• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

H. Teknik penjaminan keabsahan data

Dalam teknik keabsahan data pada penelitian kualitatif hanya ditekankan pada uji validitas dan reabilitas, karena dalam penelitian kualitatif kriterian utama pada data teknik pemeriksaan keabshan data yang digunakan dalam penelitian menggunakan teknik triagulasi (gabungan).

Triagulasi menurut Sugiyono (2012: 273) adalah sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu yang telah ada. Ada beberapa macam triagulasi menurut Sugiyono (2012:

273) yaitu, sebagai berikut:

1) Triagulasi sumber.

Triagulasi sumber digunakan untuk mengkaji kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data diperoleh melalui beberapa sumber, sebagai contoh untuk menguji kreadibilitas data. Data yang telah dianalisi oleh peneliti akan menghasilkan suatu kesimpulan dalam penelitian tersebut.

2) Triagulasi teknik.

Triagulasi teknik digunakan untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengcek kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan cara observasi dan juga dokumentasi.

Bila dengan tiga teknik pengujian kreadibilitas data tersebut,

mengahsilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atay yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar.

3) Triagulasi waktu.

Menurut Sugiyono (2012: 274), menyatakan bahwa triagulasi waktu juga sering mempengaruhi kreadibilitas data, data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara. Untuk itu dalam rangka pengujian kreadibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekkan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditumukan kepastian datanya.

53 Malana Batusangkar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Oktober 2019, tentang dampak film animasi terhadap perkembangan bahasa anak usia 4-6 tahun, maka peneliti dapat menguraikan sebagai berikut.

1. Deskripsi lokasi dan subjek a. Deskripsi Lokasi

Peneliti melakukan penelitian di wilayah Batusangkar kabupaten Tanah Datar yaitu pada PAUD Qurrata A‟yun. PAUD Qurrata A‟yun Malana Batusangkar tersebut berada di Jl. M. Yamin No. 10 Malana Ponco Jorong Malana Ponco Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar.

PAUD Qurrata A‟yun berdiri pada tahun 2008, awal berdirinya hanya fokus kepada Tempat Penitipan Anak Qurrata A‟yun. Pada sekitar tahun 2010, tempat penitipan anak Qurrata A‟yun dibagi menjadi 2 tempat yaitu, pertama awalnya terletak di Jl. Dt. Bandaro Kuniang, setelah itu pindah tempat ke dobok, dan pada saat sekarang ini bertempat di Jl. Imam bonjol, dobok kecamatan lima kaum. Kedua sama. Pada tahun 2016, terbentuklah Kelompok Bermain Qurrata A‟yun yang bersamaan gedung dengan Taman Asuh Anak Muslim

54

Qurrata A‟yun 2, yaitu di Jl. M. Yamin No 10 Malana Ponco, Nagari Baringin. Pada awal tahun ajaran 2016/2017 anak didik Kelompok Bermain berjumlah 20 orang. Seiring berjalannya waktu, Kelompok Bermain Qurrata A‟yun semakin diminati oleh banyak orang tua khusus nya pada kecamatan Lima Kaum.

Pada PAUD Qurrata A‟yun 2 Malana Batusangkar mempunyai Visi, Misi dan Tujuan, sebagai berikut:

Visi: “Membentuk Generasi Qur‟ani”

Misi:

1) Menanamkan Aqidah Sedini Mungkin.

2) Menciptakan pembelajaran yang kondusif untuk mengembangkan potensi anak secara optimal.

3) Memberikan pelayanan yang terbaik kepada anak dengan penuh kasih sayang.

Tujuan :

1) Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak.

2) Mengenalkan anaka dunia sekitar.

3) Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik pada anak.

4) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi pada anak.

5) Mengembangkan kreatifitas dan bakat yang dimiliki anak.

6) Melatih kemandirian anak disaat tidak berada disamping orang tua.

7) Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan selanjutnya.

b. Deskripsi subjek

Anak yang menjadi subjek penelitian merupakan murid di PAUD Qurrata A‟yun 2 Malana Batusangkar yang dampak film animasi terhadap perkembangan bahasanya. Subjek penelitian berjumlah 4 orang anak masing-masing berinisial Z, D, C, G.

Keempat anak tersebut berasal dari keluarga yang berbeda, berikut latar belakang anak yang menjadi subjek penelitian.

1) Anak Z

Z lahir di Batusangkar pada tanggal 25 November 2015. Z anak pertma dari dua bersaudara. Z bersekolah di PAUD Qurrata A‟yun 2 Malana Batusangkar pada tahun ajaran

2019/2020 sampai dengan sekarang. Berdasarkan infomasi yang peneliti dapat dari guru Z , anak tersebut sering menggunakan kosa kata, fonologi, dan juga sintaksis yang tidak sesuai dengan bahasa Indonesia, anak tersebut lebih dominan menggunakan bahasa Melayu dalam bahasa sehari-hari.

Pada saat ini Z tinggal bersama ibu, adik laki-lakinya, sedangkan ayah dari Z tersebut bekerja diluar kota, dan hanya pulang 2 kali dalam sebulan. Ibu Z bekerja di salah satu instansi di kabupaten Tanah Datar, sedangkan ayah dari Z berkerja di instansi yang berada di Kepulauan Mentawai. Dalam kesehariannya Z berada di Taman Asuh Anak Muslim yang berada tidak jauh dari rumah Z, setelah ibu Z pulang dari bekerja barulah Z dijemput oleh ibunya.

Kegiatan sehari-hari Z adalah bersekolah dan juga bermain, pada pagi hari Z bersekolah sampai jam 11, lalu Z beristirahat tempat penitipan anak yang sama dengan sekolahnya tersebut, setalah Z ganti baju, guru ditempat penitipan tersebut memberikan waktu kepada anak tersebut untuk main sebentar, setelah itu guru ditempat penitipan anak tersebut menyuruh Z untuk beristirahat tidur siang. Sekitar pukul 14.30, Z bangun lalu gurunya menyuruh Z untuk membasuh muka dan juga untuk buang air kecil, setelah itu Z disuruh untuk makan siang. Setelah Z selesai makan, guru ditempat penitipan tersebut membiarkan anak tersebut untuk main di luar, setelah anak- anak selesai makan semua, guru di TAAM tersebut menghidupkan televisi, dan anak dibiarkan untuk menonton sebagai hiburan, dan juga agar anak tidak jenuh untuk menunggu dijemput oleh orang tuanya. Pada pukul 16.00, ibu WA datang untuk menjemput Z ditempat penitipan tersebut. Sesampainya Z dirumah, Z lebih banyak bermain didalam rumah sambil menonton televisi ataupun menonton film yang ada di youtube dengan

menggunakan handphone. Objek penelitian yang akan diwawancarai oleh peneliti yaitu orang tua dari Z, ayah yang berinisial RS dan juga ibu Z yang berinisial WA, dan guru ditempat penitipan Z yang berinisial RW dan HE, dan juga guru di Kelompok bermain tempat Z bersekolah yaitu I dan D.

2) Anak D

Anak yang menjadi subjek penelitian selanjutnya yaitu D, merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. D lahir di Batusangkar 23 Juli 2014, dan sekarang bersekolah di PAUD Qurrata A‟yun 2 Malana Batusangkar pada tahun ajaran 2019/2020. Berdasarkan informasi yang didapat dari guru D, anak tersebut sering menggunakan kosa kata Melayu.

Pada saat ini D tinggal bersama kedua orang tua dan juga kedua kakak. Ayah D bekerja di bengkel, dan ibu dari D bekerja di salah satu tempat usaha swasta. Kedua saudara D, yaitu salah satu kakak perempuannya bersekolah di salah satu SLTA di daerah Batusangkar, dan kakak laki-lakinya bersekolah di SLTP di daerah Batusangkar juga. Setelah pulang sekolah D dijemput oleh ayahnya, dan terkadang D tidak mau pulang kerumah, dan D bermain di bengkel ayahnya. Apabila dirumah D tinggal bersama nenek yang berinisial NR.

Kegiatan sehari-hari D bersekolah dan bermain dirumah atau dibengkel ayahnya yang berinisial ME, pada pagi hari D bersekolah sampai jam 11 setelah jam itu D dijemput oleh orang tua D, setelah itu D pulang kerumah. D dirumah tinggal bersama nenek yang berinisial NR, apabila D dirumah D sering bermain dengan abang sepupunya, dan juga teman-teman yang lainnya. Apabila telah sore, abang sepupu dan juga teman-teman yang lainnya pergi kesurau untuk mengaji, dan D hanya tinggal dirumah bersama nenek NR, ketika itu D hanya bermain dirumah dan juga menonton televisi. Apabila dirumah D sering

menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan orang tua atau dengan kakak-kakaknya, tetapi D ketika sedang menonton dengan kakak sepupunya D menggunakan bahasa Melayu dan juga menirukan apa yang D dengar ketika menonton. D juga sesekali menggunakan bahasa Minang ketika berbicara dengan nenek D. Objek penelitian yang akan di wawancari oleh peneliti yaitu orang tua D, ayahnya berinisial ME dan ibunya berinisial HE, dan juga nenek D yang berinisial NR, dan kakak dari D tersebut yang berinisial DVR.

3) Anak C

Anak yang menjadi subjek penelitian selanjutnya yaitu yang berinisial C, lahir di Surabaya, 9 September 2015,dan bersekolah di PAUD Qurrata A‟yun 2 Malana Batusangkar pada tahun ajaran 2019/ 2020. Berdasarkan informasi yang didapat dari guru C, anak tersebut sering menggunakan kosa kata Melayu, fonologi, dan juga sintaksis seperti bahasa Melayu pada saat C di sekolah.

Pada saat ini C tinggal bersama kedua orang tuanya, C merupakan anak tunggal. Ayah C berkerja disalah satu instansi di daerah Batusangkar, dan ibu C juga bekerja disalah satu instansi didaerah Batusangkar juga. C setelah pulang sekolah dijemput oleh ayah atau ibu C lalu dibawa ke kantor ayah atau ibu C tersebut.

Kegiatan C sehari-hari adalah bersekolah dan bermain dikantor orang tua nya, dikarena keluarga lain dari C tidak ada yang berada di Batusangkar. Maka dari itu setiap hari setelah pulang sekolah, C dibawa oleh orang tuanya ke kantor tempat orang tua nya bekerja. Setibanya C di kantor orang tua nya, C lebih banyak menonton di laptop atau di handphone orang tua C, C lebih banyak menonton film animasi seperti Upin&Ipin, Diva, Umar dan Hana. Orang tua C tidak khawatir kepada C karena

menurut mereka film animasi yang di tonton oleh C sangat mendidik. Setiba C dirumah, C barulah bermain dengan teman-teman sebayanya dirumah. Orang tua C banyak memfasilitasi C dengan handphone dan mainan-minan yang lebih banyak menggunakan bahasa asing, tidak menggunakan bahasa Indonesia. Objek penelitian yang akan diwawancari yaitu orang tua C yaitu ayah C yang berinisial FB, dan juga ibu dari C yang berinisial ADH, dan juga guru disekolah yang berinisial I dan juga D.

4) Anak G

Anak yang menjadi subjek penelitian selanjutnya yaitu G, merupakan anak kedua dari 2 bersaudara, G lahir di Batusangkar 6 juni 2013. G bersekolah di PAUD Qurrata A‟yun 2 Malana Batusangkar. Pada tahun ajaran 2018/2019.

Berdasarkan informasi yang didapat dari guru yang ada disekolah, G sering menggunakan bahsa Melayu dalam berkomunikasi dengan teman sebayanya dan juga kepada guru di sekolah tersebut.

Pada saat ini G tinggal bersama keluarganya, D merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ayah G bekerja disalah satu perusahaan swasta di Batusangkar, dan ibu G merupakan ibu rumah tangga. Saudara laki-laki G yang berinisal KH bersekolah di SD. G setelah pulang sekolah dijemput oleh ibu G.

Kegiatan sehari-hari G adalah bersekolah dan juga bermain dirumah, G merupakan anak yang pendiam. Apabila G berkomunikasi, G lebih dominan menggunkan bahasa Melayu dibandingkan dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah.

Setelah pulang sekolah, G beristirahat tidur siang, dan setelah bangun G menonton film animasi dengan menggunakan kaset DVD. G sering juga membeli kaset film animasi dengan

berbagai karakter. Orang tua G juga menuruti semua permintaan G yang meminta membelikan kaset film animasi dengan berbagai karakter. Orang tua G tidak khawatir memberikan semua permintaan G yang meminta membelikan kaset DVD tersebut, asalkan selama yang diminta itu positif menurut orang tua G. Objek yang akan diwawancari dalam penelitian ini yaitu ayah G yang berinisial YN, ibu G berinisial YL, dan juga kakak G yang berinisial AZ. Selain itu guru disekolah yang berinisial I dan D.

5) Guru PAUD Qurrata A‟yun 2 Malana Batusangkar

Guru yang mengajar pada PAUD Qurrata A‟yun 2 Malana Batusangkar merupakan informan setelah orang tua dan keluarga yang menjadi responden yang akan diwawancarai.

Guru kelas yang menjadi responden pada penelitian ini adalah Ibu S, ibu tersebut merupakan kepala sekolah sekaligus guru kelas yang mengajar di PAUD Qurrata A‟yun 2 Malana Batusangkar, guru tersebut mempunyai latar belakang pendidikan Sarjana Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Guru tersebut yang sering berkomunikasi dengan anak berinisial G, dan Z. Guru berikutnya adalah ibu D, ibu tersebut juga mengajar pada PAUD Qurrata A‟yun 2 Malana Batusangkar, guru tersebut mempunyai latar belakang pendidikan Akuntasi, guru tesebut yang sering berkomunikasi dengan anak yang berinisal C dan D.

Guru selanjutnya yaitu pada TAAM Qurrata A‟yun 2 Malana Batusangkar, yang menjadi responden yang akan di wawancari dalam penelitian ini yaitu ada dua orang. Pertama, guru yang berinisial RW guru tersebut merupakan guru tempat penitipan anak, yang sering berkomunikasi dengan anak yang berinisial Z, guru tersebut mempunyai latar belakang pendidikan sarjana pendidikan AUD. Kedua, yaitu guru yang berinisial HE, guru tersebut merupakan kepala dari tempat penitian anak

tersebut, guru tersebut juga sering berkomunikasi dengan anak yang berinisial Z, guru tersebut juga merupakan orang terdekat dari anak yang berinisial Z tersebut, ibu HE mempunyai latar belakang pendidikan SLTA.

2. Dampak Film Animasi Berbahasa Melayu terhadap Perkembangan Bahasa anak

Dampak film animasi berbahasa melayu terhadap perkembangan bahasa anak terlihat dari beberapa aspek yaitu sebagai berikut:

1. Penggunaan Bahasa Melayu

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, peneliti mendapatkan data berupa penggunaan bahasa Melayu yang digunakan oleh subjek penelitian yaitu sebagai berikut:

Tabel 4. 1

Penggunaan bahasa Melayu anak

No Bahasa Melayu Bahasa Indonesia

1 Tak nak Tidak mau

2 Seronok Senang

3 Macam ni /macam tu Seperti ini/ seperti itu

4 Macam mane Seperti apa

5 Saye Saya

6 Nak pegi Akan pergi

7 Nak Mau

8 Juge Juga

9 Garang sangat Pemarah sekali

10 Nye Itu

11 Cik gu Ibu guru

12 Siapa jua Siapa saja

13 Kembar seiras Kembar siam

14 Amboy Seru

15 Kate Kata

16 Sedap nye Enak sekali

17 Tak de Tidak ada

18 Esok Besok

19 Boleh ke Bolehkah

20 Nante Nanti

21 Die Dia

22 Mainnye Mainnya

No Bahasa Melayu Bahasa Indonesia

23 Nak itu Mau itu

Berdasarkan dari hasil observasi, maka di dapat data sebagai mana yang di tampilkan pada tabel di atas, dari data di atas tidak keseluruhan kata di kuasai oleh anak yang menjadi subjek penelitian ini. Pada kata-kata seperti kata tak nak, nak, cik gu, nak itu, tak de, saye, seronok, juge, dan kata esok, dari kata-kata tersebut keempat subjek penelitian menguasai kata tersebut, dan sering di ucapkan oleh anak pada saat berkomunikasi dalam keseharian. Sedangkan kata-kata nak pegi, garang sangat, nye, siapa jua, kembar seiras, amboy, kate, sedapnya, boleh ke, nante, die, dan mainnye kata-kata tersebut sering diucapkan oleh subjek penelitian anak Z, C, dan D.

2. Dampak film animasi terhadap kosa kata anak

Aspek yang pertama yang telah peneliti teliti yaitu dampak film animasi terhadap kosa kata anak, berikut adalah hasil observasi dan juga wawancara yang telah peneliti lakukan:

1) Anak Z

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan selama beberapa hari di sekolah dan juga dirumah subjek penelitian yang berinisial Z. Peneliti melihat bahwa Z sangat antusias ketika ibu Z menghidupkan televisi, dan Z sangat hafal dengan tokoh-tokoh dalm film animasi tersebut. Ketika Z sedang menonton Z sangat serius dan tidak ingin diganggu oleh siapapun, ketika film tersebut iklan dan juga habis Z sedikit marah dan juga kecewa. Pada saat itu Z mengatakan kepada ibu Z untuk menontonnya melalui youtube saja. Dikarena ibu Z terkadsang sibuk mengurus adik laki-laki yang masih berusia bayi, oleh karena itu ibu Z secara gampangnya memberikan handphone kepada Z.

Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan ibu Z yang berinisial WA, peneliti bertanya perihal mengapa Z marah ketika film animasi iklan atau habis.

“yaa... karena Z sering serius kalau nonton, Z juga kalau berkomunikasi sering ngucapkan kata “tak nak bunda” dan kata-kata yang sering diucapkan juga kata yang seperti bahasa Melayu, sesperti, “bunda Z, tak nak main macam itu lah bunda”. “seronok nye bunda” , “makan bunda ni sedap kali”. Kayak itu kata yang sering di ucapkan. Z juga sering menyuruh bunda untuk menitukan karakter yang ada di film yang dia tonton.”

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakuakan, peneliti melihat bahwa Z selalu menirukan perkataan yang dilakukan oleh tokoh pada film animasi, dan Z juga sering berimajinasi serta mengajak ibu WA untuk menirukan yang adegan yang ada pada film animasi yang ditonton oleh Z tersebut. Pada saat peneliti mengajak Z untuk bermain, Z menginginkan peneliti mengikuti permintaan Z untuk menirukan seperti yang dilihat pada film animasi tersebut.

Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan ayah Z, perihal dampak film animasi terhadap perkembangan bahasa anak, dan setelah peneliti menjelaskan juga tujuan penelitian dan sedikit pengetahuan tentang perkembangan bahasa anak usia dini kepada ayah Z, berikut merupakan hasil wawancara peneliti dengan ayah Z.

“Z kalau berbicara dengan ayah memang sering dengan menggunakan kosa kata bahasa Melayu, dan ayah juga sering menjawab atau berbicara dengan Z juga dengan menggunakan bahasa Melayu, ayah RS jarang berbicara dengan Z dengan bahasa daerah, karena ayah RS lebih banyak menggunakan bahasa Melayu atau bahasa Indonesia. Kata yang sering ayah ucapkan seperti “Z nak ape sayang?”, “Z tak boleh macam itu tau”, seperti itu yang sering ayah ucapkan.”

Selain itu peneliti juga melakukan wawancar dengan guru Z yang berinisial ibu HE, ,mengenai perkembangan bahasa Z di

sekolah, berikut merupakan hasil wawanacara peneliti dengan ibu HE.

“ ya... Z sering menggunakan kosa kata Melayu seperti

“tak nak”, “nak main”, “ape lah ini” dan masih banyak kosa kata yang sering diucapkan oleh Z ketika disekolah.

Z juga terkadang disekolah sering berimajinasi dengan tokoh-tokoh dalm film animasi yang diingatnya.”

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakuakan mengenai dampak film animasi terhadap kosa kata anak.

Selama beberapa hari peneliti melakukan observasi pada anak tersebut, maka dapat peneliti simpulkan bahwa anak tersebut mempunyai dampka film animasi terhadap kosa kata anak.

2) Anak D

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan selama beberapa hari di rumah dan disekolah subjek penelitian yang berinisial D. Peneliti melihat bahwa D pada ketika setelah bermain diluar rumah, D menonton film Upin&Ipin, D hanya ingin film animasi Upin&Ipin saja. Pada saat menonton D, meniru semua perkataan yang ada D dengar pada film tersebut. D juga ketika berkomunikasi dengan teman-temannya dirumah, sesekali menggunakan kosa kata Melayu, tetapi pada saaat D berkomunikasi dengan orang tua seperti ayah ME, dan Ibu E, D menggunakan kosa kata bahasa Indonesia. Berikut merupakan hasil observasi peneliti dengan ibu E.

“D kalau dirumah emang ibu biasakan menggunakan bahasa Indonesia, apabila berkomunikasi dengan ibu, tetapi ibu melihat kalau D setelah menonton film Upin&Ipin sering menggunakan kosa kata Melayu, seperti

“betol...betol..betol, cik gu, ”, kosa kata seperti sering diucapkan ketika sedang bersama teman-temannya, sesekali juga didekat ibu.

Setelah peneliti melakukan observasi dan juga wawancara dengan ibu E, mengenai dampak film animasi terhadap kosa kata anak, lalu peneliti melakukan observasi, peneliti melihat ketika D

berada disekolah D berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, dan jarang D menggunakan kosa kata Melayu. Peneliti juga melakukan wawancara disekolah tempat D sekolah yaitu pada PAUD Qurrata A;yun 2 Malana Batusangkar. Berikut hasil wawancara peneliti dengan guru kelas D, yaitu dengan ibu D.

“D sebenarnya apabila berkomunikasi sangat lancar, tetapi apabila D memanggil ibu D dengan sebutan “cekgu”, ibu D terkadang menyuruh D memanggil ibu D dengan ibu guru/ ustadzah. D juga apabila berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya, terkadang menggunakan kosa kata Melayu, seperti “betul,betul,betul, due singgit kata-kata sederhana yang sering di ucapkan oleh D.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakuakan mengenai dampak film animasi terhadap kosa kata anak.

Selama beberapa hari peneliti melakukan observasi pada anak tersebut, maka dapat peneliti simpulkan bahwa anak tersebut mempunyai dampka film animasi terhadap kosa kata anak.

3) Anak C

Berdasarkan hasil observasi dan juga wawancara yang peneliti lakukan selama beberapa hari pada subjek penelitian yaitu pada anak yang berinisial C. Peneliti melihat bahwa anak yang berinisial C, kesehariannya berada pada kantor ayah FB, atau ibu ADH, karena keluarga lain dari C tidak berada di daerah batusangkar. Oleh karena itu, peneliti meminta izin kepada orang tua dari C, untuk mengikuti kesehariaannya dengan tujuan peneliti ingin melihat dampak dari film animasi terhadap kosa kata anak.

Berikut yaitu hasil wawancara peneliti dengan ibu ADH.

“ya.. kalau C memang ibu fasilitasi dengan berbagai macam film animasi dikarenakan ibu dan ayah sibuk berkerja, dan C juga sangat asik menonton film animasi, C juga sering menirukan berbagai macam kosa kata Melayu, ibu juga membiarkan saja kalau C sering menggunakan kosa kata Melayu dalam berkomunikasi, dan C juga sering kalau mengahafal huruf abjad menggunakan bahasa

Melayu, C sangat hafal kalau huruf abjad dengan bahasa Melayu”.

Setelah itu peneliti melakukan observasi di sekolah, peneliti melihat bahwa C apabila di sekolah tidak terlalu banyak berbicara dengan orang sekitar, seperti guru-guru, dan teman-temannya.

Setelah itu peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas C. Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan ibu D.

“C kalau disekolah memang sering menggunakan kosa kata Melayu, baik dengan guru yang ada disekolah, dan juga dengan teman-teman sebayanya disekolah, C juga kalau dalam mengahafal abjad sering dengan bahasa Melayu.”

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti

Dokumen terkait