• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 67 6.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

1.1 Latar Belakang

Mambruk victoria (Goura victoria Fraser, 1844) termasuk ke dalam ordo Columbiformes, famili Columbidae, dan merupakan salah satu jenis burung endemik di Papua (Grzimek 1972, diacu dalam Oetami 1991). Menurut Notanubun (2002), disebut sebagai burung mambruk atau dara mahkota karena memiliki mahkota yang indah sehingga penduduk Papua menjadikan satwa ini sebagai burung hias atau burung peliharaan, bahkan menjadi lambang salah satu kabupaten di Papua (Kabupaten Manokwari).

Potensi keindahan morfologis dan keunikan tingkah laku merupakan daya tarik burung mambruk victoria sehingga menyebabkan perburuan terhadap jenis tersebut sering dilakukan, terutama untuk kesenangan atau hobi serta untuk dijadikan sebagai sumber protein hewani (Anonim 1996, diacu dalam Tribisono 2002). Akibat dari kegiatan tersebut, populasi burung mambruk victoria semakin menurun. Menurut Sukmantoro et al. (2007), terancamnya kehidupan burung mambruk victoria telah mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia dengan tercantumnya jenis ini ke dalam Undang-Undang (UU) No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Selain itu, mambruk victoria juga mendapat perhatian dari dunia internasional dan hal ini terbukti bahwa pada tahun 1994 sampai tahun 2010, jenis ini sudah tercantum dalam IUCN Redlist versi 3.1 dengan kategori Vulnerable (terancam punah) serta masuk dalam kategori Apendiks II CITES (BirdLife International 2008; Sukmantoro et al. 2007).

Untuk menjaga eksistensi sekaligus memulihkan populasi burung mambruk victoria di habitat alaminya, perlu dilakukan kegiatan konservasi. Kegiatan konservasi burung dapat dilakukan secara in-situ (di dalam habitat alaminya), seperti melalui perlindungan jenis, pembinaan habitat, dan populasi serta secara ek-situ (di luar habitat alaminya), salah satunya melalui kegiatan penangkaran. Penangkaran satwaliar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mengembangbiakkan jenis-jenis satwaliar dengan tujuan untuk memperbanyak populasi dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya, sehingga kelestarian dan keberadaannya di alam dapat dipertahankan (Thohari 1987).

Menurut Setio dan Takandjandji (2007), kegiatan penangkaran burung tidak hanya sekedar untuk kegiatan konservasi jenis dan peningkatan populasi tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengembangan wisata. Hasil penangkaran dapat di lepas-liarkan ke habitat alam serta sebagian lainnya dapat dimanfaatkan untuk tujuan komersial, terutama mulai dari hasil keturunan kedua (F2).

Kegiatan penangkaran burung didasarkan pada PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa serta PP No. 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwaliar yang merupakan bagian dari upaya pemanfaatan jenis flora-fauna liar dengan tujuan agar dapat didayagunakan secara lestari untuk sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat (Setio & Takandjandji 2007). Salah satu penangkaran yang berhasil mengembangbiakkan mambruk victoria adalah Mega Bird and Orchid Farm (MBOF), PT. Mega Bumi Indah Lestari. Kegiatan konservasi secara ek-situ di lokasi tersebut dilakukan melalui pengelolaan pakan, kandang, kesehatan, dan kebutuhan lain dari burung mambruk victoria sehingga satwa tersebut mampu berkembang biak dengan baik.

Selain itu, masih minimnya informasi mengenai aktivitas harian mambruk victoria juga menjadi salah satu alasan dilakukan penelitian ini sebagai salah satu upaya memberikan informasi kepada masyarakat yang tertarik untuk memelihara satwa tersebut sehingga dapat diperoleh suatu teknik penangkaran yang baik dengan memperhatikan aktivitas harian dari mambruk victoria di dalam penangkaran. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang teknik penangkaran yang baik sehingga dapat mendukung usaha pelestarian populasi burung mambruk victoria untuk kegiatan pelepas-liaran mambruk victoria ke habitat alaminya.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mempelajari teknik penangkaran mambruk victoria di MBOF.

2. Mengidentifikasi faktor keberhasilan penangkaran mambruk victoria di MBOF.

3. Mengamati aktivitas harian mambruk victoria di MBOF.

1.3 Manfaat

Dari hasil penelitian mengenai teknik panangkaran dan aktivitas harian pada mambruk victoria (Goura victoria Fraser, 1844) diharapkan dapat dijadikan suatu informasi bagi upaya pengembangan penangkaran mambruk victoria, khususnya di MBOF, Bogor, Jawa Barat.

2.1 Taksonomi

Burung dara mahkota oleh masyarakat Papua sering disebut dengan nama Mambruk victoria, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan Victoria Crowned Pigeon (Notanubun 2002). Menurut Grzimek (1972), diacu dalam Oetami (1991) dan Warsito (2010), klasifikasi dan sistematika dari burung mambruk victoria adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Sub-Filum : Vertebrata Kelas : Aves Bangsa : Columbiformes Famili : Columbidae Sub-Famili : Gourinae Genus : Goura

Jenis : Goura victoria Fraser, 1844

Menurut Notanubun (2002), mambruk victoria merupakan jenis burung endemik Papua yang memiliki kekerabatan dengan dua jenis burung mambruk lainnya, yaitu mambruk ubiaat (Goura cristata Pallas, 1764) dan mambruk selatan (Goura scheepmakeri Finsch, 1876).

2.2 Morfologi

Menurut Kiman (1979), diacu dalam Notanubun (2002), burung dara mahkota victoria atau mambruk victoria (Goura victoria) merupakan jenis mambruk yang paling mudah dibedakan dibandingkan kedua jenis mambruk lainnya (Goura cristata dan Goura scheepmakeri) dengan melihat bulu-bulu pada mahkotanya. Ujung bulu mahkota pada mambruk victoria berwarna biru bercampur abu-abu dan putih serta ditengahnya terdapat corak seperti mata (bulatan kecil yang disebut occeli) dengan bentuk mahkota yang berdiri tegak, pipih, dan lebar menyerupai kipas.

Menurut Wahyuningsih (1991), diacu dalam Notanubun (2002) dan Rumbino (1997), burung jantan dan burung betina mambruk victoria dapat dibedakan dari bentuk tubuh, bagian atas kepala, dan ukuran paruh. Burung jantan memiliki bentuk tubuh yang agak membulat, sedangkan pada burung betina memiliki bentuk tubuh yang memanjang. Bagian atas kepala pada burung jantan agak melengkung dan pada burung betina agak mendatar, sedangkan untuk ukuran paruh, pada burung jantan memiliki ukuran paruh yang besar dan agak panjang, sedangkan pada burung betina memiliki ukuran paruh yang kecil dan agak pendek.

Menurut BirdLife International (2000), mambruk victoria memiliki ukuran tubuh yang besar dengan panjang badan ± 74 cm. Memiliki warna abu-abu baja dan biru marun dengan jambul yang mengagumkan berwarna putih. Selain memiliki warna bulu yang indah dan mahkota berbentuk kipas di atas kepalanya, burung mambruk victoria memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan jenis lainnya yakni memiliki ukuran tubuh yang besar, tidak dapat terbang jauh tetapi dapat berjalan dengan cepat (Oetami 1991). Namun, menurut Kiman (1979) dan Anonim (1991), diacu dalam Notanubun (2002), burung mambruk victoria dewasa memiliki panjang badan 60 – 80 cm yang diukur dari ujung paruh sampai ujung ekor. Selain itu, burung mambruk victoria memiliki ukuran telur yang cukup besar yang melebihi ukuran telur ayam kampung dengan bobot telur berkisar antara 70 – 90 gram dan berwarna putih. Mambruk victoria memiliki ciri morfologi yang hampir mirip dengan mambruk ubiaat (Goura cristata) dan mambruk selatan (Goura scheepmakeri). Keterangan singkat yang menerangkan ciri morfologi antara Goura victoria dengan Goura cristata dan Goura scheepmakeri yang dapat dilihat pada Tabel 1, Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3.

Tabel 1 Hubungan kekerabatan antara Goura victoria dengan Goura cristata dan Goura scheepmakeri

No Keterangan Goura victoria Goura cristata Goura scheepmakeri

1 Nama Latin Goura victoria Fraser, 1844

Goura cristata Pallas, 1764 Goura scheepmakeri Finsch, 1876 2 Nama Inggris Victoria Crowned- pigeon Western Crowned Pigeon Southern Crowned Pigeon 3 Nama

Indonesia Mambruk victoria Mambruk ubiaat Mambruk selatan

4 Penyebaran

P. Yapen, P. Biak, dan P. Papua bagian utara, dari ujung Teluk Cendrawasih, ke timur melalui Sepik-Ramu, kemudian di Tenggara dari desa Morobe sampai Teluk Milne, di dekat permukaan laut.

Semenanjung Daerah Kepala Burung dan Semenanjung Onin, di Selatan sampai Teluk Etna ke arah Timur, dan di Utara sampai S. Siriwo, di ujung Teluk Cendrawasih, Misool, Salawati, Batanta, dan Kep. Waigeo

P. Papua bagian selatan, sampai Teluk Etna ke arah Barat

5 Habitat

Hutan dataran rendah dan hutan rawa sampai ketinggian 600 mdpl

Hutan aluvial sampai ketinggian 350 mdpl

Hutan dataran rendah dan hutan aluvial sampai ketinggian 500 mdpl 6 Deskripsi Suara Suara dentuman bergaung tenang

Panggilan hooom yang dalam dan bergema, diulang oleh anggota- anggota kawanan, hanya terdengar dalam jarak dekat Suara dentuman bergaung tenang 7 Morfologi Panjang tubuh 70 cm, jambul seperti kipas dan berujung putih, dada merah- manggis

Panjang tubuh 66 cm, merpati biru abu-abu dan hitam seperti kalkun, jambul seperti kipas dengan ujung jambul tidak berwarna putih, seluruh dada abu-abu, memiliki bercak hitam tidak teratur

Panjang tubuh 75 cm, jambul seperti kipas dengan ujung jambul tidak berwarna putih, dada merah-manggis

8 Status IUCN Vulnerable Vulnerable Vulnerable

9 Status

CITES Apendiks 2 Apendiks 2 Apendiks 2 Sumber: PPBLI (2002); BirdLife International (2008).

Gambar 2 Goura cristata Pallas, 1764.

Gambar 3 Goura scheepmakeri Finsch, 1876.

Dokumen terkait