• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

HALAMAN PERNYATAAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu usaha atau aktivitas untuk membentuk manusia-manusia yang cerdas dalam berbagai aspeknya baik intelektual, sosial, emosional maupun spiritual, terampil serta berkepribadian dan dapat berprilaku dengan dihiasi akhlak mulia. Ini berarti bahwa dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas dalam seluruh dimensinya, baik dimensi intelektual, emosional, maupun spiritual yang nantinya mampu mengisi kehidupannya secara produktif bagi kepentingan dirinya dan masyarakat. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkannya ialah melalui proses pembelajaran di sekolah.

Salah satu keterampilan pada pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar adalah keterampilan bercerita. Bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Melalui kegiatan bercerita, seseorang dapat menyampaikan berbagai macam cerita, ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dibaca. Keterampilan bercerita memiliki manfaat bagi siswa yaitu meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

secara lisan dengan baik, membentuk karakter siswa, dan mengembangkan keterampilan berbicara siswa (Tarigan, 2001: 35).

Bercerita merupakan kegiatan yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bercerita menjadi sangat penting dalam proses pemerolehan bahasa karena melalui bercerita anak-anak dapat mengolah kembali semua bentuk pengalamannya dalam berbahasa. Melatih anak untuk bercerita berarti melatih para siswa untuk berani berbicara di depan orang lain. Untuk menciptakan dan mengembangkan pengalaman anak dalam memperoleh keterampilan berbahasa melalui bercerita, salah satunya adalah dengan menerapkan metode discovery dalam pembelajaran bercerita.

Menurut Mulyasa (dalam http: // Herdy07. Wordpress. Com/ 2010/ 05/27/Metode-Pembelajaran-Discovery-Penemuan/) terdapat berbagai macam metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar, salah satunya yaitu metodediscovery. Metodediscovery:

(1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (2) dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa, (3) pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang benar-benar dikuasai, dan (4) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri. Jadi Metode discovery merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar. Tiga ciri utama belajar dengan menggunakan metode discovery (penemuan) yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan, (2) berpusat pada siswa, dan (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.

Sehubungan dengan kutipan di atas, metode discovery merupakan suatu metode pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa

dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode discovery, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, maupun prosedur.

Metode discovery merupakan metode mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Metode ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah. Siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Peran guru dalam metode discovery adalah sabagai pembimbing dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu ditemukan jawabannya dan harus dipecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya bagi guru adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah. Bimbingan dan pengawasan dari guru masih diperlukan, namun campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi agar siswa dapat berpikir ilmiah (Sagala, 2010: 197).

Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, guru harus memiliki empat kompetensi dasar yang harus dimiliki yaitu, kompetensi pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Jadi, tugas guru tidak hanya mengajar saja, tetapi harus mendidik dan melatih siswa.

Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri 10 Metro Timur, diperoleh informasi data yang menunjukkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan bercerita di kelas VB masih rendah. Terdapat beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya keterampilan bercerita siswa, yaitu kurangnya motivasi, minat, kreativitas,

dan kesungguhan siswa pada saat pembelajaran keterampilan bercerita, sehingga ketika siswa diminta untuk bercerita di depan kelas, hanya beberapa siswa yang berani untuk bercerita. Hasil ulangan harian pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VB SD Negeri 10 Metro Timur, diperoleh nilai rata-rata saat ulangan harian hanya 55, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah adalah 67. Jumlah siswa yang mencapai KKM hanya 7 siswa (38%), yang belum mencapai KKM 11 siswa (62%) dari 18 siswa yang ada di kelas VB. Penyebab rendahnya aktivitas dan keterampilan bercerita siswa di bawah nilai KKM, yaitu karena dalam kegiatan pembelajaran bercerita guru masih menggunakan metode yang konvensional dan kurang bervariasi yang mengakibatkan aktivitas guru lebih mendominasi kegiatan pembelajaran daripada aktivitas siswa.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan bercerita di kelas VB SD Negeri 10 Metro Timur, diperlukan suatu metode yang dapat melibatkan siswa aktif dalam kegiatan belajar sehingga aktivitas dan keterampilan bercerita siswa dapat meningkat. Metode yang peneliti gunakan untuk meningkatkan aktivitas dan keterampilan bercerita siswa yaitu metode discovery. Pada pelaksanaan metode discovery, proses pembelajaran dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing, sehingga diharapkan siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok untuk memecahkan masalah

Berdasarkan uraian permasalahan dalam pembelajaran keterampilan bercerita di SD Negeri 10 Metro Timur, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Metode Discovery untuk Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan Bercerita Siswa Kelas VB SD Negeri 10 Metro Timur

Dokumen terkait