EVALUASI PENGADAAN PSIKOTROPIKA DI PUSKESMAS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2010 MENGGUNAKAN ANALISIS PARETO
ABC DANMOVING AVERAGE TOTAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
EVALUASI PENGADAAN PSIKOTROPIKA DI PUSKESMAS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2010 MENGGUNAKAN ANALISIS PARETO
ABC DANMOVING AVERAGE TOTAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
EVALUASI PENGADAAN PSIKOTROPIKA DI PUSKESMAS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2010 MENGGUNAKAN ANALISIS PARETO
ABC DANMOVING AVERAGE TOTAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
iv
Bila “gunung” di hadapan ku tak jua berpindah KAU berikanku kekuatan untuk mendakinya
Ku lakukan yang terbaikku KAU yang selebihnya
Tuhan
selalu punya cara buatku menang pada akhirnyaKarya kecil ini kupersembahkan untuk
Tuhan Yesus yang Maha Pengasih, Mama-Papa, teman-teman FKK B 2008
Karya kecil ini kupersembahkan untuk
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih dan Maha Pemurah atas berkat dan penyertaan Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ Evaluasi Pengadaan Psikotropika di Puskesmas Kota Yogyakarta Tahun 2010 Menggunakan Analisis Pareto ABC dan Moving Average Total’ dengan tepat waktu.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Ipang Djunarko M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing Utama skripsi ini atas segala bimbingan, saran, arahan ,dan kesabarannya selama penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Ibu Dra.Th.B.Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Apt. selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah meluangkan waktu, memberikan saran dan arahan.
4. Ibu Maria Wisnu Donowati M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah meluangkan waktu, memberikan saran dan arahan.
viii
6. Ibu Dra. Arrosianti Z, Apt. selaku Kepala Gudang Farmasi Kota Yogyakarta yang telah mengizinkan peneliti untuk mengambil dan mengolah data dari LPLPO.
7. Bapak dan Ibu yang bekerja di Gudang Farmasi Kota Yogyakarta atas bantuan dan keramahannya selama proses pengambilan data.
8. Papa dan Mama atas doa dan dukungannya.
9. Teman-teman skripsi Ika, Jono, Lius, Stefani, dan Suriadi atas kerja sama, dukungan, suka duka dan perjuangan dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Matheus Kwan atas bantuannya dalam menulis abstrak dalam bahasa
Inggris.
11. Stephanie Irena Nugrahesti yang telah memberikan arahan dalam penggunaan program SPSS.
12. Teman-teman FKK B 2008 dan teman-teman 2008 lainnya yang atas kebersamaan, dan keceriaannya selama kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
13. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang turut membantu selama penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis menerima kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat, serta dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.
INTISARI
Evaluasi pengadaan psikotropika diperlukan agar ketersediaannya di unit pelayanan kesehatan, khususnya Puskesmas dapat dikontrol dengan baik sehingga pelayanan kesehatannya bisa lebih efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan mengetahui perencanaan sediaan psikotropika di Puskesmas Kota Yogyakarta tahun 2010 dengan menggunakan metode Pareto ABC serta membandingkan data perkiraan pemakaian sediaan menggunakan metodeMoving Average Totaldengan data yang terealisasi.
Penelitian ini bersifat non eksperimental dan retrospektif. Data berupa jumlah pemakaian psikotropika tahun 2010 yang didapat dari Laporan Pemakaian Lembar Permintaan Obat (LPLPO) di Gudang Farmasi Kota Yogyakarta.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan item psikotropika di Puskesmas gabungan kota Yogyakarta yang termasuk dalam kategori ANIK adalah 26.67%,
kategori BNIK 26.67%, dan kategori CNIK 53.33%. Jumlah sediaan yang masuk
dalam prioritas adalah sebanyak 4 item yaitu trihexypenidil 2mg, diazepam 2mg, haloperidol 1.5mg, dan klorpromazin HCl 100mg dengan total nilai pakai sebesar 416589 tablet dan nilai investasi Rp.21.074.783,00. Hasil perkiraan pemakaian item kelompok ANIK pada bulan Juli sampai Desember 2010 menurut analisis
x
ABSTRACT
Evaluation of psychotropic drugs necessary for the procurement of availability in the health services, especially health center can be well controlled so that health services more effectively and efficiently. This study aims to know the availability of psychotropic planning at the health center of Yogyakarta in 2010 by using the Pareto ABC method and compare data availability usage estimated using the method Moving Average Total with data that is realizable.
This study was a non-experimental and retrospective. Data in the form of psychotropic use in 2010 obtained from the Report of Drug Use Request Sheet (LPLPO) in Yogyakarta Pharmacy Warehouse.
The results of this study indicate psychotropic item in a combined health center of Yogyakarta city is included in the category of ANIK is 26.67%, 26.67%
BNIK categories, and categories CNIK 53.33%. The number of stocks that fall into
the priority is as much as 4 items are trihexypenidil 2 mg, diazepam 2 mg, 1.5 mg haloperidol, and chlorpromazine HCl 100 mg with a total of 416,589 tablets use value and investment value of Rp. 21,074,783.00. The results of the use of the item estimates ANIKgroups from July to December 2010 according to the analysis
of the Moving Average Total trihexypenidil 2 mg with a total of 83367, diazepam 2 mg of 75128, amounting to 520311.5 mg haloperidol, and chlorpromazine HCl 100 mg of 37626. Statistics obtained from test results that the analysis Moving Average total bias applied on 1.5 mg haloperidol and chlorpromazine HCl 100 mg.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PRAKATA... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I. PENGANTAR A. Latar Belakang ...1
1. Permasalahan...5
2. Keaslian penelitian ...5
3. Manfaat penelitian...6
B. Tujuan Penelitian ...7
1. Tujuan umum ...7
2. Tujuan khusus ...7
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA A. Puskesmas ...8
B. Psikotropika ...9
C. Perencanaan dan Permintaan Obat di Puskesmas ...10
D. Permintaan Obat di Puskesmas ...11
E. Manajemen Persediaan...12
F. Pareto ABC ...13
G. Moving Average Total ...14
H. Landasan Teori...15
I. Hipotesis...16
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...17
B. Variabel dan Definisi Operasional ...17
1. Variabel ...17
2. Definisi Operasional...18
C. Subjek Penelitian...20
xii
E. Lokasi Penelitian...20
F. Jalannya Penelitian ...21
G. Analisis Data ...22
1. Analisis Pareto ABC ...22
a.Analisis ABC nilai pakai...22
b.Analisis ABC nilai investasi ...22
2. Analisis ABC nilai indeks kritis...23
3. MetodeMoving Average Total...24
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pareto ABC ...27
1. Analisis ABC Nilai Pakai ...27
2. Analisis ABC Nilai Investasi ...44
B. Analisis ABC Indeks Kritis...59
C. Moving Average Total...74
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...86
B. Saran...87
DAFTAR PUSTAKA ...88
LAMPIRAN ...90
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Batang Item Psikotropika Gabungan Puskesmas Kota Yogyakarta Berdasarkan Analisis ABC Nilai Pakai ...28 Gambar 2. Diagram Batang Item Psikotropika di Puskesmas Rawat Inap Kota
Yogyakarta Berdasarkan Analisis ABC Nilai Pakai ...29 Gambar 3. Diagram Batang Item Psikotropika di Puskesmas Rawat Jalan Kota
Yogyakarta Berdasarkan Analisis ABC Nilai Pakai ...30 Gambar 4. Diagram Batang Item Psikotropika Gabungan Puskesmas Kota
Yogyakarta Berdasarkan Analisis ABC Nilai Investasi ...46 Gambar 5 Grafik Distribusi Psikotropika Berdasarkan Analisis Nilai Investasi
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Hasil Analisis ABC Nilai Pakai Psikotropika di Puskesmas Kota Yogyakarta Tahun 2010 ...27 Tabel II. Psikotropika Kelompok ANPdi Puskesmas Kota Yogyakarta Tahun
2010 ...30 Tabel III. Psikotropika Kelompok ANPdi Puskesmas Rawat Inap Kota
Yogyakarta Tahun 2010 ...31 Tabel IV. Psikotropika Kelompok ANPdi Puskesmas Rawat Jalan Kota
Yogyakarta Tahun 2010 ...31 Tabel V. Daftar Psikotropika Kelompok ANPdi Masing-Masing Puskesmas
Kota Yogyakarta Tahun 2010 ...33 Tabel VI. Psikotropika Kelompok BNPdi Puskesmas Kota Yogyakarta Tahun
2010 ...35 Tabel VII. Psikotropika Kelompok BNPdi Puskesmas Rawat Inap Kota
Yogyakarta Tahun 2010 ...35 Tablel VIII. Psikotropika Kelompok ANPdi Puskesmas Rawat Jalan Kota
Yogyakarta Tahun 2010 ...36 Tabel IX. Daftar Psikotropika Kelompok BNPdi Masing-Masing Puskesmas
Kota Yogyakarta Tahun 2010 ...36 Tabel X. Daftar Psikotropika Kelompok CNP di Puskesmas Kota Yogyakarta
Tahun 2010...39 Tabel XI. Psikotropika Kelompok CNP di Puskesmas Rawat Inap Kota
Yogyakarta Tahun 2010 ...39 Tabel XII. Psikotropika Kelompok CNPdi Puskesmas Rawat Jalan Kota
Yogyakarta Tahun 2010 ...40 Tabel XIII. Psikotropika Kelompok CNPdi Masing-Masing Puskesmas Rawat
Inap Kota Yogyakarta Tahun 2010 ...41 Tabel XIV. Psikotropika Kelompok CNPdi Masing-Masing Puskesmas Rawat
Jalan Kota Yogyakarta Tahun 2010 ...42 Tabel XV. Hasil Analisis ABC Nilai Investasi Psikotropika di Puskesmas Kota Yogyakarta Tahun 2010 ...45 Tabel XVI. Daftar Psikotropika Kelompok ANIdi Gabungan Puskesmas Kota
Yogyakarta Tahun 2010 ...48 Tabel XVII. Daftar Psikotropika Kelompok ANIdi Puskesmas Rawat Inap Kota
Yogyakarta Tahun 2010 ...48 Tabel XVIII. Daftar Psikotropika Kelompok ANIdi Puskesmas Rawat Jalan
Tabel XIX. Daftar Psikotropika Kelompok ANIdi Masing-Masing Puskesmas
Rawat Jalan Kota Yogyakarta Tahun 2010 ...49 Tabel XX Daftar Psikotropika Kelompok ANIdi Masing-Masing Puskesmas
Rawat Inap Kota Yogyakarta Tahun 2010 ...51 Tabel XXI Daftar Psikotropika Kelompok BNIdi Puskesmas Kota Yogyakarta
Tahun 2010...52 Tabel XXII Daftar Psikotropika Kelompok BNIdi Puskesmas Rawat Jalan Kota
Yogyakarta Tahun 2010 ...52 Tabel XXIII Daftar Psikotropika Kelompok BNI di Puskesmas Rawat Inap Kota
Yogyakarta Tahun 2010 ...52 Tabel XXIV Daftar Psikotropika Kelompok BNI di Masing-Masing Puskesmas
Rawat Jalan Kota Yogyakarta Tahun 2010 ...53 Tabel XXV Daftar Psikotropika Kelompok BNI di Masing-Masing Puskesmas
Rawat Inap Kota Yogyakarta Tahun 2010 ...54 Tabel XXVI Daftar Psikotropika Kelompok CNI di Puskesmas Kota Yogyakarta
Tahun 2010...55 Tabel XXVII Daftar Psikotropika Kelompok CNI di Puskesmas Rawat Inap Kota
Yogyakarta Tahun 2010 ...55 Tabel XXVIII Daftar Psikotropika Kelompok CNIdi Puskesmas Rawat Jalan Kota
Yogyakarta Tahun 2010 ...55 Tabel XXIX Daftar Psikotropika Kelompok CNI di Masing-Masing Puskesmas
Rawat Inap Kota Yogyakarta Tahun 2010 ...56 Tabel XXX Daftar Psikotropika Kelompok BNI di Masing-Masing Puskesmas
Rawat Jalan Kota Yogyakarta Tahun 2010 ...57 Tabel XXXI Daftar Psikotropika berdasar NIK di Puskesmas Kota Yogyakarta
Tahun 2010...59 Tabel XXXII Daftar Psikotropika berdasar NIK di Puskesmas Rawat Inap Kota
Yogyakarta Tahun 2010 ...61 Tabel XXXIII Daftar Psikotropika berdasarNIKdi Puskesmas JetisTahun 2010...61
Tabel XXXIV Daftar Psikotropika berdasar NIK di Puskesmas Tegal Rejo Tahun
2010 ...62 Tabel XXXV Daftar Psikotropika berdasar NIK di Puskesmas Mergangsan Tahun
2010 ...62 Tabel XXXVI Daftar Psikotropika berdasar NIK di Puskesmas Rawat Jalan Kota
Yogyakarta Tahun 2010 ...63 Tabel XXXVII Daftar Psikotropika berdasar NIKdi Puskesmas Danurejan I Tahun
2010 ...63 Tabel XXXVIII Daftar Psikotropika berdasar NIK di Puskesmas Danurejan II
xvi
Tabel XXXIX Daftar Psikotropika berdasar NIK di Puskesmas Gedong Tengen
Tahun 2010 ...65 Tabel XL Daftar Psikotropika berdasar NIK di Puskesmas Gondo Kusuman I
Tahun 2010 ...65 Tabel XLI Daftar Psikotropika berdasar NIK di Puskesmas Gondo Kusuman II
Tahun 2010 ...66 Tabel XLII Daftar Psikotropika berdasar NIK di Puskesmas Gondomana Tahun
2010 ...67 Tabel XLIII Daftar Psikotropika berdasar NIK di Puskesmas Kota Gede I Tahun
2010 ...67 Tabel XLIV Daftar Psikotropika berdasar NIKdi Puskesmas Kota Gede II Tahun
2010 ...68 Tabel XLV Daftar Psikotropika berdasar NIK di Puskesmas Kraton Tahun 2010
...69 Tabel XLVI Daftar Psikotropika berdasar NIK di Puskesmas Mantrijeron Tahun
2010 ...69 Tabel XLVII Daftar Psikotropika berdasar NIK di Puskesmas Ngampilan Tahun
2010 ...70 Tabel XLVIII Daftar Psikotropika berdasar NIK di Puskesmas Pakualaman Tahun
2010 ...71 Tabel XLIX Daftar Psikotropika berdasar NIK di Puskesmas Umbul Harjo I
Tahun 2010 ...71 Tabel L Daftar Psikotropika berdasar NIK di Puskesmas Umbul Harjo II
Tahun 2010 ...72 Tabel LI Daftar Psikotropika berdasar NIK di Puskesmas Wirobrajan Tahun
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Pareto ABC danMoving Average TotalGabungan
Puskesmas Kota Yogyakarta Tahun 2010 ...91 Lampiran 2. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas Rawat
Inap Kota Yogyakarta Tahun 2010 ...97 Lampiran 3. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas Rawat
Jalan Kota Yogyakarta Tahun 2010 ...100 Lmapiran 4. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas
Danurejan ITahun 2010 ...103 Lampiran 5. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas
Danurejan II Tahun 2010...108 Lampiran 6. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total
PuskesmasGedong Tengen Tahun 2010...113 Lampiran 7. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas
Gondo Kusuman I Tahun 2010 ...120 Lampiran 8. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas
Gondomanan Tahun 2010 ...125 Lampiran 9. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas
Gondo Kusuman I Tahun 2010 ...131 Lampiran 10. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas Jetis
Tahun 2010...136 Lampiran 11. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas Kota
Gede I Tahun 2010 ...142 Lampiran 12. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas Kota
Gede II Tahun 2010...148 Lampiran 13. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas
KratonTahun 2010...155 Lampiran 14. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas
Mantrijeron Tahun 2010...161 Lampiran 15. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas
Mergangsang Tahun 2010 ...168 Lampiran 16. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas
NgampilanTahun 2010 ...174 Lampiran 17. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas
Pakualaman Tahun 2010 ...179 Lampiran 18. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas
Wirobrajan Tahun 2010...184 Lampiran 19. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas
Lampiran 20. Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas
Umbul Harjo II Tahun 2010 ...195 Lampiran 21 Analisis Pareto ABC danMoving Average Total Puskesmas Tegal
1 BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Berdasarkan data yang tercatat dalam Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukan bahwa jumlah pemakaian psikotropika dan narkotika di Kota Yogyakarta menempati salah satu urutan teratas. Dilihat dari data tersebut maka perlu dilakukan evaluasi pengadaan dan pengendalian psikotropika. Pengendalian dapat dilakukan di Rumah Sakit, Apotek, dan Puskesmas. Namun pada penelitian kali ini akan lebih difokuskan di Puskesmas Kota Yogyakarta (BNN,2010).
Menurut Kepmenkes RI No.128/ Menkes/ SK/ II/ 2004, Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Tehnis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah Kecamatan. Berdasarkan definisi tersebut, Puskesmas merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran,kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas tersebut (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Puskesmas (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian, 2007).
Pelayanan kefarmasian dalam Puskesmas bisa diterapkan dalam pengendalian sediaan farmasi. Dalam pengendalian persediaan sediaan farmasi, Puskesmas tidak diperkenankan melakukannya sendiri, namun yang bertugas melakukan pengadaan dan peninjauan sediaan farmasi tersebut adalah Apoteker. Pengendalian sediaan farmasi oleh Apoteker ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian pada pasal 6, dimana pengadaan sediaan farmasi harus dilakukan oleh tenaga kefarmasian, dan UU 36 tahun 2009 tentang kesehatan dan PP Nomor 72 tahun 1999 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, yang diperkenankan untuk melakukan penyediaan obat adalah tenaga Apoteker (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian, 2007).
Pengendalian persediaan sediaan farmasi sangat penting, karena dari situ dapat dilihat mutu pelayanan kefarmasiannya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian persediaan sehingga efektif dan efisien. Pengendalian persediaan termasuk pada sediaan psikotropika di Puskesmas. (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian, 2007).
seharusnya tersedia di Puskesmas menurut Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) antara lain diazepam, fenobarbital, trihexyphenidil, haloperidol, dan klorpromazin HCl. Lima item tersebut dimiliki oleh Puskesmas Kota Yogyakarta (DOEN,2008).
Di suatu sisi psikotropika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di suatu bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan, termasuk di Puskesmas namun, dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama, maka perlu dilakukan pengawasan dan pengelolaan psikotropika yang optimal (Mulyani,2007).
Pengendalian dan evaluasi pemakaian psikotropika dapat dilakukan dengan prinsip manajemen persediaan dengan analisis Pareto ABC. Prinsip Pareto yaitu klasifikasi suatu barang berdasarkan nilai pemakaian, dan nilai investasi, menjadi tiga kelompok , yaitu kelompok A, B, dan C , serta penentuan nilai indeks kritisnya untuk mengetahui sediaan yang menjadi prioritas dalam pengadaan sediaan (Zulfikarijah, 2008).
Selain itu dapat juga dilakukan analisis atau perkiraan pemakaian untuk beberapa bulan kedepannya dengan menggunakan metodeMoving Average Total untuk membantu dalam proses pemesanan dan pengadaan. Analisis ini cocok digunakan untuk pemakaian yang memiliki sifat siklis yang tidak berkaitan dengan pola penyakit musiman (Perdhaki,1997).
menengah ke bawah supaya bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Pemaksimalan pelayanan di Puskesmas dapat dibantu dengan menerapkan manajemen Puskesmas. Manajemen Puskesmas didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan Puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajemen. Ada 3 (tiga) fungsi manajemen Puskesmas yang dikenal yakni perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan pertangungjawaban. Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan (Sulaiman, 2009).
terealisasi berbeda tidak bermakna maka analisis menggunakan metode Moving Average Total dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah pemesanan di bulan-bulan mendatang.
1. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Berapa nilai Pareto ABC psikotropika dilihat dari nilai pakai dan nilai investasi di Puskesmas Kota Yogyakarta tahun 2010?
b. Berapa Nilai Indeks Kritis psikotropika di Puskesmas Kota Yogyakarta tahun 2010?
c. Jenis psikotropika apa saja yang menjadi prioritas dalam pengadaan sediaan psikotropika di Puskesmas Kota Yogyakarta tahun 2011?
d. Puskesmas mana saja yang dapat melakukan pengadaan sediaan psikotropika secara bersama-sama?
e. Sediaan psikotropika ANIK apa saja yang dapat menggunakan metode
Moving Average Totaldalam pengadaannya? 2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran penulis, penelitian mengenai analisis pengelolaan sediaan psikotropika di Kota Yogyakarta tahun 2010 belum pernah dilakukan. Namun penelitian yang relevan dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh
b. Permatasari (2010) yang berjudul Analisis Pareto ABC Sediaan Farmasi Puskesmas di Kabupaten Bantul dengan Pola Penyakit Utama Nasofaringitis Akut dan Hipertensi Primer Tahun 2009.
c. Puspaawati (2010) yang berjudul Analisis pareto ABC Sediaan Farmasi puskesmas Kabupaten Bantul dengan Penyakit Utama Nasofaringitis Akut dan Myalgia Tahun 2009.
Persamaannya ialah pada metode yang digunakan, yaitu Pareto ABC, sedangkan perbedaannya terletak pada sediaan farmasi yang diteliti, lokasi dan tahun penelitian. Lokasi yang diteliti oleh peneliti terdahulu adalah beberapa Puskesmas di Kabupaten Bantul pada tahun 2009. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan lokasinya di seluruh Puskesmas di Kota Yogyakarta tahun 2010, dan yang dianalisis pada penelitian sebelumnya mencakup sediaan farmasi untuk penyakit utama nasofaringitis akut dan influenza, hipertensi primer dan myalgia, sedangkan data yang peneliti analisis difokuskan pada sediaan psikotropikanya saja. Selain itu pada penelitian kali ini digunakan metode tambahan yaitu dengan menggunakan metodeMoving Average Total.
3. Manfaat penelitian
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui pengadaan dan pengelolaan sediaan psikotropika tahun 2010 dan membandingkan hasil perkiraan pemakaian hasil analisisMoving Average Totaldengan hasil terealisasi .
2. Tujuan khusus
a. Menghitung nilai Pareto ABC psikotropika dilihat dari nilai pakai dan nilai investasi di Puskesmas Kota Yogyakarta tahun 2010.
b. Menghitung nilai indeks kritis psikotropika di Puskesmas Kota Yogyakarta tahun 2010 yang menjadi prioritas dalam pengadaan sediaan psikotropika di Puskesmas Kota Yogyakarta tahun 2011.
c. Mengidentifikasi jenis psikotropika apa saja yang menjadi prioritas dalam pengadaan sediaan psikotropika di Puskesmas Kota Yogyakarta tahun 2011.
d. Mengidentifikasi Puskesmas mana saja yang bisa melakukan pengadaan bersama-sama.
e. Mengidentifikasi item psikotropika ANIK apa saja yang dapat
8 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Puskesmas
Puskesmas merupakan suatu unit pelakasana teknis Dinas Kesehatan Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Hal ini sesuai dengan UU No.36 tahun 2009 pasal 19 yang menyatakan bahwa “ Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu,aman,efisien dan terjangkau” (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36, 2009 ).
Tujuan dari didirikannya Puskesmas adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajad kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Adapun fungsi dari Puskesmas adalah:
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. b. Pusat pemberdayaan masyarakat.
B. Psikotropika
Definisi psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 adalah adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susnan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan digolongkan menjadi : Psikotropika golongan I, golongan II golongan III, dan golongan IV (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5, 1997).
Penyerahan psikotropika dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter. Penyerahan psikotropika oleh Apotek hanya dapat dilakukan kepada Apotek lainnya, Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan, dokter, dan kepada pengguna/pasien. Penyerahan psikotropika oleh Rumah Sakit, Balai Pengobatan, Puskesmas hanya dapat dilakukan kepada pengguna/pasien. Penyerahan psikotropika oleh Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas, dan Balai Pengobatan dilaksanakan berdasarkan resep dokter (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5, 1997).
Pabrik Obat, Pedagang Besar Farmasi, Sarana Penyimpanan Sediaan Pemerintah, Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan, dokter, Lembaga Penelitian, dan Lembaga Pendidikan, wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan masing-masing yang berhubungan dengan psikotropika (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5, 1997).
2mg, diazepam 5mg, diazepam injeksi 5mg/mL, diazepam rektal tube 2,5mL, fenobarbital 30mg, fenobarbital 50mg, fenobarbital 100mg, fenobarbital injeksi 50mg/mL, trihexyphenidil 2mg, haloperidol 0,5mg, haloperidol 1,5mg, haloperidol 2mg, haloperidol 5mg, haloperidol injeksi 2mg/mL, haloperidol injeksi 5mg/mL, haloperidol injeksi 50mg/mL, klorpromazin HCl 25mg, klorpromazin HCl 100mg, dan klorpromazin HCl injeksi 25mg/mL (DOEN,2008).
C. Perencanaan Obat di Puskesmas
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati kebutuhan, meningkatkan penggunaan obat secara rasional, dan meningkatkan efisiensi penggunaan obat (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian,2008).
Dalam proses perencanaan kebutuhan obat pertahun, Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Selanjutnya Unit Pengelola Obat Publik dalam Perbekalan Kesehatan Kabupaten-Kota (UPOPPK) yang akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat di Puskesmas di wilayah kerjanya (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian,2008).
D. Permintaan Obat di Puskesmas
Puskesmas adalah berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas merujuk pada Daftar Obat Esensial Nasional. Maksud dan tujuan pengadaan obat yang dikelola secara baik adalah: 1). Memperoleh obat dengan jenis dan jumlah yang tepat (sesuai kebutuhan). 2). Mendapatkan obat dengan mutu yang tinggi.
3). Menjamin penyampaian yang cepat dan tepat waktu.
4). Optimasi pengolahan persediaan obat melalui prosedur pengadaan atau
permintaan yang baik (Winarn, Amalia, Ruhama, Widiharti, Putri, Sunarsih., 2010).
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing Puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke kepala puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO Sub unit. Berdasarkan pertimbangan efisiensi dan ketepatan waktu penyerahan obat kepada Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menyusun petunjuk lebih lanjut mengenai alur permintaan dan penyerahan obat secara langsung dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota ke Puskesmas (Winarno, dkk., 2010).
E. Manajemen Persediaan
Manajemen persediaan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penentuan kebutuhan material sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan operasional dengan menekan investasi persediaan seoptimal mungkin agar ketersediaan kebutuhan operasional menjadi efektif dan efisisien (Indrajit dan Djokopranoto, 2003).
Prinsip manajemen persediaan adalah adanya penentuan jumlah dan jenis barang yang disimpan sehingga dapat selalu memenuhi kebutuhan, tetapi di lain pihak harus dijaga agar biaya investasi yang timbul dari penyediaan barang tersebut seminimal mungkin. Prinsip tersebut menandakan bahwa pengelolaan sediaan harus berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) (Indrajit dan Djokopranoto, 2003).
F. Pareto ABC
Konsep Pareto ditemukan oleh Vilfredo Pareto yang menemukan bahwa pada perusahaan dimana hanya sedikit sekali barang yang laku dijual. Penemuannya ini diaplikasikan dalam manajemen persediaan yang disebut dengan ABC analisis atau yang disebut dengan prinsip Pareto (Zulfikarijah, 2008).
berisi 50% dari total item dengan biaya total persediaan 5%. Tingkat kesalahan yang dapat diterima menurut rekomendasi APICS (The American Production and Inventory Control) adalah ± 0,2% untuk item A, ±1% untuk item B, dan ± 5%
untuk item C (Zulfikarijah, 2008).
Nilai Pakai merupakan nilai yang diberikan pada suatu sediaan berdasarkan volume pemakaiannya. Nilai Investasi merupakan nilai yang diberikan pada suatu sediaan berdasarkan volume pemakaian dan anggaran yang dikeluarkan. Indeks kritis ABC dirumuskan berdasarkan beberapa nilai, yaitu nilai pakai dan nilai investasi. Angka indeks kritis berguna untuk menetapkan persediaan berdasarkan kategori ABC, sehingga proses monitoring dan controllinglebih terjamin (Pawitan, Paramasatya,2008).
Terkait dengan pendapatan dari penyediaan obat, analisis ABC dapat digunakan untuk:
1. Menentukan frekuensi permintaan item obat.
2. Mencari sumber item kelompok A dengan harga yang lebih murah. 3. Memonitor status permintaan item.
4. Memonitor prioritas penyediaan agar sesuai dengan prioritas sistem kesehatan yang menunjukkan jenis obat yang sering digunakan.
5. Membandingkan biaya aktual dan terencana (Quick, Hume, Rankin, O’Connor, O’Connor, 1997).
Terkait dengan distribusi dan manajemen inventori sediaan farmasi, analisis ABC dapat digunakan untuk:
2. Menentukan jadwal pengiriman sediaan.
3. Menentukan jumlah stok dengan melakukan pemesanan yang lebih sering dalam jumlah yang lebih sedikit untuk sediaan yang masuk dalam kelompok A. 4. Mengontrol terhadap pemasukan dan pengeluaran sediaan yang masuk dalam kelompok A dapat meminimalkan terbuangnya sediaan dan sediaan yang hilang akibat pencurian (Quick, dkk., 1997).
Analisis ABC dapat diterapkan pada tahun tahunan, tahun yang lebih singkat, atau dalam jangka waktu dilakukannya tender. Langkah-langkah dalam analisis ABC yaitu:
1. Mendata semua item yang dibeli atau dikonsumsi dan memasukkannya ke dalam unit biaya.
2. Memasukkan kuantitas konsumsi selama satu tahun. 3. Menghitung nilai konsumsi.
4. Menghitung persentase nilai total setiap item.
5. Menyusun kembali daftar berurutan dari total nilai yang paling tinggi. 6. Menghitung persentase kumulatif nilai total untuk setiap item.
7. Memilih batasan (range persentase) untuk obat kelompok A, B, dan C. 6. Menyajikan data dalam bentuk grafik (Quick, dkk., 1997).
G. Moving Average Total
perhitungan dilakukan dengan menambah bulan ke 4, akan tetapi dikurangi dengan penjualan bulan 1 agar dengan demikian selalu ada 3 bulan yang dijumlahkkan. Untuk seterusnya ditambah 2 bulan berikutnya dan kemudian dikurangi dengan bulan yang paling awal dalam triwulan yang bergerak tersebut. Dengan demikian kita memperoleh angka 3 bulan bergerak (Perdhaki,1997).
Setelah itu dilakukan perhitungan pertumbuhan rata-rata (average growth). Ini adalah angka 3 bulan bergerak yang diperoleh dari perhitungan di
atas. Dibawah angka-angka penjualan terdapat perhitungan kenaikan atau penurunan pemakaian dibandingkan dengan jumlah pemakaian triwulan sebelumnya. Perhitungan forecast atau perkiraan pemakaian bulan yang akan datang diihitung dari angka rata-rata triwulan bergerak hasil proyeksi pertumbuhan (Perdhaki,1997).
H. Landasan Teori
Puskesmas merupakan suatu sarana kesehatan masyarakat yang berada di suatu wilayah kecamatan yang mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. Puskesmas perlu memberikan pelayanan yang optimal terhadap masyarakat, salah satunya ialah pelayanan kefarmasian.
Evaluasi pengadaan dilakukan dengan mengumpulkan data pemakaian obat psikotropika di Puskesmas Kota Yogyakarta tahun 2010 dari LPLPO. Data tersebut lalu di proses atau diolah menggunakan analisis Pareto ABC dan Moving Average Total sehingga didapatkan hasil berupa nilai pakai, nilai investasi, nilai indeks kritis sehingga bisa menentukan sediaan apa saja yang menjadi prioritas dalam pengadaan. Dari hasil analisis nilai indeks kritis di masing-masing Puskesmas dapt digunakan untuk pemetaan atau untuk mengetahui mana saja Puskesmas yang dapat melakukan pengadaan secara bersama supaya dapat lebih menghemat biaya.
Hasil analisis Moving Average Total berupa data perkiraan pemakaian untuk bulan-bulan berikutnya dengan acuan data pemakaian bulan-bulan sebelumnya sehingga hasil dari analisis ini dapat membantu dalam proses perencanaan dan pengadaan.
I. Hipotesis
1. Item psikotropika kelompok ANIK Puskesmas di Yogyakarta dapat
menggunakanMoving Average totaluntuk proses pengadaan sediaan.
2. Ada beberapa Puskesmas yang memiliki kemiripan nilai ANIK sehingga dapat
17 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan studi kasus yang bersifat retrospektif. Disebut penelitian non eksperimental karena pada penelitian ini dilakukan observasi terhadap variabel subjek menurut keadaan apa adanya, tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti, dan disebut retrospektif karena penelitian sifatnya menggunakan data yang sudah ada di tahun sebelumnya (Pratiknya, 2001).
Berdasarkan bidang ilmu, penelitian ini merupakan penelitian klinis komunitas, mata kuliah yang terkait meliputi Manajemen Farmasi dan Manajemen Logistik Sediaan Farmasi.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel
2. Definisi operasional:
a. Puskesmas yang dianalisis dalam penelitian ini adalah seluruh Puskesmas di wilayah Kota Yogyakarta yang meliputi 3 Puskesmas Rawat Inap yaitu Jetis, Tegal Rejo, Mergangsang, serta 15 Puskesmas Rawat Jalan yaitu Danurejan I, Danurejan II, Kota Gede I, Kota Gede II, Umbul Harjo I, Umbul Harjo II, Pakualaman, Mantrijeron, Pakualaman, Kraton, Wirobrajan, Gondokusuman I, Gondo Kusuman II, Gedong Tengen. b. Nilai pakai (NP) adalah nilai yang diberikan kepada item psikotropika
berdasar jumlah pemakaiannya pada tahun 2010. Nilai A ialah psikotropika yang mendominasi 80% dari total pemakaian psikotropika. Nilai B diberikan ialah psikotropika dengan kekuatan gabungan 15% dari total seluruh pemakaian. Nilai C ialah psikotropika dengan kekuatan gabungan sebesar 5% dari total seluruh pemakaian. NP diperoleh dari data jumlah pemakaian psikotropika di Puskesmas yang tercantum dalam LPLPO tahun 2010.
yang hanya memiliki kekuatan gabungan sebesar 5% dari total nilai investasi.
d. Nilai investasi diperoleh dari Daftar Perincian Persediaan Obat Posisi Tanggal 31 Desember 2010 Gudang Farmasi Kota Yogyakarta.
e. Nilai indeks kritis (NIK) diperoleh dari penggabungan skor Pareto nilai pakai dan Pareto nilai investasi sediaan psikotropika di setiap Puskesmas 2010. Nilai A diberikan untuk sediaan yang memiliki nilai indeks kritis 5-6, nilai B diberikan untuk sediaan yang memiliki nilai indeks kritis 4 , dan nilai C diberikan untuk sediaan yang memiliki nilai indeks kritis 2 – 3. f. Forecast: perkiraan pemakaian sediaan di bulan-bulan mendatang dengan
acuan pemakaian dari bulan-bulan sebelumnya berdasarkan analisis Moving Average Total.
g. Moving Average Total dapat diterapkan pada item yang hasil uji statistik antara hasil terealisaasi dan forecast Moving Average Totalnya berbeda tidak bermakna.
h. Data pemakaian tahun 2010 yang terdistribusi normal diuji statistik menggunakan Independent Sample T-test. Hasil forecast berbeda tidak bermakna dengan hasil terealisasi jikap.value> 0,05
i. Data pemakaian tahun 2010 yang terdistribusi tidak normal diuji statistik menggunakan Mann Withney. Hasil forecast berbeda tidak bermakna dengan hasil terealisasi jikaAsymp Sig.>0,05.
k. Tahun 2010 dimulai pada tanggal 1 Januari 2010 dan berakhir pada tanggal 31 Desember 2010.
l. Laporan Pemakaian Lembar Permintaan Obat (LPLPO) adalah formulir yang lazim digunakan di unit pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah obat psikotropika di Puskesmas Kota Yogyakarta yang tercantum dalam Laporan Pemakaian Lembar Permintaan Obat (LPLPO) tahun 2010. Kriteria inklusi subjek adalah psikotropika yang termasuk dalam Undang-Undang psikotropika yang dipakai di Puskesmas tahun 2010. Terdapat 18 LPLPO Puskesmas yang diteliti. Kriteria eksklusi subjek adalah psikotropika yang tidak tercantum dalam Undang-Undang Psikotropika, serta prekursor psikotropika, yaitu karbamazepin.
D. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Laporan Pemakaian Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
2. Daftar Perincian Persediaan Obat Posisi Tanggal 31 Desember 2010 Gudang Farmasi Kota Yogyakarta.
3. Alat hitung dan program komputer.
E. Lokasi Penelitian
F. Jalannya Penelitian
Kota Yogyakarta memiliki 18 Puskesmas yang tersebar di seluruh wilayah Kota yang terdiri dari 15 Puskesmas rawat jalan dan 3 Puskesmas rawat inap. Masing-masing Puskesmas memberikan laporan pemakaian sediaan farmasi tiap bulannya kepada Gudang Farmasi. Data diperoleh dari data pemakaian obat Puskesmas di Kota Yogyakarta dengan prioritas sediaan psikotropika, yang tertera dalam format LPLPO tahun 2010, antara lain : alprazolam 0,5mg, diazepam 2mg, diazepam 5mg, diazepam injeksi 5mg/mL, fenobarbital 30mg, fenobarbital injeksi 50mg/mL 2mL, haloperidol 0,5mg, haloperidol 1,5mg, haloperidol 5mg, klorpromazin HCl 25mg, klorpromazin HCl 100mg, klorpromazin HCl injeksi 25mg/mL 1mL, trihexyphenidil 2mg, Stelazin 5mg®, dan Stesolid 5mg/mL® 2,5mL suppositoria. Daftar harga sediaan diperoleh dari Gudang Farmasi Kota Yogyakarta. Dari data pemakaian psikotropika tersebut kemudian dilakukan pengkategorian obat berdasar konsep Pareto. Setelah itu dilakukan analisis indeks kritis dengan menggabungkan pareto nilai pakai dan pareto nilai investasi. Berdasarkan analisis indeks kritis yang telah diperoleh, kemudian dilakukan analisis sediaan psikotropika yang menjadi prioritas di Puskesmas. Sediaan psikotropika yang menjadi prioritas adalah sediaan yang masuk dalam kelompok A nilai indeks kritis. Setelah didapat nilai ANIK, lalu data tersebut dianalisis
G. Analisis Data
1. Analisis Pareto ABC
a. Analisis ABC nilai pakai. Seluruh psikotropika dihitung jumlah pemakaiannya dalam satu tahun. Kemudian diurutkan dari jumlah pemakaian paling banyak hingga jumlah pemakaian paling sedikit. Dari urutan data tersebut kemudian dibuat klasifikasi sediaan sesuai jumlah pemakaiannya menjadi kelompok ANP, BNP, dan CNP berdasarkan persentase kumulatif 80%,
15%, dan 5%. Sediaan yang sudah diklasifikasikan kemudian diberi skor 3 untuk sediaan yang masuk dalam kelompok ANP, 2 untuk kelompok BNP, dan 1
untuk kelompok CNP. Berikut rumus perhitungannya:
Keterangan:
%NP : % pemakaian sediaan
p : jumlah pemakaian sediaan dalam 1 tahun ∑p : jumlah seluruh pemakaian sediaan
b.Analisis ABC nilai investasi. Seluruh psikotropika didata jumlah pemakaian dan harga satuannya. Kemudian dihitung nilai investasi dengan cara mengalikan jumlah pemakaian setiap sediaan dengan harga satuan masing-masing sediaan. Sediaan kemudian diurutkan dari yang nilai investasinya paling tinggi ke yang paling rendah dan diklasifikasikan menjadi kelompok ANI, BNI, dan CNI berdasarkan persentase kumulatif 80%, 15%, dan 5%.
Sediaan yang sudah diklasifikasikan kemudian diberi skor 3 untuk sediaan yang masuk dalam kelompok ANI, 2 untuk kelompok BNI, dan 1 untuk
Keterangan:
NI : nilai investasi p : jumlah pemakaian h : harga satuan
Keterangan:
%NI : persen nilai investasi
NI : nilai investasi masing-masing sediaan ∑NI : jumlah nilai investasi seluruh sediaan
2. Analisis ABC indeks kritis
Analisis ABC indeks kritis dilakukan dengan menjumlah skor nilai pakai dan nilai investasi masing-masing sediaan dengan rumus berikut:
Keterangan:
NIK : nilai indeks kritis Snp : skor nilai pakai Sni : skor nilai investasi
Dari hasil perhitungan tersebut kemudian sediaan diurutkan dari nilai indeks kritis paling besar ke yang paling kecil dan diklasifikasikan menjadi kelompok ANIK, BNIK, dan CNIK berdasarkan hasil penjumlahan antara skor nilai
Jadi range skor yang diperoleh adalah:
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka sediaan dengan skor 2 - 3,33 masuk dalam kelompok CNIK, sediaan dengan skor 3,34 – 4,66 masuk dalam
kelompok BNIK, dan sediaan dengan skor 4,67 – 6 masuk dalam kelompok ANIK.
3. MetodeMoving Average Total
Perhitungan dilakukan dengan melakukan penjumlahan kumulatif tiga bulan secara bergerak. Selanjutnya perhitungan dilakukan dengan menambah bulan ke 4, akan tetapi dikurangi dengan penjualan bulan 1 agar dengan demikian selalu ada 3 bulan yang dijumlahkkan. Untuk seterusnya ditambah 2 bulan berikutnya dan kemudian dikurangi dengan bulan yang paling awal dalam triwulan yang bergerak tersebut. Dengan demikian kita memperoleh angka 3 bulan bergerak (Perdhaki,1997). Setelah itu dilakukan perhitungan pertumbuhan rata-rata (average growth). Ini adalah angka 3 bulan bergerak yang diperoleh dari perhitungan di atas. Dibawah angka-angka penjualan terdapat perhitungan kenaikan atau penurunan pemakaian dibandingkan dengan jumlah pemakaian triwulan sebelumnya. Perhitungan forecast bulan yang akan datang diihitung dari angka rata-rata triwulan bergerak hasil proyeksi pertumbuhan (Perdhaki,1997).
Bulan 1 2 3 4 5 6 7-12
Perkiraan akumulasi 3 bulan (bulan ke 5,6,7) dihitung dengan cara:
xF
Perkiraan pemakaian bulan ke-7
) (e f G
g
Keterangan :
C : akumulasi pemakaian bulan ke 1-3 D : akumulasi pemakaian bulan ke 2-4 E : akumulasi pemakaian bulan ke 3-5 F : akumulasi pemakaian bulan ke 4-6 G : akumulasi pemakaian bulan ke 5-7 J : rata-rata petumbuhan bulan ke 3-4
K : purata pertumbuhan bulan ke 4-5 L : rata-rata pertumbuhan bulan ke 5-6 Z :rata-rata pertumbuhan selama 6 bulan e : pemakaian bulan ke 5
f : pemakaian bulan ke 6 g : pemakaian bulan ke7
b.T-Test Untuk Sampel Independen. T-Test dilakukan jika data antara variabel yang satu tidak saling berkaitan atau independen. T –Test dapat diterapkan pada data yang terdistribusi normal.
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Pareto ABC Psikotropika di Puskesmas Yogyakarta Tahun2010
1. Analisis ABC Nilai Pakai
Nilai pakai suatu sediaan dapat ditentukan dengan menjumlah pemakaian
tiap item dalam satu tahun, lalu dihitung persen pemakaian per itemnya, kemudian
diurutkan dari persen terbanyak hingga terkecil sehingga dapat dikelompokan
berdasar analisis ABC.
Kelompok A merupakan sediaan dengan pemakaian terbanyak yang
mendominasi 80% dari total seluruh pemakaian dan diberi nilai 3. Kelompok B
adalah sediaan dengan pemakaian sedang yang memiliki kekuatan gabungan 15%
dari total seluruh pemakaian dan diberi nilai 2. Kelompok C adalah sediaan
dengan pemakaian rendah yang memiliki nilai kekuatan gabungan sebesar 5%
dari total seluruh pemakaian dan diberi nilai 1.
Tabel I. Hasil Analisis ABC Nilai Pakai Psikotropika di Puskesmas Yogyakarta Tahun 2010
GABUNGAN PUSKESMAS DI YOGYAKARTA
Kelompok Jumlah item Jumlah
Total dari keseluruhan Puskesmas di Yogyakarta ada 15 item
psikotropika dengan total pemakaian sebanyak 500242. Dari 15 item tersebut
yang termasuk dalam kelompok ANP ada 3 item (20%) dengan persentase
pemakaian 68.005%. Sediaan yang masuk dalam kelompok BNPada 3 item (20%)
dengan persentase pemakaian 26.203%. Sedangkan yang termasuk dalam
kelompok CNP ada 9 item (60%) dengan persentase pemakaian 5.792%. Dilihat
dari persentase pemakaian item psikotropika di gabungan Puskesmas Kota
Yogyakarta, kelompok ANP lebih kecil dari 80%, dan kelompok BNP lebih besar
dari 15%, ini menandakan bahwa persentase pemakaian pada kelompok ANP dan
BNPtidak sesuai teori. Untuk itu perlu dilakukan pengontrolan lagi pada item yang
termasuk dalam kelompok A dan B. Dalam pengontrolan bisa dilakukan dengan
memperbanyak item kelompok A.
Dari gambar 1 diketahui bahwa di gabungan Puskesmas Kota
Yogyakarta, item psikotropika yang pemakaiannya paling banyak ialah
trihexyphenidil 2mg dengan persentase nilai pakai sebesar 26.767%. Tingginya
pemakaian trihexyphenidil 2mg menunjukkan bahwa item tersebut banyak
digunakan oleh pasien dalam pengobatan sehingga persediaannya perlu
pemantauan serta peninjauan secara tetap supaya tidak terjadi kekosongan
sediaan. Sedangkan Stezolid® 5mg/mL 2.5 mL suppositoria merupakan item
psikotropika yang pemakaiannya paling sedikit yaitu dengan persentase nilai
pakai sebesar 0.08%, ini menunjukan bahwa perlu dilakukan pengendalian
sediaan Stezolid® 5mg/mL 2.5 mL suppositoria sehingga jumlah sediaan tidak
terlalu berlebih untuk menghindari kerugian akibat sediaan yang kadaluwarsa dan
tingginya biaya penyimpanan.
Gambar.3 Diagram Batang Nilai Pakai Puskesmas Rawat Jalan
Dari gambar 2 dan 3 diketahui bahwa tiap-tiap Puskesmas, baik rawat inap
maupun rawat jalan memiliki persentase nilai pakai yang berbeda-beda, tergantung dari
pola konsumsinya yang bisa dipengaruhi oleh adanya wabah penyakit yang terjadi di
sekitar masyarakat. Dari gambar dapat dilihat Puskesms yang memiliki nilai ANP paling
besar ialah Gondomanan pada Puskesmas Rawat Jalan dan Mantrijeron pada Puskesms
Rawat Inap.
Tabel II. Psikotropika kelompok ANPdi Puskesmas Kota Yogyakarta Tahun 2010
no Nama Jumlah pemakaian NP (%)
1 trihexyphenidil 2mg 133902 26.767
2 diazepam 2mg 112546 22.498
3 haloperidol 1.5mg 93744 18.740
Total 340192 68.005
Dari Tabel II dapat dilihat bahwa dari 15 item psikotropika di Puskesmas
Yogyakarta (18 Puskesmas) , yang paling banyak pemakaiannya pada tahun 2010
Pakai juga dianalisis ke kelompok yang lebih sempit, yaitu dibagi ke dalam
Puskesmas Rawat Inap (3 Puskesmas) dan Puskesmas Rawat Jalan (15
Puskesmas), dan didapatkan hasil seperti tercantum dalam tabel III dan IV.
Tabel III. Psikotropika Kelompok ANPdi Puskesmas Rawat Inap Yogyakarta Tahun
2010
No Nama item Pemakaian Persentase nilai pakai (%)
1 trihexyphenidil 2mg 30643 25.520
2 diazepam 2mg 29659 24.701
3 haloperidol 1.5mg 23066 19.209
Total 83368 69.430
Tabel IV. Psikotropika Kelompok ANPdi Puskesmas Rawat Jalan Yogyakarta
Tahun 2010
no nama Pemakaian Persentase nilai pakai
(%)
1 trihexyphenidil 2mg 103259 27.161
2 diazepam 2mg 82887 21.803
3 haloperidol 1.5mg 70678 18.591
Total 256824 67.555
Dari Tabel III dan IV didapat hasil bahwa baik dari Puskesmas Rawat
Inap maupun Puskesmas Rawat Jalan memiliki jenis psikotropika yang termasuk
ANP sama dengan rata-rata keseluruhan Puskesmas di Yogyakarata, yaitu
trihexyphenidil 2mg, diazepam 2mg dan haloperidol 1,5mg. Namun jika lebih
diperinci lagi menjadi per Puskesmas, didapat hasil bahwa tidak semua
psikotropika yang termasuk ANP di gabungan Puskesmas Yogyakarta. Dari 18
Puskesmas ada 9 Puskesmas yang memiliki jenis Psikotropika kelompok ANP
yang sama persis (3jenis) dengan kelompok ANPgabungan, antara lain Puskesmas
: Danurejan II, Gedong Tengen, Gondo Kusuman II, Gondomanan, Kraton,
Mantrijeron, Mergangsan, Pakualaman, dan Umbul Harjo. Sembilan Puskesmas
ini dapat disatukan dalam menyusun pengadaan sediaan karena memiliki profil
distribusi sediaan yang mirip. Sedangkan 9 Puskesmas lainnya yang termasuk
dalam kelompok ANP nya hanya ada 2 jenis psikotropika yang sama dengan
kelompok ANPgabungan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel V.
Setiap Puskesmas memiliki jenis item sediaan yang berbeda-beda, hal ini
dikarenakan item yang diadakan di setiap Puskesmas bergantung dari pola
konsumsi sediaan di Puskesmas tersebut. Adanya variasi jenis obat obat yang
diresepkan oleh dokter juga dapat mempengaruhi jenis item di tiap Puskesmas.
Sediaan yang masuk dalam kelompok ANP merupakan sediaan yang
sering digunakan.Oleh sebab itu, sediaan yang masuk dalam kelompok ANP perlu
dilakukan pengawasan yang ketat agar jangan sampai terjadi kekosongan sediaan.
Dari tabel V dapat dilihat macam-macam psikotropika yang termasuk dalam
kelompok ANP di masing-masing Puskesmas,sehingga beberepa psikotropika
tersebut yang perlu diawasi ketat, untuk lebih jelasnya macam sediaan yang perlu
Tabel V. Daftar Psikotropika Kelompok ANPdi Masing-masing Puskesmas KotaYogyakarta Tahun 2010
Keterangan:
Kata yang dicetak tebal merupakan item yang termasuk dalam kelompok ANPPuskesmas Yogyakarta
no Nama puskesmas Jenis pskotropika Jumlah
pemakaian
NP (%)
1 Jetis
3 dari 13 item ( 23.077%)
trihexyphenidil 2mg 9538 35.641
haloperidol 1,5mg 4857 18.150
Klorpromazin HCl 100mg 4468 16.696
70.487
2 Tegal Rejo
3 dari 8 item (37.500%)
diazepam 2mg 9822 34.376
trihexyphenidil 2mg 7594 26.578
fenobarbital 30mg 4276 14.966
75.92
3 Mergangsan
3 dari 11 item (27.273%)
diazepam 2mg 18178 28.078
trihexyphenidil 2mg 16829 25.994
haloperidol 1,5mg
diazepam 2mg 7156 30.898
trihexyphenidil 2mg 5052 21.813
haloperidol 1.5mg 3830 16.537
fenobarbital 30mg 2499 10.790
69.248 5 Gondo Kusuman
II 4 dari 8 item
( 50%)
trihexyphenidil 2mg 3494 28.455
diazepam 2mg 2520 20.523
haloperidol 5.0mg 1775 14.456
haloperidol 1.5mg 1502 12.232
75.666 6 Kota Gede I
2 dari 13 item
(15.385%) trihexyphenidil 2mg 26726 38.691
haloperidol 1.5mg 16444 23.806
62.497
7 Kraton
3 dari11 item
(27.273%) trihexyphenidil 2mg 17117 35.186
haloperidol 1.5mg 10633 21.857
diazepam 2mg 9411 19.345
76.388
8 Ngampilan
3 dari11 item
(27.273%) trihexyphenidil 2mg 11200 27.378
haloperidol 1.5mg 9310 22.758
klorpromazin HCl 100mg 8610 21.047
71.183 9 Danurejan II
3 dari 9 item
(33.333%) haloperidol 1.5mg 2165 30.331
diazepam 2mg 1742 24.405
trihexyphenidil 2mg 1640 22.976
77.712 10 Umbul Harjo II
3 dari 10 item
(30%) trihexyphenidil 2mg 7239 28.242
haloperidol 1.5mg 6233 24.317
Tabel V. Lanjutan
Keterangan:
Kata yang dicetak tebal merupakan item yang termasuk dalam kelompok ANPPuskesmas Yogyakarta
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Puskesmas Gondomanan
merupakan Puskesmas yang memiliki persentase Nilai Pakai yang paling
mendekati dengan teori 80%, yaitu sebesar 78.921, kemudian diikuti Mantrijeron
no Nama
diazepam 2mg 8509 50.361
trihexyphenidil 2mg 2660 15.743
66.104 12 Gondo Kusuman I
2 dari 8 item (25.000 %)
diazepam 2mg
10103
37.784
haloperidol 1.5mg 6404 23.950
61.734 13 Gondomanan
3 dari11 item (27.272%)
trihexyphenidil 2mg 3952 33.850
diazepam 2mg 3179 27.229
haloperidol 1.5mg 2083 17.842
78.921 14 Kota Gede II
3dari 12 item (25.000%)
diazepam 2mg 3977 32.114
trihexyphenidil 2mg 3409 27.527
haloperidol 0.5mg 1918 15.488
75.129 15 Mantrijeron
3 dari 10 item (30%)
diazepam 2mg 30565 49.219
trihexyphenidil 2mg 11147 17.950
haloperidol 1.5mg 7071 11.386
78.555 16 Pakualaman
3 dari 9 item (33.333%)
diazepam 2mg 2496 31.487
trihexyphenidil 2mg 2216 27.955
haloperidol 1.5mg 1424 17.964
77406 17 Umbul Harjo I
4 dari 9 item
(44.444%) diazepam 2mg 5289 28.793
trihexyphenidil 2mg 4061 22.108
klorpromazin HCl 100mg 2709 14.748
haloperidol 1.5mg 1860 10.126
75.775
18 Wirobrajan 3 dari 11 item
(27.272%) trihexyphenidil 2mg 4896 32.806
haloperidol 1.5mg 3495 23.419
klorpromazin HCl 100mg 2984 19.995
(78.555%), Danurejan II (77.712%), Mergangsan (77.55%), Pakualaman
(77.406%), Kraton (76.358%), Wirobrajan (76.22%). Sedangkan Puskesmas
Tegal Rejo, Umbul Harjo I, Gondo Kusuman II, Kota Gede II, Umbul Harjo II,
Ngampilan, Jetis, gedong Tengen, Danurejan I, Kota Gede I, dan Gondo Kusuman
I persentase Nilai Pakainya menyimpang jauh dari teori, terutama ialah pada
Puskesmas Gondo Kusuman I, yaitu sebesar 61.734%, sehingga untuk beberapa
Puskesmas ini perlu pengontrolan item kelompok ANPnya.
Sediaan yang masuk dalam kelompok BNP merupakan sediaan dengan
pemakaian sedang. Berdasarkan Analisis Nilai Pakai, item yang termasuk dalam
kelompok BNP tertera pada tabel VI, dimana 3 item tersebut memiliki kontribusi
sebesar 20% dengan total pemakaian sebesar 131076 atau sekitar 26.203%. Ini
menunjukkan bahwa persentase BNP nya lebih besar dari teori, sehingga perlu
pengendalian pada item kelompok BNP.
Tabel VI. Psikotropika Kelompok BNPdi Puskesmas Kota Yogyakarta Tahun 2010
no Nama item pemakaian NP (%)
1 klorpromazin HCl 100mg 76397 15.272
2 fenobarbital 30mg 32851 6.567
3 haloperidol 5.0mg 21828 4.363
Total 26.203%
Tabel VII. Psikotropika Kelompok BNPdi Puskesmas Rawat Inap Yogyakarta
Tahun 2010
no Nama item pemakaian NP (%)
1 klorpromazin HCl 100mg 17051 14.200
2 fenobarbital 30mg 11117 9.258
23.458%
Keterangan:
Tabel VIII. Psikotropika Kelompok BNPdi Puskesmas Rawat Jalan Yogyakarta
Tahun 2010
no Nama item pemakaian NP (%)
1 klorpromazin HCl 100mg 59346 15.610
2 fenobarbital 30mg 21734 5.717
3 haloperidol 5.0mg 16044 4.220
4 Alprazolam 0.5mg 7123 1.874
26.667%
Keterangan:
Kata yang dicetak tebal merupakan item yang termasuk dalam kelompok BNP Puskesmas Yogyakarta
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa item BNP di Puskesmas Rawat Inap
dan Rawat Jalan sama dengan item BNP Puskesmas gabungan Kota Yogyakarta.
Hal ini menandakan bahwa ada kemiripan nilai pakai, khususnya item BNPantara
Puskesmas Rawat Inap, Puskesmas Rawat Jalan dengan gabungan Puskesmas
Kota Yogyakarta tahun 2010.
Tabel IX. Psikotropika Kelompok BNPdi Masing-Masing Puskesmas Kota
Yogyakarta Tahun 2010
Keterangan:
Kata yang dicetak tebal merupakan item yang termasuk dalam kelompok BNP Puskesmas Yogyakarta
haloperidol 5.0mg 4022 15.029
diazepam 2mg 1659 6.199
21.228
2 Tegal Rejo 2 dari 8 item
(25%)
haloperidol 1.5mg 3009 10.531
klorpromazin HCl 100mg 2997 10.489
21.02
3 Mergangsan 1 dari 11 item
(9.091%
klorpromazin HCl 100mg 9586 14.807
14.807
4 Danurejan I 2 dari 7 item
(28.571%)
haloperidol 1.5mg 2386 14.122
klorpromazin HCl 100mg 2095 12.399
26.521
5 Danurejan II 1 dari 9 item
(11.111%) klorpromazin HCl 100mg 1062 14.878
Tabel IX. Lanjutan
Keterangan:
Kata yang dicetak tebal merupakan item yang termasuk dalam kelompok BNP Puskesmas Yogyakarta
fenobarbital 30mg 2499 10.790
klorpromazin HCl 100mg 1700 7.340
alprazolam 0.5mg 1519 6.559
24.689
7 Gondo
Kusuman I 1 dari 8 item
(12.500%)
trihexyphenidil 2mg 6311 23.602
23.602
8 Gondo
Kusuman II 2 dari 8 item
( 25%)
klorpromazin HCl 100mg 1279 10.416
fenobarbital 30mg 758 6.173
16.589
9 Gondomanan
3 dari11 item (27.272%)
klorpromazin HCl 100mg 548 4.694
haloperidol 5.0mg 498 4.266
Alprazolam 0.5mg 490 4.197
13.157 10 Kota Gede I
4 dari 13 item (30.769%)
klorpromazin HCl 100mg 12655 18.320
haloperidol 5.0mg 4872 7.053
diazepam 2mg 3013 4.362
Stelazin 5mg 1140 1.650
31.385 11 Kota Gede II
2dari 12 item (16.667%)
klorpromazin HCl 100mg 1222 9.868
haloperidol 1.5mg 1060 8.559
18.427
12 Kraton
2 dari11 item
(18.182%) klorpromazin HCl 100mg 6615 13.598
haloperidol 5.0mg 2206 4.535
18.133 13 Mantrijeron
1 dari 10 item (10%)
klorpromazin HCl 100mg 6796 10.944
10.944 14 Ngampilan
1 dari11 item (9.091%)
diazepam 2mg 8102 19.805
19.805 15 Pakualaman
1 dari 9 item (11.111%)
klorpromazin HCl 100mg 857 10.811
Tabel IX. Psikotropika Kelompok BNPdi Masing-Masing Puskesmas Kota
Yogyakarta Tahun 2010 (Lanjutan)
Keterangan:
Kata yang dicetak tebal merupakan item yang termasuk dalam kelompok BNP Puskesmas Yogyakarta
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Puskesmas Umbul Harjo I
merupakan Puskesmas yang memiliki persentase BNP yang paling mendekati
dengan teori 15%, yaitu sebesar 14.889%, kemudian Danurejan II (14.878%), dan
Mergangsan (14.807%).Sedangkan pada Puskesmas lainnya memiliki nilai BNP
yang tidak sesuai dengan teori (15%) sehingga perlu dikontrol lagi. Pada
Puskesmas Kota Gede I merupakan Puskesmas yang memiliki BNP menyimpang
jauh diatas teori, yaitu sebesar 31.385%, sehingga perlu dilakukan pengendalian
sediaan. hal ini juga perlu dilakukan pada Puskesmas Danurejan I, Gedong
Tengen, Gondo Kusuman I, Jetis, Umbul Harjo II, Tegal Rejo, Ngampilan,
Wirobrajan, Kota Gede II, , Kraton, dan Gondo Kusuman II. Sedangkan pada
Puskesmas Pakualaman, Ngampilan dan Gondomanan memiliki BNP dibawah
teori, sehingga perlu ditinjau lagi pemakaiannya.
No Nama 16 Umbul Harjo I
2 dari 9 item (22.223%)
haloperidol 5.0mg 1682 9.157
Alprazolam 0.5mg 1053 5.732
14.889 17 Umbul Harjo II
3 dari 10 item (30.00%)
diazepam 2mg 3663 14.291
Alprazolam 0.5mg 936 3.652
haloperidol 5.0mg 810 3.160
21.103 18 Wirobrajan
4 dari 11 item (36.364 %)
diazepam 2mg 834 5.588
fenobarbital 30mg 723 4.845
haloperidol 0.5mg 627 4.201
haloperidol 5.0mg 558 3.739
Dari hasil analisis nilai pakai gabungan Puskesmas di Yogyakarta , item
yang termasuk dalam kelompok C ada 9 item (20%) dengan nilai pakai 28974
(5.792%). Item yang termasuk dalam kelompok CNPdicantumkan pada tabel X.
Tabel X. Daftar Psikotropika Kelompok CNPdi Puskesmas KotaYogyakarta Tahun
2010
No. Nama item Pemakaian NP (%)
1 Alprazolam 0.5mg 9325 1.864
2 stelazin® 5mg 6443 1.288
3 haloperidol 0.5mg 4544 0.908
4 klorpromazin HCl 25mg 3443 0.688
5 clobazam 10mg 1872 0.374
6 diazepam 5mg 1801 0.360
7 klorpromazin HCl 2mg/mL 1mL 1411 0.282
8 diazepam inj 5mg/mL 2mL 93 0.019
9 Stesolid® 5mg/mL 2.5mL suppo 42 0.008
Stezolid® 5mg merupakan item yang paling kecil pemakaiannya, dan
merupakan item dengan nilai pakai terendah di Puskesmas Yogyakarta tahun
2010. Apabila analisis nilai pakai dipersempit menjadi dua kelompok, yaitu
Puskesmas Rawat Inap dan Puskesmas Rawat Jalan, maka didapatkan hasil CNP
yang tertera seperti pada Tabel XI dan XII.
Tabel XI Daftar Psikotropika Kelompok CNPdi Puskesmas Rawat Inap Yogyakarta
Tahun 2010
no Nama item pemakaian NP (%)
1 haloperidol 5.0mg 5784 4.817
2 Alprazolam 0.5mg 2202 1.834
3 Stelazin 5mg 270 0.225
4 diazepam 5mg 178 0.148
5 haloperidol 0.5mg 55 0.046
6 clobazam 10mg 24 0.020
7 Stesolid 5mg/mL 2.5mL suppo 15 0.012
8 diazepam inj 5mg/mL 2mL 10 0.008
Keterangan:
Tabel XII. Daftar Psikotropika Kelompok CNPdi Puskesmas Rawat Jalan
Yogyakarta Tahun 2010
no Nama item Pemakaian NP (%)
1 Stelazin 5mg 6173 1.624
2 haloperidol 0.5mg 4489 1.181
3 klorpromazin HCl 25mg 3443 0.906
4 clobazam 10mg 1848 0.486
5 diazepam 5mg 1623 0.427
6 klorpromazin HCl 2mg/mL 1mL 1411 0.371
7 diazepam inj 5mg/mL 2mL 83 0.022
8 Stesolid 5mg/mL 2.5mL suppo 27 0.007
Keterangan:
Kata yang dicetak tebal merupakan item yang termasuk dalam kelompok BNP Puskesmas Yogyakarta
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa itemCNPpada Puskesmas Rawat Inap
memiliki macam yang sama dengan item CNP gabungan Puskesmas, kecuali
klorpromazin HCl 25mg (termasuk kelompok BNP), dan juga ada tambahan
haloperidol 5mg. Sedangkan pada Puskesmas Rawat Jalan juga sebagian besar
memiliki macam item yang sama dengan item CNPgabungan, kecuali alprazolam.
Ini menunjukkan bahwa ada kemiripan item yang termasuk kelompok CNP di
Puskesmas Rawat Inap dan Rawat Jalan dengan item kelompok CNP di gabungan
Puskesmas di Kota Yogyakarta tahun 2010. Dari masing-masing Puskesmas jika
dianalisis nilai pakai maka didapat kelompok CNP seperti yang tercantum pada
Tabel XIII. Daftar Psikotropika Kelompok CNPdi Masing-masing
Puskesmas Rawat Inap Yogyakarta Tahun 2010
no Nama Puskesmas Nama item pemakaian NP (%)
1 Jetis fenobarbital 30mg 1207 4.510
8 dari 13 item
61.538% alprazolam 0.5mg 644 2.406
Stelazin 5mg 270 1.009
haloperidol 0.5mg 55 0.206
diazepam 5mg 15 0.056
clobazam 10mg 10 0.037
Stesolid 5mg/mL 2.5mL
suppo 9 0.034
diazepam inj 5mg/mL
2mL 7 0.026
8.284
2 Mergangsang fenobarbital 30mg 2316 3.577
7 dari 11 item
63.636% alprazolam 0.5mg 1558 2.407
haloperidol 5.0mg 895 1.382
diazepam 5mg 160 0.247
clobazam 10mg 14 0.022
diazepam inj 5mg/mL
2mL 3 0.022
Stesolid 5mg/mL 2.5mL
suppo 2 0.003
7.66
3 Tegal Rejo haloperidol 5.0mg 867 3.034
3 dari 8 item 37.500%
Stesolid 5mg/mL 2.5mL
suppo 4 0.014
diazepam 5mg 3 0.010
3.058
Keterangan: