• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Tanin

Dalam dokumen FORMULASI GEL HAND SANITIZER (Halaman 40-0)

BAB III METODE PENELITIAN

3.5 Skrinning Fitokimia

3.5.6 Pemeriksaan Tanin

Sebanyak 0,5 g sampel disari dengan 10 ml air suling kemudian disaring, ekstraknya dieencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%, jika terjadi warna hijau,biru atau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Farnsworth, 1966).

3.6 Pembuatan Ekstrak Etanol Teh Hijau

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Masukkan 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat

29

yang cocok kedalam sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukup nya hingga diperoleh 100 bagian.

Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari. Enap tuangkan atau saring (Ditjen POM, 1979).

3.7 Sterilisasi Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam suatu uji aktivitas aktivitas antibakeri disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan dalam percobaan. Media pertumbuhan di sterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit dan alat-alat gelas yang digunakan disterilkan di oven pada suhu 160-170oC selama 1-2 jam.

Jarum ose dan pinset di sterilkan dengan cara dibakar dengan nyala bunsen (Lay, 1994).

3.8 Pembuatan media

3.8.1 Pembuatan media Nutrient Agar (NA) Komposisi :

Lab-lamcopowder 1,0 g

Yeast extract 2,0 g

Peptone 5,0 g

Sodium chloride 5,0 g

Agar 15,0 g

Air suling Ad 1 liter

30 Cara pembuatan :

Sebanyak 28 g nutrient agar dilarutkan dalam air suling steril ad 1000 ml, kemudian dipanaskan hingga semua larut, dalam keadaan panas larutam tersebut kemudian dimasukkan dalam erlenmenyer. Disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit (Oxoid, 1982).

3.8.2 Pembuatan Media Nutrient Broth (NB) Komposisi : kemudian dipanaskan hingga semua larut, dalam keadaan panas larutan tersebut kemudian dimasukkan dalam erlenmenyer. Disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit (Oxoid, 1982).

3.8.3 Pembuatan Media Muller Hinton Agar (MHA) Komposisi :

31

Sebanyak 36 g Muller Hinton Agar (MHA) ditimbang. Kemudian disuspensikan kedalam air suling ad 1000 ml, lalu dipanaskan sampai bahan larut sempurna, lalu disterilkan di dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC (Himedia, 2003).

3.8.4 Pembuatan Media Agar Miring

5 ml media media nutrient agar (NA) yang telah dimasak di masukkan kedalam tabung reaksi, ditutup dan dibungkus lalu disterilkan didalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC. Kemudian tabung yang berisi agar diletakkan pada kemiringan 30-45oC Diperhatikan bahwa agar tidak menyentuh tutup tabung Agar dibiarkan menjadi dingin dan keras.

3.8.5 Suspensi Standar Mc Farland 0,5 Komposisi :

Larutan BaCl2 1,175% b/v 0,5 ml Larutan H2SO4 1% v/v 99,5 ml Cara pembuatan :

Kedua larutan dicampurkan dalam tabung reaksi steril, dikocok sampai homogem dan ditutup. Apabila hasil suspensi bakteri sama dengan kekeruhan suspensi standar berarti konsentrasi bakteri 108 CFU/ml (Lay, 1994).

3.9 Pembiakan Bakteri

3.9.1 Pembuatan Stok kultur Bakteri

Dilakukan dalam Biological Safety Cabinet (BSC), satu koloni bakteri diambil dengan menggunakan jarum ose steril, koloni bakteri tersebut kemudian ditanamkan pada media nutrient agar miring dengan cara menggores, setelah itu

32

diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37oC selama 18-24 jam (Ditjen POM RI, 1995).

3.9.2 Peremajaan Bakteri

Dilakukan dalam Biological Safety Cabinet (BSC), satu koloni bakteri diambil dengan menggunakan jarum ose steril, lalu ditanam pada media NA miring dengan cara menggores, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 36-37oC selama 18-24 jam (Depkes RI,1995).

3.9.3 Pembuatan Inokulum Bakteri

Dilakukan dalam Biological Safety Cabinet (BSC), bakteri diambil dengan menggunakan jarum ose steril kemudian disuspensikan kedalam 10 ml Nutrient broth (NB), kemudian diinkubasi selama 1-2 jam hingga diperoleh kekeruhan yang sama dengan standar Mc Farland (Konsentrasi 108 CFU/ml, kemudian dilakukan pengenceran suspensi bakteri dengan memipet 0,1 ml biakan bakteri (108 CFU/ml), dimasukkan kedalam tabung steril yang berisi nutrient broth (NB) steril sebanyak 9,9 ml dan di vortex hingga homogen maka suspensi bakteri konsentrasinya sama dengan 106 CFU/ml.

3.10 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak simplisia teh hijau (Camelia sinensis L.) dengan berbagai konsentrasi

Ekstrak teh hijau (Camelia sinensis L) ditimbang 5 g kemudian dilarutkan dengan pelarut etanol 96% hingga 10 ml maka konsentrasi ekstrak adalah 500 mg/ml. Larutan tersebut diencerkan kembali dengan pelarut etanol 96% sehingga didapat konsentrasi 400 mg/ml, 300 mg/ml, 200 mg/ml, 100 mg/ml, 50 mg/ml,40 mg/ml, 30 mg/ml.

33

3.11 Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak simplisia Teh Hijau (Camelia sinensis L.)

Dilakukan dalam Biological Safety Cabinet (BSC), sebanyak 0,1 ml suspensi inokulum bakteri Escherichia coli dimasukkan ke dalam cawan petri steril, kemudian tuangkan 15 ml MHA ke dalam cawan, lalu dihomogenkan dan didiamkan pada suhu kamar hingga media memadat. Cakram kertas yang telah dicelupkan dalam larutan uji dengan berbagai perbandingan diletakkan pada permukaan media sedangkan cakram yang dicelupkan kedalam etanol 96%

digunakan sebagai kontrol. Cawan didiamkan pada suhu kamar selama 10-15 menit, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam, kemudian diameter zona hambat di sekitar cakram diukur dengan menggunakan jangka sorong.

Pengujian dilakukan dengan tiga kali pengulangan (triplo). Perlakuan yang sama dilakukan terhadap inokulum bakteri Staphylococcus aureus (Ditjen POM, 1995).

3.12 Prosedur Pembuatan Gel Antiseptik Tangan 3.12.1 Formula Dasar gel

a. Formula dasar gel (Widaningsih dan Septi, 2016) R/ HPMC 5 g

Propilen glikol 5 ml

b. Formula dasar gel yang telah dimodifikasi R/ CMC – Na 3 g

Nipagin 0,02 g

Pewangi 15 tetes

Air suling ad 100 ml

34

Diawali dengan menaburkan CMC-Na di dalam lumpang yang berisi aquades selama 15-30 menit hingga mengembang digerus sampai terbentuk dasar gel (massa 1), kemudian nipagin dilarutkan dengan propilen glikol (massa II), lalu dicampur massa II ke massa I, tambahkan bahan pewangi teh kemudian diaduk secara homogen.

3.12.2 Formulasi Sediaan Gel Antiseptik Tangan

Sediaan gel dibuat kedalam 4 sediaan, yaitu satu sediaan blanko (dasar gel) dan sediaan yang mengandung ekstrak teh hijau. Konsentrasi ekstrak teh hijau yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 5 mg/ml, 10 mg/ml, 15 mg/ml. Adapun formula yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Rancangan formula Hand Sanitizer ekstrak teh hijau (Camelia sinensis.

L).

35 Cara pembuatan

Ekstrak teh hijau digerus didalam lumpang, lalu ditambahkan sedikit demi sedikit dasar gel kedalam lumpang sambil terus digerus sampai homogen.

3.13 Evaluasi Terhadap Sediaan 3.13.1 Pengamatan Stabilitas

Masing-masing formula sediaan dimasukkan kedalam pot plastik. Penga matan dilakukan pada saat sediaan telah selesai dimasukkan kedalam pot plastik dan diamati selama 12 minggu dengan interval pengamatan setiap minggunya.

Pengujian fisik Hand Sanitier yang telah dibuat meliputi pengamatan bau dan warna selama 12 minggu (Ditjen POM, 1985).

3.13.2 Pemeriksaan Homogenitas Sediaan

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.13.3 Penentuan pH

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter

Cara : Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 0,25 gram sediaan dan dilarutkan ad 25 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

36 3.13.4 Uji Viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan dengan cara sediaan gel Hand Sanitizer dimasukkan kedalam beaker glass 100 ml dan dipilih nomor spindle yang sesuai pengukuran ini dilakukan dengan tiga kali pengulangan dengan menggunakan viskometer Brookfield.

3.14 Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Gel Hand Sanitizer ekstrak teh hijau Dilakukan dalam Biological Safety Cabinet (BSC), sebanyak 0,1 ml suspensi inokulum bakteri Escherichia coli dipipet kedalam cawan petri steril, kemudian dituang 15 ml media MHA kedalam cawan, lalu dihomogenkan dan didiamkan pada suhu kamar hingga media memadat, lalu dilubangi dengan alat pelubang.

kemudian ditetesi gel dengan pipet tetes sebanyak 0.1 ml kedalam lubang, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Kemudian diukur diameter zona hambat disekitar lubang dengan menggunakan jangka sorong. Pengujian dilakukan dengan tiga kali pengulangan (triplo). Dengan cara yang sama dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus aureus (Ditjen POM, 1979).

37 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense, Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa teh hijau Juma yang diteliti termasuk spesies (Camelia sinensis L). Dari suku Theaceae Hasil identifikasi dapat dilihat pada lampiran 1

4.2 Hasil pemeriksaan Karakterisasi

Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun teh hijau dapat dilihatpada tabel 4.1 dibawahini

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia Daun Teh Hijau (Camelia sinensis L.)

No Parameter Hasil (%) Persyaratan dalam

Materi Medika Indonesia pada simplisia dilakukan untuk mengetahui jumlah air yang terkandung dalam simplisia yang digunakan. Kadar air simplisia ditetapkan untuk menjaga kualitas simplisia karena kadar air berkaitan dengan kemungkinan pertumbuhan

38

jamur/kapang. Hasil penetapan kadar air yang diperoleh lebih kecil dari 8% dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan mikroba, keberadaan jamur atau serangga, serta mendorong kerusakan mutu simplisisia (WHO, 1998).

Penetapan kadar sari dilakukan menggunakan dua pelarut, yaitu air dan etanol. Penetapan kadar sari larut air adalah untuk mengetahui kadar seyawa kimia bersifat polar yang terkandung di dalam simplisia, sedangkan kadar sari larut dalam etanol dilakuka untuk mengetahui kadar senyawa larut dalam etanol, baik senyawa polar maupun non polar. Hasil karakterisasi simplisia daun teh hijau menunjukkan kadar sari yang larut dalam air sebesar 20,24% sedangkan kadar sari yang larut dalam etanol 50,63%.

Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral internal abu (abu fisiologis) yang berasal dari jarigan tanaan itu sendiri yang terdapat di dalam sampel. Kadar abu tidak larut asam untuk menunjukkan jumlah silikat, khususnya pasir yang ada pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida (WHO, 1998). Penetapan kadar abu pada siplisia daun teh hijau menunjukkan kadar abu total sebesar 6,82% dan kadar abu tidak larut dalam asam sebesar 0,65%.

Hasil perhitungan karakterisasi simplisia daun teh hijau (Camelia sinensis L.

) meliputi penetapan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu tidak larut asam dapat dilihat pada lampiran.

4.3 Hasil Ekstraksi

Hasil ekstraksi 600 g simplisia daun teh hijau (Camelia sinensis L.) dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96% diperoleh ekstrak etanol simpli sia teh hijau sebanyak 80,25 g. Setelah ekstrak etanol yang diperoleh, dilakukan

39

skrining fitokimia dan kemudian diuji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

4.4 Hasil Skrinning Fitokimia

Penentuan golongan senyawa kimia simplisia dan ekstrak daun teh hijau dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan seyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalamnya. Adapun pemeriksaan yang dilakukan adalah peme riksaan triterpenoid, flavonoid, tanin dan saponin. Hasil skrinning fitokimia serbuk simplisia, ekstrak etanol teh hijau (Camelia sinensis L.) dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini

Tabel 4.2 Hasil Skrinning Fitokimia Serbuk Simplisia, Ekstrak Daun Teh Hijau

No Pemeriksaan Simplisia Ekstrak Etanol

1 Alkaloid + +

Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak teh hijau menunjukkan adanya senyawa flavonoid, saponin, triterpenoid/steroid dan tanin adanya. Flavonoid, Saponin, Triterpenoid/Steroid dan tanin. Adanya flavonoid ditentukan dengan penambahan serbuk Mg atau Zn dengan HCL pekat menjadi warna kuning atau jingga. Keberadaan saponin ditunjukkan dengan terbentuknya busa yang bertahan selama 30 menit setelah pengocokan dengan air panas selama 3-5 menit

40

(Farnsworth,1966). Tanin dengan penambahan pereaksi FeCL3 1% terjadi warna biru kehitama (Fansworth, 1966). Triterpenoid/steroid ditandai dengan timbulnya warna hijau biru dengan pereaksi Lieberman.

4.5 Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Teh Hijau (EEDTH)

Penentuan hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun teh hijau (EEDTH) dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan pencadang kertas.

Diameter daya hambat menunjukkan sifat dari disinfektan dan antibakteri dengan beberapa tingkatan yaitu: diameter >20 mm menunjukkan daya hambat sangat kuat, diameter 10-20 mm menunjukkan daya hambat kuat, diameter 5-10 mm menunjukka daya hambat cukup (medium) serta diameter < 5 mm menunjukkan daya hambat lemah ( Eka dan Estu, 2018).

Hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

41

Berdasarkan hasil pengukuran aktivitas antibakteri yang terlihat pada tabel 4.3 diperoleh konsentrasi hambat ekstrak teh hijau pada bakteri Escherichia coli konsentrasi 5 mg/ml yaitu 10.7 dan pada bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 5 mg/ml yaitu 10.8 mm.

Tabel 4.4 Hasil pengukuran diameteter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus oleh sediaan gel Hand Sanitizer ekstrak teh hijau

42

- = Tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri Blanko = Basis gel

Berdasarkan hasil pengukuran aktivitas antibakteri yang terlihat pada tabel 4.4 diperoleh konsentrasi hambat ekstrak teh hijau pada bakteri uji aktivitas gel Hand Sanitizer ekstrak teh hijau diperoleh daya hambat bakteri Escherichia coli konsentrasi 10 mg/ml yaitu 7.7 mm dan pada bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 10 mg/ml dengan diameter 7,63 mm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bakteri Staphylococcus aureus memiliki zona hamat lebih besar dibandingkan dengan bakteri Escherichia coli.

Perbedaan tersebut terjadi karena kedua bakteri uji tersebut memiliki komposisi dan struktur dinding sel yang berbeda sehingga bakteri gram positif lebih rentan terhadap senyawa-senyawa kimia dibandingkan gram negatif. Struktur dinding sel bakteri gram positif leih sederhana, yaitu berlapis tunggal dengan kandungan lipid yang rendah (1-4)%, sehingga memudahkan bahan bioaktif masuk kedalam sel.

Struktur dinding sel bakteri gram negatif lebih kompleks, yaitu berlapis tiga terdiri dari lapisan luar lipoprotein, lapisan tengan lipopolisakarida yang berperan sebagai penghalang masuknya bahan bioaktif antibakteri, dan lapisan dalam berupa peptidoglikan dengan kandungan lipid tinggi (11-12)%.

4.6 Pengamatan Stabilitas Sediaan

Hasil pengamatan stabilitas sediaan menunjukkan bahwa gel antiseptik tangan (Hand Sanitizer) tanpa ekstrak (blanko) F0 yang disimpan pada suhu kamar tetap jernih hingga 12 minggu. Warna dan bau tidak berubah, sedangkan hasil pengamatan stabilitas dengan konsentrasi ekstrak 5 mg/ml, 1 mg/ml, 15 mg/ml disimpan pada suhu kamar selama 12 minggu. Warna dan baunya tidak berubah serta stabil.

Tabel 4.5 Data pengamatan stabilitas gel Hand Sanitizer ekstrak simplisia teh hijau

43

F1 : Konsentrasi ekstrak teh hijau (5 mg/ml) F2 : Konsentrasi ekstrak teh hijau (1 mg/ml) F3 : Konsentrasi ekstrak teh hijau (15 mg/ml) T : Transparan

C : Coklat K : Kental Ks : Khas

4.7 Hasil pengamatan homogenitas sediaan

Menurut (Ditjen POM,1979), pengamatan homogenitas dapat dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain, lalu diratakan, jika tidak ada butiran-butiran maka sediaan dapat dikatakan homogen.

Hasil pengujian homogenitas dapat dilihat pada lampiran 20. Pemeriksaan menun jukkan hasil bahwa semua sediaan homogen.

4.8 Hasil penentuan pH sediaan

Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada tabel 4.7. Penentuan pH sediaan dilakukan dengan tiga pengulangan. Berdasarkan hasil pengukuran pH sediaan gel formula dari F0 (Blanko), F1 (5 mg/ml), F2 (10 mg/ml), F3 (15 mg/ml), sediaan gel yang dibuat masih memenuhi batas pH fisiologis kulit, menurut literatur pH

44

kosmetik diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5 (Tranggono dan latifah, 2007)

Tabel 4.6 Data pengamatan pH sediaan Gel Hand Sanitizer

Keterangan

F = Formula

F0 = Basis gel (blanko)

F1 = Konsentrasi ekstrak teh hijau(0.5%) F2 = Konsentrasi ekstrak teh hijau (1%)

F3 = Konsentrasi ekstrak teh hija Keterangan:

F0 : Basis gel (blanko)

F1 : Konsentrasi ekstrak teh hijau (5 mg/ml) F2 : Konsentrasi ekstrak teh hijau (1 mg/ml) F3 : Konsentrasi ekstrak teh hijau (15 mg/ml) 4.9 Hasil Viskositas Sediaan

Penentuan viskositas sediaan dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield DV-E dengan nomor spindle yang sesuai, sebelum dan setelah penyimpanan pada suhu kamar selama 12 minggu. Pengujian viskositas bertujuan untuk menentukan nilai kekentalan suatu zat. Semakin tinggi nilai viskositasnya maka semakin tinggi kekentalan zat tersebut.

Penambahan konsentrasi ekstrak Teh hijau mempengaruhi viskositas.

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak simplisia teh hijau yang ditambahkan, maka semakin tinggi viskositasnya. Hal ini disebabkan karena semakin sedikit dasar gel yang ditambahkan sehingga air yang terdapat pada gel semakin kecil (Suryati, 2016). Hasil pengamatan viskositas dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Data pengamatan Viskositas sediaan

45 Keterangan :

F : Formula

F0 : Basis gel (Blangko)

F1 : Sediaan gel dengan Konsentrasi ekstrak teh hijau (5 mg/ml) F2 :Sediaan gel dengan Konsentrasi ekstrak teh hijau (1 mg/ml) F3 : Sediaan gel dengan Konsentrasi ekstrak teh hijau (15 mg/ml)

46 BAB V

KESIMPULAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa : a. Eksrak daun teh hijau (Camelia sinensis L.) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli menghambat pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter daerah hambat sebesar 20.03 mm, dengan sifat daya hambat sangat kuat dan pada konsentrasi 5 mg/ml dengan diameter hambat sebesar 10.70 mm. dengan sifat daya hambat kuat. Sedangkan pada pada bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter daerah hambat sebesar 19.60 mm, dengan sifat daya hambat kuat dan pada konsentrasi 5 mg/ml dengan diameter hambat sebesar 10.80 mm, dengan sifat daya hambat kuat.

b. Formula gel yang yang baik sebagai antibakteri adalah gel dengan konsentrasi ekstrak simplisia teh hijau 15 mg/ml.

c. Sediaan gel antiseptik tangan Hand Sanitizer ekstrak teh hijau (Camelia sinensis L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli pada konsentasi 15 mg/ml dengan diameter hambat sebesar 7,93 mm, dengan sifat daya hambat

47

cukup (medium). Dan pada konsentrasi 10 mg/ml dengan diameter hambat 7.63 mm, dengan sifat daya hambat cukup (medium). Sedangkan pada bakteri Staphylococcus aureus pada konsentasi 15 mg/ml dengan diameter hambat sebesar 10.56 mm, dengan sifat daya hambat kuat dan konsentrasi pada konsentrasi 10 mg/ml dengan diameter hambat sebesar 7,7 mm, dengan sifat daya hambat cukup (medium).

5.2 Saran

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat membandingkan efektivitas sediaan Hand Sanitizer dengan variasi jenis teh lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, A. N. 2006. Taklukkan Penyakit dengan Teh Hijau. Jakarta: Media Pustaka. Hal 34-36.

Allen, Jr., andLoyd. 2002. The Art, Science, and Technology Pharmaceutical Coumpounding, 2nd edition, Pharmaceutical Assosiation , USA, Pharmaceutical pp. 301-315.

bBenjamin DT. 2010. Introduction To Hand Sanitizers. Tersedia.

http://www.antimicrobialtestlaboratories.com/information_about_hand sanitizers.

Biswas, K, P. 2006. Description of Tea Plant In Encyclopedia of Medicinal Plants.New Delhi : Dominant Pubbishers and Distributor P.75.

Davis, W.W., dan Stout, T.R. 1971. Disc Plate Method of Microbiological Antibiotic Assay.Applied Microbiology, 22(1): 659-665.

Depkes. 2001. Inventaris tanaman Obat Indonesia I. Jilid II. Jakarta:

Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Halaman 299-305, 334.

Dirjen POM. 1979. Farmakope indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dirjen POM.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta : Depkes RI.

Ditjen POM. 985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 29.

Departemen Kesehatan RI.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.

Fachraniah, Eka, K., dan Novilasi, D. T. (2012). Ekstraksi Antioksidan dari Kari.

Journal of Science and Technology. Vol. 10 (1). Halaman 35-44.

Fansworth, N. R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Sciences. Vol. 55 (3). Halaman 263.

Friedman, MM, Bowden, O & Jones, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga

48

: riset, teori, & praktik ; alih bahasa, Achir Yani S. Hamid : editor edisi bahasa indonesia, estu Tiar, Ed. 5. Jakarta : EGC

Garg, A., Deepika, A., Garg, S., dan Singla, A. K. 2002 ‘Spreading of Semisolid Formulation’, Pharmaceutical Technology, Pp. 84-104, USA.

Handajani, J. 2002. Daya imunomodulasi teh hijau (Camellia sinensis). Majalah Ilmu Kedokteran Gigi Indonesia; 4(7) Halaman 175.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung : ITB.

Harianna A., 2008. Tumbuhan obat dan khasiatnya Seri 2.Depok : Penebar Swadaya

Himedia Laboratories Pvt. Ltd. Reg.office : 23, Vadhani Ind. Est., LBS Marg, Mumbai-400086, India.

Jain. N. K, Sidiqqi. M.A dan Weisburger. J.H 2006. Protective Effect of Tea on Human Health. Oxfordshire : CAB International

James, A, D. 1983. Handbook Of Energy Crop Appublished.

Jawetz., etal. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick&Adelberg Ed 23 Medical Microbiology, 23th .Jakarta EGC

Juniaty T.B.2013.Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Vol 19 (3). Halman 16.

Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan Alami, Penangkal Radikal Bebas. Cetakan Pertama. Surabaya: Trubus Agrisarana. Hal: 8, 16, 75.

Lay,B.W.1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lucky, H, M. Karsinah., Saharto dan Mardastuti, M, W. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi. Edisi Revisi, Binarupa Aksara, Jakarta.

Nickerson, E.K., West, T. E., Day, N. P. &Peacock, S. J., 2009, Staphylococcus aureus. Disease and Drug Resistance in Resource- Limited Countries in South and East Asia. Lancetinfect Dis, 9 (130).

Oxoid.1982. The oxoid mannual of culture media, ingredients and other laboratory services. Fifth Edition. Published by Oxoid Limited Wade Road.

Basingtoke. Hampshire

Radji M, Suryadi H, Dan Ariyanti D. 2007. Uji Efektivitas Antimikroba Beberapa Merek Dagang Pembersih Tangan Antiseptik. Majalah Ilmu Kefarmasian 4(1).

Rahayu,M.S.,K,Wiryosoendjoyo.,A,Prasetyo. 2009. Uji aktivitas antibakteri ekstrak sokletasi dan maserasi buah Makasar terhadap bakteri Shigelladysentriae ATCC 9361 secara in vitro. Biomedika, 2, 1, 40-46.

Rawlins, E.A. 2003.BentleysofPharmaceutics, Eighteen ed., 22, 35, Baillierre Tindall, London.

Rowe R.C., Sheskey P.J., and Quinn M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutic Excipients, Six th Edition, Pharmaceutical Press, London.

Santoso J. 2008. Petunjuk Teknik Pengolahan Teh, Pusat Penelitian Teh dan Kina, Bandung, 4-9, Halaman 2430.

Sihombing C.N., Nasrul W., & Taofik R., 2009. Formulasi Gel Antioksidan Ekstrak Buah Buncis (Phaseolusvulgaris L.) dengan Menggunakan Basis Aquapec505 HV, Jurnal Farmaka.

Suryati, L., M Saptrarini. 2016. Formulasi sampo ekstrak Daun Teh hijau (Camelia sinensis var, assamica) jurnal Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran, Sumedang, Jawa Barat.

49

Sinko, Patrick J. 2006. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika, Edisi 5, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri. Analisis Kesehatan. Yogyakarta.

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Terjemahan : S. Noerono.

Gadjah Mada University Press. Indonesia.

Warsa, U.C. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Bina Rupa Aksara. Jakarta.

Halaman 40.

WHO. 1998. The World Health Organization Quality of Life Assesment (WHOQOL): Development and General Psychometric Properties.Soc.

Sci.Med Vol. 46, No 12, pp 1569-1585. Great Britain

Zatz, J. L., and Kushla, G. P. 1996. Gels, in Lieberman, HA., Lachman, L.

Schwatz,JB., Pharmaceutical Dosage Form: DysperseSystem,Vol. 2, 2nd edition, Marcell DekkerInc, New York, (pp.) 399-417.

50

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

51

Lampiran 2. Gambar tumbuhan teh hijau (Camelia sinensis L.)

Lampiran 3.Gambar kemasan Teh hijau (Camelia sinensis L.)

52

Lampiran 4. Gambar ekstrak Teh hijau (Camelia sinensis L.)

Lampiran 5. Gambar serbuk Teh hijau (Camelia sinensis L.)

Dalam dokumen FORMULASI GEL HAND SANITIZER (Halaman 40-0)