• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa dapat dipertunjukkan (UU No.33 Tahun 2009). Film merupakan media komunikasi bersifat audio visual yang di gunakan untuk menyampaikan suatu pesan tertentu, dapat berupa pesan pendidikan, hiburan, dan informasi. Pesan yang disampaikan menggunakan lambang-lambang berupa tulisan, suara, perkataan, percakapan, dan sebagainya.

Media audio visual seperti televisi telah menjadi sahabat bagi anak yang menemani anak-anak disetiap hari. Dalam keluarga modern yang orang tua sibuk dengan aktivitas di luar rumah, televisi sering dimanfaatkan sebagai penghibur bagi anak. Film-film yang tayang di televisi memberikan pengaruh terhadap anak-anak, tidak hanya berpengaruh kepada pengetahuan, tetapi sudah merambat ke bahasa seorang anak.

Animasi adalah ragam proses teknik yang bertujuan menghasilkan ilusi gerak dan emosi yang alami sesuai hukum fisika, biologi, audio, lip sync dan psikologi sesuai dengan pilihan stlye gerak animasi kartun ataukah gerak animasi realis (Gumelar, 2017: 11). Animasi adalah sebuah gambar yang dibuat terlebih dahulu dan diberikan efek untuk seolah-olah hidup dan juga terlihat bergerak seperti benda hidup.

Saat ini, banyak film animasi yang marak tayang di televisi, ada pengaruh positif dan negatifnya bagi anak. Di antara film animasi tersebut adalah film Upin&Ipin, Pada Zaman Dahulu kala, dan BoBoiBoy, Spongebob, Doraemon, Dora The Explore, Tom And Jerry, Adit,Sopo Jarwo, dan juga masih banyak flim lainnya. Media televisi merupakan salah satu media yang banyak digunakan oleh masyarakat, tetapi permasalahannya bagaimana setiap keluarga dan masyarakat dapat

menggunakan media televisi tersebut dengan baik, karena dalam keluarga ada anak yang ikut serta menonton televisi.

Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa dapat dipertunjukkan (UU No.33 Tahun 2009). Film merupakan media komunikasi bersifat audio visual yang di gunakan untuk menyampaikan suatu pesan tertentu, dapat berupa pesan pendidikan, hiburan, dan informasi. Pesan yang disampaikan menggunakan lambang-lambang berupa tulisan, suara, perkataan, percakapan, dan sebagainya

Menonton film animasi membuat anak mengetahui dan hafal, setiap episode yang terdapat pada film yang mereka nonton. Film animasi, banyak ditemukan dengan beragam durasi tergantung pada jenis filmnya.

Seperti film Upin&Ipin hanya berduarsi singkat tetapi sering diulang oleh pihak stasiun televisi. Durasi pemutaran film animasi lama atau singkat tersebut tidak mempengaruhi kemampuan seseorang anak dalam menyimak dan mendengarkan bahasa dari film animasi tersebut.

Film animasi seperti Tom And Jerry, Tayo, Dora The Explore, Doraemon, Shincan, Dan Film Tobot X, pada dasarnya menggunakan bahasa inggris, tetapi pada saat penayangan film animasi tersebut telah di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Tetapi pada film animasi seperti Upin&Ipin, Pada Zaman Dahulukala, BoBoiBoy, Umar&Hana menggunakan bahasa seperti bahasa aslinya yaitu bahasa Melayu. Oleh karena itu anak-anak banyak menirukan bahasa Melayu, yang berbeda dengan bahasa Ibu dan bahasa yang sehari-hari digunakan pada lingkungan keluarga atau lingkungan masyarakat anak. Selain dari pada itu anak lebih cenderung cepat lebih cepat menirukan bahasa Melayu, karena anak sering menonton film animasi yang berbahasa Melayu.

Film animasi Upin&Ipin dan BoBoiBoy adalah merupakan film yang berasal dari Malaysia yang sering ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi di Indonesia. Semenjak kehadiran Upin&Ipin dan BoBoiBoy anak-anak sering menontonnya, dan orang tua juga tidak khawatir untuk

melepaskan anaknya menonton film tersebut. Pada film Upin&Ipin banyak pesan moral yang sering disampaikan, seperti membaca doa, menghormati orang tua, dan juga saling tolong menolong. Sedangkan film Pada Zaman Dahulukala, banyak menceritakan kisah-kisah dongeng binatang.

Pada saat peneliti melakukan observasi di PAUD Qurrata A‟yun 2, pada tanggal 11 Maret 2019, dengan kepala sekolah di sekolah tersebut, peneliti menemukan bahwa banyak anak yang bercerita tentang film Upin&Ipin, Pada Zaman Dahulukala, BoBoiBoy, dan film lainnya. Ketika anak sedang bermain, peneliti mengamati beberapa orang anak yang menggunakan bahasa melayu dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.

Pada kenyataanyan, berdasarkan hasil observasi pada skeolah tersebut banyak anak yang telah lancar menggunakan kosa kata Melayu, dan juga sintaksis anak yang sudah seperti bahasa Melayu, sehingga akan dikhawatirkan akan susah untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah dengan teman-temannya. Anak seharusnya lebih fasih dengan menggunakan bahasa daerah atau bahasa Indonesia, karena anak tidak tinggal di daerah yang menggunakan bahasa Melayu dalam berkomunikasi.

Pemerolehan bahasa kedua yang didapat oleh anak bisa dengan berbagai cara, contohnya seperti dari lingkungan masyarakat, apabila di lingkungan masyarakat sekitar anak kebanyakan menggunakan bahasa Indonesia, maka anak akan terbiasa dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi, dan apabila di lingkungan masyarakat sekitar anak menggunakan bahasa daerah, maka anak akan menggunakan bahasa daerah saat berkomunikasi dalam kesehariannya. Menurut peneliti, seharusnya anak lebih menguasai bahasa daerah dan juga bahasa Indonesia, karena bahasa daerah merupakan salah satu kearifan lokal yang harus dilestarikan dan juga dijaga oleh setiap orang. Sedangkan bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu bangsa Indonesia, maka dari itu anak hendaknya harus menguasai bahasa Indonesia, sebagaimana yang

tertera pada ikrar sumpah pemuda. Hendaknya orang tua banyak mengajarkan anak untuk berbahasa Indonesia.

Masa anak usia dini merupakan masa keemasan karena pada saat usia dini banyak sel-sel syaraf neuron anak yang berkembang dengan pesat. Anak mendapatkan pembelajaran pertama kali di dapatkan dari keluarga, anak akan menyerap apa yang dengar dari pembicaraan di lingkungan keluarganya. Anak juga belajar berbicara dari keluarga, apabila di lingkungan keluarga tidak menstimulasi perkembangan bahasa anak, maka anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan bahasa.

NAEYC (National Association for The Education of Young Children), mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang mencakup program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (Aisyah, dkk., 2012: 1.3).

Anak usia dini mempunyai neuron-neuron yang pada saat usia 1-5 tahun mempunyai perkembangan yang sangat pesat.

Pada saat anak usia dini inilah guru dan orang tua dapat mengajarkan banyak hal, agar kelak nanti nya anak bisa melanjutkan pendidikan sesuai dengan tahap perkembanganya. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Masa usia dini adalah saat yang tepat bagi anak untuk belajar bahasa. Bahasa ibu merupakan bahasa pertama yang dikenal oleh anak.

Otak anak masih sangat peka dalam menyerap informasi, sehinggan proses penyerapan bahasa sangat cepat terjadi. Secara disadari ataupun tidak di sadari, anak dapat menyerap bahasa secara otomastis (Kharisma& Zultiar, 2016: 75).

Pada hakikatnya anak yang menguasai bahasa asing yang lebih dari satu bahasa, sangat positif dan akan berpengaruh kepada nantinya anak berkomunikasi dilingkungan. Sebenarnya menguasai bahasa negara lain untuk anak usia dini tidak terlalu dituntut, karena anak usia dini itu bermain seraya belajar untuk mendapatkan pengetahuan. Menurut Permendikbud 137 Tahun 2014 pada lampiran 1 menyatakan bahwa untuk perkembangan bahasa anak usia dini ada beberapa indikator yaitu memahami bahasa, mengungkapkan bahasa, dan juga keaksaraan.

Bahasa yang dimiliki oleh anak adalah bahasa yang telah dimiliki dari hasil pengolahan dan telah berkembang. Anak telah banyak memperoleh masukan dan pengetahuan tentang bahasa ini dari lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat, juga lingkungan pergaulan teman sebaya, yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa ibu (Susanto, 2011: 36). Bahasa anak dapat berkembangan dengan baik apabila orang tua dapat menstimulasi bahasa anak dengan baik dan sesuai dengan tingkatan pencapaian perkembangan.

Anak memperoleh pengetahuan melalui sensorinya, anak dapat melihat melalui bayangan yang ditangkap oleh matanya, anak dapat mendengarkan bunyi melalui telinganya, anak dapat merasakan panas dan dingin lewat perabaannya. Anak belajar melalui sensori dan panca indera menurut sudut pandangan dasar montessori yang meyakini bahwa panca indera adalah pintu gerbang masuknya berbagai pengetahuan kedalam otak manusia (anak), karena perannya yang sangat strategis maka seluruh panca indera harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan fungsinya (Sujiono, 2011: 92).

Secara teori anak pertama kali memperoleh perkembangan bahasa dari seorang ibu, yang dinamakan bahasa pertama atau bahasa ibu yang dimulai dari usia 5 bulan-1 tahun, setelah itu anak belajar bahasa dari orang dewasa, anak mulai bisa mengucapkan satu dan dua kata dan juga anak bisa tata bahasanya dalam berbicara, tahap ini dimulai dari usia 2 tahun-4 tahun. Pada usia 4-5 tahun anak sudah mulai menstruktur tata

bahasa dan kalimat-kalimat yang sedikit rumit dan panjang. Dan pada anak usia 5 tahun anak sudah menguasai elemen-elemen sintaksis bahasa ibu (Arsanti, 2014: 25)

Menurut Syaodih (dalam Susanto, 2011: 73) bahwa aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan meraban. Perkembangan selanjutnya berhubungan dengan kemampuan intelektual dan sosial.

Bahasa merupaka alat untuk berpikir. Bahasa juga merupakan alat berkomunikasi dengan orang lain dan kemudian berlangsung dalam interaksi sosial.

Bahasa merupakan salah satu penunjang anak untuk berkomunikasi. Berdasarkan pengamatan peneliti yang dilakukan di PAUD Qurrata A‟yun 2 Malana Batusangkar, anak banyak meniru bahasa Melayu seperti pada film Upin&Ipin, dan film BoBoiBoy. Film animasi tersebut sangatlah berpengaruh kepada bahasa anak, contoh nya seperti “ cikgu”, “tak nak”, “ betul ...betul ..betul..”, “ dua singgit”, dan lain-lain.

Beberapa di antara anak di sekolah tersebut, lebih senang menggunakan bahasa Melayu dalam berkomunikasi dibandingkan dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam kesehariannya berkomunikasi.

Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.

Beberapa karakteristik komunikasi yaitu : komunikasi adalah suatu proses, kominukasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan, komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat, komunikasi bersifat simbolis, komunikasi bersifat transaksional, komunikasi menembus faktor ruang dan waktu (Riswandi, 2013: 1).

Pada PAUD Qurrata A‟yun 2 peneliti menemukan beberapa anak yang sumbang dalam melakukan komunikasi dengan gurunya, teman sebayanya. Anak tidak memberikan feed back yang baik kepada gurunya, sehingga tidak terjalin komunikasi yang baik antara anak dan guru tersebut. Contohnya ketika guru menanyakan kepada si anak “ nak mau

snack?..” dan anak menjawab “no...tidak..tidak.. tidak....”. Contoh lainnya seperti ketika anak sedang bermain dengan temannya anak mengatakan

“jom teman kita main lego”. Oleh karena itu berdasarkan pengamatan peneliti, maka peneliti melakukan wawancara dengan guru pada sekolah tersbut.

Pada hakikatnya anak banyak menguasai kosa kata itu sangatlah bagus, akan tetapi sebagai orang tua juga harus mengawasi kelancaran berkomunikasi anak dan juga menstimulasi setiap aspek-aspek perkembangan yang telah dilalui oleh anak. Jangan sampai orang tua sibuk di luar rumah, sehingga orang tua tidak memperhatikan perkembangan anak. Karena pada saat usia dinilah neuron-neuron anak akan berkembang secara pesat.

Pada saat peneliti melakukan observasi, peneliti menemukan bahwa dari 30 anak yang ada disekolah tersebut, ada 4 orang anak sangat mendominasi menggunakan kosa kata Melayu dalam berkomonikasi. Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan salah seorang guru di PAUD Qurrata A‟yun 2 pada tanggal 12 Maret 2019, tentang keseharian anak di sekolah dalam berkomunikasi. Guru yang berinisial “S” mengatakan bahwa, anak tersebut sering menggunakan bahasa Melayu dalam berkomunikasi dengan gurunya, maupun dengan teman sebayanya pada saat bermain. Oleh karena itu, peneliti di rekomendasikan untuk juga melakukan wawancara kepada orang tua yang sedang menunggu anak untuk pulang.

Berdasarkan rekomendasi guru kepada peneliti, maka dari itu peneliti melakukan wawancara dengan 2 orang tua anak. Dari hasil wawancara yang peneliti dapatkan bahwa anak dari orang tua yang peneliti wawancara, memang menonton film animasi, film animasi yang di tonton oleh anak tersebut tidak hanya film yang berbahasa Indoensia, tetapi film animasi yang berbahasa Melayu, dan juga bahasa Asing lainnya. Setelah itu peneliti menanyakan kepada orang tua tersebut, apakah bahasa anak berubah setelah menonton film animasi. Orang tua tersebut menyatakan

bahwa, anak-anaknya tetap menggunakan bahasa seperti bahasa Ibu atau bahasa Daerah, dan tidak ada perubahan dalam berbahasa dan juga berkomunikasi.

Pada tanggal 12 Maret 2019, peneliti melakukan wawancara dengan 2 orang tu yang berbeda dengan orang tua yang telah peneliti lakukan wawancara. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan 2 orang tua, orang tua tersebut menjelaskna bahwa, anaknya memang menonton film animasi, tetapi film animasi yang ditonton yang lebih dominan adalah film animasi berbahasa Melayu. Selain itu, orang tua tersebut mengatakan bahwa anaknya sering menirukan bahasa yang didengar setelah menonton film animasi tersebut.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan pada studi pendahuluan, oleh karena itu peneliti menemukan 2 orang anak yang akan peneliti jadikan subjek dalam penelitian ini, dan 2 orang rekomendasi dari guru yang ada disekolah tersebut, karena menurut guru tersebut 2 orang anak yang direkomendasikan oleh guru, menggunakan bahasa Melayu ketika berkomunikasi dengan temannya, selain itu anak tersebut sering menggunakan bahasa Melayu ketika memanggil salah seorang guru di sekolah.

Pada saat peneliti melakuakan wawancara kepada seorang anak yang berinisial “Z”, pada tanggal 13 Maret 2019. Anak yang berinisial

“Z”, sangat dominan menggunakan kosa kata Melayu dalam berkomunikasi. Setiap peneliti bertanya kepada “Z”, anak tersebut menjawab pertanyaan dengan menggunakan kosa kata Melayu. Tata bahasa yang digunakan oleh “Z” juga kurang dimengerti oleh peneliti.

Oleh karena itu peneliti menanyakan kepada guru yang berinisial “E”, guru tersebut menjawab terkadang guru kurang mengerti apa yang di ucapkan oleh “Z”. Dari permasalahan inilah peneliti tertarik untuk melakukan wawancara dengan orang tua anak tersebut. Orang tua “Z”

yang berinisial “W” menjelaskan bahwa “Z” memang sering menggunakan bahasa Melayu yang di akibatkan karena “Z” sering

menonton film animasi Melayu, baik di televisi maupun dengan menggunakan handphone di youtube.

Peneliti juga melakukan wawancara kepada anak yang berinisial

“G” pada tanggal 13 Maret 2019. Pada saat itu peneliti bertanya-tanya kepada “G” tentang dimana rumah, dan siapa namanya. “G” pun menjawab semua pertanyaan peneliti dengan menggunakan kosa kata Melayu, “G” sangat fasih dalam penggunaan kosa kata melayu tersebut.

Peneliti juga melakukan wawancara kepada guru kelas “G”, guru kelas

“G” menjelaskan bahwa “menurut orang tua “G”, anaknya tersebut terlalu sering menonton film Melayu yang ada di televisi. Dari permasalahan inilah peneliti melakukan wawancara dengan orang tua dari “G”. Orang tua “G” mengatakan bahwa, “G” sangat menyukai film animasi Upin&Ipin. “G” sangat lengah ketika menonton film Upin&Ipin dan film animasi Pada Zaman Dahulu kala. Dan “G” juga sering menggunakan kosa kata Melayu ketika dirumah saat berkomunikasi dengan semua anggota keluarganya.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan salah seorang anak yang berinisial “D” pada tanggal 14 Maret 2019. Peneliti menanyakan kepada “D” apa yang sedang “D” lakukan. “D” menjawab “D” nak main lego”. “D” menggunakan kosa kata Melayu, pada saat menjawab pertanyaan dari peneliti. Pada saat orang tua “D” datang menjemput “D”, peneliti mewawancarai orang tua “D”. Peneliti menanyakan kepada orang tua “D”, apakah “D” sering menggunakan kosa kata Melayu ketika berkomunikasi di rumah. Orang tua “D” menjawab, “D” menggunakan bahasa Melayu ketika “D” sedang menonton film animasi seperti Upin&Ipin atau film BoBoiBoy. Orang tua “D” juga mengatakan bahwa,

“D” ketika di rumah sering diajarkan untuk berbahasa Indonesia.

Adapun anak yang keempat yang berinisial “C”, pada saat peneliti melakukan observasi pada tanggal 14 Maret 2019. Peneliti melihat anak tersebut lebih banyak diam dalam bermain dengan teman-temannya. Akan tetapi, disaat peneliti mengajak anak yang berinisial “C” untuk berbicara

dan bermain tebak-tebakkan huruf, anak tersebut lebih banyak menjawab huruf yang dia tebak dengan bahasa Melayu. Peneliti mengajak “C”

berbicara dan anak tersebut lebih banyak menjawab dengan bahasa Melayu yang sangat fasih diucapkan oleh anak tersebut. Peneliti juga menanyakan kepada orang tua “C”, seperti apa keseharian “C” dirumah.

Orang tua “C” menjelaskan bahwa, “C” lebih sering menonton televisi dan juga orang tua “C” banyak memberikan film-film animasi lainnya.

Pada aspek-aspek perkembangan bahasa anak usia dini ada beberapa termasuk kedalam penelitian yang akan peneliti teliti, yaitu kosa kata, dan tata bahasa. Kosa kata merupakan penguasaan kata oleh seorang anak. Sintaksis merupakan tata bahasa yang diucapkan oleh seorang anak.

Adapun dampak positif dan negatif dari seorang anak memperoleh bahasa Melayu sejak dini yaitu sebagai berikut, dampak negatif:

1. Anak mulai menenteng/ menggampangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa.

2. Anak mulai merendahkan bahasa Indonesia.

Selain itu, ada juga dampak positif dari pemerolehan bahasa Melayu sejak anak usia dini, yaitu sebagai berikut:

1. Mampu meningkatkan pemerolehan bahasa anak.

2. Menuntungkan dalam berbagai kegiatan yang akan anak lakukan (karlina, 2016: 5-6).

Tahapan perkembangan bahasa anak dimulai dari anak usia 0-1 tahun, anak memperoleh bahasa dari seorang ibu yang dinamakan dengan bahasa ibu. Pada saat anak usia 2-6 tahun, anak memperoleh perkembangan bahasa melalui lingkungan sekitar, seperti lingkungan rumah, sekolah, dan juga masyarakat luar. Apabila seorang anak tidak mendaptkan stimulus perkembangan bahasa yang sesuai dengan usia anak dari orang tua, anak akan mengalami beberapa gangguan seperti, anak mengalami keterlambatan berbicara, dan sulit untuk mengungkapkan apa yang seorang anak rasakan dan anak minta.

Berdasarkan latar belakang di atas, dan juga hasil observasi yang peneliti lakukan pada PAUD Qurrata A‟yun 2 Malana Batusangkar.

Bahwa banyak anak yang menggunakan kosa kata seperti bahasa Melayu dalam kesehariannya di sekolah tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Dampak Film Animasi Terhadap Perkembangan Bahasa Anak”.

Dokumen terkait