• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

Hak asasi dapat dikatakan sebagai hak dasar yang dimiliki oleh pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Hak asasi itu tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri.1

Hak asasi manusia, sebagai sebuah nilai universal, sebagian besar telah diadopsi oleh pemerintah Indonesia. Hingga tahun 2008 setidaknya terdapat 2 kovenan dan 4 konvensi yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia. Capaian normatif di bidang hak asasi manusia telah menunjukkan kesungguhan pemerintah Indonesia menjadikan produk hukum internasional HAM sebagai bagian dari hukum nasional Indonesia. Demikian juga konstitusi Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 telah menegaskan jaminan hak-hak konstitusi warga negara.

Ratifikasi dan penegasan jaminan konstitusional hak-hak warga negara menuntut penyelenggaraan negara untuk memenuhinya, baik melalui mekanisme

1

harmonisasi perundang-undangan, perubahan perundang-undangan, maupun tindakan-tindakan langsung penyelenggaraan negara dalam kehidupan bernegara dan pemberian layanan publik.

Namun demikian, penegakan hak asasi manusia tidak berbanding lurus dengan jaminan normatif sebagaimana yang tertuang dalam kovenan dan konvensi yang telah diratifikasi. Belum optimalnya penegakan HAM di Indonesia disebabkan tidak hanya oleh deviasi paradigma hukum internasional HAM yang terjadi, tapi juga minimnya komitmen penyelenggaraan negara dalam mempromosikan, melindungi dan memenuhi hak asasi manusia.

Partai politik yang melalui mekanisme demokrasi menjadi salah satu alat rekrutmen para penyelenggara negara memiliki peranan penting dalam memastikan komitmen dan konsistensi penegakan HAM di Indonesia. UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik telah menegaskan bahwa partai politik berkewajiban “menjunjung tinggi supremasi hukum, demokrasi dan hak asasi manusia” (Pasal 3 Poin a). Meskipun bukan pihak-pihak yang menandatangani komitmen penegakan HAM sebagaimana negara (state parties) tapi karena calon-calon penyelenggara negara salah satunya berasal dari partai politik, maka partai politik harus menunjukkan komitmennya pada hak asasi manusia.2

Salah satu partai yang menjujung tinggi supremasi hukum, demokrasi dan dan hak asasi manusia adalah Partai Keadilan Sejahtera yang disingkat menjadi PKS

2

merupakan partai berasaskan Islam yang pendiriannya terkait dengan pertumbuhan aktivitas dakwah Islam semenjak awal tahun delapan puluhan.3

Tumbangnya rezim Orde Baru yang sangat represif setelah berkuasa selama 32 tahun, telah menimbulkan kesadaran akan pentingnya pernghormatan hak asasi manusia (HAM). Tuntutan agar dilakukan peradilan terhadap pelanggar-pelanggar HAM masa lalu kian merebak, sementara pelangaran-pelanggaran HAM terus berlangsung dalam berbagai bentuk, pola dan aktor yang berbeda. Isu HAM seringkali digunakan oleh sekelompok masyarakat untuk kepentingan politik maupun ekonominya, sementara aparat enggan bertindak karena khawatir dituduh melanggar HAM. Karena banyak sekali terjadi pelanggaran HAM, maka banyak sekali pula tekanan-tekanan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri agar ada perlindungan HAM di Indonesia.

Pelanggaran tidak saja dilakukan oleh penguasa terhadap rakyat, melainkan juga terjadi dalam hubungan antara sesama anggota masyarakat. Dalam suasana reformasi, tidak jarang wacana HAM memicu debat publik yang tidak berkesudahan. Di samping memberikan pencerahan, debat ini juga menimbulkan kebingungan. Karena itu, kesimpangsiuran dan tendensi penyalahgunaan isu HAM tampaknya

3

Deniel Dhakidae, Partai-Partai Politik Indonesia Ideologi dan Program 2004-2009, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2004), h.301.

hanya dapat diurai jika pemahaman yang memadai tentang gagasan awal, konsep dan norma-norma HAM, telah dimiliki.4

Menurut laporan Setara Institute (Desember 2008), komitmen PKS terhadap pemenuhan dan penegakan hak-hak asasi manusia berada di papan atas. indikator awal komitmen partai terhadap hak asasi manusia ialah dicantumkannya kata “HAM” dalam visi-misinya. Dan secara normatif dan komperhensif, PKS juga mencantumkan visi hak sipil-politik dan hak ekonomi, sosial, budaya.

Dalam perjalanan politiknya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai Islam yang banyak menaruh perhatian terhadap masalah-masalah yang terkait dengan hak asasi manusia. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mendukung pengungkapan berbagai kasus yang terjadi semenjak zaman orde baru hingga saat ini, seperti terbunuhnya aktivis HAM Munir, Tragedi Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II. Begitu juga, sikap PKS dalam kasus penghilangan orang secara paksa.

Dalam urusan tindak korupsi dan penyalahgunaan kewenangan, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terbilang partai yang bersih. Hampir tidak ada kader atau pun pengurus partai yang terlibat tindak pidana korupsi. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga memperjuangkan hak-hak kaum perempuan, hak anak, menegakkan hak buruh dan menempatkannya sebagai aset nasional dan mitra nasional dan hak-hak lainnya demi mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.

4

Bagir Manan, Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia, (Bandung: YHDS, 2001), h.1-3.

Pemahaman HAM di Indonesia sebagai nilai, konsep dan norma yang hidup dan berkembang di masyarakat dapat ditelusuri melalui studi terhadap sejarah perkembangan HAM, yang dimulai sejak zaman pergerakan hingga saat ini, yaitu ketika terjadi amandemen terhadap UUD 1945 yang kemudian membuat konstitusi tersebut secara eksplisit memuat pasal-pasal HAM.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga dan masyarakat, pemerintah dan negara untuk memberikan perlindungan terhadap anak.5 Dalam kondisi kemiskinan dan pemiskinan yang meluas, perempuan dan anak-anak berada di dasar piramida penderitaan. Merekalah yang menjadi korban pertama dan utama dari seluruh proses pemiskinan dan pelanggaran ekonomi sosial dan budaya (ekosob). Ini terindikasi dari tingginya angka kasus dan kematian akibat gizi buruk/busung lapar, tingginya angka kasus perdagangan perempuan dan anak-anak, dan meningkatnya kasus bunuh diri di kalangan perempuan dan anak dari keluarga miskin.

Kebijakan pemerintah belum maksimal berpihak pada perlindungan hak-hak dasar warganya, akibatnya merebaknya anak jalanan, tidak terjangkaunya layanan kesehatan, pendidikan dan pemenuhan kesejahteraan, pengangguran semakin meningkat dan lain sebagainya. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai entitas

5

Ahmad Kamil, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), hal.vii.

politik nasional berjuang dengan dasar aqidah, asas dan moralitas untuk memenuhi hak-hak warga negara Indonesia.

Hal inilah yang mendorong penulis melakukan penelitian skripsi terhadap PKS sebagai institusi politik yang diharapkan bisa membawa perubahan, khsusnya yang terkait dengan masalah penegakan HAM di Indonesia.

Dokumen terkait