EVALUASI PEMAKAIAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA DI APOTEK KABUPATEN SLEMAN PERIODE JANUARI-JUNI 2011 MENGGUNAKAN ANALISIS PARETO ABC DAN ANALISISMOVING
AVERAGE TOTAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh: Suriadi NIM: 088114135
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
EVALUASI PEMAKAIAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA DI APOTEK KABUPATEN SLEMAN PERIODE JANUARI-JUNI 2011 MENGGUNAKAN ANALISIS PARETO ABC DAN ANALISISMOVING
AVERAGE TOTAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh: Suriadi NIM: 088114135
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2012
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat.
(Ibrani 11:1)
Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa,
yang telah dilabuhkan, sampai ke belakang tabir, di mana Yesus
sebagai Perintis bagi kita.
(Ibrani 6:19)
Kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak sombong, sopan
(tidak melakukan yang tidak sopan), tidak mencari keuntungan diri
sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain,
tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran,
menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, dan tidak
berkesudahan.
(1 Korintus 13:4-8)
Tidak seorang miskin yang tidak dapat menolong seorang yang miskin
yang lain.
(Paus Yohanes Paulus II)
Karya ini ku persembahkan untuk
Allah yang maha kudus
Bapak,Ibu dan keluarga tercinta
Sahabat-sahabatku
Teman-temanku
Almamaterku
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat.
(Ibrani 11:1)
Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa,
yang telah dilabuhkan, sampai ke belakang tabir, di mana Yesus
sebagai Perintis bagi kita.
(Ibrani 6:19)
Kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak sombong, sopan
(tidak melakukan yang tidak sopan), tidak mencari keuntungan diri
sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain,
tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran,
menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, dan tidak
berkesudahan.
(1 Korintus 13:4-8)
Tidak seorang miskin yang tidak dapat menolong seorang yang miskin
yang lain.
(Paus Yohanes Paulus II)
Karya ini ku persembahkan untuk
Allah yang maha kudus
Bapak,Ibu dan keluarga tercinta
Sahabat-sahabatku
Teman-temanku
Almamaterku
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat.
(Ibrani 11:1)
Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa,
yang telah dilabuhkan, sampai ke belakang tabir, di mana Yesus
sebagai Perintis bagi kita.
(Ibrani 6:19)
Kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak sombong, sopan
(tidak melakukan yang tidak sopan), tidak mencari keuntungan diri
sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain,
tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran,
menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, dan tidak
berkesudahan.
(1 Korintus 13:4-8)
Tidak seorang miskin yang tidak dapat menolong seorang yang miskin
yang lain.
(Paus Yohanes Paulus II)
Karya ini ku persembahkan untuk
Allah yang maha kudus
Bapak,Ibu dan keluarga tercinta
Sahabat-sahabatku
Teman-temanku
v
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah,
kekuatan dan bimbingan yang telah Tuhan berikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Evaluasi Pemakaian Narkotika dan
Psikotropika di Apotek Kabupaten Sleman Periode Januari-Juni 2011 Menggunakan
Analisis Pareto ABC dan Analisis Moving Average Total” sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan
bantuan berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bappeda Kabupaten Sleman, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dan Gudang
Farmasi Kabupaten Sleman yang berkenan memberikan ijin penelitian kepada
penulis.
2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, perhatian, semangat dan pengarahan kepada
penulis.
viii
4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt dan Bapak Drs. Djaman G. Manik., Apt
atas kesediaan sebagai dosen penguji serta memberikan masukan yang berharga
bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu, Bapak, Cece Jesie, Ko Yanto, Ko Ayau, Ko Acui, Ko Awang atas doa,
kepercayaan, perhatian, nasihat, bimbingan, kasih sayang, semangat dan
dukungannya selama ini.
6. Keluarga besar yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan yang tulus.
7. Lius,Tri Harjono, Ika Puji Rahayu, Vivi Christiani, Stefani Putri Harsanto selaku
partner dalam mengerjakan skripsi ini, terima kasih atas kebersamaan yang telah
kita lalui bersama.
8. Sahabat-sahabat saya Itin, Ida, Nancy, Fatrisia Vivi, Carol, Bennydiktus, Linardi,
Silvia, Hermanto, Cicilia dan sahabat-sahabat komunitas Sant’Egidio atas
dukungan dan semangat yang diberikan.
9. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2008 dan FKK B 2008 atas
kebersamaan, kenangan, keceriaan dan dukungan selama ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis dari awal hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pembaca.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
PRAKATA... vii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
INTISARI... xxi
ABSTRACT... xxii
BAB I PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Permasalahan ... 6
2. Keaslian penelitian... 7
3. Manfaat penelitian ... 9
a. Manfaat teoritis ... 9
b. Manfaat praktis ... 9
B. Tujuan penelitian ... 10
1. Tujuan umum ... 10
2. Tujuan khusus ... 10
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 12
A. Apotek... 12
B. Apoteker... 13
C. Psikotropika dan Narkotika... 14
D. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Apotek... 20
E. Pengelolaan Narkotika ... 20
F. Pengelolaan Psikotropika... 21
G. Manajemen Persediaan ... 22
H. Pareto ABC(Always Better Control)... 24
I. AnalisisMoving Average Total... 26
J. Landasan Teori... 29
K. Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN... 32
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 32
B. Variabel Penelitian... 32
1. Variabel Utama ... 32
a. Variabel bebas... 32
b. Variabel tergantung... 32
x
C. Definisi Operasional ... 32
D. Subjek Penelitian ... 34
E. Alat Penelitian... 34
F. Lokasi Penelitian... 35
G. Teknik Sampling ... 35
H. Jalannya Penelitian... 35
I. Analisis Data ... 36
1. Analisis Pareto ABC ... 36
a. Analisis ABC nilai pakai ... 36
b. Analisis ABC nilai investasi ... 37
2. Analisis ABC indeks kritis... 38
3. AnalisisMoving Average Total... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Pareto ABC Nilai Pakai, Nilai Investasi, dan Nilai Indeks Kritis sediaan Psikotropika 29 Apotek di Kabupaten Sleman periode Januari – Juni 2011 .. 42
1. Pareto ABC nilai pakai sediaan Psikotropika di Apotek Kabupaten Sleman periode Januari-Juni 2011 ... 42
2. Pareto ABC nilai investasi sediaan Psikotropika di Apotek Kabupaten Sleman periode Januari-Juni 2011 ... 50
3. Pareto ABC nilai indeks kritis sediaan Psikotropika di Apotek Kabupaten Sleman periode Januari-Juni 2011 ... 59
B. Pareto ABC Nilai Pakai, Nilai Investasi, dan Nilai Indeks Kritis sediaan Narkotika 9 Apotek di Kabupaten Sleman periode Januari – Juni 201 ... 64
1. Pareto ABC nilai pakai sediaan Narkotika di Apotek Kabupaten Sleman periode Januari-Juni 2011 ... 64
2. Pareto ABC nilai investasi sediaan Narkotika di Apotek Kabupaten Sleman periode Januari-Juni 2011 ... 70
3. Pareto ABC nilai indeks kritis sediaan Narkotika di Apotek Kabupaten Sleman periode Januari-Juni 2011 ... 76
C. Analisis Moving Average Total sediaan Psikotropika kelompok ANIK di 29 Apotek Kabupaten Sleman periode Juli-Desember 2011 ... 81
D. Analisis Moving Average Total sediaan Narkotika kelompok ANIK di 9 Apotek Kabupaten Sleman periode Juli-Desember 2011 ... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 84
A. KESIMPULAN... 84
B. SARAN ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 88
LAMPIRAN... 90
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Tabel PerhitunganMoving Average Total... 39 Tabel II. Sediaan Psikotropika berdasarkan Analisis ABC Nilai Pakai (%) di 29 Apotek Kabupaten Sleman Periode Januari-Juni 2011... 44 Tabel III. Distribusi pemakaian Psikotropika untuk 3 Apotek tertinggi berdasarkan Nilai Pakai Kelompok A Periode Januari – Juni 2011 di 29 Apotek di Kabupaten Sleman ... 45 Tabel IV. Pengelompokkan Sediaan Psikotropika berdasarkan Analisis ABC Nilai Investasi Periode Januari – Juni 2011 di 29 Apotek Kabupaten Sleman ... 51 Tabel V. Sediaan Psikotropika berdasarkan Analisis ABC Nilai Investasi (%) di 29 Apotek Kabupaten Sleman Periode Januari-Juni 2011... 52 Tabel VI. Distribusi investasi untuk 3 Apotek tertinggi berdasarkan Nilai Investasi Kelompok A Periode Januari – Juni 2011 di 29 Apotek di Kabupaten Sleman ... 54 Tabel VII. Jumlah Item dan Persentase Sediaan Psikotropika 29 Apotek Kabupaten Sleman Periode Januari-Juni 2011 berdasarkan Nilai Indeks Kritis... 59 Tabel VIII. Distribusi ANIKyang memiliki nilai ANPdan Nilai ANIuntuk 29 Apotek
di Kabupaten Sleman Periode Januari-Juni 2011 ... 63 Tabel IX. Distribusi pemakaian Narkotika untuk 3 Apotek tertinggi berdasarkan Nilai Pakai Kelompok A Periode Januari – Juni 2011 di 9 Apotek di Kabupaten Sleman ... 67 Tabel X. Pengelompokkan Sediaan Narkotika berdasarkan Analisis ABC Nilai Investasi Periode Januari – Juni 2011 9 Apotek di Kabupaten Sleman. 70 Tabel XI. Distribusi investasi untuk 3 Apotek tertinggi berdasarkan Nilai Investasi Kelompok A Periode Januari – Juni 2011 di 29 Apotek di Kabupaten Sleman ... 73 Tabel XII. Jumlah Item dan Persentase Sediaan Narkotika 9 Apotek Kabupaten Sleman Periode Januari-Juni 2011 berdasarkan Nilai Indeks Kritis... 77 Tabel XIII. Nilai Indeks Kritis Sediaan Narkotika yang memiliki ANIK untuk 9
Apotek di Kabupaten Sleman Periode Januari-Juni 2011 ... 78 Tabel XIV. Distribusi ANIK yang memiliki nilai ANP memiliki Nilai ANI untuk 9
Apotek di Kabupaten Sleman Periode Januari-Juni 2011 ... 80 Tabel XV. Moving Average Total kelompok ANIK 29 Apotek sediaan Psikotropika
di Kabupaten Sleman Periode Januari-Juni 2011 ... 81 Tabel XVI. Moving Average Total kelompok ANIK sediaan Narkotika 9 Apotek di
Kabupaten Sleman 2 Periode Januari-Juni 2011 ... 82
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Batang Sediaan Psikotropika berdasarkan Analisis ABC Nilai Pakai (%) di 29 Apotek Kabupaten Sleman ... 43 Gambar 2. Diagram Batang Jumlah Apotek Pengguna Sediaan ANP Rata-Rata
Seluruh Apotek... 47 Gambar 3. Diagram Batang Distribusi Pemakaian Analsik® Tab ANI di 18 Apotek
Kabupaten Sleman Periode Januari-Juni 2011... 49 Gambar 4. Diagram Batang Jumlah Apotek Pengguna Psikotropika ANI Rata-Rata
Seluruh Apotek... 56 Gambar 5. Diagram Batang Distribusi Investasi Analsik® Tab ANI di 16 Apotek
Kabupaten Sleman Periode Januari-Juni 2011... 57 Gambar 6. Diagram Batang Jumlah Apotek Pengguna Psikotropika ANIK Rata-Rata
di 29 Apotek Kabupaten Sleman... 61 Gambar 7. Diagram Presantase Nilai Pakai Narkotika di 9 Apotek Kabupaten
Sleman……….. ... 65 Gambar 8. Diagram Batang Sediaan Narkotika berdasarkan Analisis ABC Nilai Pakai (%) di 9 Apotek Kabupaten Sleman Periode Januari-Juni 2011 ... 66 Gambar 9. Diagram Batang Jumlah Apotek Pengguna Narkotika ANP Rata-Rata
Seluruh Apotek... 68 Gambar 10. Diagram Batang Distribusi Pemakaian codein 10 mg Tab ANP di 9
Apotek Kabupaten Sleman Periode Januari-Juni 2011 ... 69 Gambar 11. Diagram Batang Sediaan Narkotika berdasarkan Analisis ABC Nilai Investasi (%) di 9 Apotek Kabupaten Sleman Periode Januari-Juni 2011 ... 72 Gambar 12. Diagram Batang Jumlah Apotek Pengguna Narkotika ANI Rata-Rata
Seluruh Apotek... 74 Gambar 13. Diagram Batang Distribusi Investasi MST®Continous 10 mg Tab ANIdi
16 Apotek Kabupaten Sleman Periode Januari-Juni 2011 ... 75 Gambar 14. Diagram Batang Jumlah Apotek Pengguna Narkotika ANIK Rata-Rata
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Daftar Inklusi Obat Psikoktropika dan Narkotika dan Daftar Inklusi Apotek... 89 LAMPIRAN 2. Daftar Harga Narkotika dan Psikotropika... 92 LAMPIRAN 3. Data Sediaan Psikotropika Apotek AnggaJaya Berdasarkan Nilai
Pakai Periode Januari-Juni 2011 ... 95 LAMPIRAN 4. Data Sediaan Psikotropika Apotek Artanti Berdasarkan Nilai
Pakai Periode Januari-Juni 2011 ... 95 LAMPIRAN 5. Data Sediaan Psikotropika Apotek Condong Catur Berdasarkan
Nilai Pakai Periode Januari-Juni 2011 ... 96 LAMPIRAN 6. Data Sediaan Psikotropika Apotek Deresan Berdasarkan Nilai Pakai Periode Januari-Juni 2011 ... 97 LAMPIRAN 7. Data Sediaan Psikotropika Apotek Diana Berdasarkan Nilai Pakai Periode Januari-Juni 2011 ... 98 LAMPIRAN 8. Data Sediaan Psikotropika Apotek Formula Farma Berdasarkan
Nilai Pakai Periode Januari-Juni 2011 ... 98 LAMPIRAN 9. Data Sediaan Psikotropika Apotek Hana Farma Berdasarkan
Nilai Pakai Periode Januari-Juni 2011 ... 99 LAMPIRAN 10. Data Sediaan Psikotropika Apotek Indria Farma Berdasarkan
Nilai Pakai Periode Januari-Juni 2011 ... 100 LAMPIRAN 11. Data Sediaan Psikotropika Apotek Insan Farma Berdasarkan
Nilai Pakai Periode Januari-Juni 2011 ... 100 LAMPIRAN 12. Data Sediaan Psikotropika Apotek Janti Berdasarkan Nilai Pakai Periode Januari-Juni 2011 ... 101 LAMPIRAN 13. Data Sediaan Psikotropika Apotek K2S Berdasarkan Nilai Pakai
Periode Januari-Juni 2011 ... 101
LAMPIRAN 14. Data Sediaan Psikotropika Apotek K-24 Demangan Berdasarkan
Nilai Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 102 LAMPIRAN 15. Data Sediaan Psikotropika Apotek K-24 Gejayan Berdasarkan
Nilai Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 104 LAMPIRAN 16. Data Sediaan Psikotropika Apotek K-24 Kaliurang Berdasarkan
Nilai Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 106 LAMPIRAN 17. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kencana Berdasarkan Nilai
Pakai Periode Januari-Juni 2011 ... 108
LAMPIRAN 18. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kimia Farma ADS
Berdasarkan Nilai Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 109
LAMPIRAN 19. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kimia Farma Jakal
Berdasarkan Nilai Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 110
LAMPIRAN 20. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kimia Farma Palagan
Berdasarkan Nilai Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 112
LAMPIRAN 21. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kimia Farma UNY
Berdasarkan Nilai Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 114
xiv
LAMPIRAN 22. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kosudgama Berdasarkan Nilai Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 115 LAMPIRAN 23. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kusuma Sehat Berdasarkan Nilai Pakai Periode Januari-Juni 2011 ... 116 LAMPIRAN 24. Data Sediaan Psikotropika Apotek Lasrana Berdasarkan Nilai
Pakai Periode Januari-Juni 2011 ... 117 LAMPIRAN 25. Data Sediaan Psikotropika Apotek Menara Husada Berdasarkan
Nilai Pakai Periode Januari-Juni 2011 ... 118 LAMPIRAN 26. Data Sediaan Psikotropika Apotek Mitra Farma Berdasarkan
Nilai Pakai Periode Januari-Juni 2011 ... 119 LAMPIRAN 27. Data Sediaan Psikotropika Apotek Nirmala Berdasarkan Nilai
Pakai Periode Januari-Juni 2011 ... 119 LAMPIRAN 28. Data Sediaan Psikotropika Apotek Orimedik Berdasarkan Nilai
Pakai Periode Januari-Juni 2011 ... 120 LAMPIRAN 29. Data Sediaan Psikotropika Apotek Pulowatu Berdasarkan Nilai
Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 121 LAMPIRAN 30. Data Sediaan Psikotropika Apotek Sanata Dharma Berdasarkan
Nilai Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 122 LAMPIRAN 31. Data Sediaan Psikotropika Apotek Tina Farma 2 Berdasarkan
Nilai Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 123 LAMPIRAN 32. Data Sediaan Psikotropika 29 Apotek di Kabupaten Sleman
Berdasarkan Nilai Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 123 LAMPIRAN 33. Data Sediaan Psikotropika Apotek AnggaJaya Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 127 LAMPIRAN 34. Data Sediaan Psikotropika Artanti Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011 ... 127 LAMPIRAN 35. Data Sediaan Psikotropika Condong Catur Berdasarkan Nilai
Investasi Periode Januari - Juni 2011... 128 LAMPIRAN 36. Data Sediaan Psikotropika Apotek Deresan Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 129 LAMPIRAN 37. Data Sediaan Psikotropika Apotek Diana Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 129 LAMPIRAN 38. Data Sediaan Psikotropika Apotek Formula Farma Berdasarkan
Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 130 LAMPIRAN 39. Data Sediaan Psikotropika Apotek Hana Farma Berdasarkan
Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 131 LAMPIRAN 40. Data Sediaan Psikotropika Apotek Indria Farma Berdasarkan
Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 131 LAMPIRAN 41. Data Sediaan Psikotropika Insan Farma Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 133 LAMPIRAN 42. Data Sediaan Psikotropika Apotek Janti Berdasarkan Nilai
xv
LAMPIRAN 43. Data Sediaan Psikotropika Apotek K2S Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 134
LAMPIRAN 44. Data Sediaan Psikotropika Apotek K-24 Demangan Berdasarkan
Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 134 LAMPIRAN 45. Data Sediaan Psikotropika Apotek K-24 Gejayan Berdasarkan
Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 136 LAMPIRAN 46. Data Sediaan Psikotropika Apotek K-24 Kaliurang Berdasarkan
Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 138 LAMPIRAN 47. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kencana Berdasarkan Nilai
Investasi Periode Januari - Juni 2011... 140
LAMPIRAN 48. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kimia Farma ADS
Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 141
LAMPIRAN 49. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kimia Farma Jakal
Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 142
LAMPIRAN 50. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kimia Farma Palagan
Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 144
LAMPIRAN 51. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kimia Farma UNY
Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 146 LAMPIRAN 52. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kosudgama Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 147 LAMPIRAN 53. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kusuma Sehat Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 149 LAMPIRAN 54. Data Sediaan Psikotropika Apotek Lasrana Berdasarkan Nilai
Investasi Periode Januari - Juni 2011... 150 LAMPIRAN 55. Data Sediaan Psikotropika Apotek Menara Husada Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 150 LAMPIRAN 56. Data Sediaan Psikotropika Apotek Mitra Farma Berdasarkan
Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 151 LAMPIRAN 57. Data Sediaan Psikotropika Apotek Nirmala Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 152 LAMPIRAN 58. Data Sediaan Psikotropika Apotek Orimedik Berdasarkan Nilai
Investasi Periode Januari - Juni 2011... 153 LAMPIRAN 59. Data Sediaan Psikotropika Apotek Pulowatu Berdasarkan Nilai
Investasi Periode Januari - Juni 2011... 154 LAMPIRAN 60. Data Sediaan Psikotropika Sanata Dharma Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 154 LAMPIRAN 61. Data Sediaan Psikotropika Apotek Tina Farma 2 Berdasarkan
Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 155 LAMPIRAN 62. Data Sediaan Psikotropika 29 Apotek di Kabupaten Sleman
Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 156 LAMPIRAN 63. Data Sediaan Psikotropika Apotek AnggaJaya Nilai Indeks Kritis
Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 159
xvi
LAMPIRAN 64. Data Sediaan Psikotropika Apotek Artanti Nilai Indeks Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 159 LAMPIRAN 65. Data Sediaan Psikotropika Apotek Condong Catur Nilai Indeks
Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 159 LAMPIRAN 66. Data Sediaan Psikotropika Apotek Deresan Nilai Indeks Kritis
Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 159 LAMPIRAN 67. Data Sediaan Psikotropika Apotek Diana Nilai Indeks Kritis
Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 160 LAMPIRAN 68. Data Sediaan Psikotropika Apotek Formula Farma Nilai Indeks Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 160 LAMPIRAN 69. Data Sediaan Psikotropika Apotek Hana Farma Nilai Indeks
Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 160 LAMPIRAN 70. Data Sediaan Psikotropika Apotek Indria Farma Nilai Indeks Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 161 LAMPIRAN 71. Data Sediaan Psikotropika Apotek Insan Farma Nilai Indeks Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 161 LAMPIRAN 72. Data Sediaan Psikotropika Apotek Janti Nilai Indeks Kritis
Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 161 LAMPIRAN 73. Data Sediaan Psikotropika Apotek K2S Nilai Indeks Kritis
Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 161 LAMPIRAN 74. Data Sediaan Psikotropika Apotek K-24 Demangan Nilai Indeks
Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 162 LAMPIRAN 75. Data Sediaan Psikotropika Apotek K-24 Gejayan Nilai Indeks
Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 163 LAMPIRAN 76. Data Sediaan Psikotropika Apotek K-24 Kaliurang Nilai Indeks
Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 164 LAMPIRAN 77. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kencana Nilai Indeks Kritis
Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 165 LAMPIRAN 78. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kimia Farma ADS Nilai
Indeks Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011 ... 166 LAMPIRAN 79. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kimia Farma Jakal Nilai
Indeks Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011 ... 167 LAMPIRAN 80. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kimia Farma Palagan Nilai Indeks Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011 ... 167 LAMPIRAN 81. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kimia Farma UNY Nilai
Indeks Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011 ... 169 LAMPIRAN 82. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kosudgama Nilai Indeks
Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 169 LAMPIRAN 83. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kusuma Sehat Nilai Indeks Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 170 LAMPIRAN 84. Data Sediaan Psikotropika Apotek Lasrana Nilai Indeks Kritis
xvii
LAMPIRAN 85. Data Sediaan Psikotropika Apotek Menara Husada Nilai Indeks Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 171 LAMPIRAN 86. Data Sediaan Psikotropika Apotek Mitra Farma Nilai Indeks
Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 171 LAMPIRAN 87. Data Sediaan Psikotropika Apotek Nirmala Nilai Indeks Kritis
Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 172 LAMPIRAN 88. Data Sediaan Psikotropika Apotek Orimedik Nilai Indeks Kritis
Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 172 LAMPIRAN 89. Data Sediaan Psikotropika Apotek Pulowatu Nilai Indeks Kritis
Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 172 LAMPIRAN 90. Data Sediaan Psikotropika Apotek Sanata Dharma Nilai Indeks
Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 173 LAMPIRAN 91. Data Sediaan Psikotropika Apotek Tina Farma 2 Nilai Indeks Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 173 LAMPIRAN 92. Data Sediaan Psikotropika 29 Apotek di Kabupaten Sleman Nilai Indeks Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011 ... 173 LAMPIRAN 93. Data Sediaan Narkotika Apotek K-24 Demangan Berdasarkan
Nilai Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 176 LAMPIRAN 94. Data Sediaan Narkotika Apotek K-24 Gejayan Berdasarkan Nilai
Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 176 LAMPIRAN 95. Data Sediaan Narkotika Apotek K-24 Kaliurang Berdasarkan
Nilai Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 177
LAMPIRAN 96. Data Sediaan Narkotika Apotek Kimia Farma ADS Berdasarkan
Nilai Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 178 LAMPIRAN 97. Data Sediaan Narkotika Kimia Farma Jakal Berdasarkan Nilai Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 178 LAMPIRAN 98. Data Sediaan Narkotika Kimia Farma Palagan Berdasarkan Nilai
Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 179
LAMPIRAN 99. Data Sediaan Narkotika Apotek Kimia Farma UNY Berdasarkan
Nilai Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 180 LAMPIRAN 100. Data Sediaan Narkotika Apotek Kosudgama Berdasarkan Nilai
Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 181 LAMPIRAN 101. Data Sediaan Narkotika Apotek Tina Farma 2 Berdasarkan Nilai
Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 181 LAMPIRAN 102. Data Sediaan Narkotika 9 Apotek di Kabupaten Sleman
Berdasarkan Nilai Pakai Periode Januari - Juni 2011 ... 182 LAMPIRAN 103. Data Sediaan Narkotika Apotek K-24 Demangan Berdasarkan
Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 184 LAMPIRAN 104. Data Sediaan Narkotika Apotek K-24 Gejayan Berdasarkan Nilai
Investasi Periode Januari - Juni 2011... 184 LAMPIRAN 105. Data Sediaan Narkotika Apotek K-24 Kaliurang Berdasarkan
Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 185
xviii
LAMPIRAN 106. Data Sediaan Narkotika Apotek Kimia Farma ADS Berdasarkan
Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 186 LAMPIRAN 107. Data Sediaan Narkotika Apotek Kimia Farma Jakal Berdasarkan
Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 186
LAMPIRAN 108. Data Sediaan Narkotika Apotek Kimia Farma Palagan
Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 188
LAMPIRAN 109. Data Sediaan Narkotika Apotek Kimia Farma UNY Berdasarkan
Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 188 LAMPIRAN 110. Data Sediaan Narkotika Apotek Kosudgama Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 189 LAMPIRAN 111. Data Sediaan Narkotika Apotek Tina Farma 2 Berdasarkan Nilai
Investasi Periode Januari - Juni 2011... 190 LAMPIRAN 112. Data Sediaan Narkotika 9 Apotek di Kabupaten Sleman
Berdasarkan Nilai Investasi Periode Januari - Juni 2011... 191 LAMPIRAN 113. Data Sediaan Narkotika Apotek K-24 Demangan Nilai Indeks
Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 192 LAMPIRAN 114. Data Sediaan Narkotika Apotek K-24 Gejayan Nilai Indeks
Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 192 LAMPIRAN 115. Data Sediaan Narkotika Apotek K-24 Kaliurang Nilai Indeks
Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 192 LAMPIRAN 116. Data Sediaan Narkotika Apotek Kimia Farma ADS Nilai Indeks Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 192 LAMPIRAN 117. Data Sediaan Narkotika Apotek Kimia Farma Jakal Nilai Indeks Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 193 LAMPIRAN 118. Data Sediaan Narkotika Apotek Kimia Farma Palagan Nilai Indeks Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011 ... 193 LAMPIRAN 119. Data Sediaan Narkotika Apotek Kimia Farma UNY Nilai Indeks
Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 193 LAMPIRAN 120. Data Sediaan Narkotika Apotek Kosudgama Nilai Indeks Kritis
Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 194 LAMPIRAN 121. Data Sediaan Narkotika Apotek Tina Farma Nilai Indeks Kritis
Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011... 194 LAMPIRAN 122. Data Sediaan Narkotika 9 Apotek di Kabupaten Sleman Nilai
Indeks Kritis Berdasarkan Periode Januari - Juni 2011 ... 194 LAMPIRAN 123. Data Sediaan Psikotropika Apotek Anggajaya Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 196 LAMPIRAN 124. Data Sediaan Psikotropika Apotek Artanti Berdasarkan Moving
Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 196 LAMPIRAN 125. Data Sediaan Psikotropika Apotek Condong Catur Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 196 LAMPIRAN 126. Data Sediaan Psikotropika Apotek Deresan Berdasarkan Moving
xix
LAMPIRAN 127. Data Sediaan Psikotropika Apotek Diana Berdasarkan Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 197 LAMPIRAN 128. Data Sediaan Psikotropika Apotek Formula Farma Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 197 LAMPIRAN 129. Data Sediaan Psikotropika Apotek Hana Farma Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 198 LAMPIRAN 130. Data Sediaan Psikotropika Apotek Indria Farma Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 198 LAMPIRAN 131. Data Sediaan Psikotropika Apotek Insan Farma Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 198 LAMPIRAN 132. Data Sediaan Psikotropika Apotek Janti Berdasarkan Moving
Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 199 LAMPIRAN 133. Data Sediaan Psikotropika Apotek K2S Berdasarkan Moving
Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 199 LAMPIRAN 134. Data Sediaan Psikotropika Apotek K2-4 Demangan Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 199 LAMPIRAN 135. Data Sediaan Psikotropika Apotek K2-4 Gejayan Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 201 LAMPIRAN 136. Data Sediaan Psikotropika Apotek K2-4 Kaliurang Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 204 LAMPIRAN 137. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kencana BerdasarkanMoving
Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 205
LAMPIRAN 138. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kimia Farma ADS
BerdasarkanMoving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011. ... 206
LAMPIRAN 139. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kimia Farma Jakal
BerdasarkanMoving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011. ... 207 LAMPIRAN 140. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kimia Farma Palagan BerdasarkanMoving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011. ... 209
LAMPIRAN 141. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kimia Farma UNY
BerdasarkanMoving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011. ... 212 LAMPIRAN 142. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kosudgama Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 213 LAMPIRAN 143. Data Sediaan Psikotropika Apotek Kusuma Sehat Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 215 LAMPIRAN 144. Data Sediaan Psikotropika Apotek Lasrana Berdasarkan Moving
Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 216 LAMPIRAN 145. Data Sediaan Psikotropika Apotek Menara Husada Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 216
xx
LAMPIRAN 146. Data Sediaan Psikotropika Apotek Mitra Farma Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 216 LAMPIRAN 147. Data Sediaan Psikotropika Apotek Nirmala Berdasarkan Moving
Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 216 LAMPIRAN 148. Data Sediaan Psikotropika Apotek OriMedik Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 217 LAMPIRAN 149. Data Sediaan Psikotropika Apotek Pulowatu Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 217 LAMPIRAN 150. Data Sediaan Psikotropika Apotek Sanata Dharma Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 218 LAMPIRAN 151. Data Sediaan Psikotropika Apotek Tina Farma 2 Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 218 LAMPIRAN 152. Data Sediaan Psikotropika 29 Apotek di Kabupaten Sleman
BerdasarkanMoving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011. ... 219 LAMPIRAN 153. Data Sediaan Narkotika Apotek K-24 Demangan Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 221 LAMPIRAN 154. Data Sediaan Narkotika Apotek K-24 Gejayan Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 221 LAMPIRAN 155. Data Sediaan Narkotika Apotek K-24 Kaliurang Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 221
LAMPIRAN 156. Data Sediaan Narkotika Apotek Kimia Farma ADS Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 222 LAMPIRAN 157. Data Sediaan Narkotika Apotek Kimia Farma Jakal Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 223
LAMPIRAN 158. Data Sediaan Narkotika Apotek Kimia Farma Palagan
BerdasarkanMoving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011. ... 223
LAMPIRAN 159. Data Sediaan Narkotika Apotek Kimia Farma UNY Berdasarkan
Moving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011 ... 224
LAMPIRAN 160. Data Sediaan Narkotika Apotek Kimia Farma Kosudgama
BerdasarkanMoving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011. ... 224 LAMPIRAN 161. Data Sediaan Narkotika Apotek Kimia Farma Tina Farma 2
BerdasarkanMoving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011. ... 224 LAMPIRAN 162. Data Sediaan Narkotika 29 Apotek di Kabupaten Sleman
BerdasarkanMoving Average TotalPeriode Januari - Juni 2011. ... 224 LAMPIRAN 163. Daftar Distribusi Sediaan ANIKuntuk Psikotropika dan Narkotika
xxi
INTISARI
Permasalahan yang dihadapi adalah banyak Apotek yang tidak melaporkan data pemakaian Narkotika dan Psikotropika kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Analisis Pareto ABC digunakan untuk mengendalikan persediaan berdasarkan nilai pakai, nilai investasi dan nilai indeks kritis.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan studi kasus yang bersifat retrospektif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data pemakaian Psikotropika dan Narkotika diseluruh Apotek periode Januari-Juni 2011 yang tercantum pada data SIPNAP di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman terdapat 29 Apotek yang menjadi inklusi untuk sediaan Psikotropika dan 9 Apotek untuk sediaan Narkotika.
Berdasarkan analisis Pareto ABC diperoleh jumlah pemakaian dan jumlah investasi terbesar Psikotropika terbanyak terdapat pada sediaan Calmlet® 2 mg Tab yaitu 110725 dan Rp 374.029.050,- dengan nilai indeks kritis (NIKA), sedangkan
untuk jumlah pemakaian terbesar Narkotika adalah codein 10 mg Tab yaitu 7188,75 dengan nilai indeks kritis kelompok A (NIKA) dan jumlah investasi terbesar
Narkotika adalah MST Continous® 10 mg Tab yaitu Rp 7.537.753,- dengan nilai indeks kritis kelompok B (NIKB). Pada analisis Moving Average Total, sediaan
Psikotropika yang memiliki jumlah pemakaian terbesar bulan Juli-Desember 2011 adalah Calmlet® 2 mg Tab yaitu 272.513,47, sedangkan sediaan Narkotika yang memiliki jumlah pemakaian terbesar bulan Juli-Desember 2011 adalah codein 10 mg Tab yaitu 5.749,85.
.
Kata kunci : Pareto ABC, sediaan Psikotropika dan Narkotika, Apotek, sinaps, Sleman,Moving Average Total
xxii
ABSTRACT
ABC Pareto analysis is used to control the inventory based on use value, investment value and critical index value. The problem faced is that many pharmacies can not able manage to control the inventory of Narcotics and Psychotropics effectively and efficiently.
This study is a non-experimental research design with case studies that are retrospective. Data collection is done by collecting data of use psychotropic drugs in pharmacies throughout the period from January to June 2011 which listed on the data SIPNAP in Sleman District Health Office.
Pareto analysis is based on the ABC obtained the largest amount of usage and number of the largest investment Psychotropics at Pharmacies in Sleman district is Calmlet® 2 mg tablets of 110,725 and Rp 374.029.050, - with the critical index value (NIKA), where as for the largest use of narcotics is codeine 10 mg tablets of
7188.75 with the critical index value (NIKA) and number of the largest investment
narcotic is MST continous® 10 mg tablets of Rp 7.537.753,- with the critical index value of group B (NIKB). In theMoving Average Total analysis, which has the largest
amount of usage Psychotropics from July to December 2011 in 29 Pharmacies Sleman is Calmlet ® 2 mg Tab is 272.513,47, while for the Narcotics who have the greatest amount of usage from July to December 2011 is codeine 10 mg Tab is 5.749,85.
1
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Berdasarkan Kepmenkes No.1027 Tahun 2004 tentang standar pelayanan
kefarmasian di Apotek, Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat. Oleh sebab itu, Apotek harus mampu melakukan pelayanan yang
maksimal dari pekerjaan kefarmasian yang meliputi pharmaceutical care, penyaluran
sediaan farmasi dan melakukan pengelolaan sediaan farmasi.
Terkait dengan Kepmenkes No.1027 Tahun 2004 maka setiap Apotek harus
mampu mengelola sediaan Psikotropika dan Narkotika dengan baik dan benar,
sehingga dapat menghindari adanya penyalahgunaan di Apotek dan dapat melayani
sesuai apa yang dibutuhkan oleh pasien dengan berlandaskan pharmaceutical care,
dan diperoleh hasil pengelolaan sediaan Psikotropika dan Narkotika yang efektif dan
efisien.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika, Psikotropika merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku
(Presiden Republik Indonesia,1997). Sedangkan menurut Undang-Undang Republik
Indonesia No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan (Presiden Republik Indonesia, 2009).
Seperti yang kita ketahui bahwa Narkotika dan Psikotropika memiliki sisi
positif yaitu dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan berupa pengobatan dan ilmu
pengetahuan sedangkan sisi negatifnya yaitu dapat disalahgunakan. Untuk itu peneliti
ingin melihat apakah pengelolaan sediaan Narkotika dan Psikotropika ada yang
disalahgunakan atau tidak. Menurut survei Badan Narkotika Nasional (BNN) data
pemakaian secara nasional dari tahun 1997-2008 terdapat 54.435 kasus untuk
penyalahgunaan Narkotika, 44.117 untuk kasus penyalahgunaan Psikotropika, dan
16.852 untuk kasus penyalagunaan zat adiktif (Badan Narkotika Nasional, 2009).
Menurut Ronny, jumlah penyalahgunaan NAPZA mencapai peringkat 2 di
Kota Daerah Istimewa Yogyakarta setelah DKI Jakarta dengan jumlah pengguna
8980 orang yang terbagi dalam daerah terbesar jumlah penggunanya dan terawan
yaitu di Kabupaten Sleman dengan peringkat pertama, Kota Daerah Istimewa
Yogyakarta peringkat kedua (Ronny,2011). Sedangkan menurut Edi Purwanto, untuk
pembagian kecamatan daerah rawan penyalahgunaan Narkoba di Kabupaten Sleman
terletak di Kecamatan Depok, Mlati, Ngaglik, dan Gamping (Edi Purwanto, 2011).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika, Apotek berhak memesan sediaan Psikotropika kepada pihak lain,
3
Psikotropika, wajib melaporkan pemakaian sediaan Psikotropika kepada Dinas
Kesehatan, memusnahkan sediaan Psikotropika, serta berhak menyerahkan
Psikotropika kepada pasien dengan resep Dokter, Balai Pengobatan, Dokter, Rumah
Sakit, Apotek, dan Puskesmas (Presiden Republik Indonesia, 1997). Sedangkan
menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
Apotek berhak memesan sediaan Narkotika yang telah ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan, menyimpan sediaan Narkotika secara baik dan benar, wajib melaporkan
pemakaian sediaan Narkotika kepada Dinas Kesehatan dan memusnahkan sediaan
Narkotika (Presiden Republik Indonesia, 2009). Dengan demikian setiap Apotek
harus mampu mengelola sediaan Psikotropika dan Narkotika, pengelolaan sediaan
Psikotropika dan Narkotika dilakukan dengan ketat yaitu terdapat monitoring,
terkendali dan aman agar sediaan dapat diolah secara efektif dan efisien.
Dalam penelitian, setiap Apotek wajib melaporkan pemakaian Psikotropika
dan Narkotika selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya secara berkala yang
ditandatangani oleh APA ke Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dengan tembusan
kepada Kepala Balai Pemeriksaaan Obat dan Makanan (POM), Dinas Kesehatan
Provinsi, dan sebagai arsip sehingga diperlukan tindakan dari pihak Dinas Kesehatan
untuk menangani kasus tersebut seperti menegakkan sanksi berdasarkan yang
tercantum dalam peraturan perundangan, dimana apabila Apotek melanggar dapat
diberikan sanksi berupa: teguran, peringatan, denda administratif, penghentian
sementara kegiatan, atau pencabutan izin sehingga setiap Apotek lebih sadar untuk
melaporkan pemakaian Psikotropika dan Narkotika kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman. Petugas Dinas Kesehatan sendiri dapat lebih aktif dengan
meninjau langsung ke Apotek untuk melihat pemakaian sediaan Psikotropika dan
Narkotika tiap bulannya khususnya untuk Apotek yang tidak melaporkan kepada
pihak Dinas Kesehatan. Hal ini dapat dilakukan dengan berlandaskan
Undang-Undang yang diatur oleh Pemerintah.
Dengan Analisis Pareto ABC diharapkan adanya pengelolaan sediaan
farmasi yang baik khususnya sediaan Psikotropika dan Narkotika untuk mendapatkan
perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi yang mendekati kebutuhan, meningkatkan
penggunaan obat secara rasional, dan meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Dengan Analisis Moving Average Total diharapkan setiap Apotek mampu
mengantisipasi jumlah pemakaian dari setiap jenis obat sediaan Psikotropika yang
memiliki NIKA dan Narkotika yang memiliki NIKA sehingga mampu mengelola
jumlah pemakaian secara efektif dan efisien.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, Industri Farmasi, Pedagang Besar Farmasi, Sarana Penyimpanan Sediaan
Farmasi Pemerintah, Apotek, Rumah Sakit, Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai
Pengobatan, Dokter, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan wajib membuat,
menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau
pengeluaran Narkotika yang berada dalam penguasaannya (Presiden Republik
Indonesia, 2009).
Terdapat 176 Apotek di Kabupaten Sleman yang terdiri dari 17 Kecamatan.
5
melaporkan pemakaian sediaan Narkotika dan Psikotropika kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman selama periode Januari-Juni 2011. Dalam penelitian, Apotek yang
melaporkan pemakaian Psikotropika dan Narkotika kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman yaitu 29 Apotek untuk sediaan Psikotropika dan 9 Apotek untuk
sediaan Narkotika. Untuk itu peneliti perlu melakukan pengambilan sampel dengan
menggunakan teknik sampel purposiveyaitu mengambil sampel sebanyak 29 Apotek
untuk sediaan Psikotropika dan 9 Apotek untuk sediaan Narkotika. Apotek yang
melaporkan pemakaian sediaan Psikotropika sebanyak 17 Apotek di Kecamatan
Depok, 2 Apotek di Kecamatan Gamping, 2 Apotek di Kecamatan Godean, 1 Apotek
di Kecamatan Mlati, 3 Apotek di Kecamatan Ngaglik, dan 4 Apotek di Kecamatan
Ngemplak. Sedangkan untuk Apotek yang melaporkan pemakaian sediaan Narkotika
sebanyak 8 Apotek di Kecamatan Depok, dan 1 Apotek di Kecamatan Ngaglik.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan sediaan farmasi,
khususnya sediaan Psikotropika dan Narkotika yang ada di Apotek. Analisis
dilakukan dengan menggolongkan sediaan Psikotropika dan Narkotika yang terdapat
di Apotek berdasarkan nilai Pareto serta memprediksi jumlah pemakaian Psikotropika
dan Narkotika menggunakan analisis Moving Average Total. Berdasarkan hasil
analisis tersebut maka kita dapat melihat jenis sediaan dan biaya yang menjadi
prioritas utama untuk pengelolaan sediaan farmasi di Apotek, khususnya sediaan
Psikotropika dan Narkotika, selain itu dapat memberi gambaran perkiraan jumlah
pemakaian Psikotropika dan Narkotika 6 bulan mendatang. Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan gambaran mengenai jenis sediaan Psikotropika dan Narkotika dan
biaya yang diperlukan untuk pengelolaan sediaan di Apotek khususnya sediaan
Psikotropika dan Narkotika. Sehingga diharapkan Apotek mampu mengelola sediaan
Psikotropika dan Narkotika secara efektif dan efisien.
1. Permasalahan
a. Berapa nilai Pareto ABC sediaan Psikotropika di 29 Apotek Kabupaten
Sleman dan Narkotika di 9 Apotek Kabupaten Sleman dilihat dari nilai pakai
dan nilai investasi periode Januari-Juni 2011 ?
b. Berapa nilai indeks kritis sediaan Psikotropika di 29 Apotek Kabaputen
Sleman dan Narkotika di 9 Apotek Kabupaten Sleman periode Januari-Juni
2011 ?
c. Obat Psikotropika dan Narkotika apa saja yang menjadi prioritas dalam
pengelolaan sediaan Psikotropika di 29 Apotek Kabupaten Sleman dan
Narkotika di 9 Apotek Kabupaten Sleman periode Januari-Juni 2011 ?
d. Bagaimana jumlah pemakaian sediaan Psikotropika di 29 Apotek Kabupaten
Sleman dan Narkotika di 9 Apotek Kabupaten Sleman periode
Juli-Desember untuk sediaan kelompok ANIK berdasarkan Analisis Moving
7
2. Keaslian penelitian
Sejauh ini penelusuran yang telah dilakukan, penelitian mengenai analisis
ABC Indeks Kritis dan analisis Moving Average Total sediaan Psikotropika dan
Narkotika di Apotek belum pernah ada yang melakukan.
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Awaludin (2010) yang berjudul Analisis Sediaan Farmasi Berdasarkan
Metode ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Palang Biru
Kutoharjo Tahun 2006-2008.
2. Rony (2009) yang berjudul Analisis Pengelolaan Obat Berdasarkan ABC
Indeks Kritis di Apotek Sanata Dharma Tahun 2006-2008.
3. Stefani (2010) yang berjudul Analisis Sediaan Farmasi Berdasarkan ABC
Indeks Kritis di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Palang Biru Gombong Tahun
2006-2008.
4. Mayawati (2010) yang berjudul Evaluasi Pengelolaan Sediaan Farmasi Di
Puskesmas Kuta Tahun 2007-2009 (Dengan Metode ABC Indeks Kritis).
5. Dewi (2010) yang berjudul Analisis Pareto ABC Sediaan Farmasi
Puskesmas di Kabupaten Bantul Dengan Pola Penyakit Utama Nasofaringitis
Akut dan Hipertensi Primer Periode 2009.
Persamaan dari penelitian-penelitian diatas dengan penelitian yang dilakukan
adalah penggunaan metode Pareto ABC dalam pengolaan data, sedangkan
perbedaannya:
1. Pada penelitian Awaludin (2010), terletak pada Rumah Sakit sedangkan
penelitian yang dilakukan terletak di Apotek, tahun penelitian pada
Awaludin tahun 2006-2008 sedangkan pada penelitian yang dilakukan pada
periode Januari-Juni 2011 dan pada penelitian yang dilakukan terdapat
analisisMoving Average Total.
2. Pada penelitian Rony (2009), perbedaan terletak pada tahun penelitian
dimana 2006-2008 sedangkan pada penelitian yang dilakukan pada periode
Januari-Juni 2011 dan pada penelitian Rony (2009) terdapat analisis VEN
sedangkan pada penelitian yang dilakukan tidak terdapat analisis VEN, serta
pada penelitian yang dilkukan terdapat analisisMoving Average Total.
3. Pada penelitian Stefani (2010), terletak pada Rumah Sakit sedangkan
penelitian yang dilakukan terletak di Apotek, tahun penelitian pada Stefani
tahun 2006-2008 sedangkan pada penelitian yang dilakukan periode
Januari-Juni 2011 dan pada penelitian yang dilakukan terdapat analisis Moving
Average Total.
4. Pada penelitian Maya (2010), terletak pada Puskesmas sedangkan penelitian
yang dilakukan terletak di Apotek, tahun penelitian pada Maya tahun
2007-2009 sedangkan pada penelitian yang dilakukan pada periode Januari-Juni
2011 dan pada penelitian yang dilakukan terdapat analisis Moving Average
Total.
5. Pada penelitian Dewi (2010), terletak pada Puskesmas sedangkan penelitian
9
sedangkan pada penelitian yang dilakukan pada periode Januari-Juni 2011.
Pada penelitian Dewi (2010) terdapat pola penyakit sedangkan pada
penelitian yang dilakukan tidak terdapat pola penyakit dan pada penelitian
yang dilakukan terdapat analisisMoving Average Total.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang pengelolaan obat-obat Narkotika dan Psikotropika sehingga dapat
dilakukan pengelolaan sediaan khususnya sediaan Narkotika dan
Psikotropika dapat efisien dan pemakaiannya lebih efektif di Apotek serta
memberikan gambaran perkiraan jumlah pemakaian periode Juli-Desember
2011.
b. Manfaat praktis.Berikut ini merupakan manfaat praktis dari penelitian ini: 1) Untuk memberikan bagaimana gambaran mengenai profil nilai pakai,
nilai investasi, sediaan Psikotropika di 29 Apotek Kabupaten Sleman
dan Narkotika di 9 Apotek Kabupaten Sleman periode Januari-Juni
2011.
2) Untuk memberikan bagaimana gambaran mengenai profil nilai indeks
kritis sediaan Psikotropika di 29 Apotek Kabupaten Sleman dan
Narkotika di 9 Apotek Kabupaten Sleman periode Januari-Juni 2011.
3) Untuk memberikan informasi dan merekomendasikan obat-obat
Narkotika dan Psikotropika yang efektif dan efisien, terutama bagi
Apoteker berdasarkan evaluasi tahun sebelumnya yang menjadi prioritas
dalam pengolaan untuk sediaan Psikotropika dan Narkotika.
4) Memberikan gambaran profil jumlah pemakaian periode (Juli-Desember
2011), sehingga dapat memperkirakan jumlah pemakaian sediaan
Narkotika dan Psikotropika untuk kelompok ANIK yang menjadi
prioritas sehingga pengelolaan menjadi efektif dan efisien.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengendalian
sediaan Psikotropika di 29 Apotek Kabupaten Sleman dan Narkotika di 9 Apotek
Kabupaten Sleman periode Januari-Juni 2011 serta untuk memberikan profil
perkiraan jumlah pemakaian sediaan Psikotropika di 29 Apotek Kabupaten Sleman
dan Narkotika di 9 Apotek Kabupaten Sleman pada periode Juli-Desember 2011
sehingga tercapainya pengelolaan sediaan Psikotropika dan Narkotika yang efektif
dan efisien.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:
a. Mengindentifikasi nilai Pareto ABC sediaan farmasi, khususnya sediaan
Psikotropika dan Narkotika dilihat dari nilai pakai dan nilai investasi di
11
b. Mengindentifikasi nilai indeks kritis sediaan Psikotropika dan Narkotika di
Apotek Kabupaten Sleman periode Januari-Juni 2011.
c. Mengindentifikasi sediaan farmasi yaitu sediaan Psikotropika dan Narkotika
yang menjadi prioritas dalam pengelolaan sediaan Psikotropika dan
Narkotika di Apotek Kabupaten Sleman periode Januari-Juni 2011.
d. Mengetahui perkiraan jumlah pemakaian sediaan Psikotropika dan Narkotika
Bulan Juli-Desember kelompok 2011 kelompok ANIK.
12
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Apotek
Definisi Apotek menurut Kepmenkes No. 1027/MENKES/SK/IX/2004,
Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Sebagai salah satu unit kesehatan, hendaknya Apotek dapat memberikan pelayanan
kefarmasian (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
Definisi Apotek menurut Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009, Apotek
adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
Apoteker (Presiden Republik Indonesia, 2009).
Menurut Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 tugas dan fungsi Apotek
yaitu sebagai berikut:
a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan Apoteker.
b. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian
c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara
lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.
d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan
13
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Presiden Republik
Indonesia, 2009).
B. Apoteker
Definisi Apoteker menurut Kepmenkes No. 1027/MENKES/SK/IX/2004
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah
mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak
melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker (Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, 2004).
Definisi Apoteker menurut Kepmenkes No. 889/MENKES/PER/V/2011
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
2011).
Pekerjaan kefarmasian menurut pasal 108 ayat (1) UU No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengelolaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat
atas resep Dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat
dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Presiden
Republik Indonesia, 2009a).
C. Psikotropika dan Narkotika
Psikotropika menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.5 tahun 1997
pasal 1 yang mengatur tentang Psikotropika, Psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku. Dalam pasal 2, Psikotropika yang mempunyai potensi
mengakibatkan sindroma ketergantungan, digolongkan menjadi :
a. Psikotropika golongan I, yaitu Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan, contohnya:
brolamfetamina, etisiklidina, etriptamina, katinona, (+)-lisergida, mekatinona,
psilobibna, rolisiklidina, tenamfetamina, tenoksilidina.
b. Psikotropika golongan II adalah Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantugan, contohnya:
amfetamina, deksamfetamina, fenetilina, fenmetrazina, fensiklidina,
levamfetamina, meklokualon, metamfetamina, metamfetamina rasemat,
metakualon, metilfenidat, sekobarbital, zipepprol, levometamfetamina.
c. Psikotropika golongan III adalah Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
15
amobarbital, buprenofrina, butalbital, flunitrazepam, glutetimida, katina,
pentazosina, pentobarbital, siklobarbital.
d. Psikotropika golongan IV adalah Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan, contohnya:
allobarbital, alprazolam, amfepramona, aminorex, barbital, benzfetamina,
bromazepam, brotizolam, delorazepam, diazepam, estazolam, etil amfetamina, etil
loflazepate, etinamat, etklorvinol, fencamfamina, fendimetrazina, fenobarbital,
fenproporeks, fentermina, fludiazepam, flurazepam, halazepam, haloksazolam,
kamazepam, ketazolam, klobazam, klosazolam, klonazepam, klorazepat,
klordiazepoksida, klotiazepam, lefetamina, loprazolam, lorazepam,
lormetazepam, mazidol, medazepam, mefenoreks, meprobamat, mesokarb,
metilfeno barbital, metiprilon, midazolam, nimetazepam, nitrazepam,
nordazepam, oksazepam, oksazepam, oksazolam, pemolina, pinazepam, pipadrol,
pirovalerona, prazepam, sekbutabarbital, temazepam, tetrazepam, triazolam,
vinilbital (Presiden Republik Indonesia, 1997).
Pabrik Obat, Pedagang Besar Farmasi, Sarana Penyimpanan Sediaan
Farmasi Pemerintah, Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan, Dokter,
Lembaga Penelitian dan/atau Lembaga Pendidikan, wajib membuat dan menyimpan
catatan mengenai kegiatan masing-masing yang berhubungan dengan Psikotropika
(Presiden Republik Indonesia, 1997).
Dalam rangka melakukan pengendalian dan pengawasan, Menteri
berwewenang mengambil tindakan administratif terhadap Pabrik Obat, Pedagang
Besar Farmasi, Sarana Penyimpanan Sediaan Farmasi Pemerintah, Apotek, Rumah
Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan, Dokter, Lembaga Penelitian dan/atau Lembaga
Pendidikan, dan Fasilitas Rehabilitasi yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan Undang-Undang No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika (Presiden Republik
Indonesia, 1997).
Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang No.5
tahun 1997, dapat berupa :
1. Teguran lisan
2. Teguran tertulis
3. Penghentian sementara kegiatan
4. Denda administratif
5. Pencabutan izin praktek (Presiden Republik Indonesia, 1997).
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang (Presiden Republik
17
Narkotika digolongkan ke dalam 3 golongan, yaitu golongan I, II, dan III.
Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
a. Narkotika golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan,
Narkotika Golongan I dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses
produksi, kecuali dalam jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, contohnya: tanaman Papaver
Somniferum L, tanaman koka, daun koka, kokain mentah, kokaina, metil
ester-1-bensoil ekgonina, tanaman ganja, tetrahydrocannabinol, delta 9
tetrahydrocannabinol, asetorfina, acetil–alfa–metil fentanil
N-[1-(α-metilfenetil)-4-piperidil] asetanilida, alfa-metilfentanil, alfa-metiltiofentanil,
beta-hidroksifentanil, beta-hidroksi-3-metil-fentanil, desmorfina, etorfina, heroina,
ketobemidona, 3-metilfentanil, 3-metiltiofentanil, MPPP, para-fluorofentanil,
PEPAP, tiofentanil, brolamfetamina, DET, DMA, DMHP, DMT, DOET,
etiskilidina, etriptamina, katinona, MDMA, (+)-lisergida, meskalina, metkatinona,
4- metilaminoreks, MMDA, N-etil MDA, N-hidroksi MDA, paraheksil, PMA,
psilosina, psilotsin, psilosibina, rolisiklidina, STP, DOM, tenamfetamina,
tenosiklidina, TMA, amfetamina, deksamfetamina, fenetilina, fenmetrazina,
fensiklidina, levamfetamina, levometamfetamina, meklokualon, metamfetamina,
metakualon, zipepprol, opium Obat, campuran atau sediaan opium obat dengan
bahan lain bukan Narkotika.
b. Narkotika golongan II, yaitu Narkotika berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: alfasetilmetadol, alfameprodina, alfametadol
alfaprodina, alfentanil, allilprodina, anileridina, asetilmetadol, benzetidin,
benzilmorfina, betameprodina, betametadol, betaprodina, betasetilmetadol
bezitramida, dekstromoramida, diampromida, dietiltiambutena, difenoksilat
difenoksin, dihidromorfina, dimefheptanol, dimenoksadol, dimetiltiambutena,
dioksafetil butirat, dipipanona, drotebanol, ekgonina, etilmetiltiambutena,
etokseridina, etonitazena, furetidina, hidrokodona, hidroksipetidina,
hidromorfinol, hidromorfona, isometadona, fenadoksona, fenampromida,
fenazosina, fenomorfan, fenoperidina, fentanil, klonitazena, kodoksima,
levofenasilmorfan, levomoramida, levometorfan, levorfanol, metadona,
metadona intermediate, metazosina, metildesorfina, metildihidromorfina,
metopon, mirofina, moramida intermediate, morferidina, morfina-N-oksida,
morfin metobromida, morfina, nikomorfina, norasimetadol, norlevorfanol,
normetadona, normorfina, norpipanona, oksikodona, oksimorfona, petidina
intermediat A, petidina intermediat B, petidina intermediat C, petidina,
piminodina, piritramida, proheptasina, properidina, rasemetorfan, rasemoramida,
rasemorfan, sufentanil, tebaina, tebakon, tilidina, trimeperidina, garam-garam dari
19
c. Narkotika golongan III, yaitu Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan, contohnya:
asetildihidrokodeina, dekstropropoksifena, dihidrokodeina, etilmorfina, kodeina,
nikodikodina, nikokodina, norkodeina, polkodina, propiram, buprenorfina,
garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut diatas, campuran atau sediaan
difenoksin dengan bahan lain bukan Narkotika, campuran atau sediaan
difenoksilat dengan bahan lain bukan Narkotika (Presiden Republik Indonesia,
2009).
Industri Farmasi, Pedagang Besar Farmasi, Sarana Penyimpanan Sediaan
Farmasi Pemerintah, Apotek, Rumah Sakit, Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai
Pengobatan, Dokter, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan wajib membuat,
menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau
pengeluaran Narkotika yang berada dalam penguasaannya (Presiden Republik
Indonesia, 2009).
Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan/atau ketentuan mengenai pelaporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi administratif oleh Menteri atas rekomendasi
dari Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berupa:
1. Teguran
2. Peringatan
3. Denda administratif
4. Penghentian sementara kegiatan
5. Pencabutan izin ( Presiden Republik Indonesia, 2009).
D. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Apotek
Dalam Kepmenkes RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa
pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi perencanaan,
pengelolaan, penyimpanan, dan pelayanan (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
2004).
E. Pengelolaan Narkotika
Menurut pasal 43 ayat (2) UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, bahwa
Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada Rumah Sakit, Pusat Kesehatan
Masyarakat, Apotek lainnya, Balai Pengobatan, Dokter, dan Pasien. Pada ayat (3)
menyebutkan bahwa Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada Pasien
berdasarkan resep Dokter (Presiden Republik Indonesia, 2009).
Berdasar pasal 9 ayat (3) UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, rencana
kebutuhan tahunan Narkotika disusun berdasarkan data pencatatan dan pelaporan
rencana dan realisasi produksi tahunan yang diaudit secara komprehensif dan menjadi
pedoman pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan Narkotika secara nasional
(Presiden Republik Indonesia, 2009).
Narkotika yang berada dalam penguasaan Apotek wajib disimpan secara
21
mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran Narkotika yang berada dalam
penguasaannya (Presiden Republik Indonesia, 2009).
F. Pengelolaan Psikotropika
Berdasarkan pasal 12 ayat (2) UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika,
penyaluran Psikotropika oleh Apotek dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan
oleh :
a. Pabrik besar kepada Apotek.
b. Pedagang Besar Farmasi (PBF) kepada Apotek (Presiden Republik Indonesia,
1997).
Menurut pasal 14 ayat (2) UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika,
penyerahan Psikotropika oleh Apotek hanya dapat dilakukan kepada Apotek lainnya,
Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan, Dokter, dan pengguna/pasien.
Berdasarkan ayat (4), penyerahan Psikotropika oleh Apotek dilaksanakan berdasarkan
resep Dokter. Penyerahan Psikotropika oleh Dokter hanya dapat diperoleh dari
Apotek dan dilaksanakan dalam hal :
a. Menjalankan praktek terapi dan diberikan melalui suntikan.
b. Menolong orang sakit dalam keadaan darurat.
c. Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada Apotek (Presiden Republik
Indonesia, 1997).
G. Manajemen Persediaan
Manajemen persediaan (inventory control/inventory management) atau
pengendalian tingkat persediaan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan, pelaksanaan, dan pengawasan penentuan kebutuhan material sehingga
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan operasional dengan menekan investasi
persediaan seoptimal mungkin agar ketersediaan kebutuhan operasional menjadi
efektif dan efisisien (Indrajit dan Djokopranoto, 2003).
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003), usaha yang perlu dilakukan
dalam manajemen persediaan secara garis besar dapat diperinci sebagai berikut:
1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan operasi
2. Membatasi nilai seluruh investasi
3. Membatasi jenis dan jumlah material
4. Memanfaatkan seoptimal mungkin material yang ada
5. Prinsip manajemen persediaan adalah adanya penentuan jumlah dan jenis barang
yang disimpan sehingga dapat selalu memenuhi kebutuhan, tetapi di lain pihak
harus dijaga agar biaya investasi yang timbul dari penyediaan barang tersebut
seminimal mungkin. Prinsip tersebut menandakan bahwa pengelolaan sediaan
harus berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif). Efektif berarti dapat
menjamin pemenuhan kebutuhan sediaan, sedangkan efisien berarti dapat
menekan persediaan sampai ke tingkat minimum (Indrajit dan Djokopranoto,