• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jika X 2 hitung < dari X 2 tabel , maka terima H 0 Untuk mengetahui nilai pada X 2 tabel maka digunakan rumus:

4.5 Struktur Organisasi dan Kepegawaian

Mega Bird and Orchid Farm secara keseluruhan dipimpin oleh seorang direktur (Drs. Megananda Daryono, MBA) yang dibantu oleh seorang manajer (Supriyanto Akdiatmojo) dan seorang asisten manajer (Hari Dimas Prayogo), serta pegawai sebanyak 14 orang. Selain itu, untuk menjaga keamanan di lokasi tersebut, pengelola menggunakan tenaga keamanan sebanyak enam orang.

4.6 Aksesibilitas

Mega Bird and Orchid Farm terletak tidak jauh dari pusat kota Bogor. Lokasi ini dapat dicapai dari terminal Baranang Siang yang memiliki jarak sekitar 12,5 km dengan waktu tempuh sekitar 2 jam jika menggunakan angkutan umum dan sekitar 1 jam jika menggunakan kendaraan pribadi. Selain itu, lokasi ini juga dapat dicapai dari arah Kampus IPB Darmaga yang memiliki jarak sekitar 12 km dengan waktu tempuh sekitar 1 jam jika menggunakan angkutan umum dan sekitar 30 menit jika menggunakan kendaraan pribadi.

5.1 Teknik Penangkaran 5.1.1 Perkandangan

Kandang merupakan salah satu syarat yang diperlukan di dalam penangkaran mambruk. Untuk membuat kandang mambruk sebaiknya tidak terlalu besar atau tidak terlalu kecil dan harus disesuaikan dengan jumlah burung yang ada atau akan direncanakan dalam penangkaran (Warsito 2010). Untuk mendapatkan kondisi seperti di habitat alaminya, terdapat beberapa persyaratan dalam memilih lokasi kandang burung antara lain (Setio & Takandjandji 2007):

a. Berada pada tempat yang bebas banjir pada musim hujan. b. Jauh dari keramaian dan kebisingan.

c. Berada pada tempat yang mudah diawasi dan mudah dicapai. d. Tidak terganggu oleh berbagai polusi (debu, asap, dan bau gas).

e. Tidak berada pada tempat yang lembab, becek atau tergenang air karena akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.

f. Di dalam kandang hendaknya ditanami pohon-pohon pelindung agar terasa sejuk dan burung merasa seperti di habitat alaminya.

g. Terisolasi dari pengaruh binatang atau ternak lain.

h. Tersedianya sumber air yang cukup untuk minum dan mandi burung serta untuk pembersihan kandang.

i. Mudah untuk mendapatkan pakan dan tidak bersaing dengan manusia.

5.1.2.1Jenis dan ukuran kandang

Jenis kandang mambruk victoria di MBOF merupakan jenis kandang pemeliharaan. Kandang ini dibuat secara permanen yang berbentuk persegi panjang dengan atap yang lebih tinggi agar mambruk lebih leluasa dalam pergerakan sayapnya atau terbang dan sebaiknya kandang tersebut minimal memperoleh 80% terkena sinar matahari langsung (Warsito 2010). Kandang mambruk di MBOF memiliki ukuran panjang 40 m, lebar 25 m, dan tinggi 5 m atau seluas 1000 m2. Kandang tersebut biasa digunakan oleh mambruk untuk melakukan segala tingkah lakunya antara lain makan, minum, istirahat, kawin,

dan sebagainya. Selain itu, mambruk juga berasosiasi dengan jenis lain khususnya dalam hal makanan yakni dengan merak (Pavo sp.) dan itik mandarin (Aix galericulata Linnaeus, 1758).

5.1.2.2Konstruksi kandang

Konstruksi kandang mambruk di MBOF dibuat secara permanen dengan bahan-bahan antara lain dinding tembok, besi berdiameter 5 cm, dan kawat ram sebagai atap kandang. Pembuatan dinding tembok dilakukan untuk menghindari adanya gangguan yang dapat menyebabkan ketenangan burung menjadi terganggu. Selain itu, pembangunan kandang permanen untuk pemeliharaan mambruk memiliki keunggulan yaitu segi pemakaian yang lebih tahan lama daripada kandang yang terbuat dari bahan kayu atau bambu yang hanya bertahan 3 – 4 tahun (Warsito 2010).

5.1.2.3Fasilitas di dalam kandang

Secara umum, fasilitas yang terdapat di dalam kandang burung antara lain tempat bertengger yang terbuat dari batang pohon sehingga tampak alami dan tempat makan dan minum yang terbuat dari bahan plastik bermutu baik yang bertujuan untuk menghindari kandungan racun yang terdapat dalam plastik tersebut yang dapat mengganggu kesehatan satwa yang ditangkarkan (Dharmojono 1996, diacu dalam Nasution 2005). Beberapa fasilitas yang terdapat di dalam kandang mambruk victoria di MBOF antara lain tempat makan dan minum, tempat bertengger, tempat bersarang, dan kolam (Gambar 5).

Gambar 5 Fasilitas di dalam kandang mambruk victoria, (A) tempat makan; (B) tempat minum; (C) tempat bersarang; (D) tempat bertengger; dan (E) kolam.

Selain fasilitas tersebut, di dalam kandang mambruk victoria juga terdapat beberapa tumbuhan yaitu jambu air (Syzigium sp.) dan pepaya (Carica papaya). Selain sebagai tempat berlindung bagi mambruk victoria, tumbuhan tersebut juga berguna sebagai pakan buah alami (Warsito 2010). Berdasarkan hasil pengamatan di MBOF, pengelola menyediakan ranting-ranting pohon yang sengaja diletakkan di dalam kandang agar mambruk victoria dapat membuat sarang sendiri seperti di habitat alaminya. Menurut Waluyo et al. (1993), sarang mambruk victoria di habitat alaminya berdiameter antara 250 – 450 mm dengan kedalaman + 160 mm.

5.1.2.4Perawatan dan sanitasi kandang

Kebersihan kandang beserta kelengkapannya perlu diperhatikan karena termasuk ke dalam aspek perawatan kandang dan akan berhubungan dengan kesehatan burung. Menurut Setio dan Takandjandji (2007), beberapa tindakan yang diperlukan untuk merawat dan menjaga kebersihan kandang antara lain:

a) Mengeruk, menyikat, dan menyapu kotoran yang melekat pada bagian- bagian kandang untuk dibuang pada tempat pembuangan yang telah disediakan.

b) Menyemprot atau menyiram dengan air pada bagian kandang yang telah dibersihkan secara rutin dua kali sehari.

c) Menyemprot kandang dengan desinfektan secara teratur tiap sebulan sekali.

Kegiatan perawatan kandang di MBOF meliputi pembersihan kandang dari feses burung, sisa-sisa makanan burung, daun-daun kering, pembersihan tempat makan dan minum burung, serta penggantian dan perbaikan kawat ram atau besi yang sudah rusak. Kegiatan pembersihan di dalam kandang dilakukan secara rutin setiap dua kali sehari. Hal ini dilakukan untuk menghindari timbulnya

serangan berbagai penyakit sebagai akibat dari kandang yang kotor (Setio & Takandjandji 2007). Selain itu, perawatan tidak hanya dilakukan di

dalam kandang, melainkan juga dilakukan di luar kandang. Kegiatan perawatan di luar kandang meliputi pembersihan sampah-sampah atau daun-daun kering dan perawatan tanaman di sekitar kandang agar terlihat lebih indah. Berdasarkan hasil pengamatan di MBOF, alat-alat yang digunakan dalam merawat dan

membersihkan kandang antara lain sapu lidi, pengki, gunting rumput, karung, gerobak dorong, selang air, dan sikat.

5.1.2.5Suhu dan kelembaban kandang

Berdasarkan hasil pengamatan, suhu di dalam kandang mambruk victoria di MBOF berkisar antara 25 – 32oC yang dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Grafik suhu dalam kandang mambruk victoria.

Selain itu, kelembaban udara di dalam kandang mambruk victoria di MBOF berkisar antara 57 – 78% yang dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Grafik kelembaban udara dalam kandang mambruk victoria. Berdasarkan hasil pengamatan, suhu dalam kandang mambruk victoria tergolong tinggi dengan kelembaban udara yang rendah jika dibandingkan dengan kondisi suhu dan kelembaban udara yang sangat disukai mambruk victoria di habitat alaminya yakni dengan suhu sekitar 25 – 27oC dan memiliki kelembaban

25.3 27.5 29.3 30.8 32 32 32.3 32.3 32 30.8 0 5 10 15 20 25 30 35 S u h u ( oC) Waktu (WIB) 78 76.8 69.5 64.5 59.5 59.5 57.3 58.5 59.3 63.5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 K el em b ab an ( % ) Waktu (WIB)

udara sekitar 80 – 90% (Warsito 2010). Menurut Notanubun (2002) dan Tribisono (2002), mambruk pada umumnya senang hidup pada bagian hutan yang memiliki pohon besar dan terdapat sumber air dengan suhu berkisar antara 20 – 27oC dan kelembaban udara berkisar antara 80 – 92% serta pada ketinggian + 500 mdpl.

Suhu dan kelembaban udara dalam kandang mambruk victoria di MBOF yang berbeda dengan habitat alaminya lebih dikarenakan kondisi kandang yang lebih terbuka. Selain itu, vegetasi di dalam kandang mambruk victoria sangat sedikit dan hanya memiliki tinggi sekitar 2 – 3 meter. Menurut Warsito (2010), meskipun mambruk victoria menyukai daerah yang lembab, sinar matahari tetap diperlukan untuk menghangatkan tubuhnya dan hal ini sesuai dengan kondisi kandang mambruk victoria yang terdapat di MBOF yang terbuka sekitar 80% dan mendapatkan sinar matahari langsung.

5.1.2 Kesehatan

Burung mambruk victoria yang terdapat di dalam penangkaran dapat terjangkiti penyakit apabila pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan kurang baik, sehingga perlu diberikan obat-obatan dan vitamin yang dibutuhkan oleh mambruk victoria yang dipelihara di penangkaran. Berdasarkan hasil pengamatan, sejak pertama kali didatangkan pada tahun 2005 hingga pertengahan tahun 2011, mambruk victoria yang terdapat di MBOF pernah terjangkiti beberapa penyakit yaitu CRD (Chronic Respiratory Disease), cacingan, dan kaki bengkak. Menurut Sauvani (2008), diacu dalam Warsito (2010), gejala klinis, penyebab, pengendalian, dan pengobatan dari penyakit CRD (Cronic Respiratory Disease) dan penyakit cacingan yang biasa diderita oleh mambruk victoria yaitu:

1. CRD (Chronic Respiratory Disease) a) Gejala:

Mambruk seperti menderita pilek atau flu (keluar lendir melalui hidung) yang disertai ngorok dan sulit untuk bernafas.

b) Penyebab:

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycoplasma galisepticum yang dapat mengakibatkan kekurusan pada satwa dan keluarnya cairan bernanah pada hidung (Pusat Kesehatan Hewan 2008).

c) Pengendalian:

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kandang, pakan, air minum, dan alat sanitasi kandang.

d) Pengobatan:

Pengobatan biasanya dilakukan dengan cara memberikan Tetra chlorine capsule melalui oral dengan dosis dua kali sehari berturut- turut selama sakit atau menggunakan antibiotik seperti Tylocin atau Mitraflox-12 yang dilarutkan di dalam air minum.

2. Cacingan a) Gejala:

Mambruk mengalami mencret yang disertai lendir yang berwarna putih mirip berak kapur. Gejala lebih lanjut adalah mambruk tampak kurus, lemah dan lesu, nafsu makan berkurang, jambul atau mahkota tidak berdiri tegak, dan apabila mengeluarkan kotoran (feses) akan keluar cacing.

b) Penyebab:

Penyakit ini disebabkan oleh Cestoda (cacing pita), Nematoda (cacing askaris), dan cacing mata akibat sanitasi kandang yang buruk atau kandang yang terlalu lembab. Serangan parasit ini dapat menyebabkan radang usus dan dapat merusak mata.

c) Pengendalian:

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kandang, pakan, air minum, dan alat sanitasi kandang.

d) Pengobatan:

Pengobatan untuk serangan cacing mata dapat dilakukan dengan cara memberikan Kreolin 5% yang diteteskan pada mata, sedangkan untuk serangan cacing pita dapat menggunakan Dichloropen dengan dosis 300mg/kg dan di–N–butyl laurat 500 mg/kg. Sementara itu, untuk serangan cacing askaris dapat menggunakan Piperazin, Hygromycin B, Vermixon atau Nethyridine dengan dosis 200–400 mg/100 ml air minum.

Untuk penyakit kaki bengkak, pengelola MBOF biasanya mengobati dengan menggunakan salep Thrombophob dengan cara mengoleskan pada kaki mambruk selama kaki bengkak hingga kaki kembali seperti semula. Kaki bengkak biasanya disebabkan oleh kaki mambruk yang terjepit atau keseleo. Selain itu, pengelola MBOF juga memberikan vitamin berupa kurkumavit dengan dosis 1g/2 liter air minum dengan waktu pemberian setiap lima hari sekali yang dicampurkan ke dalam air minum. Pemberian vitamin bertujuan untuk menambah nafsu makan mambruk dan meningkatkan stamina mambruk sehingga mambruk menjadi cukup kuat, segar, dan sehat (Warsito 2010).

5.1.3 Pengaturan reproduksi

Reproduksi merupakan kunci keberhasilan dalam penangkaran untuk meningkatkan populasi dan produktivitas, sehingga memiliki pengetahuan tentang biologi dan perilaku reproduksi jenis satwa yang ditangkarkan sangat penting karena dapat memberikan arah pada tindakan manajemen yang diperlukan untuk menghasilkan produksi satwa yang ditangkarkan sesuai dengan harapan (Setio & Takandjandji 2007). Kegiatan pengelolaan reproduksi yang dilakukan oleh pengelola MBOF antara lain sumber dan jumlah bibit, penentuan jenis kelamin, pemilihan bibit untuk dijadikan sebagai indukan, teknik penjodohan, pembesaran piyik atau anakan yang baru menetas, dan tingkat keberhasilan breeding.

5.1.3.1Sumber dan jumlah bibit

Sumber bibit burung mambruk victoria (Goura victoria Fraser, 1844) yang terdapat di Mega Bird and Orchid Farm (MBOF) berasal dari Papua yang diambil langsung dari alam atau hutan. Burung tersebut pertama kali didatangkan pada tahun 2005 sebanyak satu pasang. Berdasarkan hasil pengamatan, populasi mambruk victoria di MBOF sampai pertengahan tahun 2011 adalah lima ekor yang terdiri dari dua individu jantan dan tiga individu betina. Berdasarkan kondisi populasi tersebut, untuk kelas umur dewasa atau indukan sebanyak dua ekor yang terdiri dari satu individu jantan dan satu individu betina, sedangkan untuk kelas umur remaja sebanyak tiga ekor yang terdiri dari satu individu jantan dan dua individu betina.

Jumlah individu mambruk victoria di MBOF sampai pertengahan tahun 2011 tergolong sedikit. Hal ini disebabkan sulitnya mambruk victoria dalam menghasilkan telur karena telur yang dihasilkan dalam satu musim perkawinan atau tiap tahunnya hanya 1 – 2 butir telur (Warsito 2010). Selain itu, penyebab lain sedikitnya jumlah individu mambruk victoria di MBOF adalah terganggunya proses perkawinan mambruk victoria karena adanya burung merak (Pavo sp.). Burung merak di lokasi tersebut cukup mendominasi sehingga proses perkawinan (kopulasi) mambruk victoria sulit terjadi. Hal ini ditunjukkan dengan dirusaknya sarang mambruk yang terdiri dari ranting-ranting pohon oleh burung merak ketika mambruk akan membuat sarang.

5.1.3.2Penentuan jenis kelamin

Menurut Wahyuningsih (1991), diacu dalam Notanubun (2002) dan Rumbino (1997), burung jantan dan burung betina mambruk victoria dapat dibedakan dari bentuk tubuh, bagian atas kepala, dan ukuran paruh. Burung jantan memiliki bentuk tubuh yang membulat, sedangkan pada burung betina memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dengan bagian atas kepala pada burung jantan agak melengkung dan pada burung betina agak mendatar, sedangkan untuk ukuran paruh, pada burung jantan memiliki ukuran paruh yang besar dan agak panjang, sedangkan pada burung betina memiliki ukuran paruh yang kecil dan agak pendek. Perbedaan ukuran tubuh mambruk victoria jantan dan mambruk victoria betina yang terdapat di MBOF dapat dilihat pada Tabel 5, Gambar 8, dan Lampiran 4.

Tabel 5 Perbandingan ukuran tubuh mambruk victoria jantan dan betina di MBOF

No. Indikator Ukuran tubuh

Jantan Betina 1 Panjang badan (cm) 75 68 2 Lingkar badan (cm) 50 49 3 Panjang paruh (cm) 5,35 4,85 4 Tinggi mahkota (cm) 15 14 5 Panjang kaki (cm) 31 28 6 Panjang ekor (cm) 28 25 7 Rentang sayap (cm) 48 45

Gambar 8 Mambruk victoria betina (A) dan mambruk victoria jantan (B) di MBOF

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap mambruk victoria yang terdapat di MBOF, terdapat perbedaan ukuran morfologi tubuh mambruk victoria jantan dan mambruk victoria betina. Individu jantan memiliki ukuran mahkota yang lebih besar dan lebih tegak, memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dan lebih bulat, dan memiliki perilaku yang lebih agresif dibandingkan dengan individu betina. Jika dilihat dari ukurannya, sifat morfologi tersebut tidak hanya dipegaruhi oleh genetik tetapi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan tempat satwa tersebut hidup seperti iklim, makanan, dan sebagainya (Notanubun 2002).

5.1.3.3Pemilihan induk dan teknik penjodohan

Pemilihan induk yang baik dan dapat dijadikan sebagai bibit atau induk produktif juga termasuk salah satu teknik dalam menangkarkan mambruk. Menurut Warsito (2010), beberapa langkah untuk mendapatkan induk produktif, antara lain:

1. Burung dewasa yang sehat dengan usia 1 – 1,5 tahun.

2. Memiliki bulu badan halus (tidak kusam), warna cerah dan bersih, serta bulu ekor tidak rebah ke tanah.

3. Memiliki mata yang terang, jernih, dan agak menonjol ke luar.

4. Memiliki jambul (mahkota) yang berdiri tegak dan tidak lemah atau rebah ke samping atau ke belakang.

5. Mempunyai nafsu makan yang tinggi.

6. Memiliki gerakan yang lincah yang tampak pada saat lari, berjalan, maupun akan terbang.

Pemilihan indukan mambruk victoria oleh pengelola MBOF dilakukan dengan cara memilih indukan yang sehat, tidak cacat, dan terhindar dari penyakit. Selain itu, proses penjodohan indukan mambruk victoria yang dilakukan oleh pengelola di MBOF adalah dengan cara membiarkan indukan mambruk tersebut melakukan perkawinan sendiri di dalam kandang. Usia indukan siap kawin (minimum breeding age) pada mambruk victoria berkisar antara umur 1 – 1,5 tahun atau 18 – 20 bulan (Warsito 2010; Kiman 1979, diacu dalam Indasari 2001). Selain itu, mambruk victoria merupakan jenis burung yang menganut pola perkawinan monogami (tidak berganti pasangan) dengan proses perkawinan yang terjadi sepanjang tahun dengan intensitas perkawinan tertinggi terjadi pada bulan April – Juli dan bulan November – Maret (Warsito 2010).

5.1.3.4Pengaturan peneluran dan penetasan

Setelah melakukan perkawinan, burung jantan dan betina biasanya selalu bersama atau beriringan tanpa terganggu oleh kehadiran burung mambruk lainnya (Warsito 2010). Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola MBOF, musim bertelur mambruk victoria di MBOF biasa terjadi pada bulan Juli – Agustus dengan telur yang dihasilkan setiap satu kali musim kawin adalah sebanyak satu butir telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Warsito (2010) dan Waluyo et al. (1993) yang menyatakan bahwa telur yang dihasilkan oleh indukan betina mambruk victoria selama musim perkawinan sebanyak satu butir telur dengan ukuran 55 mm × 38 mm. Namun sampai pertengahan tahun 2011, jumlah individu mambruk victoria sejak pertama kali datang di MBOF pada tahun 2005 hanya berjumlah lima ekor. Hal ini dikarenakan dalam proses pengeraman, mambruk victoria mengalami banyak gangguan, baik gangguan dari mambruk lainnya (mambruk cristata) maupun dari burung jenis lain yakni burung merak (Pavo sp.). Hal ini sesuai dengan pendapat Waluyo et al. (1993) yang menyatakan bahwa apabila induk mambruk yang sedang mengerami telur mendapatkan gangguan akan berdampak pada induk mambruk yang akan meninggalkan sarangnya, sehingga proses pengeraman akan terganggu dan akan menyebabkan telur tersebut tidak akan menetas.

Di MBOF, penetasan telur mambruk victoria juga dilakukan secara alami oleh indukan dan tidak menggunakan mesin tetas. Menurut Warsito (2010) dan Waluyo et al. (1993), masa pengeraman telur mambruk victoria rata-rata 21 – 24 hari dengan proses pengeraman yang dilakukan secara bergantian oleh induk jantan maupun induk betina.

5.1.3.5Pengasuhan atau pembesaran piyik

Proses pengasuhan dan pembesaran anakan mambruk di MBOF dilakukan dengan cara pengelola membiarkan induk mambruk mengasuh dan membesarkan anaknya sendiri secara alami. Proses pengasuhan anakan mambruk biasanya dilakukan oleh induk jantan dan induk betina yang bergantian menyuapi anaknya sampai anakan tersebut berumur tiga bulan dan pada umur tersebut, bulu anakan mambruk victoria sudah berubah seperti induknya (Waluyo et al. 1993).

Menurut Warsito (2010), anakan mambruk victoria dijaga dan diasuh secara bersama-sama oleh kedua induknya. Secara naluriah, anakan mambruk dilatih untuk mencari makan dengan cara mengais tanah atau mematuk-matuk. Setelah anakan mencapai usia dewasa (umur 8 – 10 bulan), secara alamiah indukan mambruk akan berjalan sendiri seakan mau memisahkan sendiri dengan anaknya dan pada akhirnya kedua indukan mambruk victoria sudah dapat berkembang biak lagi.

5.1.3.6Tingkat keberhasilan breeding

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola di MBOF mengenai tingkat keberhasilan breeding mambruk victoria, dapat diketahui bahwa sejak tahun 2005 hingga pertengahan tahun 2011, indukan mambruk victoria di lokasi tersebut telah menghasilkan enam telur. Namun dari keenam telur tersebut, hanya tiga butir telur yang berhasil menetas dan mampu hidup hingga mencapai usia dewasa pada saat ini. Tingkat keberhasilan breeding pada mambruk victoria di MBOF dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Persentase tingkat keberhasilan breeding pada mambruk victoria di MBOF

No. Indikator Persentase (%) Kriteria

1 Daya tetas telur 50 sedang 2 Angka kematian 0 rendah 3 Tingkat perkembangbiakan 100 tinggi

Berdasarkan informasi tersebut, dapat diketahui bahwa persentase daya tetas telur adalah 50% dengan jenis kelamin jantan sebanyak satu individu dan jenis kelamin betina sebanyak dua individu. Nilai persentase tersebut menunjukkan bahwa daya tetas telur mambruk victoria di MBOF tergolong sedang karena dalam proses pengeraman, indukan mambruk victoria sering mengalami berbagai gangguan dari satwa lain yakni adanya burung merak yang dikumpulkan dalam satu kandang dengan mambruk victoria sehingga terdapat telur yang tidak menetas. Hal ini sesuai dengan pendapat Waluyo et al. (1993) yang menyatakan bahwa apabila induk mambruk yang sedang mengerami telur mendapatkan gangguan akan berdampak pada induk mambruk yang akan meninggalkan sarangnya, sehingga proses pengeraman akan terganggu dan akan menyebabkan telur tersebut tidak akan menetas. Untuk persentase kematian adalah 0% karena sejak tahun 2005 hingga pertengahan tahun 2011 belum ada anakan mambruk yang mati. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kematian mambruk victoria di MBOF tergolong rendah.

Selain itu, untuk untuk persentase tingkat perkembangbiakan mambruk victoria di MBOF adalah sebesar 100%. Nilai persentase tersebut menunjukkan bahwa tingkat perkembangbiakan mambruk victoria di MBOF tergolong tinggi karena dari total indukan yang ada yang terdiri dari satu pasang indukan (jantan dan betina), hanya satu pasang indukan tersebut yang berhasil melakukan perkawinan dan mampu bertelur hingga menghasilkan tiga ekor anak yang berhasil hidup sampai saat ini.

5.1.4 Pakan

Salah satu aspek yang penting dalam pemeliharaan burung adalah penyediaan pakan. Di alam bebas, burung dapat memenuhi kebutuhan gizinya sendiri dengan memanfaatkan makanan yang tersedia di alam, sedangkan jika telah dipelihara oleh manusia, ruang gerak burung akan dibatasi oleh kandang atau sangkar dan untuk memenuhi kebutuhan gizinya, burung hanya

mengandalkan makanan yang diberikan oleh pemeliharanya (Soemadi & Mutholib 1995).

5.1.4.1Jenis pakan

Jenis pakan yang biasa dimakan oleh mambruk victoria di habitat alaminya berupa buah-buahan hutan yang jatuh seperti buah pohon beringin, jambu hutan, dan kenari (Notanubun 2002). Jenis pakan utama mambruk victoria yang diberikan oleh pengelola MBOF terdiri dari beras merah, jagung giling kuning, kacang hijau, dan beras menir (Gambar 9). Selain itu, mambruk victoria juga diberikan pakan tambahan berupa sayuran yang terdiri dari sawi, tauge kacang hijau, daun pepaya, dan jagung muda kuning (Gambar 10). Menurut Handini et al. (1992), mambruk victoria menyukai pakan dalam bentuk butiran yang sudah dipecahkan dan tidak menyukai bahan pakan berbentuk tepung tetapi juga menerima bahan pakan berbentuk pelet.

Gambar 9 Jenis pakan utama mambruk victoria di MBOF yang terdiri dari (A) beras merah; (B) beras menir; dan (C) jagung giling kuning.

Gambar 10 Jenis pakan tambahan mambruk victoria di MBOF yang terdiri dari campuran jagung muda kuning, sawi, daun pepaya, dan tauge kacang hijau.

Dari jenis pakan utama yang diberikan oleh pengelola MBOF terhadap mambruk victoria, pakan yang sering dimakan oleh mambruk adalah jenis jagung giling kuning, beras merah, kacang hijau, dan beras menir. Mambruk victoria di lokasi tersebut kurang menyukai pakan yang berbentuk pur. Menurut Handini et al. (1992), mambruk yang dikandangkan biasanya lebih menyukai pakan dalam betuk butiran yang sudah dipecahkan seperti jagung pecah, tauge kacang hijau, ulat, dan kelapa iris. Pakan berupa pelet atau pur biasanya sangat diperlukan bagi perkembangan anakan mambruk yang masih berusia beberapa hari (Warsito 2010).

5.1.4.2Jumlah pakan yang diberikan

Pakan yang terdapat di kandang pemeliharaan diberikan oleh pengelola

Dokumen terkait