• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KESERAGAMAN KANDUNGAN SEDIAAN RACIKAN KAPSUL KOMBINASI TEOFILIN, AMBROXOL DAN SALBUTAMOL DI RUMAH

SAKIT X DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KEMOMETRIKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Sindy Oktaviana Putri NIM : 188114016

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2022

(2)

ii

UJI KESERAGAMAN KANDUNGAN SEDIAAN RACIKAN KAPSUL KOMBINASI TEOFILIN, AMBROXOL DAN SALBUTAMOL DI RUMAH

SAKIT X DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KEMOMETRIKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Sindy Oktaviana Putri NIM : 188114016

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2022

(3)

iii

Persetujuan Pembimbing

UJI KESERAGAMAN KANDUNGAN SEDIAAN RACIKAN KAPSUL KOMBINASI TEOFILIN, AMBROXOL DAN SALBUTAMOL DI RUMAH

SAKIT X DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KEMOMETRIKA

Skripsi yang diajukan oleh:

Sindy Oktaviana Putri NIM : 188114016

Telah disetujui oleh

Pembimbing Utama

(apt. Dina Christin Ayuning Putri, M.Sc.) Tanggal 24 Januari 2022

(4)

UJI KESERAGAMAN KANDUNGAN SEDIAAN RACIKAN KAPSUL SAKIT X DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV DAN

KEMOMETRI

KOMBINASI TEOFILIN, AMBROXOL, DAN SALBUTAMOL DI RUMAH

Oleh:

Sindy Oktaviana Putri NIM : 188114016

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal : 18 Januari 2022

Fakultas Farmasi

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

(Dr. apt. Yustina Sri Hartini)

Panitia Penguji : Tanda tangan 1. Dr. apt. Sri Hartati Yuliani ...

2. Dr. apt. Christine Patramurti ...

3. apt. Dina Christin Ayuning Putri M.Sc. ...

iv

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan bahwa proposal skripsi yang saya susun orisinil, kecuali beberapa penelitian yang saya jadikan sebagai landasan acuan seperti yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka. Apabila ditemukan adanya bukti tindakan plagiarisme dalam naskah skripsi ini, maka saya akan menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yaogyakarta, 21 Januari 2022 Penulis,

Sindy Oktaviana Putri

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Sindy Oktaviana Putri

Nomor Mahasiswa : 188114016

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

UJI KESERAGAMAN KANDUNGAN SEDIAAN RACIKAN KAPSUL KOMBINASI TEOFILIN, AMBROXOL, DAN SALBUTAMOL DI RUMAH SAKIT X DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV DAN

KEMOMETRIKA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Atas kemajuan teknologi informasi, saya tidak berkeberatan jika nama, tanda tangan, gambar atau image yang ada di dalam karya ilmiah saya terindeks oleh mesin pencari (search engine), misalnya google.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 25 Januari 2022 Yang menyatakan

(Sindy Oktaviana Putri)

(7)

vii ABSTRAK

Sediaan racikan kapsul kombinasi teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat diindikasikan untuk pasien penderita rhinitis alergi. Uji keseragaman kandungan sediaan racikan kapsul penting dilakukan untuk memastikan keamanan dan mutu sediaan agar terapi yang diinginkan dapat tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas keseragaman kandungan sediaan racikan kapsul dengan zat aktif teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat yang diracik di Rumah Sakit X.

Penelitian ini bersifat non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif. Uji keseragaman kandungan dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan metode analisis kemometri. Analisis dilakukan menggunakan perangkat lunak Minitab versi 19 yang sudah dilengkapi pilihan regresi partial least square (PLS).

Hasil uji yang diperoleh pada validasi model kalibrasi multivariate PLS menunjukkan kemampuan model untuk memprediksi sudah baik, yang ditunjukkan dari nilai R2 dari ketiga senyawa sudah diatas 0,91 yaitu 0,9901 untuk teofilin, 0,9784 untuk ambroxol HCl, 0,9573 untuk salbutamol sulfat, dan memiliki nilai RMSECV yang cukup rendah. Selain itu validasi metode analisis dilakukan dengan mengukur parameter LOD dan LOQ. Sediaan racikan kapsul kombinasi teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat tidak memenuhi syarat kualitas sediaan yang baik. Sediaan racikan kapsul tersebut tidak memenuhi syarat keseragaman kandungan yang baik karena hasil pengujian terhadap 30 kapsul berdasarkan nilai L1% dan L2% tidak memenuhi nilai keberterimaan menurut Farmakope edisi VI, yaitu 259,3674 untuk teofilin, 243,1853 untuk ambroxol HCl dan 497,4244 untuk salbutamol sulfat.

Kata Kunci: Kapsul, teofilin, ambroxol HCl, salbutamol sulfat, keseragaman kandungan, spektrofotometri UV-Vis, dan kemometri.

(8)

viii ABSTRACT

Combination capsules of theophylline, ambroxol HCl, and salbutamol sulfate are indicated for patients with allergic rhinitis. It is important to test the uniformity of the contents of the capsule formulation to ensure the safety and quality of the preparation so that the desired therapy can be achieved. The aim of this study was to determine the uniformity of the content of the capsule formulation with the active substances theophylline, ambroxol HCl, and salbutamol sulfate which were formulated at Hospital X.

This research is non-experimental with a descriptive research design. The content uniformity test was carried out using UV-Vis spectrophotometry with chemometric analysis method. The analysis was carried out using the Minitab software version 19 which was equipped with partial least squares (PLS) regression options.

The test results obtained in the validation of the PLS multivariate calibration model showed that the model's ability to predict was good, as indicated by the R2 value of the three compounds already above 0.91, namely 0.9901 for theophylline, 0.9784 for ambroxol HCl, 0.9573 for salbutamol. sulfate, and has a fairly low RMSECV value. In addition, validation of the analytical method was carried out by measuring the LOD and LOQ parameters. The preparation of the theophylline, ambroxol HCl, and salbutamol sulfate combination capsules did not meet the requirements for good dosage quality. The capsule formulation did not meet the requirements for good content uniformity because the test results on 30 capsules based on the L1% and L2% values did not meet the acceptability values according to the Pharmacopoeia edition VI, namely 259,3674 for theophylline, 243,1853 for ambroxol HCl and 497,4244 for salbutamol sulfate.

Keywords: Capsules, theophylline, ambroxol HCl, salbutamol sulfate, content uniformity, UV-Vis spectrophotometry, and chemometry.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PRAKATA ...viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ...xvi

PENDAHULUAN... 1

METODE ...3

HASIL DAN PEMBAHASAN ...12

KESIMPULAN ...24

SARAN ...24

DAFTAR PUSTAKA ...25

LAMPIRAN ...28

BIOGRAFI PENULIS ...39

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Foto organoleptis sampel (a) Foto sampel racikan kapsul Rumah

Sakit X Yogyakarta (b) ... 13

Gambar 2. Spektra serapan teofilin pada konsentrasi 30 𝜇g/mL ... 13

Gambar 3. Spektra serapan ambroxol HCl pada konsentrasi 15 𝜇g/mL ... 14

Gambar 4. Spektra serapan salbutamol sulfat pada konsentrasi 2 𝜇g/mL... 14

Gambar 5. Spektra serapan teofilin 30 𝜇g/mL, ambroxol HCl 15 𝜇g/mL, dan salbutamol sulfat 2 𝜇g/mL ... 15

Gambar 6. Overlay 22 spektra UV campuran baku senyawa teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat seri kalibrasi yang diukur pada panjang gelombang 200-400 nm ... 16

Gambar 7. Kurva hubungan antara kadar sebenarnya dengan kadar terhitung teofilin pada panjang gelombang 200-400 nm ... 17

Gambar 8. Kurva hubungan antara kadar sebenarnya dengan kadar terhitung ambroxol HCl pada panjang gelombang 200-400 nm . 17 Gambar 9. Kurva hubungan antara kadar sebenarnya dengan kadar terhitung salbutamol sulfat pada panjang gelombang 200-400 nm ... 18

Gambar 10. Kurva hubungan antara kadar sebenarnya dengan kadar terhitung teofilin hasil validasi silang leave one out pada panjang gelombang 200-400 nm ... 20

Gambar 11. Kurva hubungan antara kadar sebenarnya dengan kadar terhitung ambroxol HCl hasil validasi silang leave one out pada panjang gelombang 200-400 nm ... 20

Gambar 12. Kurva hubungan antara kadar sebenarnya dengan kadar terhitung salbutamol sulfat hasil validasi silang leave one out pada panjang gelombang 200-400 nm ... 21

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Konsentrasi larutan seri kalibrasi ... 5

Tabel II. Konsentrasi larutan seri validasi ... 6

Tabel III. Hasil persamaan kalibrasi R2, RMSEC, LOD dan LOQ yang didapat dari hubungan antara nilai kadar sebenarnya dengan nilai terhitung hasil kalibrasi ... 18

Tabel IV. Hasil persamaan kalibrasi R2, RMSEC, PRESS dan RMSEP yang didapat dari hubungan antara nilai kadar sebenarnya dengan nilai terhitung hasil validasi ... 19

Tabel V. Hasil uji keseragaman kandungan 30 kapsul ... 22

Tabel VI. Data penimbangan baku teofilin ... 31

Tabel VII. Data Penimbangan baku ambroxol HCl ... 31

Tabel VIII. Data penimbangan baku salbutamol sulfat ... 31

Tabel IX. Konsentrasi larutan kalibrasi teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat ... 31

Tabel X. Konsentrasi larutan validasi teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat ... 32

Tabel XI. Nilai konsentrasi sebenarnya dibandingkan konsentrasi terhitung seri kalibrasi pada panjang gelombang 200-400 nm ... 32

Tabel XII. Nilai konsentrasi sebenarnya dibandingkan konsentrasi terhitung seri validasi pada panjang gelombang 200-400 nm .... 33

Tabel XIII. Data hasil validasi silang leave one out model kalibrasi multivariate teofilin pada panjang gelombang 200-400 nm ... 33

Tabel XIV. Data hasil validasi silang leave one out model kalibrasi multivariate ambroxol HCl pada panjang gelombang 200-400 nm ... 33

Tabel XV. Data hasil validasi silang leave one out model kalibrasi multivariate salbutamol sulfat pada panjang gelombang 200- 400 nm ... 34

Tabel XVI. Perhitungan kadar dan keseragaman kandungan teofilin pada 10 kapsul ... 34

Tabel XVII. Perhitungan kadar dan keseragaman kandungan ambroxol HCl pada 10 kapsul ... 35

Tabel XVIII.Perhitungan kadar dan keseragaman kandungan salbutamol sulfat pada 10 kapsul ... 35

Tabel XIX. Perhitungan kadar dan keseragaman kandungan teofilin pada 30 kapsul ... 36

Tabel XX. Perhitungan kadar dan keseragaman kandungan ambroxol HCl pada 30 kapsul ... 37

Tabel XXI. Perhitungan kadar dan keseragaman kandungan salbutamol sulfat pada 30 kapsul ... 38

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Certificate of Analysis baku teofilin ...28

Lampiran 2. Certificate of Analysis baku ambroxol HCl ...29

Lampiran 3. Certificate of Analysis baku salbutamol sulfat ...30

Lampiran 4. Data penimbangan baku ...31

Lampiran 5. Volume pemipetan seri kalibrasi ...31

Lampiran 6. Volume pemipetan seri validasi ...32

Lampiran 7. Nilai konsentrasi sebenarnya dibandingkan konsentrasi terhitung seri kalibrasi ... Lampiran 8. Nilai konsentrasi sebenarnya dibandingkan konsentrasi terhitung seri validasi ... Lampiran 9. Data hasil validasi silang leave one out model kalibrasi multivariate ... Lampiran 10.Hasil uji keseragaman kandungan ...34

(13)

1 PENDAHULUAN

Peracikan obat merupakan salah satu dari bentuk pelayanan kefarmasian yang menjadi tanggung jawab seorang apoteker di apotek atau sarana pelayanan kefarmasian lainnya. Proses peracikan yang baik akan menghasilkan sediaan yang bermutu, aman dan efektif (Betha et al., 2019). Peracikan menjadi hal yang penting seiring banyak munculnya kejadian yang tidak dikehendaki meliputi kesalahan pengobatan, kualitas racikan, serta masalah kontaminasi bakteri (Widyaswari et al., 2012). Peracikan obat umumnya menjadi solusi karena beberapa obat dengan kekuatan utuh untuk dosis dewasa dengan komposisi dan dosis tertentu tidak tersedia dalam bentuk sediaan jadi. Obat ini dapat dipersiapkan dalam bentuk kapsul racikan untuk mempermudah penggunaan obat pada pasien (Andriani et al., 2014).

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Kemenkes RI, 2020). Sediaan kapsul memiliki kelebihan dapat menutupi rasa dan bau obat yang kurang enak. Sediaan kapsul juga dapat memudahkan dalam penggunaannya karena dapat diberikan campuran kombinasi bahan obat dan dosis yang lebih tepat sesuai dengan kebutuhan individu (Andriani et al., 2014). Namun dalam peracikan sediaan kapsul juga memiliki kelemahan yaitu kapsul mungkin sulit ditelan, tidak bisa digunakan untuk pasien anak, dan kemungkinan dosis yang tidak seragam (Yuliani et al., 2020).

Peresepan obat dalam bentuk racikan (serbuk, serbuk terbagi, kapsul racikan) cukup banyak diterima di rumah sakit. Terutama sediaan puyer dan kapsul racikan.

Dalam proses peracikan sediaan kapsul racikan, pembagian serbuk masih dilakukan dengan cara visual. Cara visual merupakan metode pembagian yang paling banyak dilakukan di apotek karena cepat dan praktis. Namun cara ini memiliki banyak kelemahan, antara lain kurang dapat menjamin keseragaman dalam tiap kapsul (Andriani et al., 2014). Sehingga penting untuk mengetahui keseragaman kandungan sediaan racikan kapsul dengan zat aktif teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat yang diracik di Rumah Sakit X agar dapat memastikan bahwa

(14)

2

sediaan yang diberikan untuk pasien memenuhi syarat keseragaman kandungan sediaan kapsul. Sediaan racikan kapsul dengan zat aktif teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat yang diracik diindikasikan untuk penderita rhinitis alergi dengan gejala sesak nafas dan batuk berdahak. Untuk mengetahui kualitas sediaan racikan kapsul dengan zat aktif teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat dapat dilakukan uji keseragaman kandungan.

Uji keseragaman kandungan dalam penelitian ini dilakukan karena pada resep dalam penelitian ini memiliki perbandingan zat aktif kurang dari 25 % sehingga uji yang dilakukan adalah uji keseragaman kandungan, hal ini sesuai yang disebutkan dalam Farmakope Indonesia Edisi VI bahwa pengujian untuk sediaan kapsul keras dengan dosis dan perbandingan zat aktif kurang dari 25 mg atau kurang dari 25 % dilakukan uji keseragaman kandungan, sedangkan jika kapsul memiliki dosis dan perbandingan zat aktif lebih dari sama dengan 25 mg dan lebih dari sama dengan 25% maka dilakukan uji keseragaman bobot. Selain itu dalam penelitian salah satu zat aktif yang digunakan memiliki indeks terapi yang sempit yaitu teofilin. Hal ini semakin menguatkan bahwa sangat pentingnya pengawasan kualitas sediaan racikan yang merupakan tanggung jawab seorang apoteker (Betha et al., 2019).

Uji keseragaman kandungan sediaan dapat dilakukan dengan metode kemometri. International Chemometric Society (ICS) mendefinisikan kemometrik sebagai ilmu tentang pengukuran yang berkaitan dengan pengukuran yang dilakukan pada sistem kimia atau proses keadaan sistem melalui penerapan metode matematika atau statistika (Shafirany el al., 2018). Kemometrik dapat digunakan untuk mengoptimalkan prosedur eksperimental, mendapatkan informasi yang bermanfaat secara maksimal, dan menganalisis hasilnya. Spektrofotometri yang dikombinasikan dengan metode kemometrik adalah teknik baru yang valid dan cepat yang akan memberikan hasil yang akurat untuk melakukan penentuan kualitas sediaan (Shafirany el al., 2018). Studi yang melibatkan aplikasi kemometrik yang dikombinasikan dengan metode analisis spektrofotometri dapat digunakan untuk analisis kualitas sediaan. Penentuan spektrofotometri di daerah UV dimungkinkan untuk mendapatkan akurasi dan reproduktifitas yang tinggi dengan cepat dari

(15)

3

sejumlah kecil sampel, harganya murah dan mengikuti prosedur sederhana (Shafirany el al., 2018).

Besarnya pengaruh kualitas sediaan racikan kapsul terhadap keamanan pasien merupakan salah satu alasan pentingnya dilakukan kontrol kualitas sediaan yaitu uji keseragaman kandungan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kualitas sediaan meliputi keseragaman kandungan sediaan kapsul dengan zat aktif teofilin, ambroxol HCl dan salbutamol sulfat di Rumah Sakit X serta diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap meningkatnya kualitas peracikan di Rumah Sakit X.

METODE Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sediaan racikan kapsul di RS “X” Yogyakarta dengan zat aktif teofilin (PT. Brataco), ambroxol HCl (PT.

Yarindo) dan salbutamol sulfat (PT. Novell); baku teofilin kualitas working standard dengan kemurnian 100,0 % (PT. Dexa Medika); baku ambroxol HCl kualitas working standard dengan kemurnian 100,16% (PT. IFARS Pharmaceutical Department); baku salbutamol sulfat kualitas working standard dengan kemurnian 100,3% (PT. Dexa Medika); dan Metanol P dengan kemurnian 99,8% (PT. Smart Lab Indo).

Alat yang diguankan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer UV-Vis double beam (Shimadzu®) tipe UV 1800 dengan kuvet kwarsa 1 cm, seperangkat komputer (HP®), perangkat lunak Minitab versi 19 (lisensi atas nama apt. Michael Raharja Ghani, M.Farm.), neraca analitik gram balance dengan kepekaan 0,0001 (Ohaus®), kertas saring (Whatman®), mortir dan stamper, mikropipet 2-20 𝜇L, mikropipet 20-200 𝜇L, mikropipet 100-1000 𝜇L (Socorex®), yellow tip, white tip, blue tip, wadah tertutup rapat, silica gel, labu takar 5 mL dan 25 mL (Pyrex®), gelas beker 100 mL dan 50 mL (Pyrex®), corong 15 mL (Pyrex®), pipet tetes, dan tabung reaksi.

(16)

4

Tata Cara Penelitian

Pemilihan dan Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam uji keseragaman kandungan ini adalah sediaan racikan kapsul dengan zat aktif teofilin, ambroxol HCl dan salbutamol sulfat yang diracik di Rumah Sakit X dengan resep sebagai berikut:

R/ Teofilin pulvis 1,8 g

Ambroxol 30 mg tab 30 tab Salbutamol 4 mg 30 tab M f pulv caps no 60 S b d d 1 caps

Peracikan dilakukan oleh petugas instalasi farmasi Rumah Sakit X.

Pengambilan sampel dilakukan di Rumah Sakit X. Pengambilan sampel dilakukan pada hari yang sama dengan hari peracikan kapsul. Pengambilan sampel sebanyak 30 kapsul secara acak dari 60 kapsul yang diracik.

Proses peracikan di Rumah Sakit X dilakukan dengan menyiapkan bahan obat sesuai resep. Bahan obat yang sudah disiapkan dicampur dengan bantuan mesin blender. Proses pecampuran berlangsung selama kurang lebih 30 detik. Sebelum proses pembuatan kapsul, blender dibersihkan terlebih dahulu menggunakan alkohol 70%. Kemudian bahan yang sudah halus dikeluarkan dari mesin blender dan dibagi dengan cara visual pada perkamen, kemudian serbuk yang sudah terbagi dimasukkan kedalam cangkang kapsul yang sesuai. Dari 30 kapsul tersebut diambil 10 kapsul secara acak untuk dilakukan uji keseragaman kandungan. Jika hasil yang diperoleh tidak memenuhi nilai keberterimaan, maka dilakukan uji keseragaman kandungan pada 20 kapsul sisanya.

Kalibrasi dan validasi metode analisis

Preparasi larutan baku teofilin, ambroxol HCl dan salbutamol sulfat

Baku teofilin, ambroxol HCl dan salbutamol sulfat ditimbang lebih kurang dengan seksama sebanyak 25 mg, lalu dipindahkan ke dalam labu takar 25 mL, dilarutkan dengan sedikit metanol P dan diencerkan hingga tanda batas (larutan baku: 1000 𝜇g / mL teofilin, ambroxol HCl dan salbutamol sulfat).

(17)

5

Preparasi larutan baku untuk scanning panjang gelombang

Dipipet larutan baku teofilin, ambroxol HCl dan salbutamol sulfat secara berurutan 450; 225; dan 30 µL. Lalu dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL dan dilarutkan dengan metanol P sampai tanda batas, sehingga diperoleh campuran larutan baku dengan konsentrasi teofilin, ambroxol HCl dan salbutamol sulfat secara berurutan 90, 45, dan 6 𝜇g/mL. Larutan tersebut selanjutnya discan dengan spektrofotometer UV pada rentan panjang gelombang 200-400 nm dengan metanol P sebagai larutan blanko.

Pemilihan interval pengukuran dan panjang gelombang pengukuran untuk set kalibrasi

Dilakukan pengamatan spektra dari hasil pengukuran campuran senyawa baku teofilin, ambroxol HCl dan salbutamol sulfat. Dipilih rentang panjang gelombang saat campuran senyawa mulai memberikan serapan sampai campuran memberikan serapan mendekati nol. Setelah rentang panjang gelombang dipilih, dilakukan pemilihan interval pengukuran. Interval pengukuran yang dipilih adalah 2 nm agar diperoleh data pengamatan dalam jumlah yang cukup untuk dapat menggambarkan hubungan variabel.

Penyiapan larutan set kalibrasi dan larutan set validasi

Dibuat 22 larutan seri kalibrasi dan 10 larutan seri validasi. Set kalibrasi dibuat dengan rentang konsentrasi teofilin 30-150 𝜇g/mL, ambroxol HCl 15-75 𝜇g/mL, salbutamol sulfat 2-10 𝜇g/mL. Larutan set kalibrasi dibuat dengan memipet sejumlah larutan intermediet baku teofilin, ambroxol HCl dan salbutamol sulfat ke dalam labu takar 5 mL kemudian dilarutkan dengan metanol P sampai tanda batas sehingga diperoleh seri larutan kalibrasi dan validasi dengan konsentrasi sebagai berikut:

Tabel I. Konsentrasi Larutan Seri Kalibrasi No Konsentrasi Larutan Kalibrasi (𝜇g/mL)

Teofilin Ambroxol HCl Salbutamol Sulfat

1 69 70 7

2 72 75 7

3 107 25 5

4 131 42 6

5 145 62 7

6 92 51 6

(18)

6

7 124 61 7

8 125 69 8

9 123 15 5

10 47 20 4

11 81 36 6

12 86 22 5

13 65 40 6

14 32 68 6

15 115 74 8

16 82 70 7

17 95 75 8

18 58 35 5

19 114 37 6

20 132 51 6

21 131 73 8

22 70 25 5

Keterangan: teofilin (rentang konsentrasi: 30-150 𝜇g/mL), ambroxol HCl (rentang konsentrasi: 15-75 𝜇g/mL), salbutamol sulfat (rentang konsentrasi: 2-10 𝜇g/mL)

Tabel II. Konsentrasi Larutan Seri Validasi No Konsentrasi Larutan Validasi (𝜇g/mL)

Teofilin Ambroxol HCl Salbutamol Sulfat

1 137 52 6

2 121 49 6

3 83 34 5

4 130 56 7

5 128 41 6

6 112 51 8

7 106 55 7

8 65 44 5

9 56 42 4

10 131 56 8

Keterangan: teofilin (rentang konsentrasi: 30-150 𝜇g/mL), ambroxol HCl (rentang konsentrasi: 15-75 𝜇g/mL), salbutamol sulfat (rentang konsentrasi: 2-10 𝜇g/mL)

Analisis statistik dan pengolahan data

Analisis kalibrasi multivariat dilakukan menggunakan perangkat lunak Minitab versi 19 yang sudah dilengkapi pilihan regresi PLS. Akurasi dan presisi model kalibrasi multivariat teofilin, ambroxol HCl dan salbutamol sulfat dinyatakan secara statistik dengan nilai R2, RMSEC, RMSECV, RMSEP, dan PRESS. Validasi eksternal dilakukan dengan menghitung rata-rata dari % RSD dari hasil analisis dengan menggunakan set validasi. Kertas kerja software Excel 2019 digunakan untuk menentukan konsentrasi secara acak masing-masing zat aktif dan

(19)

7

untuk menghubungkan antara konsentrasi sebenarnya dan konsentrasi yang terprediksi.

Uji Keseragaman Kandungan Preparasi sampel

Sepuluh racikan kapsul ditimbang seksama satu per satu dan diberi identitas masing-masing kapsul. Isi setiap kapsul dikeluarkan dengan cara yang sesuai. Tiap cangkang kapsul kosong ditimbang seksama, dan hitung bobot serbuk. Selanjutnya masing-masing serbuk yang telah ditimbang dihaluskan dengan mortar dan stamper. Dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL, ditambahkan pelarut metanol sampai tanda batas. Menggunakan mikropipet, diambil sebanyak 125 𝜇L larutan dari labu takar 25 mL kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL ditambahkan pelarut metanol sampai tanda batas. Kemdian dilakukan pengukuran panjang gelombang dengan rentang 200-400 nm dengan interval pengukuran yang dipilih 2 nm.

Penetapan kadar

Konsentrasi sampel selanjutnya dihitung dengan koefisien masing-masing model untuk bahan aktif teofilin, ambroxol HCl dan salbutamol sulfat. Kadar teofilin, ambroxol HCl dan salbutamol sulfas salam sampel diperoleh dari memasukkan nilai kadar terprediksi (y) pada persamaan kurva kalibrasi yang dibuat untuk masing-masing bahan aktif, sehingga diperoleh nilai sebenarnya (x). Nilai x yang diperoleh kemudian dikonversi dalam bentuk persen kadar yang disesuaikan pada etiket. Kemudian dihitung nilai penerimaan keseragaman kandungan sampel dengan rumus nilai penerimaan (NP). Jika tidak memenuhi nilai yang disyaratkan maka prosedur sebelumnya diulangi untuk 20 kapsul sisanya.

Analisis Hasil

Perhitungan data baku multivariat

Akurasi dan presisi model kalibrasi multivariat teofilin, ambroxol HCl dan salbutamol sulfat dinyatakan secara statistik dengan parameter berikut.

Koefisien determinasi (R2)

Akurasi dinyatakan dalam koefisien determinasi (R2). Semakin dekat R2 dengan 1 menunjukkan hubungan antara nilai aktual dan nilai prediksi yang semakin baik

(20)

8

atau semakin baik presisinya. Koefisien determinasi (R2) didapat dari hubungan korelasi atau kedekatan nilai antara nilai sebenarnya (sumbu X yaitu konsentrasi yang dibuat berdasarkan bilangan acak pada tahap pembuatan set kalibrasi) dengan nilai terhitung (sumbu Y yaitu konsentrasi yang diprediksi oleh model kalibrasi PLS) (Danzer et al., 2004).

LOD dan LOQ

LOD (Limit of Detection) adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat terdeteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. LOQ (Limit of Quantitation) adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yangd apat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional model yang digunakan (Riyanto, 2019).

LOD = yB + 3SB (1) LOQ = yB + 10SB (2) RMSEC = √∑(𝑦𝑖 − 𝑦̃𝑖)2

𝑛−2 (3) Keterangan :

yB = intercept

SB = simpangan baku

𝑦̃𝑖 = konsentrasi seri sampel i terprediksi 𝑦𝑖 = konsentrasi terukur

n = banyak seri kalibrasi

(Miller dan MIiller, 2010) Root mean square error in calibration (RMSEC)

Root mean square error of calibration (RMSEC) digunakan untuk mengevaluasi adanya error dalam model kalibrasi. Nilai RMSEC dapat dihitung menggunakan rumus :

RMSEC = √∑(𝑥−𝑦)2

𝑛−1 (4) Keterangan :

x = nilai sebenarnya (actual) y = nilai terhitung (calculated)

(21)

9

n = banyaknya data konsentrasi yang dirandomisasi

(Gontijo et al., 2014).

Root mean square error in cross validation (RMSECV)

Nilai root mean square error of cross validation (RMSECV) diperoleh dari persamaan linier y = bx + a hubungan antara nilai sebenarnya (sumbu X yaitu konsentrasi yang dibuat berdasarkan bilangan acak pada tahap pembuatan set kalibrasi) dan nilai terhitung (sumbu Y yaitu konsentrasi yang diprediksi oleh model kalibrasi PLS) (Danzer et al., 2004).

RMSECV = √ 1

lc−1𝑙𝑝𝑖 = 1(𝑦𝑖 − 𝑦̃𝑖)2 (5) Keterangan :

𝑦̃𝑖 = konsentrasi seri sampel i terprediksi 𝑦𝑖 = konsentrasi terukur

Lc = jumlah total seri validasi lp = jumlah total seri terprediksi

(Gontijo et al., 2014).

Root mean square error of prediction (RMSEP)

RMSEP dapat memberikan ukuran yang baik tentang seberapa baik, rata-rata, dan kinerja model kalibrasi. Semakin kecil nilai RMSEP maka model tersebut semakin baik. Jika ingin membandingkan nilai PRESS dengan benar untuk kumpulan data yang berisi jumlah sampel yang berbeda, maka harus mengubahnya menjadi RMSEP melalui persamaan berikut.

RMSEP = √ (𝑦𝑖 − 𝑦̃𝑖)

𝑙𝑝 2 𝑖 = 1

𝑙𝑝 (6)

Keterangan :

i = konsentrasi seri sampel i terprediksi yi = konsentrasi sampel terukur

lp = jumlah total seri terprediksi

(Kulzumia et al., 2017).

(22)

10

Predictive residual error sum of square (PRESS)

Nilai predictive residual error sum of squares (PRESS) merupakan salah satu parameter untuk mengukur presisi kalibrasi multivariat. Nilai PRESS dapat dihitung menggunakan rumus :

PRESS = ∑(x-y)2 (7) Keterangan :

x = nilai sebenarnya (actual) y = nilai terhitung (calculated)

(Sinaga et al., 2019).

Setelah menghitung nilai RMSEC, RSMEP dan R2 selanjutnya model PLS diujisilangkan menggunakan teknik leave one out. Dalam teknik ini salah satu sampel kalibrasi dikeluarkan dari model PLS dan sisa sampel yang ada digunakan untuk pemodelan dengan PLS. Prosedur tersebut dilakukan berulang kali, menghasilkan satu demi satu sampel kalibrasi sehingga didapatkan nilai R2 mendekati 1.

Perhitungan konsentrasi sampel

Konsentrasi sampel dihitung dengan koefisien dari masing – masing model untuk senyawa teofilin, ambroxol HCl dan salbutamol sulfat sesuai dengan rumus :

X = t1p1 + t2p2 + … + tsps + ɛ (8) Keterangan :

X = Konsentrasi terhitung sampel (𝜇g/ml) ts = Koefisien dari model kalibrasi

ps = Absorbansi dari masing – masing pengukuran sampel

ɛ = Koreksi kesalahan yang mungkin terjadi pada model kalibrasi PLS

Hasil konsentrasi terhitung masing-masing zat aktif dikonversi menjadi %kadar yang sesuai dengan etiket melalui persamaan berikut :

(9) Keterangan :

Kadar terhitung = kadar zat aktif di setiap kapsulnya (mg/kapsul) X = konsentrasi terhitungsampel (𝜇g/mL)

(23)

11

Volume awal sampel = 25 mL fp (factor pengenceran) = 40 kali

1000 = konstanta untuk mengubah satuan menjadi mg

Kemudian, untuk mengetahui %kadar zat aktif pada setiap kapsulnya yang sesuai dengan etiket, maka dihitung dengan persamaan di bawah ini :

%kadar = 𝑋 × 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 𝑓𝑝

𝑘𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡 × 100% (10) Dimana %kadar = kadar zat aktif yang disesuaikan dengan etiket (%); X = konsentrasi terhitung sampel (mg/mL); volume akhir sampel = 25 mL; fp (faktor pengenceran) = 40 kali; serta kandungan zat aktif yang tertera pada etiket di setiap kapsul = untuk teofilin 30 mg, ambroxol HCl 15 mg, dan salbutamol sulfat 2 mg.

Penetapan nilai keberterimaan (NP)

Keseragaman kandungan memenuhi syarat jika nilai keberterimaan (NP) 10 unit sediaan ≤ L1%. Jika NP lebih besar dari L1% maka dilakukan 20 unit pengujian tambahan. Kemudian dihitung nilai penerimaan keseragaman kandungan sampel dengan rumus :

NP = |M - 𝑋̅| + k s (11)

Keterangan :

NP = Nilai penerimaan

M = Nilai rujukan (mengacu pada FI VI) 𝑋̅ = Rerata perkiraan kandungan sediaan (%) k = Konstanta penerimaan (mengacu pada FI VI) s = Simpangan baku sampel

(Kemenkes RI, 2020).

Sediaan memenuhi syarat jika NP 10 unit sediaan pertamanya ≤ L1%. Jika NP- nya > L1%, maka dilakukan pengujian pada 20 unit sediaan tambahan, dan dihitung NP-nya. Kemudian dianggap memenuhi syarat jika NP akhir dari 30 unit sediaan ≤ L1% dan tidak ada satu unitpun kurang dari [1 – (0,01)(L2)]M atau tidak satu unitpun lebih dari [1 + (0,01)(L2)]M. Kecuali dinyatakan lain, L1 adalah 15 dan L2 adalah 25 (Kemenkes RI, 2020).

(24)

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, dilakukan uji keseragaman kandungan terhadap sampel racikan kapsul kombinasi teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat yang diperoleh dari Rumah Sakit X di Yogyakarta. Pengujian yang

dilakukan bertujuan untuk mengetahui kualitas sediaan terutama keseragaman kandungan sediaan yang diracik memenuhi persyaratan keseragaman kandungan yang baik sesuai standar yang berlaku.

Pengambilan Sampel

Sampel yang diperoleh dari Rumah Sakit X adalah sebanyak 60 kapsul.

Sebanyak 10 kapsul diambil secara acak digunakan untuk uji keseragaman kandungan. Pengujian dilakukan terhadap 10 kapsul terlebih dahulu dan dihitung niali keberterimaan (NP), apabila syarat NP untuk 10 kapsul tidak terpenuhi maka dilakukan pengujian terhadap 20 kapsul sisanya. Cara pembuatan kapsul pada Rumah Sakit X yaitu pertama disiapkan teofilin pulvis, tablet ambroxol HCl, dan tablet salbutamol sulfat, dihitung kebutuhan bahan obat sesuai resep kemudian dicampur dengan bantuan mesin blender. Proses pecampuran berlangsung selama kurang lebih 30 detik hingga ketiga obat tercampur dengan homogen. Sebelum proses pembuatan kapsul, blender dibersihkan terlebih dahulu menggunakan alkohol 70%. Kemudian serbuk yang sudah halus setelah proses pecampuran, serbuk diletakkan di perkamen dan dibagi kedalam setiap cangkang kapsul sesuai jumlah yang diminta dalam resep. Pembagian dilakukan dengan membagi serbuk menjadi 6 bagian, kemudian setiap bagian dibagi menjadi 10 bagian sama banyak.

Kapsul kemudian dimasukkan kedalam plastik klip dan diberi silica gel. Setelah mendapatkan sampel, sampel disimpan pada suhu ruangan di Laboratorium Kimia Analisis Intrumen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Berikut merupakan foto dari sampel yang didapatkan dari Rumah Sakit X Yogyakarta.

(25)

13

(a) (b)

Gambar 1. Foto organoleptis sampel (a). Foto sampel racikan kapsul Rumah Sakit X Yogyakarta (b).

A. Penetapan Kadar

Pembacaan spektra baku teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis double beam.

Pembacaan spektra baku senyawa perlu dilakukan untuk melihat apakah spketra masing-masing senyawa baku sesuai dengan teori atau tidak. Berikut merupakan spektra serapan teofilin.

Gambar 2. Spektra serapan teofilin pada konsentrasi 30 𝜇g/mL

Berdasarkan spektra tersebut, terlihat puncak serapan maksimum teofilin adalah pada panjang gelombang 270. Menurut Moffat (2011), serapan maksimum

λ max

(26)

14

teofilin berada pada panjang gelombang 270 nm. Hal ini menunjukkan bahwa panjang gelombang yang diperoleh sudah sesuai dengan teori. Berikut merupakan spektra serapan ambroxol HCl.

Gambar 3. Spektra serapan ambroxol HCl pada konsentrasi 15 𝜇g/mL

Berdasarkan spektra tersebut, terlihat puncak serapan maksimum ambroxol HCl adalah pada panjang gelombang 242 nm. Menurut Prabu et al (2010), serapan maksimum ambroxol HCl berada pada panjang gelombang 242 nm. Hal ini menunjukkan bahwa panjang gelombang sudah sesuai dengan teori. Berikut merupakan spektra serapan salbutamol sulfat.

Gambar 4. Spektra serapan salbutamol sulfat pada konsentrasi 2 𝜇g/mL λ max

λ max

(27)

15

Berdasarkan spektra tersebut, terlihat puncak serapan maksimum salbutamol sulfat adalah pada panjang gelombang 276 Menurut Moffat (2011), serapan maksimum salbutamol sulfat berada pada panjang gelombang 276 nm. Hal ini menunjukkan bahwa panjang gelombang yang diperoleh dengan teori. Berikut merupakan gabungan spektra antara teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat.

Gambar 5. Spektra serapan teofilin 30 𝜇g/mL, ambroxol HCl 15 𝜇g/mL, dan salbutamol sulfat 2 𝜇g/mL

Dari gambar diatas terlihat pada konsentrasi sesuai dengan resep senyawa teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat mempunyai spektra yang tumpang tindih atau overlapping. Hal ini dapat diatasi dengan mengkombinasikan metode spektrofotometri UV dengan kemometrika, serta digunakan kalibrasi multivariat dengan model PLS. Model tersebut mampu memprediksi secara baik ketika ada baseline linear yang acak atau spektra komponen utama yang tumpang tindih (Sohrabi et al., 2009).

Dalam pembacaan spektra baku yang dilakukan seharusnya menggunakan konsentrasi yang sesuai dengan resep yang diteliti untuk melihat apakah spketra masing-masing senyawa baku pada konsentrasi tersebut tumpang tindih atau tidak, sehingga dapat menentukan senyawa yang perlu dianalisis menggunakan analisis PLS.

−Teofilin

−Ambroxol HCl

−Salbutamol Sulfat

(28)

16

Kalibrasi multivariat menggunakan partial least square (PLS)

Kalibrasi multivariat dengan metode PLS digunakan karena variabelnya memiliki kolerasi tinggi dengan variable respons dibeikan berat berlebih karena lebih efektif untuk prediksi (Rohman et al., 2017). Kalibrasi multivariat PLS digunakan untuk mengolah data hasil absorbansi pada panjang gelombang tertentu.

Kualitas model kalibrasi dievaluasi dengan nilai R2, nilai koefisien determinasi semakin baik apabila semakin mendekati 1 (Siagian dan Sugiarto, 2006). Berikut merupakan hasil pengukuran absorbansi seri kalibrasi campuran baku ketiga senyawa yang diukur dengan metode spektrofotometri UV pada panjang gelombang 200-400 nm.

Gambar 6. Overlay 22 spektra UV campuran baku senyawa teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat seri kalibrasi yang diukur pada

panjang gelombang 200-400 nm

Berdasarkan gambar diatas diketahui pada hasil scanning 22 konsentrasi seri kalibrasi pada panjang gelombang 200-400 nm terjadi overlapping, dengan metode kemometrika permasalahan ini dapat diatasi. Dengan mengkombinasikan metode spektrofotometri UV dan kemometrik maka dapat memprediksi hasil analisis dengan baik jika terdapat spektra yang overlapping (Sohrabi et al., 2009).

Model kalibrasi menggunakan sebanyak 22 konsentrasi yang berbeda dari campuran senyawa yang kemudian dilakukan pengukuran dengan rentang panjang gelombang 200-400 nm dan interval pengukuran sebesar 2 nm. Selanjutnya

(29)

17

campuran tersebut dimasukkan ke dalam instrument spektrofotometer UV-Vis double beam untuk mendapatkan konsentrasi terhitung kemudian dibandingkan dengan konsentrasi actual yang telah ditetapkan. Konsentrasi actual adalah konsentrasi yang dibuat berdasarkan bilangan acak pada tahap pembuatan seri kalibrasi, sedangkan konsentrasi terhitung merupakan konsentrasi yang diprediksikan oleh model kalibrasi PLS.

Konsentrasi actual adalah konsentrasi yang dibuat berdasarkan bilangan acak pada tahap pembuatan seri kalibrasi, sedangkan konsentrasi terhitung merupakan kosnentrasi yang diprediksikan oleh model kalibrasi PLS. Berikut merupakan masing-masing kurva hubungan kadar sebenarnya dengan kadar terhitung dari teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat.

Gambar 7. Kurva hubungan antara kadar sebenarnya dengan kadar terhitung teofilin pada panjang gelombang 200-400 nm

Gambar 8. Kurva hubungan antara kadar sebenarnya dengan kadar terhitung ambroxol HCl pada panjang gelombang 200-400 nm

y = 1x - 0,0515 R² = 0,9999

0 50 100 150 200

0 50 100 150 200

Kadar terhitung (ppm)

Kadar actual (ppm) KURVA KALIBRASI TEOFILIN

y = 0,9973x + 0,1269 R² = 0,9973

0 10 20 30 40 50 60 70 80

0 20 40 60 80

Kadar terhitung (ppm)

Kadar actual (ppm)

KURVA KALIBRASI AMBROXOL HCL

(30)

18

Gambar 9. Kurva hubungan antara kadar sebenarnya dengan kadar terhitung salbutamol sulfat pada panjang gelombang 200-400 nm Dari konsentrasi actual data absorbansi seri kalibrasi yang diperoleh setelah diolah menggunakan perangkat lunak Minitab versi 19, kemudian data diolah menggunakan perangkat lunak microsoft exel 2019. Setelah diolah dengan perangkat lunak microsoft exel 2019 maka diperoleh nilai RMSEC, dan nilai R2. Berikut kurva hubungan antara nilai kadar terhitung dengan nilai actual teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat dalam set kalibrasi.

Tabel III. Hasil persamaan kalibrasi R2, RMSEC, LOD dan LOQ yang didapat dari hubungan antara nilai kadar sebenarnya dengan nilai

terhitung hasil kalibrasi

Teofilin Ambroxol HCI Salbutamol Sulfat Perhitungan y = 1x – 0,0515 y = 0,9973x + 0,1269 y = 0,9496x + 0,3155

R2 0,9999 0,9973 0,9497

RMSEC 0,244781965 1,042991095 0,25466958

LOD 0,6671 𝜇g/mL 3,2813 𝜇g/mL 0,7845 𝜇g/mL LOQ 2,5672 𝜇g/mL 10,9386 𝜇g/mL 2,6542 𝜇g/mL

Dari tabel diatas dapat dilihat hasil persamaan kurva baku yang diperoleh pada teofilin y = 1x – 0,0515, ambroxol HCI y = 0,9973x + 0,1269, dan pada salbutamol sulfat y = 0,9496x + 0,3155. Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan adalah 0,999 pada teofilin, 0,9973 pada ambroxol HCI, dan 0,9497 pada salbutamol sulfat, dimana nilai R2 semakin mendekati 1 semakin baik (Siagian dan Sugiarto, 2006). Diperoleh nilai RMSEC rendah atau mendekati nol yaitu 0,244781965 untuk teofilin, 1,042991095 untuk ambroxol HCI, dan 0,25466958

y = 0,9496x + 0,3155 R² = 0,9497

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

0 2 4 6 8 10

Kadar terhitung (ppm)

Kadar actual (ppm)

KURVA KALIBRASI SALBUTAMOL SULFAT

(31)

19

untuk salbutamol sulfat, sehingga kemampuan model yang diperoleh untuk memprediksi sudah baik (Suhandy and Yulia, 2017).

LOD (Limit of Detection) adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat terdeteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. LOQ (Limit of Quantitation) adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yangd apat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional model yang digunakan (Riyanto, 2019). Pada hasil perhitungan LOD pada teofilin diperoleh 0,6671 𝜇g/mL, ambroxol HCI 3,2813 𝜇g/mL, dan salbutamol sulfat 0,7845 𝜇g/mL. Pada perhitungan LOQ pada teofilin diperoleh 2,5672 𝜇g/mL, ambroxol HCI 10,9386 𝜇g/mL, dan salbutamol sulfat 2,6542 𝜇g/mL. Konsentrasi sampel yang digunakan pada seri kalibrasi dan seri validasi masuk dalam rentang LOD dan LOQ yang diperbolehkan.

Validasi model kalibrasi multivariat PLS

Model kalibrasi senyawa teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat yang mampu memberikan prediksi yang baik selanjutnya dilakukan validasi silang dengan teknik leave one out. Hubungan antara nilai sebenarnya dengan nilai terhitung yang sudah divalidasi menggunakan metode PLS dengan teknik leave one out pada panjang gelombang 200-400 nm dapat dilihat pada tabel berikut. Teknik ini digunakan untuk mengatasi kelemahan permodelan menggunakan kalibrasi multivariat PLS yaitu terjadinya over-fitting. Teknik leave one out dilakukan dengan mengeluarkan salah satu sampel kalibrasi dari model PLS kemudian mempresiksi hasil dari persamaan sampel yang tersisa. Sampel yang dihilangkan selanjutnya dihitung dengan model PLS baru.

Tabel IV. Hasil persamaan kalibrasi, R2, RMSECV, PRESS, dan RMSEP yang didapat dari hubungan antara nilai kadar sebenarnya dengan nilai

terhitung hasil validasi

Teofilin Ambroxol HCI Salbutamol Sulfat Persamaan y = 1,0075x – 0,2805 y = 0,9131x + 5,5751 y = 0,4028x + 4,1017

R2 0,9901 0,9784 0,9573

RMSECV 3,980787192 3,573380419 0,353264369

PRESS 332,78 268,15 2,62071

RMSEP 23,30728692 10,35473089 2,298581049

(32)

20

Berdasarkan hasil data yang telah diolah didapatkan nilai R2, nilai koefisien determinasi semakin baik apabila semakin mendekati 1 (Siagian dan Sugiarto, 2006). Pada teofilin diperoleh nilai R2 0,9901, pada ambroxol HCI 0,9784, dan pada salbutamol sulfat 0,9573, namun nilai RMSECV serta nilai PRESS pada teofilin dan ambroxol HCL cukup tinggi. Nilai PRESS dan RMSECV yang cukup tinggi membuat model yang diperoleh belum optimal untuk menggambarkan kadar yang diperoleh. RMSECV yang semakin rendah, kemampuan model untuk memprediksi akan semakin baik (Zou dan Qu, 2016). Berikut kurva hubungan antara nilai kadar terhitung dengan nilai actual teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat dengan validasi silang leave one out.

Gambar 10. Kurva hubungan antara kadar sebenarnya dengan kadar terhitung teofilin hasil validasi silang leave one out pada panjang gelombang

200-400 nm

Gambar 11. Kurva hubungan antara kadar sebenarnya dengan kadar terhitung ambroxol HCl hasil validasi silang leave one out pada panjang

gelombang 200-400 nm

y = 1,0075x - 0,2805 R² = 0,9901

40 90 140 190

40 60 80 100 120 140 160

Kadar terhitung (ppm)

Kadar actual (ppm) KURVA VALIDASI TEOFILIN

y = 0,9131x + 5,5751 R² = 0,9784

30 35 40 45 50 55 60

30 35 40 45 50 55 60

Kadar terhitung (ppm)

Kadar actual (ppm)

KURVA VALIDASI AMBROXOL HCl

(33)

21

Gambar 12. Kurva hubungan antara kadar sebenarnya dengan kadar terhitung salbutamol sulfat hasil validasi silang leave one out pada panjang

gelombang 200-400 nm Uji keseragaman kandungan

Uji keseragaman penting untuk menjamin kesesuaian tiap unit sediaan berdasarkan literatur tentang penerimaan keseragaman kandungan. Uji Keseragaman kandungan berdasarkan pada penetapan kadar masing-masing kandungan zat aktif dalam satuan sediaan untuk menentukan apakah kandungan masing-masing terletak dalam batasan yang ditentukan sehingga dapat memastikan bahwa sediaan yang diracikkan memiliki dosis yang tepat untuk pasien (Huynh-Ba, 2009).

Uji keseragaman kandungan yang memenuhi syarat menurut Farmakope edisi VI memiliki nilai penerimaan dari 10 unit sediaan kurang atau sama dengan nilai L1%. Nilai L1% adalah 15,0. Apabila nilai penerimaan lebih dari L1%, maka dilakukan pengujian menggunakan 20 unit sediaan kembali, dan dilakukan perhitungan nilai L2%. Nilai L2% adalah 25,0.

Kadar teofilin, ambroxol HCl dan salbutamol sulfat dihitung dengan memasukkan nilai konsentrasi terhitung (y) yang diperoleh melalui perkalian data absorbansi yang diperoleh tiap interval 2 nm dari instrument spektrofotometer UV- Vis dengan koefisien kalibrasi dari Minitab ke persamaan kurva baku validasi masing-masing senyawa. Diperoleh persamaan kurva baku teofilin y = 1,0075x – 0,2805, persamaan kurva baku ambroxol HCl y = 0,9131x + 5,5751, dan persamaan kurva baku salbutamol sulfat y = 0,4028x + 4,1017. Perhitungan kadar digunakan

y = 0,4028x + 4,1017 R² = 0,9573

2 3 4 5 6 7 8

2 3 4 5 6 7 8 9

Kadar terhitung (ppm)

Kadar actual (ppm)

KURVA VALIDASI SALBUTAMOL SULFAT

(34)

22

untuk menghitung nilai keberterimaan (NP). Setelah didapatkan % kadar kemudian dihitung nilai keberterimaan dengan rumus M pada kasus 1 yang digunakan yaitu jika T ≤ 101,5 yang disesuaikan dengan nilai rata-rata yang diperoleh berdasarkan persyaratan pada Farmakope Indonesia edisi VI.

Uji keseragaman kandungan teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat dilakukan dengan mengambil tiga puluh kapsul secara acak dari enam puluh kapsul yang diracikkan sesuai dengan resep. Sebelum diuji serbuk racikan dikeluarkan dari cangkang kapsul kemudian dilakukan penggerusan terlebih dahulu dengan mortir dan stamper dengan tujuan mereduksi ukuran partikel serbuk racikan agar mudah dilarutkan menggunakan pelarut yang sesuai. Setelah dilarutkan kemudian dilakukan penyaringan agar larutan benar-benar jernih pada saat dilakukan pembacaan absorbansi dengan spektrofotometer UV-Vis. Setiap kapsul ditetapkan kadarnya kemudian dilakukan uji keseragaman kandungan dengan menghitung apakah % kadar sampel memenuhi nilai keberterimaan sesuai persyaratan pada Farmakope Indonesia Edisi VI. Berikut merupakan tabel hasil uji keseragaman kandungan sediaan racikan kapsul kombinasi teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat yang diperoleh dari rumah sakit:

Tabel V. Hasil uji keseragaman kandungan 30 kapsul

% Kadar Teofilin % Kadar Ambroxol HCl

% Kadar Salbutamol Sulfat

Rata-rata 260,7863 - 75,2415 - 238,957

SD 50,04053 30,22187 79,98357

NP 259,3674 234,1853 497,4244

Bersarkan tabel diatas hasil uji keseragaman kandungan sediaan racikan kapsul yang dieproleh dari rumah sakit yang bersangkutan tidak memenuhi syarat keseragaman kandungan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji keseragaman kandungan 10 kapsul dan dihitung nilai keberterimaan (NP) yang diperoleh adalah sebesar 108,7552% untuk teofilin, 195,1991% untuk ambroxol HCl, dan 451,9028% untuk salbutamol sulfat, dimana nilai tersebut lebih dari nilai L1% (15%), sedangkan dalam Farmakope Indonesia edisi VI menyebutkan bahwa nilai keberterimaan tidak lebih dari 15%. Kemudian dilakukan pengujian 30 kapsul dan dihitung nilai keberterimaan (NP) yang diperoleh adalah sebesar 259,367% untuk teofilin,

(35)

23

234,1853% untuk ambroxol HCl, dan 497,4244% untuk salbutamol sulfat, dimana nilai tersebut lebih dari nilai L2% (25%) dan tidak ada satu unitpun kurang dari [1- (0,01)(L2)]M atau tidak satu unitpun lebih dari [1+(0,01)(L2)]M.

Pada kasus penelitian ini pada teofilin rentang kadar yang syaratkan adalah 76,125%-126,875%, pada ambroxol HCI dan salbutamol sulfat adalah 73,875%- 123,125%. Ketidaksesuaian kadar dengan yang disyaratkan dapat disebabkan karena adanya variasi bobot kapsul dan kapsul yang diuji diambil secara acak sehingga kemungkinan kadar setiap kapsul yang diuji juga tidak seragam.

Pada teofilin rata-rata kadar yang diperoleh menjadi dua kali lipat kadar sebenarnya yaitu 260,7863 %, hal ini dapat disebabkan karena perbandingan konsentrasi teofilin dengan ambroxol HCI dan salbutamol sulfat terlalu besar sehingga model kalibrasi yang diperoleh tidak membaca konsentrasi sampel dengan baik. Menurut Anief (2000), serbuk yang harus dibagi tanpa penimbangan untuk menjamin pembagian yang sama maka pembagian dilakukan paling banyak 20 bungkus, sedangkan dalam penelitian ini dilakukan pembagian serbuk menjadi 60 bagian. Apabila lebih dari 20 bungkus, maka serbuk dibagi dalam beberapa bagian dengan cara penimbangan dan tiap bagian dibagi paling banyak sebanyak 20 bungkus. Pembagian serbuk pada saat proses peracikan tidak seragam, hal ini dibuktikan dari adanya variasi bobot disetiap kapsul yang diteliti. Pembagian secara visual yang tidak sama rata akan mengakibatkan variasi bobot kapsul dan dapat berpengaruh pada keseragaman kandungannya.

Pada salbutamol sulfat rata-rata kadar yang diperoleh adalah -75,2415 %, pada ambroxol HCl rata-rata kadar yang diperoleh adalah -238,957 %.

Ketidaksesuaian hasil dapat disebabkan karena nilai PRESS dan RMSEP menunjukkan nilai yang besar sehingga model yang diperoleh kurang dapat memprediksi kadar dengan baik. Dari hasil rata-rata persen kadar yang tidak sesuai tersebut menyebabkan perolehan nilai keberterimaan juga tidak sesuai.

(36)

24

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sediaan racikan kapsul kombinasi teofilin, ambroxol HCl, dan salbutamol sulfat di Rumah Sakit X Yogyakarta tidak memenuhi persyaratan keseragaman kandungan yang baik menurut Farmakope edisi VI dengan metode spektrofotometri UV dan kemometrika.

SARAN

Saran yang dapat dilakukan adalah perlunya penelitian lebih lanjut mengenai uji keseragaman kandungan sediaan kapsul untuk mengetahui ketidaksesuaian hasil yang diperoleh. Perlu dilakukan kajian terhadap proses peracikan dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tidak tercapainya keseragaman kandungan yang baik. Perlu dilakukan uji lain yang dapat menggambarkan kualitas sediaan yang diuji seperti uji stabilitas fisik maupun kimia. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek farmakologi yang ditimbulkan dari kandungan yang tidak seragam pada sediaan yang diuji.

(37)

25 DAFTAR PUSTAKA

Andriani, D., Wijaya, I.N., Utami, W., 2014. Profil Peresepan Sediaan Kapsul Racikan di Apotek “X” di Surabaya. Jurnal Farmasi Komunitas, 1(2), 41- 44.

Anief, M., 2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik, Gajah Maada University Press, Yogyakarta, pp. 32-40.

Aquino, G.D.A., Stopilha, R.T., Pedrosa, M.F.F., Santos, K.S.C.R., Egito, E.S.T., Oliveira, A.G., and Silva-Junior, A.A., 2011. Validation of quantitative analysis method for triamcinolone in ternary complexes by UV-Vis spectrophotometry. Journal of Basic and Applied Pharmaceutical Sciences, 32 (1), 35 – 40.

Arlitasari, O. F., Pribadi, P., Hidayat, I. W., 2018. Perbandingan Mutu Fisik Tablet Ambroxol Merek Dagang X dan Tablet Ambroxol Generik. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, 4(1), 24-25.

Beeh, K.M., Beier, J., Esperester, A., Paul, L.D., 2008. Antiinflamatory properties of Ambroxol. European Journal of Medical Research, 13(1), 557-560.

Betha, O. F., Yardi, Alvionita, Y., Zilhadia Siregar, B. J., 2019. Mutu Sediaan Racikan Puyer di Kecamatan Ciputat Timur. Pharmaceutical and Biomedical Sciences Journal, 1(1), 21-24.

Danzer, K., Otto, M., and Currie, L.A., 2004. Guideline for Calibration in Analytical Chemistry part 2. Multispecies Calibration (IUPAC Technical Report). Pure Appl. Chem., 76 (6), 1215 – 1225.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2020. Farmakope Indonesia, jilid VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Gontijo, L.C., Guimaraes, E., Mitsutake, H., Santana, F.B., Santos, D.Q., Neto, B.W., 2014. Development and Validation of PLS Models for Quantification of Biodiesels Content from Waste Frying Oil in Diesel by HATR–MIR. Revista Virtual de Quimica, 6 (5), 1517 – 1528.

Hasanah, U., 2003. Pemeriksaan Mutu Fisik dan Keseragaman Kandungan Kapsul Isoniazid 200 mg Hasil Racikan Apotek. Universitas Airlangga, Surabaya.

Huynh-Ba, K., 2009. Handbook of Stability Testing in Pharmaceutical Development:Regulation, Methodologies, and Practice. Springer Science and Business Media, New York, pp. 326-327.

Jasmiadi, 2013. Uji Keseragaman Bobot Obat Racikan dalam Bentuk Sediaan Kapsul Gelatin Keras dari Beberapa Apotek di Makasar. Stikes Nani Hassanudin Makassar, 3(3), 1-6.

Jelic, D., Papovic, S., Vranes, M., Gadzuric, S., Berto, S., Alladio, E., Gajic, D., Jankovic, B., 2021. Thermo Analytical and Compatibility Study with Mechanistic Explanation of Degradation Kinetics of Ambroxol Hydrochloride Tablets under Non Isothermal Conditions. Pharmaceutics, 13, 1-29.

Joshi, P.R., Parmar, S.J., and Patel, B.A., 2013. Spectrophotometric Simultaneous Determination of Salbutamol Sulfate and Ketotifen Fumarate in Combined Tablet Dosage Form by First-Order Derivative Spectroscopy Method.

International Journal of Spectroscopy, 2013. 1 – 6.

(38)

26

Kalyani, L., Chava, Rao, V.N., 2018. Simultaneous Spectrophotometric Estimation of Salbutamol, Theophylline and Ambroxol Three Component Tablet Formulation Using Simultaneous Equation Methods. Karbala International Journal, 171-179.

Kulzumia, C.J., Qoyima, D., Wasito, H., dan Susilowati, S.S., 2017.

Spektrofotometri dengan Pendekatan Kemometrika untuk Analisis Asam Benzoat dan Asam Salisilat Secara Simultan dalam Sediaan Larutan.

Media Pharmaceutica Indonesiana, 1 (3), 164 – 173.

Kurniawati, 2003. Perbandingan Penetapan Kadar Kloramfenikol dalam Kapsul Secara Metode Spektrofotometri Ultraviolet dan Kolorimetri dengan Pereaksi N-(1-NAFTIL)-ETILENDIAMINE. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Larsen, A.H., 2014. Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik untuk Penetapan Kadar Salbutamol Sulfat dan Guanifenesin dalam Sediaan Sirup Merek “X”. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Miller, J.N. and Miller, J.C., 2010. Statistics and Chemometrics for Analytical Chemistry. Ashford Colour Press, Great Britain, 221 – 247.

Moffat, A.C., Osselton, M.D., Widdop, B., 2011. Clarke’s Analysis of Drug and Poisons, Pharmaceutical Press.

Noviyanto, F., 2020. Spektrofotometri UV-Vis. Media Sains Indonesia, Bandung, pp. 5-8.

PubChem, 2021, Ambroxol HCL,

https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Ambroxol-hydrochloride, diakses pada 10 Mei 2021.

Putra, M.E., Ardana, M., Fadraersada, J., 2017. Deteksi Dispensing Error Peresepan Sediaan Kapsul Racikan di Apotek Wilayah Kecamatan Samarinda Ulu. Mulawarman Pharmaceuticals Conferences, 141-145.

Prabu, S.L., Thiagarajan, S., Srinivasan, M., Marina, Q., 2010. Simultaneous Estimation of Gatifloxacin and Ambroxol Hydrochloride by UVSpectrophotometry. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, 3(2), 123-126.

Rahayu, W.S., Utami, P.I., dan Fajar, S.I., 2009. Penetapan Kadar Tablet Ranitidin Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis Dengan Pelarut Metanol.

Pharmacy, 6 (3), 106.

Rahayu, P., Yusrizal, 2019. Keseragaman Bobot Resep Racikan Serbuk Bagi (Pulveres) Di Apotek Kota Bandar Lampung Tahun 2017. Jurnal Analis Kesehatan, 8(1), 13.

Rahman, H., Patmasari, D.A.M., 2019. Kajian Penggunaan Obat dan Evaluasi Kapsul Racikan Paracetamol-Diazepam. Politeknik Harapan Bersama Tegal, 8(2), 10-13.

Rohman, A., Cheman, Y.B., 2011. Analysis of Lard in Cream Cosmetic Formulation Using FT-IR Spectroscopy and Chemometrics, Middle-East J.Sci., 7(5), 726-732.

Rohman, A., Dzulfianto, A., dan Riswanto, F.D.O, 2017. The employment of UV- spectroscopy combined with multivariate calibration for analysis of

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pengaruh lingkungan pada responden di depan Benteng Vredenburg akan perilaku penyalahgunaan triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007. Over dosis Triheksifenidil

Sediaan sabun cair cuci tangan minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M.Perry) memiliki sifat fisik yang baik, sedangkan memiliki

Untuk mengetahui pengaruh nilai HLB campuran surfaktan polysorbate 80 dan cetyl alcohol terhadap stabilitas fisik losion VCO yang meliputi determinasi tipe emulsi,

Selain itu, cemaran bakteri dapat terjadi karena adanya pencemaran dari air, udara, faktor kelembaban saat penyimpanan, penyimpanan serbuk jamu jahe merah pada etalase toko obat

Peresepan obat generik dan peresepan antibiotika tidak dapat dipastikan telah rasional atau belum karena adanya faktor bias yang mempengaruhi dan analisis kesesuaian

Penelitian ini memiliki tujuan mengetahui pengaruh pelarut organik etanol, etil asetat, dan etanol:etil asetat terhadap profil disolusi kurkumin dalam preparasi dispersi padat

Ada beberapa metode edukasi yang dapat dilakukan untuk memberikan intervensi sebagai upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat mengenai

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Syarifuddin, 2015) mengenai Optimasi Waktu Produksi Metabolit Sekunder berdasarkan Aktivitas Cairan Kultur Isolat Actinomycetes