• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Berdasarkan Kepmenkes No.1027 Tahun 2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek, Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Oleh sebab itu, Apotek harus mampu melakukan pelayanan yang maksimal dari pekerjaan kefarmasian yang meliputi pharmaceutical care, penyaluran sediaan farmasi dan melakukan pengelolaan sediaan farmasi.

Terkait dengan Kepmenkes No.1027 Tahun 2004 maka setiap Apotek harus mampu mengelola sediaan Psikotropika dan Narkotika dengan baik dan benar, sehingga dapat menghindari adanya penyalahgunaan di Apotek dan dapat melayani sesuai apa yang dibutuhkan oleh pasien dengan berlandaskan pharmaceutical care, dan diperoleh hasil pengelolaan sediaan Psikotropika dan Narkotika yang efektif dan efisien.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Psikotropika merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (Presiden Republik Indonesia,1997). Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Narkotika adalah zat atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (Presiden Republik Indonesia, 2009).

Seperti yang kita ketahui bahwa Narkotika dan Psikotropika memiliki sisi positif yaitu dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan berupa pengobatan dan ilmu pengetahuan sedangkan sisi negatifnya yaitu dapat disalahgunakan. Untuk itu peneliti ingin melihat apakah pengelolaan sediaan Narkotika dan Psikotropika ada yang disalahgunakan atau tidak. Menurut survei Badan Narkotika Nasional (BNN) data pemakaian secara nasional dari tahun 1997-2008 terdapat 54.435 kasus untuk penyalahgunaan Narkotika, 44.117 untuk kasus penyalahgunaan Psikotropika, dan 16.852 untuk kasus penyalagunaan zat adiktif (Badan Narkotika Nasional, 2009).

Menurut Ronny, jumlah penyalahgunaan NAPZA mencapai peringkat 2 di Kota Daerah Istimewa Yogyakarta setelah DKI Jakarta dengan jumlah pengguna 8980 orang yang terbagi dalam daerah terbesar jumlah penggunanya dan terawan yaitu di Kabupaten Sleman dengan peringkat pertama, Kota Daerah Istimewa Yogyakarta peringkat kedua (Ronny,2011). Sedangkan menurut Edi Purwanto, untuk pembagian kecamatan daerah rawan penyalahgunaan Narkoba di Kabupaten Sleman terletak di Kecamatan Depok, Mlati, Ngaglik, dan Gamping (Edi Purwanto, 2011).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Apotek berhak memesan sediaan Psikotropika kepada pihak lain, seperti: Perusahaan Besar Farmasi dan Rumah Sakit, menyimpan sediaan

Psikotropika, wajib melaporkan pemakaian sediaan Psikotropika kepada Dinas Kesehatan, memusnahkan sediaan Psikotropika, serta berhak menyerahkan Psikotropika kepada pasien dengan resep Dokter, Balai Pengobatan, Dokter, Rumah Sakit, Apotek, dan Puskesmas (Presiden Republik Indonesia, 1997). Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Apotek berhak memesan sediaan Narkotika yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, menyimpan sediaan Narkotika secara baik dan benar, wajib melaporkan pemakaian sediaan Narkotika kepada Dinas Kesehatan dan memusnahkan sediaan Narkotika (Presiden Republik Indonesia, 2009). Dengan demikian setiap Apotek harus mampu mengelola sediaan Psikotropika dan Narkotika, pengelolaan sediaan Psikotropika dan Narkotika dilakukan dengan ketat yaitu terdapat monitoring, terkendali dan aman agar sediaan dapat diolah secara efektif dan efisien.

Dalam penelitian, setiap Apotek wajib melaporkan pemakaian Psikotropika dan Narkotika selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya secara berkala yang ditandatangani oleh APA ke Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dengan tembusan kepada Kepala Balai Pemeriksaaan Obat dan Makanan (POM), Dinas Kesehatan Provinsi, dan sebagai arsip sehingga diperlukan tindakan dari pihak Dinas Kesehatan untuk menangani kasus tersebut seperti menegakkan sanksi berdasarkan yang tercantum dalam peraturan perundangan, dimana apabila Apotek melanggar dapat diberikan sanksi berupa: teguran, peringatan, denda administratif, penghentian sementara kegiatan, atau pencabutan izin sehingga setiap Apotek lebih sadar untuk melaporkan pemakaian Psikotropika dan Narkotika kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten Sleman. Petugas Dinas Kesehatan sendiri dapat lebih aktif dengan meninjau langsung ke Apotek untuk melihat pemakaian sediaan Psikotropika dan Narkotika tiap bulannya khususnya untuk Apotek yang tidak melaporkan kepada pihak Dinas Kesehatan. Hal ini dapat dilakukan dengan berlandaskan Undang-Undang yang diatur oleh Pemerintah.

Dengan Analisis Pareto ABC diharapkan adanya pengelolaan sediaan farmasi yang baik khususnya sediaan Psikotropika dan Narkotika untuk mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi yang mendekati kebutuhan, meningkatkan penggunaan obat secara rasional, dan meningkatkan efisiensi penggunaan obat. Dengan Analisis Moving Average Total diharapkan setiap Apotek mampu mengantisipasi jumlah pemakaian dari setiap jenis obat sediaan Psikotropika yang memiliki NIKA dan Narkotika yang memiliki NIKA sehingga mampu mengelola jumlah pemakaian secara efektif dan efisien.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Industri Farmasi, Pedagang Besar Farmasi, Sarana Penyimpanan Sediaan Farmasi Pemerintah, Apotek, Rumah Sakit, Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai

Pengobatan, Dokter, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan wajib membuat,

menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran Narkotika yang berada dalam penguasaannya (Presiden Republik Indonesia, 2009).

Terdapat 176 Apotek di Kabupaten Sleman yang terdiri dari 17 Kecamatan. Peneliti menemukan bahwa dari 176 Apotek tersebut tidak semuanya lengkap

melaporkan pemakaian sediaan Narkotika dan Psikotropika kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman selama periode Januari-Juni 2011. Dalam penelitian, Apotek yang melaporkan pemakaian Psikotropika dan Narkotika kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman yaitu 29 Apotek untuk sediaan Psikotropika dan 9 Apotek untuk sediaan Narkotika. Untuk itu peneliti perlu melakukan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sampel purposiveyaitu mengambil sampel sebanyak 29 Apotek untuk sediaan Psikotropika dan 9 Apotek untuk sediaan Narkotika. Apotek yang melaporkan pemakaian sediaan Psikotropika sebanyak 17 Apotek di Kecamatan Depok, 2 Apotek di Kecamatan Gamping, 2 Apotek di Kecamatan Godean, 1 Apotek di Kecamatan Mlati, 3 Apotek di Kecamatan Ngaglik, dan 4 Apotek di Kecamatan Ngemplak. Sedangkan untuk Apotek yang melaporkan pemakaian sediaan Narkotika sebanyak 8 Apotek di Kecamatan Depok, dan 1 Apotek di Kecamatan Ngaglik.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan sediaan farmasi, khususnya sediaan Psikotropika dan Narkotika yang ada di Apotek. Analisis dilakukan dengan menggolongkan sediaan Psikotropika dan Narkotika yang terdapat di Apotek berdasarkan nilai Pareto serta memprediksi jumlah pemakaian Psikotropika dan Narkotika menggunakan analisis Moving Average Total. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka kita dapat melihat jenis sediaan dan biaya yang menjadi prioritas utama untuk pengelolaan sediaan farmasi di Apotek, khususnya sediaan Psikotropika dan Narkotika, selain itu dapat memberi gambaran perkiraan jumlah pemakaian Psikotropika dan Narkotika 6 bulan mendatang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai jenis sediaan Psikotropika dan Narkotika dan

biaya yang diperlukan untuk pengelolaan sediaan di Apotek khususnya sediaan Psikotropika dan Narkotika. Sehingga diharapkan Apotek mampu mengelola sediaan Psikotropika dan Narkotika secara efektif dan efisien.

1. Permasalahan

a. Berapa nilai Pareto ABC sediaan Psikotropika di 29 Apotek Kabupaten Sleman dan Narkotika di 9 Apotek Kabupaten Sleman dilihat dari nilai pakai dan nilai investasi periode Januari-Juni 2011 ?

b. Berapa nilai indeks kritis sediaan Psikotropika di 29 Apotek Kabaputen Sleman dan Narkotika di 9 Apotek Kabupaten Sleman periode Januari-Juni 2011 ?

c. Obat Psikotropika dan Narkotika apa saja yang menjadi prioritas dalam pengelolaan sediaan Psikotropika di 29 Apotek Kabupaten Sleman dan Narkotika di 9 Apotek Kabupaten Sleman periode Januari-Juni 2011 ? d. Bagaimana jumlah pemakaian sediaan Psikotropika di 29 Apotek Kabupaten

Sleman dan Narkotika di 9 Apotek Kabupaten Sleman periode Juli-Desember untuk sediaan kelompok ANIK berdasarkan Analisis Moving Average Total?.

2. Keaslian penelitian

Sejauh ini penelusuran yang telah dilakukan, penelitian mengenai analisis ABC Indeks Kritis dan analisis Moving Average Total sediaan Psikotropika dan Narkotika di Apotek belum pernah ada yang melakukan.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Awaludin (2010) yang berjudul Analisis Sediaan Farmasi Berdasarkan Metode ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Palang Biru Kutoharjo Tahun 2006-2008.

2. Rony (2009) yang berjudul Analisis Pengelolaan Obat Berdasarkan ABC Indeks Kritis di Apotek Sanata Dharma Tahun 2006-2008.

3. Stefani (2010) yang berjudul Analisis Sediaan Farmasi Berdasarkan ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Palang Biru Gombong Tahun 2006-2008.

4. Mayawati (2010) yang berjudul Evaluasi Pengelolaan Sediaan Farmasi Di Puskesmas Kuta Tahun 2007-2009 (Dengan Metode ABC Indeks Kritis). 5. Dewi (2010) yang berjudul Analisis Pareto ABC Sediaan Farmasi

Puskesmas di Kabupaten Bantul Dengan Pola Penyakit Utama Nasofaringitis Akut dan Hipertensi Primer Periode 2009.

Persamaan dari penelitian-penelitian diatas dengan penelitian yang dilakukan adalah penggunaan metode Pareto ABC dalam pengolaan data, sedangkan perbedaannya:

1. Pada penelitian Awaludin (2010), terletak pada Rumah Sakit sedangkan penelitian yang dilakukan terletak di Apotek, tahun penelitian pada Awaludin tahun 2006-2008 sedangkan pada penelitian yang dilakukan pada periode Januari-Juni 2011 dan pada penelitian yang dilakukan terdapat analisisMoving Average Total.

2. Pada penelitian Rony (2009), perbedaan terletak pada tahun penelitian dimana 2006-2008 sedangkan pada penelitian yang dilakukan pada periode Januari-Juni 2011 dan pada penelitian Rony (2009) terdapat analisis VEN sedangkan pada penelitian yang dilakukan tidak terdapat analisis VEN, serta pada penelitian yang dilkukan terdapat analisisMoving Average Total. 3. Pada penelitian Stefani (2010), terletak pada Rumah Sakit sedangkan

penelitian yang dilakukan terletak di Apotek, tahun penelitian pada Stefani tahun 2006-2008 sedangkan pada penelitian yang dilakukan periode Januari-Juni 2011 dan pada penelitian yang dilakukan terdapat analisis Moving Average Total.

4. Pada penelitian Maya (2010), terletak pada Puskesmas sedangkan penelitian yang dilakukan terletak di Apotek, tahun penelitian pada Maya tahun 2007-2009 sedangkan pada penelitian yang dilakukan pada periode Januari-Juni 2011 dan pada penelitian yang dilakukan terdapat analisis Moving Average Total.

5. Pada penelitian Dewi (2010), terletak pada Puskesmas sedangkan penelitian yang dilakukan terletak di Apotek, tahun penelitian pada Dewi periode 2009

sedangkan pada penelitian yang dilakukan pada periode Januari-Juni 2011. Pada penelitian Dewi (2010) terdapat pola penyakit sedangkan pada penelitian yang dilakukan tidak terdapat pola penyakit dan pada penelitian yang dilakukan terdapat analisisMoving Average Total.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang pengelolaan obat-obat Narkotika dan Psikotropika sehingga dapat dilakukan pengelolaan sediaan khususnya sediaan Narkotika dan Psikotropika dapat efisien dan pemakaiannya lebih efektif di Apotek serta memberikan gambaran perkiraan jumlah pemakaian periode Juli-Desember 2011.

b. Manfaat praktis.Berikut ini merupakan manfaat praktis dari penelitian ini: 1) Untuk memberikan bagaimana gambaran mengenai profil nilai pakai,

nilai investasi, sediaan Psikotropika di 29 Apotek Kabupaten Sleman dan Narkotika di 9 Apotek Kabupaten Sleman periode Januari-Juni 2011.

2) Untuk memberikan bagaimana gambaran mengenai profil nilai indeks kritis sediaan Psikotropika di 29 Apotek Kabupaten Sleman dan Narkotika di 9 Apotek Kabupaten Sleman periode Januari-Juni 2011. 3) Untuk memberikan informasi dan merekomendasikan obat-obat

Apoteker berdasarkan evaluasi tahun sebelumnya yang menjadi prioritas dalam pengolaan untuk sediaan Psikotropika dan Narkotika.

4) Memberikan gambaran profil jumlah pemakaian periode (Juli-Desember 2011), sehingga dapat memperkirakan jumlah pemakaian sediaan Narkotika dan Psikotropika untuk kelompok ANIK yang menjadi prioritas sehingga pengelolaan menjadi efektif dan efisien.

B. Tujuan Penelitian

Dokumen terkait