• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi. Oleh: Aloysius Bimo Tiar Nugroho

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi. Oleh: Aloysius Bimo Tiar Nugroho"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN FORMULA MODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE DI RUMAH SAKIT

KABUPATEN BANTUL PERIODE 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Aloysius Bimo Tiar Nugroho NIM : 078114056

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN FORMULA MODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE DI RUMAH SAKIT

KABUPATEN BANTUL PERIODE 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Aloysius Bimo Tiar Nugroho NIM : 078114056

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

“The only true wisdom is in knowing you know nothing”

Socrates

Kupersembembahkan untuk Tuhan Yesus yang selalu mencurahkan Roh Kudusnya di hatiku Orang Tua-ku yang telah membesarkan dan mendidikku Saudara-saudaraku yang selalu menguatkanku Semua orang yang kucintai

(6)
(7)
(8)

vii

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ANALISIS PENGOBATAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN FORMULA MODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE DI RUMAH SAKIT KABUPATEN BANTUL PERIODE 2009”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tentu saja tidak lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis hendak berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain: 1. Seluruh staf rekam medik di Rumah Sakit St. Elisabeth Ganjuran dan RSUD

Panembahan Senopati Bantul atas ijin dan rasa kekeluargaan yang diberikan. 2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

3. dr. Fenty, M. Kes., Sp.PK. yang dengan sabar membimbing dan memberikan saran dan masukan kepada penulis.

4. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. dan Maria Wisnu Donowati M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan masukan bagi penulis.

(9)

viii dukungan yang selalu menguatkan penulis.

7. Kakakku Mbak Yayi atas dukungan dan semangatnya, adikku Windu,dan sodaraku Yoyok yang sudah mengalah untuk tidak pakai komputer rumah. 8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007, yang selalu saling menguatkan. 9. Teman satu perjuangan untuk mencari data di Bantul, Hetty dan Nila, yang

selalu semangat walaupun Bantul itu jauh.

10. Teman-teman GFR team, Dita “weka”, Frisa, Olive, Tikubis, Sano “babi” dan Mayan, atas semua semangat dan motivasinya.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 6 Desember 2010 Penulis

(10)

ix

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

INTISARI ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

1. Rumusan Masalah ... 4

2. Keaslian Penelitian ... 4

3. Manfaat Penelitian ... 6

B. Tujuan ... 6

(11)

x

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 8

A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal ... 8

B. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) ... 9

C. Perubahan Sistem Ginjal Pada Lansia... 12

D. Geriatri ... 12

E. Antibiotik ... 13

F. Penyesuaian Dosis Antibiotik Berdasarkan GFR ... 14

G. Keterangan Empiris ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 16

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 16

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 17

C. Subjek Penelitian ... 18

D. Bahan Penelitian ... 18

E. Tata Cara Penelitian ... 19

1. Analisis Situasi ... 19

2. Pengambilan Data ... 19

3. Pengolahan Data ... 22

F. Tata Cara Analisis Hasil ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Profil Pasien Geriatri ... 24

1. Jenis Kelamin ... 25

(12)

xi

4. Ras ... 33

B. Derajat Penurunan Fungsi Ginjal Berdasarkan LFG ... 34

C. Penyesuaian Dosis Antibiotik Berdasarkan LFG ... 36

1. Jenis Antibiotik pada Geriatri di RS Kabupaten Bantul ... 39

2. Jenis Obat Antibiotik Pada Kasus Perlu Penyesuaian Dosis ... 40

3. Kesesuaian Dosis Antibiotik dalam Resep dengan Guideline ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 52

(13)

xii

Tabel I. Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFG ... 11 Tabel II. Profil Pasien Geriatri Berdasarkan Jenis Kelamin ... 26 Tabel III. Profil Pasien Geriatri Berdasarkan Umur ... 28 Tabel IV. Profil Pasien Geriatri Perempuan Berdasarkan

Kreatinin Serum ... 30 Tabel V. Profil Pasien Geriatri Laki-laki Berdasarkan Kreatinin

Serum ... 31 Tabel VI. Profil Ras Pasien Geriatri ... 33 Tabel VII. Derajat penurunan fungsi ginjal ... 34 Tabel VIII. Kasus Pengobatan Antibiotik yang Butuh Penyesuaian

Dosis ... 37 Tabel IX. Jenis obat pada kasus perlu penyesuaian dosis

di RS Elisabeth ... 41 Tabel X. Jenis obat pada kasus perlu penyesuaian dosis RSUD

Panembahan Senopati ... 41 Tabel XI. Kesesuaian dosis antibiotik terhadap guideline ... 42 Tabel XII. Ketidaksesuaian dosis antibiotik pada RS Elisabeth

Ganjuran ... 43 Tabel XIII. Ketidaksesuaian dosis antibiotik pada RSUD

(14)

xiii

Gambar 2.1. Laju filtrasi glomerulus ... 9 Gambar 3.1. Proporsi Sampel Kajian Antibiotik ... 22 Gambar 4.1. Diagram Profil Pasien Geriatri RS Elisabeth

Ganjuran Berdasarkan Jenis Kelamin ... 26 Gambar 4.2. Diagram Profil Pasien Geriatri RSUD

Panembahan SenopatiBerdasarkan Jenis Kelamin ... 27 Gambar 4.3. Diagram Profil Pasien Geriatri RS Elisabeth Ganjuran

Berdasarkan Umur ... 29 Gambar 4.4. Diagram Profil Pasien Geriatri RSUD Panembahan

Senopati Berdasarkan Umur ... 29 Gambar 4.5. Diagram Profil Pasien Geriatri Perempuan Berdasarkan

Serum Kreatinin ... 32 Gambar 4.6. Diagram Profil Pasien Geriatri Laki-Laki Berdasarkan

Serum Kreatinin ... 32 Gambar 4.7. Diagram Profil Ras Pasien Geriatri ... 33 Gambar 4.8. Diagram Derajat Penurunan Fungsi Renal RS Elisabeth ... 35 Gambar 4.9. Diagram Derajat Penurunan Fungsi Ginjal RSUD

Panembahan Senopati ... 36 Gambar 4.10. Diagram Penyesuaian Dosis Antibiotik RS Elisabeth ... 38 Gambar 4.11. Diagram Penyesuaian Dosis Antibiotik RSUD

Panembahan Senopati ... 38 Gambar 4.12. Diagram Jenis Antibiotik RS Elisabeth ... 39 Gambar 4.13. Diagram Jenis Antibiotik RSUD Panembahan Senopati ... 40 Gambar 4.14. Diagram Kesesuaian Dosis Antibiotik RS Elisabeth

(15)

xiv

Lampiran 1 Antibiotic Renal Dosing Guideline ... 52 Lampiran 2 Profil Pasien Geriatri ... 59 Lampiran 3 Data Penurunan Fungsi Ginjal Berdasarkan nilai LFG ... 69 Lampiran 4 Pengobatan Antibiotik dan kesesuaiannya dengan

guideline ... 78 Lampiran 5 Surat Keterangan Ijin Penelitian RSUD Panembahan

Senopati ... 91 Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian Bapeda Bantul ... 92

(16)

xv

Pasien geriatri sering mengalami penurunan fungsi fisiologik salah satunya fungsi ginjal. Nilai laju filtrasi glomerulus (LFG) merupakan parameter yang digunakan untuk menilai penurunan fungsi ginjal. Penggunaan obat antibiotik pada geriatri yang dosisnya tidak sesuai dapat menyebabkan risiko penyakit ginjal kronis. Nilai LFG yang digunakan dalam evaluasi ketidaksesuaian terapi antibiotik dapat dihitung dengan formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran evaluasi pengobatan antibiotik pada pasien geriatri berdasarkan LFG yang dihitung dengan formula MDRD di Rumah Sakit Kabupaten Bantul periode 2009.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional yang bersifat retrospektif. Data diperoleh melalui rekam medis rumah sakit di Kabupaten Bantul periode Januari – Desember 2009. Pengolahan data dilakukan secara analisis deskriptif.

Terdapat 284 pasien geriatri di RS Kabupaten Bantul yang mendapatkan pemeriksaan kreatinin serum dan peresepan antibiotik. Profil pasien geriatri mayoritas berjenis kelamin laki-laki (51,4%), berumur 60–75 tahun, kreatinin serum berada pada rentang normal. Derajat penurunan fungsi ginjal berdasarkan LFG pada stage 1 (≥ 90 ml/ min/ 1,73 m2) sebanyak 102 (35,9%). Dari total 15, terdapat 4 kasus (26,7%) tidak sesuai dosis dengan rekomendasi guideline, 1 kasus (6,7%) obat tidak direkomendasikan oleh guideline, dan 10 kasus (66,7%) dosisnya sesuai rekomendasi guideline.

(17)

xvi

Geriatric patients have physiologic changes and decreased kidney function. Glomerular filtration rate (GFR) is the parameter used to assess decreased kidney function. The use of inappropriate doses of antibiotics can cause chronic kidney disease risk. GFR was calculated using the formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD). This study aimed to obtain the evaluation of antibiotic treatment in geriatric patients based on GFR calculated by MDRD formula in the hospital in Bantul period of 2009.

This study was an retrospective observational research with cross sectional design. The data were obtained through medical records of hospitals in Bantul regency period January to December 2009. The data was processed by descriptive analysis.

There were 284 geriatric patients in Bantul District Hospital who received examination of serum creatinine and antibiotic prescribings. The major profile were male (51.4%), aged 60-75 years, and had serum creatinine in the normal range. One hundred and two (35,9%) geriatrics had stage 1 degree of kidney impairment based on GFR (≥ 90 ml / min / 1,73 m2). From total 15 cases, there were 4 cases (26.7%) not accordance with the recommendation guideline doses, 1 case (6.7%) that not recommended, and 10 cases (66.7%) accordance to guideline recommendations.

(18)

1

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Pasien geriatri sering mengalami pelemahan fungsi renal. Schulz (2008) menemukan bahwa penurunan fungsi renal (nilai laju filtrasi glomerulus <60 ml/min/1,73 m2) pada pasien geriatri mencapai 43% bila nilai laju filtrasi glomerulus (LFG) dihitung dengan formula modification of diet in renal disease (MDRD) dan 61% jika dihitung dengan formula Cockcroft-Gault (CG). Sebesar 52% pasien geriatri yang mengalami penurunan LFG perlu dilakukan penyesuaian dosis (Schulz, 2008).

Pasien geriatri menurut UU Kesehatan No. 13 Tahun 1998 (cit., Siti, 2008) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Menurut perkiraan dari United State Census Bureau 2000 (cit., U.S. Department of Health and Human Services, 2001) populasi usia lanjut di Indonesia diproyeksikan antara tahun 2000-2030 akan naik 240%. Hal ini tentunya perlu dijadikan sebagai perhatian terhadap penanganan kelompok pasien geriatri dalam hal penanganan medis, karena pasien geriatri memiliki sensitifitas yang lebih tinggi pada berbagai bentuk aksi obat dalam hal interaksi farmakodinamika obat dengan reseptornya (Katzung, 2004). Pasien geriatri juga sering kali mengalami keterbatasan dan kemunduran fungsi organ (Siti, 2008), oleh karena itu penelitian ini lebih memfokuskan pada pasien geriatri.

Beberapa antibiotik (amphotericin B, gentamycin dan vancomycin) dapat meningkatkan kadar blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin pada darah.

(19)

Peningkatan BUN dan kreatinin serum tersebut dapat mengarah pada disfungsi renal (Hamilton, 2005).

Obat antibiotik merupakan salah satu obat yang sering digunakan oleh pasien geriatri. Hal ini berhubungan dengan banyaknya kasus infeksi seperti halnya infeksi saluran kemih (ISK) maupun infeksi saluran pernafasan (ISPA) pada pasien geriatri (Katzung, 2004). Pada kasus ISPA seperti pneumonia, antibiotik yang dapat diberikan adalah kotrimoksasol, jika mengalami pasien mengalami alergi dapat diberikan amoksilin, penisilin, atau ampisilin. Ciprofloxacin, norfloxacin, levofloxacin dapat diberikan untuk pasien dengan infeksi saluran kemih (Katzung, 2004).

Kasus terapi antibiotik bagi pasien geriatri dapat mengarah kepada kerusakan ginjal kronis yang ireversibel. Antibiotik yang perlu diawasi penggunaannya pada pasien geriatri contohnya adalah golongan laktam dan aminoglikosid karena ekskresi utamanya melalui ginjal. Waktu paruh obat akan menjadi lebih panjang bila terjadi penurunan fungsi ginjal, sehingga obat dapat memberikan efek toksik pada ginjal sendiri (Anonim, 2008).

LFG merupakan parameter terbaik untuk mengukur fungsi ginjal dan mengetahui tingkat penurunan fungsi ginjal (Dipiro, 2008). Menurut Froissart, Rossert, Jacquot, Paillard, dan Houillier (2005) salah satu perhitungan LFG yang telah digunakan secara luas adalah formula MDRD. Perhitungan LFG dengan formula MDRD membutuhkan data kreatinin serum, umur, suku bangsa, dan jenis kelamin (Froissart, Rossert, Jacquot, Paillard, dan Houillier, 2005).

(20)

Penelitian Froissart, et al. (2005) menunjukkan bahwa dari 2.178 pasien independent yang diukur LFG-nya menggunakan formula Cockcroft-Gault (CG)

dan MDRD tidak didapati hubungan yang linier dengan nilai kreatinin serum. Hasil tersebut berarti bahwa pasien dengan nilai kreatinin serum normal belum tentu mempunyai nilai LFG yang normal pula. Hal ini menyebabkan banyaknya pasien geriatri yang terlambat terdeteksi bahwa mereka sebenarnya telah mengalami penurunan fungsi ginjal. Peresepan antibiotik dengan dosis tidak sesuai pada pasien geriatri yang belum diketahui telah mengalami penurunan LFG akan semakin memperparah keadaannya dan meningkatkan risiko chronic kidney disease (CKD).

Penelitian ini merupakan sub dari proyek penelitian besar dengan judul “Analisis Pengobatan pada Geriatri Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Menurut Formula Cockroft-Gault (CG) dan Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) di Rumah Sakit Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Kajian Obat Hipertensi, Obat Antibiotika, dan Obat Antiinflamasi Non Steroid (Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman)”. Adanya pemilihan Rumah Sakit Kabupaten Bantul dalam penelitian ini karena diharapkan dapat mewakili salah satu Kabupaten di Provinsi DIY yaitu Kabupaten Bantul,

Peresepan yang tidak rasional pada pasien geriatri dengan kondisi telah mengalami penurunan LFG dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ginjal sampai kerusakan ginjal kronik. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara nyata dan jelas mengenai peresepan antibiotik yang

(21)

tidak sesuai pada pasien geriatri dengan kondisi telah mengalami penurunan laju filtrasi glomerolus di daerah Kabupaten Bantul.

1. Rumusan masalah

a) Bagaimana profil pasien geriatri yang mengalami penurunan laju filtrasi glomerolus berdasarkan formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) di Rumah Sakit Kabupaten Bantul periode 2009 berdasarkan jenis kelamin, umur, suku bangsa, kreatinin, dan derajat penurunan fungsi renal berdasarkan LFG?

b) Berapa banyak pasien geriatri yang mendapatkan peresepan antibiotik yang perlu disesuaikan dosisnya berdasarkan nilai laju filtrasi glomerulus menggunakan formula MDRD di Rumah Sakit Kabupaten Bantul periode 2009?

c) Berapa banyak kasus pengobatan antibiotik pada pasien geriatri yang tidak sesuai dosisnya berdasarkan nilai laju filtrasi glomerulus menggunakan formula MDRD di Rumah Sakit Kabupaten Bantul periode 2009?

2. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan peresepan obat antibiotik terhadap penurunan laju filtrasi glomerolus yang pernah dilakukan, antara lain:

1) Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Rawat Inap di RSUD Dr Moewardi Surakarta Periode

(22)

September-November 2007 (Yulianti, 2008). Yulianti mendapatkan hasil bahwa dari 48 pasien yang masuk dalam kriteria inklusi ditemukan 55 episode infeksi, dimana terdapat 45 (81,8%) episode infeksi yang tepat indikasi tepat obat, 6 (10,9%) tepat indikasi tidak tepat obat, dan 1 (1,8%) kontraindikasi, serta 3 (5,5%) penggunaan antibiotik tanpa indikasi. Terdapat 16,1% dosis antibiotik yang belum disesuaikan untuk pasien penyakit ginjal kronik. Berdasarkan hasil terapi pemberian antibiotik didapatkan 45,5% responnya baik.

2) Calculation of the Estimated Creatinine Clearance in Avoiding Drug Dosing Errors in The Older Patient (Hu, Matayoshi, Stevenson, 2001).

Hu, Matayoshi, dan Stevenson mendapatkan hasil bahwa dari 1044 pasien dengan umur diatas 80 tahun yang didiagnosis mengalami infeksi dan memenuhi kriteria inklusi yaitu memiliki data yang memadai untuk formula Cockroft-Gault dan menerima pengobatan antibiotik, ditemukan tingkat kesalahan pemberian dosis antibiotik sebesar 34% setelah disesuaikan dengan perhitungan klirens kreatinin dengan formula Cockroft-Gault.

3) Comparison of Dosing Recommendations for Antimicrobial Drugs Based on Two Methods for Assessing Kidney Function:

Cockcroft-Gault and Modification of Diet in Renal Disease (Golik & Lawrence,

2008). Mendapatkan hasil bahwa terdapat ketidaksesuaian dosis sebesar 22,8% - 36,3% pada pengobatan antibiotik cefepime, levofloxacin, meropenem, dan piperacillin-tazobactam, setelah

(23)

dilakukan penyesuaian dosis dengan menggunakan formula MDRD dan CG.

Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, penelitian mengenai “Analisis Pengobatan Antibiotik Pada Geriatri Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus dengan Formula Modification Of Diet In Renal Disease di Rumah Sakit Kabupaten Bantul Periode 2009” belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai analisis pengobatan antibiotik pada geriatri berdasarkan LFG yang dihitung dengan formula MDRD dalam pengambilan keputusan oleh farmasis dan tenaga kesehatan lain dalam mempraktekkan pelayanan kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya pengobatan antibiotik yang tidak sesuai.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum:

Untuk mendapatkan evaluasi pengobatan antibiotik pada pasien geriatri berdasarkan laju filtrasi glomerulus yang dihitung dengan formula MDRD di Rumah Sakit Kabupaten Bantul periode 2009.

2. Tujuan Khusus:

a) Mengetahui seperti apakah profil pasien geriatri yang mengalami penurunan laju filtrasi glomerolus berdasarkan formula MDRD di Rumah

(24)

Sakit Kabupaten Bantul periode 2009 meliputi jenis kelamin, umur, suku bangsa, kreatinin, dan derajat penurunan fungsi renal berdasarkan LFG. b) Mengetahui jumlah kasus pengobatan antibiotik pada pasien geriatri yang

perlu disesuaikan dosisnya berdasarkan nilai laju filtrasi glomerulus berdasarkan formula MDRD di Rumah Sakit Kabupaten Bantul periode 2009.

c) Mengetahui jumlah kasus pengobatan antibiotik pada pasien geriatri yang tidak sesuai dosisnya berdasarkan nilai laju filtrasi glomerulus menggunakan formula MDRD di Rumah Sakit Kabupaten Bantul periode 2009.

(25)

8 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologis Ginjal

Dua ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, di luar rongga peritonium. Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah lekukan yang disebut hilum tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan limfatik, suplai saraf, dan ureter yang membawa urin akhir dari ginjal ke kandung kemih, tempat urin disimpan hingga dikeluarkan. Ginjal dilingkupi oleh kapsul fibrosa yang keras untuk melindungi struktur dalamnya yang rapuh. Masing-masing ginjal manusia terdiri dari kurang lebih 1 juta nefron, masing-masing mampu membentuk urin. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru, oleh karena itu pada trauma ginjal, penyakit ginjal, atau proses penuaan akan terjadi penurunan jumlah nefron secara bertahap. Setelah usia 40 tahun, jumlah nefron yang berfungsi biasanya menurun kira-kira 10% setiap 10 tahun (Guyton & Hall, 2006).

Setiap nefron terdiri dari glomerulus yang dilalui sejumlah besar cairan yang difiltrasi dari darah, dan tubulus yang panjang tempat cairan hasil filtrasi diubah menjadi urin dalam perjalanannya menuju perlvis ginjal. Glomerulus tersusun dari suatu jaringan kapiler glomerulus yang bercabang dan beranastomosis, yang mempunyai tekanan hidrostatik tinggi (kira-kira 60 mmHg). Kapiler glomerulus dilapisi oleh sel-sel epitel, dan keseluruhan glomerulus dibungkus dalam kapsula Bowman (Guyton & Hall, 2006).

(26)

Ginjal memiliki banyak fungsi penting dalam tubuh, antara lain untuk mengekskresikan sebagian besar produk sisa metabolisme tubuh dan sisa obat-obatan, mengontrol sekresi hormon aldosteron dan ADH dalam pengaturan cairan tubuh, mengatur metabolisme vitamin D dan ion kalsium, ikut serta dalam produksi hormone eritropoetin dan renin (Setiadi, 2007).

B. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)

Gambar 2.1. Laju filtrasi glomerulus

Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) adalah volume total dari cairan yang terfiltrasi oleh glomeruli per satuan waktu. Nilai normalnya berkisar 120 mL/menit per 1,73 m2 luas permukaan tubuh, equivalen dengan 180 Liter/ hari. Sekitar 99% dari GFR kembali ke kompartemen ekstraselular lewat proses reabsorbsi tubular (Despopoulos & Silbernagl, 2001). Laju filtrasi glomerulus merupakan salah satu indeks fungsi ginjal yang terpenting, yang memberi informasi tentang jumlah jaringan ginjal yang berfungsi (Sylvia & Lorraine, 2006).

(27)

National Kidney Foundation menyatakan bahwa LFG merupakan parameter

terbaik untuk mengukur level fungsi ginjal dan menentukan tingkat kerusakan ginjal. National Kidney Foundation Kidney Disease Outcome Quality Initiative (NKF K/DOQI) merekomendasikan persamaan tes klirens kreatinin (TKK) yang menggunakan kadar kreatinin serum pada orang dewasa salah satunya yaitu persamaan MDRD yang memperhitungkan faktor usia, jenis kelamin, kreatinin serum dan ras.

Persamaan Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) :

Keterangan:

LFG = Laju Filtrasi Glomerulus sCr = kreatinin serum (mg/dl)

( National Kidney Foundation DOQI, 2003).

Laju filtrasi glomerulus digunakan secara luas sebagai indeks fungsi ginjal, berikut ini adalah gambaran nilai LFG terhadap fungsi ginjal:

(28)

Tabel I. Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFG Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFG Tahap Laju Filtrasi

Glomerulus dengan luas permukaan tubuh

1,73m2

Deskripsi Manajemen

I 90+ Fungsi renal normal

(tetapi urinalisis dan struktur abnormal atau faktor genetik mengindikasikan penyakit ginjal)

Observasi dan mengkontrol tekanan darah

II 60-89 Fungsi renal sedikit menurun (CKD tahap 2 tidak dapat didiagnosa dari LFG saja tapi juga

membutuhkan urinalisis dan struktur abnormal atau faktor genetik mengindikasikan penyakit

ginjal)

Observasi dan mengkontrol tekanan darah dan

risiko kardiovaskular

IIIa 45-59 Fungsi renal menurun dalam tahap moderat, dengan atau tanpa tanda

kerusakan ginjal lainnya

Observasi dan mengkontrol tekanan darah dan

risiko kardiovaskular IIIb 30-44 Fungsi renal menurun dalam tahap

moderat, dengan atau tanpa tanda kerusakan ginjal lainnya

Observasi dan mengkontrol tekanan darah dan

risiko kardiovaskular IV 15-29 Penurunan fungsi renal yang berat Memikirkan

rencana untuk mengatasi gagal ginjal tahap akhir V <15 Gagal ginjal tahap akhir Transplantasi atau

dialisis (Knott, 2010)

(29)

C. Perubahan Sistem Ginjal Pada Lansia

Pertambahan usia menyebabkan banyak jaringan yang hilang dari korteks ginjal, glomerulus dan tubulus. Permukaan glomerulus berkurang secara progresif setelah 40 tahun disertai penambahan jaringan sklerotik. Pada korteks ginjal, arteri aferen dan eferen cenderung mengalami atrofi sehingga menyebabkan pengurangan jumlah darah yang terdapat di glomerulus. Setelah usia 20 tahun terjadi penurunan aliran darah ginjal kira-kira 10% per dekade. Fungsi hemostasis ginjal juga berkurang sehingga merupakan predisposisi terjadinya gagal ginjal (Darmojo, 1999).

Pada geriatri terjadi penurunan LFG karena telah terjadi pengurangan total aliran darah ginjal, ukuran, dan jumlah glomerulus. Laju filtrasi glomerulus akan menurun hingga 8-10 ml/menit/1,73 m2/dekade setelah umur 35 tahun. Transpor maksimal tubulus juga mengalami penurunan progresif seiring dengan peningkatan usia dan penurunan LFG (Darmojo, 1999).

D. Geriatri

Geriatri adalah ilmu tentang merawat orang yang berusia lanjut terhadap penyakitnya. Geriatri dapat pula diartikan sebagai cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lansia. Menurut Depkes RI tahun 2000, geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontologi dan kedokteran yang mempelajari kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13

(30)

Tahun 1998 tentang kesehatan, dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Siti, 2008).

Menurut WHO, pembagian terhadap populasi usia meliputi tiga tingkatan, yaitu :

a) Lansia (elderly) dengan kisaran umum 60-75 tahun, b) Tua (old) 75-90 tahun

c) Sangat tua (very old) dengan kisaran umur > dari 90 tahun (Walker & Edwards, 2003)

Pasien geriatri memiliki karakteristik khusus antara lain menderita beberapa penyakit akibat gangguan fungsi jasmani dan rohani, dan sering disertai masalah psikososial. Semuanya akan menyebabkan kemunduran, keterbatasan, dan ketergantungan serta diberikan banyak obat-obatan yang seringkali justru berakibat merugikan pasien. Berbeda dengan pasien muda, stres fisik seperti infeksi atau stres psikososial yang relatif ringan dapat memicu timbulnya penyakit serius pada usia lanjut. Oleh karena itu dibutuhkan perawatan khusus yang berkualitas tinggi untuk perawatan pasien geriatri (Anonim, 2008).

E. Antibiotik

Antibiotik adalah agen yang menghentikan mikroba, baik dari pertumbuhan atau membunuh mereka secara langsung. Antibiotik dapat berasal dari produk alami atau bahan kimia sintetik yang dirancang untuk memblokir proses krusial pada sel mikroba. Antibiotik alami dapat diproduksi oleh bakteri dan fungi. Obat antimikrobia dapat berupa antibakteri dan antifungi (Walsh, 2003).

(31)

Antibiotik dapat bekerja secara primer dengan menghentikan pembelahan sel (bakteriostatik), atau dengan membunuh mikroorganisme secara langsung (bakterisida). Sel yang paling rentan terhadap efek bakteriostatik dan bakterisida adalah sel yang membelah dengan cepat. Agar obat antimikroba efektif, obat tersebut harus dalam konsentrasi yang cukup di dalam aliran darah seseorang, dan begitu juga dalam cairan interstisial (Brooker, 2005).

Antibiotik digolongkan ke dalam spektrum luas atau sempit. Antibiotik spektrum luas adalah antibiotik yang efektif melawan berbagai mikroorganisme berbeda, seperti kokus dan basilus. Antibiotik spektrum luas mungkin efektif melawan kelompok bakteri Gram positif dan Gram negatif. Antibiotik spektrum sempit sangat efektif melawan mikroorganisme spesifik (Brooker, 2005).

F. Penyesuaian Dosis Antibiotik Berdasarkan LFG

Prinsip-prinsip dasar pemakaian antibiotik pada usia lanjut tidak berbeda dengan kelompok usia lainnya. Pemakaian antibiotik yang perlu diwaspadai adalah antibiotik golongan aminoglikosida dan laktam, yang ekskresi utamanya melalui ginjal. Penurunan fungsi ginjal karena usia lanjut akan mempengaruhi eliminasi antibiotik tersebut, di mana waktu paruh obat menjadi lebih panjang (waktu paruh gentasimin, kanamisin, dan netilmisin dapat meningkat sampai dua kali lipat) dan memberi efek toksik pada ginjal (nefrotoksik), maupun organ lain (misalnya ototoksisitas) (Anonim,2008).

(32)

G. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengobatan antibiotik pada pasien geriatri yang telah mengalami penurunan nilai LFG saat dihitung dengan formula MDRD dalam rangka meningkatkan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Kabupaten Bantul periode 2009.

(33)

16 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai analisis pengobatan antibiotik pada geriatri berdasarkan laju filtrasi glomerolus dengan formula modification of diet in renal disease di Rumah Sakit Kabupaten Bantul periode 2009 merupakan jenis

penelitian observasional dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif.

Penelitian observasional merupakan penelitian dengan menggunakan teknik atau pendekatan guna mendapatkan data primer dengan cara langsung mengamati objek datanya. Penelitian observasional dapat dikelompokkan menjadi observasi perilaku dan observasi non perlakuan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional non perlakuan berupa observasi analisis catatan (Jogiyanto, 2008).

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif, karena tujuan dari penelitian yaitu membuat gambaran atau mendeskripsikan mengenai suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005). Metode penelitian ini merupakan deskriptif evaluatif karena gambaran data yang diperoleh dari lembar rekam medis akan dievaluasi berdasarkan standar baku yang berlaku, dan dideskripsikan dengan memaparkan fenomena yang telah terjadi, kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram.

(34)

Penelitian ini bersifat retrospektif karena data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu, yaitu pada lembar rekam medis pasien di Rumah Sakit Kabupaten Bantul periode 2009.

B. Variable dan Definisi Operasional 1. Variabel utama :

a. Variabel bebas : nilai perhitungan LFG yang diperoleh

Merupakan nilai yang diperoleh dengan menggunakan formula MDRD. b. Variabel tergantung : kesesuaian dosis antibiotik

Merupakan akibat dari penurunan nilai perhitungan LFG. 2. Variabel terkendali

a. Umur

b. Jenis kelamin c. Suku bangsa

3. Variabel tak terkendali a. Penyakit penyerta

4. Pasien geriatri yang telah mengalami penurunan LFG adalah pasien berusia 60 tahun keatas dimana pada rekam medis tercantum data laboratotium berupa kreatinin serum yang bila dihitung dengan MDRD memiliki nilai LFG<60 ml/min/1,73 m2 serta pasien yang telah menerima terapi obat antibiotik.

5. Karakteristik pasien geriatri yang mengalami penurunan LFG adalah pasien yang belum terdiagnosis telah mengalami penurunan LFG dan belum mencapai tahap gagal ginjal pada saat pasien dirawat di Rumah Sakit Kabupaten Bantul periode 2009.

(35)

6. Penurunan LFG dihitung dengan formula MDRD. Formula MDRD membutuhkan beberapa data pasien meliputi kreatinin serum, umur, suku bangsa, dan jenis kelamin, dan formula MDRD dalam menghitung LFG adalah sebagai berikut:

LFG (mL/min/1,73 m2) = 186 x (Scr/88.4)-1.154 x (Age)-0.203 x (0.742 jika wanita) x (1.212 bila African-American)

7. Rumah sakit yang akan diambil sebagai sampel adalah Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul dan Rumah Sakit Umum St. Elisabeth Ganjuran. Alasan pemilihan tersebut karena kedua rumah sakit tersebut dapat menyediakan informasi yang mendukung penelitian dan dirasa mampu mewakili seluruh rumah sakit Kabupaten Bantul.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah semua pasien geriatri yang telah mengalami pemeriksaan laboratorium mengenai nilai kreatinin serum di rumah sakit Kabupaten Bantul periode 2009, kemudian diambil sesuai kriteria inklusi yaitu pasien dengan usia 60 tahun keatas yang telah menerima terapi obat antibiotik, dan dengan kriteria eksklusi berupa pasien dengan diagnosa gagal ginjal.

D. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar rekam medis pasien geriatri yang telah mengalami penurunan nilai LFG kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 menurut formula MDRD di rumah sakit Kabupaten Bantul selama tahun 2009.

(36)

E. Tata Cara Penelitian

Penelitian ini merupakan sub dari proyek penelitian besar dengan judul “Analisis Pengobatan pada Geriatri Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Menurut Formula Cockroft-Gault (CG) dan Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) di Rumah Sakit Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Kajian Obat Hipertensi, Obat Antibiotika, dan Obat Antiinflamasi Non Steroid (Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman)”. Adapun tata cara penelitiannya adalah sebagai berikut :

1. Analisis situasi

Analisis situasi dengan melihat data laboratorium mengenai kreatinin serum dan obat antibiotik yang digunakan oleh pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit Kabupaten Bantul periode 2009 yang diperoleh dari catatan medik rumah sakit pada bulan Januari 2009 hingga Desember 2009.

2. Pengambilan Data

Pasien yang diperoleh dari rekam medis dipilih sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh penulis. Tahap pengambilan data dilakukan melalui beberapa proses:

a) Penelusuran data, dilakukan dengan melihat data dokumentasi berupa buku hasil pemeriksaan laboratorium pasien di instalasi laboratorium yang memuat laporan data laboratorium kreatinin serum pasien geriatri dan pernah dirawat di rumah sakit yang bersangkutan. Pada saat penelusuran data, dilakukan penyeleksian data hingga mendapatkan nomor rekam

(37)

medis pasien geriatri yang sesuai dengan definisi operasional di atas, antara lain:

- pencarian data pasien yang pernah mengalami pemeriksaan kreatinin serum,

- penyeleksian data berdasarkan umur geriatri, yaitu ≥ 60 tahun,

- pencatatan nomor rekam medis pasien geriatri sesuai dengan kriteria umur geriatri, mempunyai data kreatinin serum, dan pernah di rawat di rumah sakit yang bersangkutan.

- Mendapatkan jumlah populasi pada tiap rumah sakit Kabupaten Bantul kemudian menghitung dan mengambil sampel minimum menggunakan rumus Slovin, yaitu :

di mana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi

d = galat pendugaan (0,05) (Setiawan, 2007).

- Melakukan randomisasi sampel menggunakan tabel random berdasarkan nomor rekam medis sejumlah ukuran sampel minimum yang didapat, antara lain untuk RSUD Panembahan Senopati mempunyai populasi sebesar 890 pasien dengan sampel minimum sebesar 276 sampel, sedangkan untuk RS St. Elisabeth Ganjuran mempunyai populasi sampel sebesar 315 pasien dengan ukuran sampel minimum sebesar 176 sampel.

(38)

- Jumlah sampel minimum adalah pasien dengan usia diatas 60 tahun, telah menerima pemeriksaan laboratorium kreatinin serum, dan telah menerima pengobatan antibiotik atau OAINS atau antihipertensi. - Dari ukuran sampel minimum, baru dilakukan pengambilan sampel

untuk kajian antibiotik.

b) Pengumpulan data, pada tahap ini dilakukan pencarian pasien geriatri yang sesuai dengan definisi operasional di atas berdasarkan nomor rekam medis yang didapat sebanyak ukuran sampel minimum yang telah ditentukan. c) Pencatatan data:

- Dilakukan dengan mencatat data pasien geriatri sebagai sampel sesuai dengan nomor rekam medis yang telah diacak dan sesuai dengan ukuran sampel minimum. Data yang dicatat meliputi data kreatinin serum sesuai dengan tanggal pemeriksaan yang tercatat di instalasi laboratorium, umur, jenis kelamin, dan terapi yang diberikan terkait penggunaan salah satu atau lebih obat hipertensi, obat antibiotik, dan OAINS ketika dirawat di rumah sakit yang bersangkutan. Pada data yang kurang jelas dan kurang lengkap terkait dengan peresepan antibiotik, dilakukan tanya jawab dengan apoteker yang berada di rumah sakit bersangkutan.

- Dari data sampel minimum yang sudah diambil, peneliti mengambil sampel kajian antibiotik dari sampel minimum per rumah sakit, sebanyak 106 sampel dari RS St. Elisabeth Ganjuran dan 178 sampel

(39)

dari RSUD Panembahan Senopati Bantul. RS Kabupaten Bantul.

Gambar 3.

Data yang dikumpulkan meliputi nomor re kelamin, suku bangsa,

penggunaan terapi

3. Pengolahan data

Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram yang meliputi data tentang pasien geriatri yang telah mengalami penurunan LFG menurut formula MDRD, serta banyaknya peresepan

tidak sesuai pada pasien geriatri RS Elisabeth

sampel antibiotik

dari RSUD Panembahan Senopati Bantul. Total terdapat 284 sampel di RS Kabupaten Bantul.

Gambar 3.1. Proporsi Sampel Kajian Antibiotik

Data yang dikumpulkan meliputi nomor rekam medis, umur, jenis suku bangsa, nilai kreatinin serum, serta dosis dan frekuensi penggunaan terapi antibiotik yang diberikan.

Pengolahan data

Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram yang meliputi data tentang pasien geriatri yang telah mengalami penurunan

menurut formula MDRD, serta banyaknya peresepan dak sesuai pada pasien geriatri yang mengalami penurunan LFG

RS Elisabeth RSUD Panembahan

Senopati 106 178 176 276 315 890

sampel antibiotik sampel minimum populasi

Total terdapat 284 sampel di

kam medis, umur, jenis , serta dosis dan frekuensi

Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram yang meliputi data tentang pasien geriatri yang telah mengalami penurunan menurut formula MDRD, serta banyaknya peresepan antibiotik yang

(40)

F. Tata Cara Analisis Hasil

Data kualitatif yang diperoleh dibahas dalam bentuk uraian dan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan atau gambar diagram. Data pasien akan dikelompokkan terlebih dahulu sebagai berikut ini:

1. Persentase pasien geriatri yang telah mengalami penurunan LFG berdasarkan formula MDRD dengan menghitung jumlah pasien geriatri yang teridentifikasi dengan MDRD dibagi total kasus dikali 100%.

2. Persentase pasien geriatri yang telah mengalami penurunan LFG berdasarkan formula MDRD serta telah menerima terapi antibiotik dengan dosis tepat dengan menghitung jumlah pasien geriatri yang memperoleh dosis tepat dibagi total kasus menurut formula MDRD dikali 100%.

3. Persentase pasien geriatri yang telah mengalami penurunan LFG berdasarkan formula MDRD serta telah menerima terapi antibiotik dengan dosis tidak sesuai dengan menghitung jumlah pasien geriatri yang memperoleh dosis tidak sesuai dibagi total kasus menurut formula MDRD dikali 100%.

(41)

24 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalis pengobatan antibiotik pada pasien geriatri berdasarkan laju filtrasi glomerulus yang dihitung dengan formula MDRD di Rumah Sakit Kabupaten Bantul Periode 2009. Analisis pengobatan antibiotik ini meliputi profil pasien geriatri yang menerima peresepan antibiotik, berapa banyak kasus pengobatan antibiotik yang belum disesuaikan dosisnya berdasarkan LFG, dan kesesuaian dosis pengobatan antibiotik berdasarkan LFG. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil data sekunder berupa data rekam medis di RS Kabupaten Bantul, yang meliputi RSUD Panembahan Senopati dan RS Elisabeth Ganjuran, pada periode 2009. Subyek penelitian adalah semua pasien geriatri yang telah mengalami pemeriksaan laboratorium nilai kreatinin serum dan memperoleh peresepan antibiotik di RS Kabupaten Bantul periode 2009. Populasi pasien geriatri yang mendapat pemeriksaan kreatinin serum pada RS Elisabeth sebanyak 315, dan sampel yang masuk kriteria inklusi sebanyak 106. Pada RSUD Panembahan Senopati, dari populasi pasien geriatri yang mendapat pemeriksaan kreatinin sebanyak 860, diambil sampel pasien geriatri yang mendapat pengobatan antibiotik dan memenuhi inklusi sebanyak 178. Sehingga sampel total pasien geriatri yang memenuhi kriteria inklusi di Kabupaten Bantul sejumlah 284.

Pada penelitian ini, LFG digunakan untuk mengetahui tingkat kerusakan ginjal pasien, dan sebagai dasar penyesuaian dosis antibiotik pada pasien geriatri. Filtrasi glomerulus adalah proses penyaringan yang terjadi di glomerulus, yang menyaring kotoran atau zat limbah yang ada di darah. LFG merupakan suatu

(42)

parameter fungsi ginjal yang menggambarkan efisiensi ginjal dalam menyaring kotoran. Nilai yang didapat dari perhitungan LFG berupa volume total dari cairan yang terfiltrasi oleh glomerulus per satuan waktu.

Menurut rekomendasi National Kidney Foundation, untuk mengukur nilai LFG digunakan formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD). Formula ini memperhitungkan faktor usia, jenis kelamin, kreatinin serum dan ras. Alasan digunakannya formula MDRD dalam penelitian ini karena formula ini telah divalidasi dalam penelitian kohort (Levey, Bosch, Lewis, Greene, Rogers, Roth, 1999), tidak memerlukan data tinggi badan dan berat badan yang tidak tersedia di RS Kabupaten Bantul, dan menurut penelitian Froissart, et al. (2005) formula MDRD memiliki presisi data yang lebih baik ketimbang formula lain.

A. Profil Pasien Geriatri

Profil pasien geriatri yang diamati meliputi jenis kelamin, umur, nilai kreatinin serum, ras, dan derajat penurunan fungsi ginjal berdasarkan LFG. 1. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang diperhitungkan dalam formula MDRD. Pada formulasi MDRD, jika pasien berkelamin perempuan, maka perlu dikalikan dengan 0,742 sebagai faktor koreksi. Menurut Greenberg, Saad, Abraham, dan Balmir (2009) pada pasien wanita perlu dikalikan faktor koreksi 0,742 karena massa otot perempuan lebih rendah dibanding laki-laki, sehingga kreatinin serum pada perempuan juga lebih rendah, dan dapat diintepretasikan menjadi peningkatan nilai LFG.

(43)

Pembagian pasien geriatri berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel II dibawah ini:

Tabel II. Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan

Total

Jumlah total pasien geriatri yang mendapatkan pemeriksaan

serum dan mendapatkan pengobatan antibiotik pada RS Elisabeth sebanyak 106, dan pada RSUD Panembahan Senopati sebanyak 178. Pada RS Elisabeth, didapati bahwa pasien geriatri berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan pasien geriatri lak

laki sebanyak 33. Pada RSUD Panembahan Senopati, jumlah pasien geriatri laki-laki lebih banyak dibandingkan pasien geriatri perempuan, yaitu laki sebanyak 113 sedangkan perempuan sebanyak 65.

Gambar 4.1.

Gambar 4.1, dapat dilihat bahwa pada RS Elisabeth Ganjuran didapati jumlah pasien geriatri perempuan lebih banyak dibandingkan pasien geriatri

Pembagian pasien geriatri berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel II dibawah ini:

II. Profil Pasien Geriatri Berdasarkan Jenis Kelamin RS Elisabeth RSUD Panembahan Senopati

Jumlah % Jumlah

33 31,1% 113

73 68,9% 65

106 100,0% 178 100

Jumlah total pasien geriatri yang mendapatkan pemeriksaan

serum dan mendapatkan pengobatan antibiotik pada RS Elisabeth sebanyak 106, dan pada RSUD Panembahan Senopati sebanyak 178. Pada RS Elisabeth, didapati bahwa pasien geriatri berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan pasien geriatri laki-laki, yaitu perempuan sebanyak 73 dan laki laki sebanyak 33. Pada RSUD Panembahan Senopati, jumlah pasien geriatri

laki lebih banyak dibandingkan pasien geriatri perempuan, yaitu laki sebanyak 113 sedangkan perempuan sebanyak 65.

Gambar 4.1. Diagram Profil Pasien Geriatri RS Elisabeth Ganjuran Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.1, dapat dilihat bahwa pada RS Elisabeth Ganjuran didapati jumlah pasien geriatri perempuan lebih banyak dibandingkan pasien geriatri

31,1%

68,9%

Laki-laki Perempuan

Pembagian pasien geriatri berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

ri Berdasarkan Jenis Kelamin RSUD Panembahan Senopati

% 63,5% 36,5% 100,0%

Jumlah total pasien geriatri yang mendapatkan pemeriksaan kreatinin serum dan mendapatkan pengobatan antibiotik pada RS Elisabeth sebanyak 106, dan pada RSUD Panembahan Senopati sebanyak 178. Pada RS Elisabeth, didapati bahwa pasien geriatri berjenis kelamin perempuan lebih banyak laki, yaitu perempuan sebanyak 73 dan laki-laki sebanyak 33. Pada RSUD Panembahan Senopati, jumlah pasien geriatri

laki lebih banyak dibandingkan pasien geriatri perempuan, yaitu laki-laki

Diagram Profil Pasien Geriatri RS Elisabeth Ganjuran

Gambar 4.1, dapat dilihat bahwa pada RS Elisabeth Ganjuran didapati jumlah pasien geriatri perempuan lebih banyak dibandingkan pasien geriatri

(44)

laki-laki. Presentase pasien sedangkan pasien geriatri laki

Gambar 4.2. Diagram Profil Pasien Geriatri RSUD Panembahan Senopati

Gambar 4.2, dapat diketahui bahwa pada RSUD Panembahan Senopati, didapati presentase jumlah pasien geriatri laki

presentase jumlah pasien geriatri perempuan. Presentase pasien geriatri laki laki yaitu 63,5% sedangkan perempuan sebesar 36,5%.

Secara keseluruhan, geriatri yang mendapatkan pemeri

serum dan mendapatkan pengobatan antibiotik pada Kabupaten Bantul mayoritas adalah laki

yaitu sebanyak 138 (48,6%).

2. Umur

Usia merupakan faktor yang diperhitungkan dalam perhitungan LFG menggunakan formula MDRD. Dalam formula MDRD, usia dari pasien laki. Presentase pasien geriatri perempuan adalah sebesar 68,9% sedangkan pasien geriatri laki-laki sebesar 31,1%.

Diagram Profil Pasien Geriatri RSUD Panembahan Senopati Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.2, dapat diketahui bahwa pada RSUD Panembahan Senopati, apati presentase jumlah pasien geriatri laki-laki lebih besar dibandingkan presentase jumlah pasien geriatri perempuan. Presentase pasien geriatri laki laki yaitu 63,5% sedangkan perempuan sebesar 36,5%.

Secara keseluruhan, geriatri yang mendapatkan pemeri

serum dan mendapatkan pengobatan antibiotik pada Kabupaten Bantul mayoritas adalah laki-laki, yaitu sebanyak 146 (51,4%), sedangkan wanita yaitu sebanyak 138 (48,6%).

Usia merupakan faktor yang diperhitungkan dalam perhitungan LFG menggunakan formula MDRD. Dalam formula MDRD, usia dari pasien

63,5% 36,5%

Laki-laki Perempuan

geriatri perempuan adalah sebesar 68,9%

Diagram Profil Pasien Geriatri RSUD Panembahan Senopati

Gambar 4.2, dapat diketahui bahwa pada RSUD Panembahan Senopati, laki lebih besar dibandingkan presentase jumlah pasien geriatri perempuan. Presentase pasien geriatri

laki-Secara keseluruhan, geriatri yang mendapatkan pemeriksaan kreatinin serum dan mendapatkan pengobatan antibiotik pada Kabupaten Bantul laki, yaitu sebanyak 146 (51,4%), sedangkan wanita

Usia merupakan faktor yang diperhitungkan dalam perhitungan LFG menggunakan formula MDRD. Dalam formula MDRD, usia dari pasien

(45)

merupakan faktor pengali dan dipangkat -2,03. Proses penuaan menyebabkan berkurangnya jumlah nefron 10% tiap 10 tahun (Guyton & Hall, 2006). Hal ini tentunya akan mempengaruhi nilai LFG dari pasien geriatri dan mempengaruhi kerja ginjal. Pembagian pasien geriatri berdasarkan umurnya disajikan pada tabel III.

Tabel III. Profil Pasien Geriatri Berdasarkan Umur

Umur RS Elisabeth RSUD Panembahan

Senopati

Jumlah % Jumlah %

elderly (60 - 75 tahun) 65 61,3% 128 71,9% old (76 – 90 tahun) 38 35,8% 49 27,5% very old (> 90 tahun) 3 2,8% 1 0,6%

total 106 100,0% 178 100,0%

Pembagian umur pasien geriatri mengikuti klasifikasi menurut WHO, yaitu dibagi menjadi golongan umur elderly (60-75 tahun), old (76-90 tahun), dan very old (>90 tahun). Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada RS

Elisabeth Ganjuran didapati pasien dengan golongan umur elderly (60-75 tahun) adalah yang paling banyak yaitu sebanyak 65 pasien, kemudian golongan old (76-90 tahun) sebanyak 38 pasien. Golongan umur very old (>90 tahun) di RS Elisabeth Ganjuran merupakan yang paling sedikit, yaitu sebanyak 3 pasien. Hal yang serupa terjadi pada RSUD Panembahan Senopati, dimana pasien golongan elderly merupakan yang terbanyak, yaitu sebanyak 128. Pasien golongan old ditemukan sebanyak 49, dan very old hanya ada 1. Pasien dengan golongan usia elderly merupakan mayoritas di Kabupaten Bantul, yaitu sebanyak 193 (68%). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi DIY (2008), didapati bahwa presentase kelompok umur usia lanjut

(46)

di provinsi DIY yaitu sebesar 10,2% dan merupakan yang tertinggi di Indonesia.

Gambar 4.3.

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pada RS Elisabeth Ganjuran, presentase golongan umur terbanyak adalah

Kemudian pasien yang termasuk golongan termasuk golongan

Gambar 4.4. Diagr

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa presentase pasien golongan

merupakan yang terbesar di RSUD Panembahan Senopati, yaitu sebesar 71,9%. Golongan

elderly (60

elderly (60

di provinsi DIY yaitu sebesar 10,2% dan merupakan yang tertinggi di

Gambar 4.3. Diagram Profil Pasien Geriatri RS Elisabeth Ganjuran Berdasarkan Umur

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pada RS Elisabeth Ganjuran, presentase golongan umur terbanyak adalah elderly, yaitu sebesar 61,3%. Kemudian pasien yang termasuk golongan old sebesar 35,8%, dan yang termasuk golongan very old sebesar 2,8%.

Diagram Profil Pasien Geriatri RSUD Panembahan Senopati Berdasarkan Umur

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa presentase pasien golongan

merupakan yang terbesar di RSUD Panembahan Senopati, yaitu sebesar 71,9%. Golongan old dan very old secara berturut sebesar 27,5% dan 0,6%.

61,3% 35,8%

2,8%

elderly (60 - 75 thn) old (76 - 90) very old (> 90 )

71,9% 27,5%

0,6%

elderly (60 - 75 thn) old (76 - 90) very old (> 90 )

di provinsi DIY yaitu sebesar 10,2% dan merupakan yang tertinggi di

Diagram Profil Pasien Geriatri RS Elisabeth Ganjuran

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pada RS Elisabeth Ganjuran, , yaitu sebesar 61,3%. sebesar 35,8%, dan yang

am Profil Pasien Geriatri RSUD Panembahan Senopati

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa presentase pasien golongan elderly merupakan yang terbesar di RSUD Panembahan Senopati, yaitu sebesar

27,5% dan 0,6%. very old (> 90 )

(47)

3. Nilai Kreatinin Serum

Kreatinin serum merupakan faktor yang diperhitungkan dalam formula MDRD. Nilai kreatinin serum digunakan sebagai faktor pengali dan dipangkatkan –1,154. Nilai normal kreatinin serum pada laki-laki dan perempuan berbeda. Hal ini karena nilai kreatinin serum sebanding dengan massa otot (Guyton & Hall, 2006), sehingga laki-laki nilai normalnya lebih tinggi dibanding perempuan. Nilai normal kreatinin serum pada laki-laki adalah 0,6 – 1,3 mg/dL, sedangkan pada perempuan adalah 0,5 – 0,9 mg/dL.

Profil kreatinin serum pasien geriatri perempuan dapat dilihat pada tabel IV berikut ini:

Tabel IV. Profil Pasien Geriatri Perempuan Berdasarkan Kreatinin Serum Kreatinin Serum Pasien perempuan RS

Elisabeth

Pasien Perempuan RSUD Panembahan Senopati jumlah % jumlah % < 0,5mg/dL 1 1,4% 9 13,8% 0,5 – 0,9 mg/dL 30 41,1% 37 56,9% > 0,9 mg/dL 42 57,5% 19 29,2% Total 73 100,0% 65 100,0%

Tabel IV, didapati bahwa dari total 73 sampel pasien geriatri perempuan pada RS Elisabeth Ganjuran, yang memiliki nilai kreatinin serum normal (0,5 – 0,9 mg/dL) sebanyak 30 pasien (41,1%). Pasien dengan nilai kreatinin serum dibawah normal (<0.5 mg/ dL) sebanyak 1 pasien (1,4%), dan yang memiliki nilai kreatinin serum di atas normal (>0,9 mg/ dL) sebanyak 42 pasien (57,5%). Pada RSUD Panembahan Senopati, dari total sampel pasien geriatri perempuan sebanyak 65, didapati yang mempunyai nilai kreatinin serum normal sebanyak 37 pasien (56,9%). Pasien yang

(48)

memiliki nilai kreatinin serum di bawah normal sebanyak 9 pasien (13,8%), dan yang memiliki nilai kreatinin serum di atas normal sebanyak 19 pasien (29,2%). Secara keseluruhan, nilai kreatinin serum pasien geriatri perempuan di RS Kabupaten Bantul mayoritas pada rentang normal (0,5 – 0,9 mg/dL) yaitu sebanyak 67 (48,5%).

Profil kreatinin serum pasien geriatri laki-laki dapat dilihat pada tabel V berikut ini:

Tabel V. Profil Pasien Geriatri Laki-laki Berdasarkan Kreatinin Serum Kreatinin

Serum

Pasien Laki-Laki RS Elisabeth

Pasien Laki-Laki RSUD Panembahan Senopati Jumlah % Jumlah % < 0,6 mg/ dL 3 9,1% 8 7,1% 0,6 – 1,3 mg/dL 22 66, 7% 74 65,5% > 1.3 mg/ dL 8 24,2% 31 27,4% total 33 100.0% 113 100,0%

Dari tabel V, dapat diketahui bahwa pada RS Elisabeth ganjuran, dari total sampel pasien geriatri laki-laki sebanyak 33, yang memiliki nilai kreatinin serum normal (0,6 – 1,3 mg/dL) sebanyak 22 pasien atau sebesar 66,7%, sedangkan yang memiliki nilai kreatinin serum dibawah normal (<0,6 mg/ dL) sebanyak 3 pasien atau sebesar 9,1%, dan yang nilai kreatinin serum diatas normal (> 1,3 mg/ dL) yaitu sebanyak 8 pasien (24,2%). Pada RSUD Panembahan Senopati, didapati dari total pasien geriatri laki-laki sebanyak 113 pasien, yang memiliki nilai kreatinin serum normal sebanyak 74 pasien atau sebesar 65,5%. Pasien dengan nilai kreatinin serum dibawah normal sebanyak 8 pasien atau sebesar 7,1%, dan pasien geriatri laki-laki yang nilai kreatinin serumnya diatas normal sebanyak 31 pasien atau sebesar 27,4%.

(49)

Keseluruhan pasien geriatri laki-laki di Kabupaten Bantul mayoritas memiliki nilai kreatinin serum normal (0,6 – 1,3 mg/dL) yaitu sebanyak 96 (65,7%).

Gambar 4.5. Diagram Profil Pasien Geriatri Perempuan Berdasarkan Kreatinin Serum

Gambar 4.6. Diagram Profil Pasien Geriatri Laki-Laki Berdasarkan Kreatinin Serum

4. Ras

Ras atau suku bangsa juga merupakan faktor yang diperhitungkan dalam formula MDRD. Jika pasien berasal dari ras Afrika Amerika, maka

1 30 42 9 37 19 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 < 0,5mg/dL 0,5 – 0,9 mg/dL > 0,9 mg/dL ju m la h

nilai kreatinin serum

geriatri perempuan RS Elisabeth geriatri perempuan RSUD 3 22 8 8 74 31 0 10 20 30 40 50 60 70 80 < 0,6 mg/ dL 0,6 – 1,3 mg/dL > 1.3 mg/ dL ju m la h

nilai kreatinin serum

geriatri laki-laki RS Elisabeth

(50)

dikalikan dengan faktor koreksi 1,210 karena etnis Afrika Amerika memiliki massa otot yang lebih besar dibanding orang kulit putih (Greenberg, Saad, Abraham, dan Balmir 2009).

Tabel VI. Profil Ras Pasien Geriatri

Ras RS Elisabeth RSUD Panembahan

Senopati

Jumlah % Jumlah %

Afrika Amerika 0 0,0% 0 0,0%

Non Afrika Amerika 106 100,0% 178 100,0%

total 106 100,0% 178 100,0%

Gambar 4.7. Diagram Profil Ras Pasien Geriatri

Dari gambar 4.7, dapat diketahui bahwa profil ras pasien geriatri di Kabupaten Bantul semuanya adalah ras non Afrika Amerika, tepatnya ras mongoloid, sehingga pada perhitungan LFG tidak dikalikan dengan faktor koreksi 1,210.

B. Derajat Penurunan Fungsi Ginjal Berdasarkan LFG

106 178 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

RS Elisabeth RSUD Panembahan Senopati ju jm la h Rumah Sakit Afrika Amerika Non Afrika Amerika

(51)

Profil penurunan fungsi ginjal dari pasien geriatri pada Kabupaten Bantul dikelompokan berdasarkan nilai LFG. Menurut NICE Clinical Guideline (2008), pengelompokan tingkat penurunan fungsi ginjal dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu stage 1 (≥ 90 ml/min/1,73 m2), stage 2 (60 – 89 ml/min/1,73 m2), stage 3A (45 – 59 ml/min/1,73 m2), stage 3B (30 – 44 ml/min/1,73 m2), stage 4 (15 – 29ml/min/1,73 m2), stage 5 (< 15 ml/min/1,73 m2). Stage 1 menunjukkan nilai LFG normal atau meningkat, dengan bukti lain adanya kerusakan ginjal. Stage 2 menunjukkan terjadi sedikit penurunan LFG, dengan bukti lain adanya kerusakan ginjal. Stage 3 menunjukkanterjadi penurunan moderat LFG, dengan atau tanpa bukti lain kerusakan ginjal. Stage 4 menunjukkan terjadi penurunan parah LFG, dengan atau tanpa bukti lain kerusakan ginjal. Stage 5 menunjukkan terjadinya gagal ginjal. Profil derajat penurunan fungsi ginjal dari pasien geriatri Kabupaten Bantul dapat dilihat pada tabel VII.

Tabel VII. Derajat Penurunan Fungsi Ginjal Degree of impaiment RS Elisabeth Ganjuran RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul Jumlah Persentase Jumlah Persentase jumlah presentase Stage 1 17 16,0% 85 47,7% 102 35,9% Stage 2 38 35,8% 51 28,6% 89 31,3% Stage 3A 22 20,75% 10 5,6% 32 11,3% Stage 3B 14 13,2% 20 11,2% 34 12,0% Stage 4 9 8,5% 7 3,9% 16 5,6% Stage 5 6 5,7% 5 2,8% 11 3,9% Total 106 100,0% 178 100,0% 284 100,0%

Tabel VII dapat diketahui bahwa pada RS Elisabeth Ganjuran, pasien geriatri paling banyak mengalami penurunan fungsi ginjal pada stage 2, yaitu sebanyak 38 pasien. Pada stage 1 sebanyak 17 pasien, stage 3A, didapati 22

(52)

pasien, stage 3B 14 pasien, stage 4 sebanyak 9 pasien, dan stage 5 ada 6 pasien. Pada RSUD Panembahan Senopati, tingkat penurunan fungsi ginjal yang paling banyak diderita oleh pasien adalah pada stage 1 yaitu sebanyak 85 pasien, kemudian terbanyak kedua adalah pada stage 2 yaitu sebanyak 51 pasien geriatri. Pada stage lainnya yaitu stage 3A sebanyak 10, stage 3B sebanyak 20 pasien, stage 4 sebanyak 7, dan stage 5 sejumlah 5 pasien geriatri.

Gambar 4.8. Diagram Derajat Penurunan Fungsi Renal RS Elisabeth

Gambar 4.8 menunjukkan pada RS Elisabeth Ganjuran, tingkat penurunan fungsi ginjal yang paling banyak diderita oleh pasien geriatri adalah pada stage 2, yaitu sebesar 35,8%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pasien RS Elisabeth Ganjuran mengalami sedikit penurunan LFG.

16.0% 35.8% 20.8% 13.2% 8.5% 5.7% 0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 30.0% 35.0% 40.0%

Stage 1 Stage 2 Stage 3A Stage 3B Stage 4 Stage 5 pr es ent as e

Derajat Penurunan Fungsi Ginjal

(53)

Gambar 4.9. Diagram Derajat Penurunan Fungsi Ginjal RSUD Panembahan Senopati

Gambar 4.9 menunjukkan bahwa pada RSUD Panembahan Senopati, tingkat penurunan fungsi ginjal yang paling banyak diderita pasien geriatri adalah pada stage 1. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas sampel pasien geriatri di RSUD Panembahan Senopati memiliki tingkat LFG yang normal.

Mayoritas keseluruhan pasien geriatri di RS Kabupaten Bantul, derajat penurunan fungsi ginjalnya berada pada stage 1, yaitu sebanyak 102 (35,9%). Penelitian Smith, Lichtman, Bracken, Shlipak, Phillips, dan Paul (2006) menemukan hasil bahwa terdapat 29% dari 80098 sampel mengalami penurunan fungsi ginjal stage 3 (30-59 ml/ min/ 1,73 m2) hingga stage 4 (15-29 ml/ min/ 1,73 m2) di Amerika Serikat.

C. Penyesuaian Dosis Antibiotik Berdasarkan LFG

Nilai LFG yang didapatkan dari formula MDRD dijadikan pedoman untuk penyesuaian dosis pengobatan antibiotik pasien geriatri di RS Kabupaten Bantul. Penyesuaian dosis antibiotik dilakukan pada stage CKD yang beragam, sesuai

47.8% 28.7% 5.6% 11.2% 3.9% 2.8% 0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0%

Stage 1 Stage 2 Stage 3A Stage 3B Stage 4 Stage 5

P re se nt as e

(54)

dengan spesifikasi masing-masing antibiotik pada guideline. Guideline yang digunakan sebagai dasar penyesuaian dosis antibiotik adalah dari GlobalRPh.com (McAuley, 2010) yang merupakan situs kesehatan yang tersertifikasi dan disusun oleh McAuley, seorang clinical pharmacist.

Tabel VIII. Kasus Pengobatan Antibiotik yang Butuh Penyesuaian Dosis Penyesuaian Dosis

Antibiotik

RS Elisabeth RSUD Panembahan

Senopati

Jumlah % Jumlah %

perlu penyesuaian 9 8,5% 6 3,4%

tidak perlu penyesuaian 97 91,5% 172 96,6%

total 106 100,0% 178 100,0%

Dari tabel VIII, dapat diketahui bahwa pada RS Elisabeth Ganjuran, dari populasi sampel sebanyak 106, terdapat 9 kasus pengobatan antibiotik yang memerlukan penyesuaian dosis berdasarkan nilai LFG, dan 97 kasus pengobatan tidak memerlukan penyesuaian dosis berdasarkan LFG. Pada RSUD Panembahan Senopati, dari total sampel sebanyak 178, didapati 6 kasus pengobatan antibiotik yang memerlukan penyesuaian dosis berdasarkan nilai LFG, dan 172 kasus pengobatan antibiotik yang tidak memerlukan penyesuaian dosis berdasarkan LFG. Total terdapat sebanyak 15 (5,3%) total kasus pengobatan antibiotik yang membutuhkan penyesuaian dosis berdasarkan nilai laju filtrasi glomerulus menurut formula MDRD di RS Kabupaten Bantul periode 2009.

Banyaknya kasus pengobatan antibiotik pada geriatri yang membutuhkan penyesuaian dosis juga disajikan dalam diagram berikut ini:

(55)

Gambar 4.10.

Dapat diketahui pada gambar 4.10, bahwa di RS Elisabeth Ganjuran, presentase kasus pengobatan antibiotik yang membutuhkan penyesuaian dosis berdasarkan LFG hanyalah sebesar 8,5%, sedangkan kasus pengobatan antibiotik yang tidak membutuhkan penyesuaian dosis berda

91,5%

Gambar 4.11.

Gambar 4.11 menunjukkan presentase jumlah kasus pengobatan antibiotik yang memerlukan penyesuaian dosis berdasarkan LFG, yaitu sebesar 3,4%, dan kasus pengobatan antibiotik yang tidak memerlukan penyesuaian dosis berdasarkan LFG sebesar 96,6%. Terdapat seb

Gambar 4.10. Diagram Penyesuaian Dosis Antibiotik RS Elisabeth

iketahui pada gambar 4.10, bahwa di RS Elisabeth Ganjuran, presentase kasus pengobatan antibiotik yang membutuhkan penyesuaian dosis berdasarkan LFG hanyalah sebesar 8,5%, sedangkan kasus pengobatan antibiotik yang tidak membutuhkan penyesuaian dosis berdasarkan LFG presentasenya

Gambar 4.11. Diagram Penyesuaian Dosis Antibiotik RSUD Panembahan Senopati

Gambar 4.11 menunjukkan presentase jumlah kasus pengobatan antibiotik yang memerlukan penyesuaian dosis berdasarkan LFG, yaitu sebesar 3,4%, dan kasus pengobatan antibiotik yang tidak memerlukan penyesuaian dosis berdasarkan LFG sebesar 96,6%. Terdapat sebanyak 15 (5,3%) total kasus

8,5 % 91,5%

perlu pernyesuaian tidak perlu penyesuaian

perlu penyesuaian 3,4% tidak perlu penyesuaian 96,6%

Diagram Penyesuaian Dosis Antibiotik RS Elisabeth

iketahui pada gambar 4.10, bahwa di RS Elisabeth Ganjuran, presentase kasus pengobatan antibiotik yang membutuhkan penyesuaian dosis berdasarkan LFG hanyalah sebesar 8,5%, sedangkan kasus pengobatan antibiotik sarkan LFG presentasenya

Diagram Penyesuaian Dosis Antibiotik

Gambar 4.11 menunjukkan presentase jumlah kasus pengobatan antibiotik yang memerlukan penyesuaian dosis berdasarkan LFG, yaitu sebesar 3,4%, dan kasus pengobatan antibiotik yang tidak memerlukan penyesuaian dosis anyak 15 (5,3%) total kasus

(56)

pengobatan antibiotik yang membutuhkan penyesuaian dosis berdasarkan nilai laju filtrasi glomerulus menurut formula MDRD di RS Kabupaten Bantul. Penelitian Yulianti (2008) juga mendapatkan hasil bahwa di RSUD Dr Moewardi Surakarta, dari 43 sampel pasien didiagnosis penyakit ginjal kronik, terdapat 16,1% dosis pengobatan antibiotik yang belum disesuaikan dosisnya.

1. Jenis Antibiotik pada Geriatri di RS Kabupaten Bantul

Antibiotik yang digunakan dalam pengobatan pada pasien geriatri di RS Elisabeth dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.12. Diagram Jenis Antibiotik RS Elisabeth

Gambar 4.12 menunjukkan penggunaan antibiotik pada sampel pasien geriatri di RS Elisabeth Ganjuran. Dari diagram, dapat diketahui bahwa

9 2 6 7 49 1 12 1 1 10 1 1 2 4 0 10 20 30 40 50 60 ju m la h p em ak ai an Jenis Antibiotik

(57)

antibiotik yang paling sering digunakan adalah injeksi ceftriaxon 1 gram, yaitu sebanyak 47 kasus pengobatan antibiotik.

Gambar 4.13. Diagram jenis antibiotik geriatri RSUD Panembahan Senopati

Pada RSUD Panembahan Senopati antibiotik yang digunakan pada sampel geriatri, sama halnya dengan RS Elisabeth Ganjuran, yaitu injeksi ceftriaxon 1gram. Ditemukan sebanyak 86 kasus pengobatan menggunakan injeksi ceftriaxone.

2. Jenis Obat Antibiotik Pada Kasus Perlu Penyesuaian Dosis

Jenis obat antibiotik dari kasus pengobatan antibiotik yang memerlukan penyesuaian dosis berdasarkan perhitungan LFG menggunakan formula MDRD dapat dilihat dalam tabel dibawah ini

13 9 3 19 1 1 1 2 8 13 86 3 8 3 6 2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 jum la h pe m ak ai an jenis antibiotik

Gambar

Tabel I.   Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFG ........   11  Tabel II
Gambar 2.1.  Laju filtrasi glomerulus  ............................................................
Gambar 2.1. Laju filtrasi glomerulus
Tabel I. Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFG  Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFG  Tahap  Laju Filtrasi
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi peresepan antibiotika menggunakan metode Gyssens yang ditujukan bagi pasien ibu hamil rawat inap dengan diagnosis infeksi saluran kemih

Reaksi yang digunakan dalam sintesis senyawa 2,2´-(1,4 fenilena bis (metanililidena)) disikloheksanadion adalah reaksi kondensasi aldol silang, di mana reaksi kondensasi

Peresepan obat generik dan peresepan antibiotika tidak dapat dipastikan telah rasional atau belum karena adanya faktor bias yang mempengaruhi dan analisis kesesuaian

Ada beberapa metode edukasi yang dapat dilakukan untuk memberikan intervensi sebagai upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat mengenai

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak teh hijau dapat diformulasi menjadi sediaan effervescent yang berkualitas, untuk mengetahui efek yang dominan

Square berdasarkan faktor interaksi antara pasien dengan tenaga kesehatan/keluarga, diperoleh nilai p-value = 0,049 (p &lt; 0,05) yang artinya ada hubungan antara

Pemberian intervensi berupa pelayanan homecare kefarmasian dapat meningkatkan tingkat pengetahuan dan kepatuhan pasien hipertensi serta dapat memperbaiki kontrol

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat- Nya, dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Profil Penggunaan, Pengetahuan, Sikap,