisi. Komunikasi massa menurut Freidsow yang

dikutip Rakhmat (1991) adalah komunikasi yang dialamatkan kepada sejumlah

populasi dari berbagai kelompok dan bukan hanya satu atau beberapa individu

atau sebagian khusus populasi serta terdapat alat-alat khusus untuk menyampaikan

komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua

orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat sedangkan media massa

menurut Effendy (1984) adalah saluran untuk menyampaikan pesan dalam

komunikasi massa. Ardianto dan Erdinaya (2004) mengatakan selain televisi

terdapat enam bentuk media massa antara lain yaitu surat kabar, majalah, radio

siaran, film serta komputer dan internet.

Berbeda dengan media massa lain, televisi mudah dimengerti dan

dipahami oleh pemirsa karena tidak memerlukan kemampuan dan pengetahuan

tertentu seperti halnya kemampuan membaca dalam menikmati surat kabar,

tabloid atau majalah. Kuswandi (1996) mengatakan bahwa daya tarik televisi

sehingga pemirsa tidak perlu lagi mempelajari isi pesan dalam menangkap siaran

televisi. Televisi dapat menjangkau massa yang cukup banyak dan nilai aktualitas

dari informasi atau berita yang disampaikan televisi sangat cepat.

Kuswandi (1996) mengutip Skornis yang menjelaskan televisi

merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat politis,

informatif, hiburan maupun pendidikan. Televisi dapat bersifat politis, informatif,

hiburan maupun pendidikan tergantung dari cara pandang pembuat program

televisi dan pemirsa yang menontonnya. Pada saat ini jumlah stasiun televisi

semakin bertambah seiring dengan perkembangan jaman. Stasiun televisi di tanah

air bermunculan mulai dari hanya satu stasiun televisi (TVRI) sampai 12 stasiun

TV yang mengudara secara nasional dan berkantor di Ibukota Jakarta serta

sejumlah TV komunitas yang hanya dinikmati satu kota atau daerah tertentu saja

(Ardianto dan Erdinaya, 2004). Kedua belas stasiun TV tersebut antara lain yaitu

Televisi Republik Indonesia (TVRI), Rajawali Citra Televisi (RCTI), Surya Citra

Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Andalas Televisi (Anteve),

Indosiar Visual Mandiri (IVM), Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV),

METRO TV, LATIVI, TV 7 dan GLOBAL TV. Contoh stasiun televisi

komunitas antara lain JAK TV dan O CHANNEL untuk komunitas Ibukota

Jakarta serta Bali TV untuk komunitas daerah Bali.

Media komunikasi televisi memiliki beragam acara mulai dari berita,

sinetron, musik, film sampai infotaiment. Beragam acara yang ditampilkan

tersebut memiliki pengaruh yang cukup kuat bagi pemirsa yang menontonnya.

Kuswandi (1996) mengatakan acara televisi dapat mengancam nilai-nilai sosial

masyarakat serta akan membentuk nilai-nilai sosial baru dalam kehidupan

masyarakat. McQuail (1987) juga mengatakan bahwa media massa mampu

mengubah perilaku khalayak dalam keadaan apapun, terlebih lagi media audio

visual yang pesan-pesannya seakan-akan menghipnotis massa dalam berperilaku.

Salah satu acara televisi yang mampu mempengaruhi pemirsa yang

menontonnya adalah sinetron. Sinetron menurut Labib (2002) adalah film cerita

yang dibuat untuk media televisi. Acara sinetron yang menampilkan drama

kehidupan sehari-hari yang ditayangkan oleh stasiun televisi juga beragam mulai

dari sinetron anak-anak, sinetron drama, sinetron laga, sinetron remaja sampai

sinetron yang bertemakan religius. Sinetron yang banyak ditayangkan pada saat

ini atau sedang menjadi tren di hampir semua stasiun televisi yaitu sinetron yang

bertemakan religius seperti Rahasia Illahi, Allah Maha Besar, Hidayah,

Astagfirullah dan lain-lain. Tayangan sinetron ini merupakan tayangan sinetron

yang berisi pengetahuan agama Islam. Adanya keseragaman program tersebut

menurut Wardhana (2001) dikarenakan stasiun televisi selalu mengacu pada

perolehan rating pada setiap programnya dengan perolehan rating yang tinggi

akan diikuti oleh perolehan iklan yang banyak, sehingga pemasukkan dana bagi

stasiun televisi pun menjadi semakin besar. Umumnya apabila salah satu stasiun

televisi berhasil dengan program telenovelanya, maka stasiun televisi yang lain

akan mengikutinya dengan menyajikan telenovela juga.

Berdasarkan hasil survei AC Nielsen pada bulan Maret-April 2005,

sinetron religius Rahasia Illahi dan Takdir Illahi mampu mendongkrak posisi TPI

dari tujuh besar ke posisi tertinggi di Indonesia. Hasil survei ini juga

untuk semua program di semua stasiun televisi, begitu juga dengan sinetron

Astagfirullah di SCTV dan Azab Illahi di Lativi mampu mendongkrak rating

kedua televisi tersebut.1

Tayangan sinetron religius sering mengisahkan perjalanan seseorang

dalam mengarungi hidup sampai ajal. Sinetron religius yang menceritakan

kebesaran Tuhan dimana setiap perbuatan seseorang akan mendapatkan

ganjarannya sesuai apa yang diperbuatnya. Seseorang yang berbuat kebaikan akan

menuai kebaikan pula sedangkan seseorang yang berbuat kejahatan maka akan

mendapatkan azab dari Tuhan. Orang jahat biasanya digambarkan dengan siksa

yang pedih menjelang ajal (sakratulmaut) sedangkan orang baik digambarkan

dengan keadaan yang baik pula, seperti mayat yang wangi, mayat yang utuh

selama sekian tahun, dan sebagainya. Sinetron yang bertemakan religius ini

memberikan pengaruh yang cukup besar bagi pemirsa yang menontonnya dalam

realitas kehidupan sehari-hari. 2

Siaran televisi berupa sinetron religius tersebut memiliki pengaruh yang

cukup kuat bagi pemirsa yang menontonnya terutama remaja yang mudah

terpengaruh karena perkembangan jiwanya masih labil. Remaja secara umum

menurut Sarwono (1989) adalah usia 11-24 tahun, belum menikah dan menuju

proses kematangan fisik dan terutama kematangan sosial psikologi.

1

Ruzdy Nurdiansyah 2005, Sinetron Islami Membawa Berkah,

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=195347&kat_id=306&kat_id1=&kat_id2=-31k_. (Diakses Tanggal 15 Maret 2006)

2

Beni Setiawan, Menggugat Tayangan Religius,

Adanya sinetron religius akan memberikan pengaruh sikap remaja

terhadap agama Islam. Myers yang dikutip Sarwono (1999) mengatakan sikap

adalah reaksi suka atau tidak suka pada sesuatu, seseorang, diluar kebiasaan

kepercayaannya, perasaan atau perilakunya. Sarwono (1989) mengutip Lawrence

Kohlberg yang mengatakan pada usia remaja, tingkah laku moral ditujukan untuk

mempertahankan norma-norma tertentu. Ketika menyaksikan tayangan sinetron

religius mungkin seorang remaja yang taat pada agama akan berusaha agar ia rajin

bersembahyang supaya agama itu sendiri bisa berkelanjutan atau karena ia merasa

perlu hidup dengan berpedoman pada agama. Di pihak lain, ia mungkin memilih

norma-norma kawan-kawan sekelompoknya karena norma itulah yang berlaku di

lingkungannya dan ia mengikuti norma-norma itu sebagai ukuran moralnya

karena beranggapan bahwa kelompoknya itulah yang dipatut dijadikannya

pedoman.

Oleh karena itu, untuk dapat memahami perilaku remaja dalam menonton

tayangan sinetron religius jadi perlu dipelajari adakah hubungan antara perilaku

menonton tayangan sinetron religius dengan sikap remaja terhadap agama Islam.