• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang

Dalam dokumen FORMULASI GEL HAND SANITIZER (Halaman 13-0)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia kaya akan aneka ragam jenis tanaman, baik sebagai sumber obat, tanaman pelindung atau bahan pangan. Informasi dan kajian ilmiah pada tanaman yang biasa digunakan sebagai bumbu atau bahan makanan masih jarang ditemukan, tanaman-tanaman tersebut potensial untuk dikembangkan sebagai obat dan nutraseutikal atau bahan makanan yang berkhasiat untuk mencegah atau mengobati penyakit (Fachraniah dan Novilasi, 2012).

Indonesia memiliki iklim tropis yang menyebabkan tanahnya subur sehingga banyak jenis tumbuhan yang dapat tumbuh, jenis tumbuhan berkhasiat sebagai obat adalah tumbuhan teh (Hariana, 2008)

Menurut (Juniaty, 2013), menyatakan bahwa kandungan kimia dalam daun teh digolongkan menjadi 4 kelompok besar yaitu : (1) golongan fenol, (2) golongan bukan fenol, (3) golongan aromatis dan (4) enzim. Keempat kelompok tersebut bersama-sama mendukung terjadinya sifat-sifat baik pada teh, apabila pengendaliannya selama pengolahan dapat dilakukan dengan tepat. Kandungan senyawa kimia pada daun teh serta perubahan-perubahan yang terjadi pada senyawa kimia tersebut selama pengolahan, sangat penting diketahui terutama bagi pelaku industri teh seperti pengusaha dan petani sehingga dapat menghasilkan produk teh yang becita rasa dan beraroma serta berkhasiat tinggi yang dapat bersaing dengan teh produksi luar negri. (Juniaty, 2013).

Mamfaat teh sebagai antibakteri telah diuji di berbagai penelitian. Sejumlah besar penelitian tersebut menyatakan bahwa teh dapat menunjukkan

2

penghambatan terhadap bakteri Bacillus careus, Campylobacter jejuni, CL.

Escherichia coli, Leginella pnuemaphila, Staphylococcus aureus (Friedman, 2010)

Kandungan katekin tertinggi terdapat pada teh hijau, disusul oleh teh oolong dan teh hitam. Perbedaan kadar katekin ini disebabkan karena perbedaan dalam tata cara proses pengolahan daun teh ( Alamsyah, 2006)

Katekin penting dalam proses daya antibakteri teh. Polifenol atau katekin dalam daun teh dilaporkan dapat mempengaruhi mikroflora, termasuk virus dan bakteri dalam saluran pencernaan. Polifenol teh dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen tetapi tidak menekan pertumbuhan bakteri yang menguntugkan (Jain, 2006).

Escherichia coli dan Staphylococcus aureus adalah salah satu penyebab penyakit diare yang bersifat patogen. Escherichia coli adala bakteri gram negatif yang biasanya terdapat dalam saluran pencernaan, sehingga dapat mengakibatkan infeksi pada sistem saluran pencernaan. Staphylococcus aureus merupakan gram positif yang dapat menyebapkan infeksi kulit pada luka,bisul dan menyebapkan infeksi lain yaitu keracunan pada makanan (Jawetz, dkk., 2007).

Gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya tidak lengket, mempunyai aliran tiksotropik dan pseudoplastik yang berbentuk padat apabila disimpan dan akan segera mencair bila dikocok. Konsentrasi bahan untuk membentuk massa gel yang baik dibutuhkan hanya sedikit, disamping itu viskositas gel tidak mengalami perubahan yang berarti pada suhu penyimpanan (Sihombing dkk., 2009).

Berbagai produk gel yang mengandung zat antiseptik, khususnya gel

3

antiseptik tangan, yang pada saat ini telah banyak dikembangkan, produk-produk ini dinilai lebih efektif dan praktis dalam menghambat pertumbuhan bakteri yang ada pada tangan. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian mengenai formulasi sediaan gel Hand Sanitizer ekstrak simplisia teh hijau (Camelia sinensis L.) pada bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

Untuk dapat lebih memanfaatkan penggunaan teh hijau sebagai salah satu tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai antibakteri.

Hand Sanitizer merupakan zat antiseptik. Menurut food and drug Administration (FDA), Hand Sanitizer dapat menghilangkan kuman kurang dari 30 detik. Hand Sanitizer memiliki kemampuan aktivitas bakteriosida yang baik terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Selain itu, Hand Sanitizer juga mengandung bahan antibakterial seperti triklosam atau agen antimikroba lain yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada tangan seperti Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (Radji, 2007).

Disaat pandemi begini mengembangkan produk sediaan gel Hand Sanitizer sangat dibutuhkan serta untuk meningkatkan pemanfaatan dari tanaman teh (Camelia sinensis L.) yang memiliki aktivitas antibakteri.

4 1.2 Perumusan Masalah

a. Apakah ekstrak teh hijau (Camelia sinensis L.) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

b. Apakah gel Hand Sanitizer ekstrak teh hijau (Camelia sinensis L.) memiliki Formula yang baik sebagai antibakteri.

c. Apakah sediaan gel Hand Sanitizer ekstrak teh hijau (Camelia sinensis L.) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

1.3 Hipotesis

a. Ekstrak teh hijau (Camelia sinensis L.) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

b. Gel Hand Sanitizer ekstrak teh hijau (Camelia sinensis L.) memiliki Formula baik sebagai antibakteri.

c. Sediaan gel Hand Sanitizer ekstrak teh hijau (Camelia sinensis L.) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

1.4 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak teh hijau terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

5

b. Untuk mengetahui Formula gel Hand Sanitizer ekstrak teh hijau (Camelia sinensis L.) yang yang baik sebagai antibakteri.

c. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri sediaan gel Hand Sanitizer ekstrak teh hijau (Camelia sinensis L.) terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcusaureus.

1.5 Manfaat Penelitian

Mengembangkan produk sediaan antiseptik tangan (Hand Sanitizer) dari bahan alam yaitu teh hijau (Camelia sinensis L.). Selain itu, untuk meningkatkan pemamfaatan dari tanaman teh hijau (Camelia sinensis L.) yang memiliki aktivitas antibakteri.

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Tanaman Teh merupakan tanaman yang termasuk dari keluarga Theaceae, Teh hijau berasal dari daratan Asia Selatan dan Tenggara, namun sekarang telah dibudidayakan diseluruh dunia, baik daerah tropis maupun sub tropis. Tumbuhan ini merupakan perdu atau pohon kecil yang biasanya dipangkas bila dibudidayakan untuk dipanen daunnya. Teh memiliki akar tunggang yang kuat. Bunganya kuning-putih berdiameter 2,5-4 cm dengan 7 hingga 8 petal (James, 1983).

2.2 Klasifikasi Tumbuhan

Klasifikasi tumbuhan teh yaitu:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae Ordo: Ericales Famili : Theaceae

Genus : Camellia

Spesies : Camelia sinensis (L.) (Depkes, 2001) 2.3 Morfologi Tanaman

Camellia sinensis (L.) suatu tanaman yang berasal dari famili Theaceae, merupakan pohon berdaun hijau yang memiliki tinggi 10 -15 meter di alam bebas dan tinggi 0,6 - 1,5 meter jika dibudayakan sendiri. Daun dari tanaman ini berwarna hijau muda dengan panjang 5-30 cm dan lebar sekitar 4 cm. Tanaman ini memiliki

7

bunga yang berwarna putih dengan diameter 2,5 - 4 cm dan biasanya berdiri sendiri atau saling berpasangan dua-dua (Ross, 2005). Buahnya berbentuk pipih, bulat, dan terdapat satu biji dalam masing-masing buah dengan ukuran sebesar kacang (Biswas, 2006).

2.4 Kandungan Teh Hijau

Teh hijau mengandung sejumlah zat gizi penting. Dalam setiap 100 g daun teh mengandung 7-80% air, polifenol 25-35% berat kering, kafein 2,5-4,5%, dan per gram berat kering daun teh mengandung mineral magnesium 1,90 mg, alumunium 400 µg, natrium 27 µg, kalium 21,50 mg, kalsium 3,70 µg, besi 89 µg, seng 34 µg, fosfor 3,30 mg, vitamin C, vitamin B2, vitamin D, vitamin K dan karotenoid (Rohdiana, 2009). Polifenol utama dalam teh hijau adalah katekin.

Kandungan katekin dalam teh hijau mencapai 25-35% bobot kering. Hasil penelitian menyebutkan bahwa, kandungan senyawa polifenol yang tinggi dalam teh hijau berperan sebagai pelindung terhadap serangan radikal bebas (Kumalaningsih, 2006).

2.5 Khasiat Tumbuhan Teh Hijau

Teh hijau memiliki berbagai manfaat, antara lain mengurangi resiko kanker (kanker perut, kanker payudara, kanker kandungan, kanker prostat, kanker rongga mulut), menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah tekanan darah tinggi, membunuh bakteri, membunuh virus-virus influenza, mengurangi stress, menurunkan berat badan, meningkatkan kemampuan belajar, menurunkan kadar gula darah, mencegah pengeroposan gigi dimana flour merupakan komponen anorganik yang dapat memperkuat struktur gigi, sebagai antioksidan dan mencegah penuaan dini, mengatasi penyakit jantung koroner, menurunkan risiko terjadinya

8

penyakit kardiovaskuler, meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah penyakit ginjal, mencegah penyakit parkinson, mencegah nafas tidak sedap, dan antiosteoporosis (Widyaningrum, 2013). Katekin yang terkandung dalam teh hijau dapat bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung konsentrasinya sebagai senyawa fenol, katekin dapat bekerja dengan cara merusak dinding sel bakteri dan membran sitoplasmanya sehingga menyebabkan denaturasi protein. Di samping itu, teh hijau juga mempunyai efek terapeutik terhadap disentri (Handajani, 2002).

2.6 Pembagian Teh

Berdasarkan proses pengolahannya, teh di Indonesia dibagi menjadi 4 jenis, yaitu teh putih, teh hijau, teh oolong dan teh hitam. Teh putih merupakan jenis teh yang tidak mengalami proses fermentasi sama sekali, dimana proses pengeringan dan penguapan dilakukan dengan sangat singkat. Daun teh putih adalah daun teh yang paling sedikit mengalami pengolahan, sedangkan teh jenis yang lain umumnya mengalami empat sampai lima langkah pengolahan. Teh hijau diperoleh tanpa proses fermentasi (oksidasi enzimatis), yaitu dibuat dengan cara menginaktifkan enzim polifenol oksidase yang ada dalam pucuk daun teh segar, dengan cara pemanasan sehingga oksidasi terhadap katekin (zat antiok sidan) dapat dicegah. Teh oolong diproses secara semi fermentasi. Proses pembuatan dan pengolahan teh oolong berada diantara teh hijau dan teh hitam, dimana teh oolong dihasilkan melalui proses pemanasan yang dilakukan segera setelah proses penggulungan daun, dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi oleh karena itu maa disebut Teh semi fermentasi. Teh hitam merupakan daun teh yang paling banyak mengalami fermentasi, sehingga dapat dikatakan pengolahan teh hitam dilakukan dengan fermentasi penuh (Santoso, 2008).

9 2.7 Gel

Gel merupakan sistem semi solid yang terdiri dari dispersi molekul-molekul kecil atau besar di dalam pembawa cairan berair yang membentuk seperti jeli dengan penambahan gelling agent. Gel merupakan sistem penghantaran obat yang sangat baik untuk cara pemberian yang beragam dan kompatibel dengan banyak bahan obat yang berbeda (Allen, 2002). Gel harus menunjukkan perubahan viskositas yang kecil pada berbagai temperatur, baik saat penyimpanan maupun penggunaan. Gel dengan tujuan penggunaan topikal tidak boleh lengket (Zath dan Kushla, 1996).

Adapun beberapa pengujian stabilitas fisik sediaan gel yaitu:

1. Viskositas

Pengujian viskositas ini dilakukan untuk mengetahui besarnya suatu viskositas dari sediaan, dimana viskositas tersebut menyatakan besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya.

2. Pengukuran pH

Digunakan untuk mengetahui pH gel, apakah sesuai dengan pH kulit yaitu antara 4,5-6,5.

3. Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sampel gel dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1985).

Sifat fisik dari sediaan gel dapat dilihat dari pH, stabilitas, dan nilai viskositas nya. Organoleptis merupakan pengamatan fisik yang meliputi bentuk, warna dan

10

bau. Daya sebar merupakan karakteristik penting dalam formulasi gel. Karena daya sebar mempengaruhi kemudahan saat sediaan diaplikasikan pada kulit. Daya sebar suatu sediaan biasanya berbanding terbalik dengan nilai viskositas. Semakin tinggi nilai viskositas, daya sebar akan semakin rendah (Garg et al, 2002).

Viskositas merupakan suatu tahanan dari suatu sediaan untuk mengalir semakin kental atau semakin besar nilai viskositas maka semakin besar tahanannya (Sinko, 2006).

2.8 Hand Sanitizer

Hand Sanitizer adalah gel dengan berbagai kandungan yang cepat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang ada di kulit tangan. Hand Sanitizer banyak digunakan karena alasan kepraktisan. Hand Sanitizer mudah dibawa dan bisa cepat digunakan tanpa perlu menggunakan air. Hand Sanitizer sering digunakan ketika dalam keadaan darurat contohnya ketika kita tidak bisa menemukan air untuk mencuci tangan. Menurut US FDA (United State Food and Drug Administration) penggunaan Hand Sanitizer dapat membunuh kuman dalam waktu yang relatif cepat (Benjamin, 2010).

Menurut Hapsari (2015), seiring perkembangan zaman, dikembangkan juga pembersih tangan non alkohol, tetapi apabila tangan benar-benar kotor, baik oleh tanah, udara, darah, ataupun lainnya, mencuci tangan dengan air dan sabun lebih disarankan karena gel Hand sanitizer tidak dapat efektif membunuh kuman dan membersihkan material organik lainnya.

Gel Hand sanitizer juga dikenal dengan detergen sintetik cair pembersih tangan yang merupakan sediaan pembersih yang dibuat dari bahan aktif detergen sintetik dengan atau tanpa penambahan zat lain yang tidak menimbulkan iritasi pada kulit

11

(BSN, 1992). Pemerintah menjamin keamanan dan mutu produk ini dengan membuat regulasi dalam Standart Nasional Indonesia. Syarat mutu detergen sintetik cair pembersih tangan di Indonesia diatur berdasarkan Badan Standar Nasional (1992) yang dilihat pada tabel berikut ini.

No Jenis Uji Persyaratan

1 Kadar bahan aktif Minimal 5 %

2 pH 4,5 – 8,0

3 Bentuk cairan Stabil

4 Zat tambahan Sesuai peraturan yang berlakuy

2.9 Gelling Agent

Gelling agent merupakan basis dari sediaan gel yang digunakan untuk membentuk gel dan idealnya harus tidak berinteraksi dengan komponen lain dari formulasi serta harus bebas dari kontaminasi mikroba. Gelling agent dapat diperoleh dari alam maupun sintetik dan memiliki bobot molekul yang tinggi.

Gelling agent dapat terdispersi dalam air dan bisa mengembang, serta meningkat kan viskositas. Gelling agent juga harus dapat stabil terhadap perubahan suhu dan pH selama pembuatan dan penggunaan preservative tidak boleh mengubah rheologinya, dapat membentuk gel yang tidak berwarna, menimbulkan sensasi dingin saat digunakan di tempat aplikasi (Rowe, et al., 2009).

Gelling agent yang sering digunakan adalah carboxy methyl cellulose, dikenal sebagai CMC. Carageenan, gum tragacanth, gum karaya, sodium alginate, carbomer resin, dan magnesium aluminium silicates juga digunakan sebagai gelling

12

agent (Lieberman, Rieger and banker, 1996). Carboxy methyl cellulose sodium (CMC-Na) berbentuk serbuk granul putih, tidak berbau, tidak berasa, dan bersifat higroskopis. Pada konsentrasi 3-6% dalam formula biasa digunakan sebagai basis gel, tidak dapat larut dalam aseton, etanol (95%), eter, dan toluene, tetapi mudah terdispersi dalam air pada segala temperatur (Rowe, et al., 2009).

2.10 Humektan

Humektan adalah bahan dalam produk kosmetik yang dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah air (kelembaban) pada lapisan kulit terluar saat produk digunakan. Propilen glikol biasa digunakan sebagai antimicrobial preservative, disinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, agen stabilitas, dan cosolvent.

Pemeriannya adalah jernih, tidak berwarna, kental, biasanya tidak berbau, dengan rasa manis, sedikit tajam seperti gliserol. Pada konsentrasi sekitar 15%

dari formula. Propilen glikol berfungsi sebagai humektan. Dapat bercampur deng an aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air, kelarutannya adalah 1 bagian dalam 6 bagian eter. Tidak bercampur dengan minyak mineral, tetapi dapat terla rut dalam beberapa minyak esensial. Secara kimia stabil ketika dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air, dan larutannya dapat disterilisasi dengan auto klaf (Rowe, et al., 2009).

2.11 Metil Paraben

Metil paraben berbentuk serbuk kristal, berwarna putih dan tidak berbau.

Rumus kimia C8H8O3, dimana range konsentrasi yang biasa digunakan yaitu 0,02%

- 0,3% (Rowe, et al., 2009).

2.12 Aquades

13

Aquades merupakan cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa. Aquades dibuat dengan cara menyuling air yang dapat diminum. Rumus kimia dari aquades yaitu H2O dengan bobot molekul 18,02 (Departemen Kesehatan RI, 1979).

2.13 Kulit

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Kulit disebut juga integumen atau kutis, tumbuh dari dua macam jaringan yaitu jaringan epitel yang menumbuhkan lapisan epidermis dan jaringan pengikat (penunjang) yang menumbuhkan lapisan dermis (kulit dalam). Kulit merupakan organ yang paling luas sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia, cahaya matahari, mikroorganisme dan menjaga keseimbangan tubuh dengan lingkungan (Syaifuddin, 2012).

Kulit berfungsi sebagai pembatas terhadap serangan fisika-kimia. Kulit berfungsi sebagai thermostat dalam mempertahankan suhu tubuh, melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme, sianr ultraviolet, dan berperan pula dalam mengatur tekanan darah (Lachman, 1994). Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap infeksi bakteri, virus dan jamur (Price dan Wilson, 2005). Kulit berperan sebagai lapisan pelindung tubuh terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik Maupun kimia. Kulit juga merupaknsawar (barrier) fisiologik yang penting karena mampu menahan penembusan bahan gas, cair, maupun padat, baik yang berasal dari lingkungan dari lingkungan luar tubuh maupun komponen yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Struktur senyawa

penyusun sel- sel kulit sangat

14

penting dalam mempertimbangkan absorpsi perkutan dari senyawa yang terkandung dalam sediaan yang diaplikasikan pada permukaan kulit (Ismail,2013).

Kulit manusia tersusun atas 3 lapisan utama, dari luar kedalam yakni epidermis (non-viable epidermis dan viable epidermis), dermis, dan endodermis. Lapisan terluar merupakan turunan dari ektoderm yang disebut epidermis. Epidermis terhubung dengan dermis oleh taut dermo-epidermic (dermo-epidermic junction).

Dibawah dermis terdapat lapisan hypodermis (endodermis). Setiap lapisan dilalui oleh ujung-ujung syaraf dan pembuluh darah. Pembuluh darah perifer yang melintasi kulit mengalirkan darah sebanyak 0,3 mL/jam/cm3 (Ismail, 2013).

2.14 Metode Ekstraksi

Metode ekstraksi daun teh dilakukan dengan metode maserasi, yaitu suatu metode ekstraksi dengan perendaman bahan dengan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan pemanasan rendah atau tanpa adanya proses pemanasan. Metode ini memberikan keuntungan bahwa cairan ekstraksi yang dibutuhkan lebih sedikit dan memberikan hasil ekstrak yang lebih pekat.

Namun, kerugian dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu sampai beberapa hari (Voight, 1994).

Pada maserasi, ekstrak simplisia teh hijau direndam dengan menggunakan etanol 96%. Larutan kemudian akan berkumpul di dalam wadah gelas, setelah mencapai tinggi maksimalnya secara otomatis dipindahkan ke dalam labu (Putri, 2008). Cairan ekstrak tersebut kemudian dimasukkan dalam Rotaric evaporator untuk membuat cairan ekstraksi semakin pekat dan menguapkan pelarutnya.

Kemudian hasil ekstraksi disimpan dalam botol steril berwarna coklat dalam suhu kamar (25oC) dan untukmencegah terjadinya proses oksidasi oleh sinar matahari

15 (Rahayu, 2009).

2.15 Bakteri

Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium (jamak,bacteria) adalah mikro organisme yang kebanyakan uni seluler (bersel satu), dengan struktur yang lebih sederhana (Tamher, 2008). Bakteri dapat dibagi menjadi dua berdasarkan pewar naan gram yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif merupakan bakteri yang dapat mempertahankan zat warna primer yaitu kristal karbon ungu, sedangkan bakteri gram negatif adalah bakteri yang mampu melepas zat warna primer dan mengikat zat warna sekunder (safranin) (Kumala, 2006).

Contoh bakteri gram positif adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus, Bacillus, Corynebacterium, Listeria, dan lain-lain. Bakteri gram negatif contohnya seperti Neisseriaceae, Escherichia coli, Shigella, Klabsiella, Salmonella, Vibrio, Pseudomonadace , Haemoplilus, Bordetella, Brucella (Lucky et al., 1994).

2.16 Staphylococcus aureus

Taksonomi dari bakteri Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut : Kingdom : Bacteria berdiameter sekitar 1 mikron tersusun dalam kelompok yang tidak teratur seperti kelompokbuah anggur. Bakteri ini dapat dibiakkan baik pada keadaan aerob maupun anaerob dan bersifat tidak bergerak, tidak berkapsul, dan tidak berspora.

16

Suhu optimal bagi bakteri Staphylococcus untuk berkembang adalah pada suhu 37oC, tetapi suhu optimal bagi bakteri ini untuk menghasilkan pigmen adalah pada suhu kamar (20-25oC). Pada media agar, bakteri tersebut memiliki karakteristik koloni berbentuk bulat, diameter 1-2 mm, cembung, buram, mengkilat dan konsistensinya lunak. Warna nya yang khas adalah kuning atau coklat keemasan.

(Jawetz, 2007). Staphylococcus ditemukan sebagai flora normal pada kulit, saluran pernapasan, dan saluran cerna manusia. Staphylococcus aureus merupakan penyebab infeksi piogenik kulit yang paling sering dan juga merupakan spesies yang paling patogen.

Bakteri tersebut mampu menimbulkan penyakit-penyakit yang berspektrum luas pada manusia dimulai dari penyakit yang disebabkan oleh toxin, seperti toxic shock syndrome, sampai dengan penyakit-penyakit yang mematikan seperti septicemia, endocarditis, pneumonia, dan osteomyelitis. (Nickerson et al., 2009).

Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit baik melalui kemampuannya untuk berkembang biak dan menyebar luas di jaringan serta dengan cara menghasilkan berbagai substansi ekstraseluler. Beberapa substansi tersebut adalah: (Jawetz, 2007).

a. Katalase

Staphylococcus menghasilkan katalase, yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen.

b. Koagulase dan Faktor Pengumpal

Staphylococcus menghasilkan koagulase, suatu protein mirip enzim yang dapat menggumpalkan plasma yang mengandung oksalat atau sitrat. Koagulase dianggap sama dengan memiliki potensi menjadi patogen invasif. Faktor koagulasi

17

adalah kandungan permukaan Staphylococcus aureus yang berfungsi melekatkan organisme ke fibrin atau fibrinogen. Bila berada di dalam plasma, Staphylococcus aureus membentuk gumpalan.

c. Enzim lain

Enzim-enzim lain yang dihasilkan oleh Staphylococcus antara lain adalah hialuronidase, atau faktor penyebar.

d. Eksotoksin

Eksotoksin merupakan protein heterogen yang bekerja dengan spektrum luas pada membrane sel eukariot. Eksotoksin merupakan hemolisin yang kuat. Beta toksin dapat menguraikan sfingomielin sehingga toksin untuk berbagai sel, termasuk sel darah merah manusia. Delta toksin melisiskan sel darah merah manusia dan hewan. Lamda toksin bersifat heterogen dan terurai menjadi beberapa subunit pada deterjen non ionik. Toksin tersebut mengganggu membrane biologik dan dapat berperan pada penyakit diare akibat Staphylococcus aureus.

e. Toksin Eksfoliatif

Toksin ini menyebabkan pemisahan interseluler lapisan epidermis antara stratum spinosum dan stratum granulosum, mungkin melalui disrupsi tautan interseluler. Terdapat dua varian toksin eksoliatif, yaitu varian yang bersifat antigenik pada manusia dan varian yang bertindak sebagai antibodi yang memberi efek anti toksik terhadap toksin itu sendiri.

f. Enterotoksin

Enterotoksin merupakan penyebab penting dalam keracunan makanan;

enterotoksin dihasilkan bila Staphylococcus aureus tumbuh di makanan yang mengandung karbohidrat dan protein. Enterotoksin juga tahan terhadap panas dan

18 pendek (kokobasil) dengan ukuran 0,4-0,7 μm, tidak berspora dan beberapa strain mempunyai kapsul. Eschericia coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa di pakai di laboratorium Mikrobiologi; pada media yang digunakan untuk isolasi kuman enterik, sebagian besar strain Escherichia coli tumbuh sebagai koloni yang meragi laktosa. Escherichia coli bersifat fakultatif anaerob (Jawetz, 2007).

Beberapa strain bila ditanam pada agar darah menunjukkan hemolisis tipe beta (Lucky et al,1994). Escherichia coli secara khas menunjukkan hasil positif pada tes indol, lisin dekarboksilase, dan fermentasi manitol, serta menghasilkan gas dari glukosa (Soemarno, 2000). Escherichia coli mempunyai karakteristik berwarna merah atau merah jambu, bulat, dan tidak berlendir. Namun, pada Eosin methylene blue agar, Escherichia coli menghasilkan koloni yang berwarna metallic green. Escherichia coli merupakan penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering pada sekitar 90% infeksi saluran kemih pertama pada wanita muda. Gejala

Beberapa strain bila ditanam pada agar darah menunjukkan hemolisis tipe beta (Lucky et al,1994). Escherichia coli secara khas menunjukkan hasil positif pada tes indol, lisin dekarboksilase, dan fermentasi manitol, serta menghasilkan gas dari glukosa (Soemarno, 2000). Escherichia coli mempunyai karakteristik berwarna merah atau merah jambu, bulat, dan tidak berlendir. Namun, pada Eosin methylene blue agar, Escherichia coli menghasilkan koloni yang berwarna metallic green. Escherichia coli merupakan penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering pada sekitar 90% infeksi saluran kemih pertama pada wanita muda. Gejala

Dalam dokumen FORMULASI GEL HAND SANITIZER (Halaman 13-0)