• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanah adalah sesuatu yang menjadi tempat atau ruang terhadap segala kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan manusia. Sumberdaya tanah langsung menyentuh kebutuhan hidup dan kehidupan manusia dalam segala lapisan masyarakat, baik sebagai individu, anggota masyarakat dan sebagai bangsa. Sebagai sumber kehidupan, keberadaan tanah dalam kehidupan mempunyai arti dan sekaligus memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai socil asset tanah merupakan sarana pengikat kesatuan sosial di kalangan masyarakat untuk hidup dan kehidupan, sedangkan capital asset tanah merupakan faktor modal dalam pembangunan dan telah tumbuh sebagai benda ekonomi yang sangat penting.1

Saat ini, tanah bagi masyarakat merupakan harta kekayaan yang memiliki nilai jual yang tinggi karena fungsinya sebagai sumber kehidupan masyarakat. Begitu berharganya tanah sehingga setiap jengkalnya sering kalai dipertahankan hingga akhir hayat. Bangsa Indonesia yang kini juga tengah sibuk melaksanakan pembangunan di segala bidang juga membutuhkan lahan dalam jumlah luas. Dengan demikian fungsi tanah pun mengalami perkembangan sehingga kebutuhan masyarakat akan hak atas tanah juga terus mengalami perkembangan. Jumlah tanah yang tetap sementara kebutuhan akan tanah yang terus meningkat karena tidak

1

Jayadi Setiabudi, Panduan Lengkap Mengurus Tanah Rumah, Cetakan pertama, (Yogyakarta: Penerbit Buku Pintar, 2013), hlm 5

seimbangnya antara persediaan tanah dengan kebutuhan tanah. Fenomena ini dikhawatirkan dapat memicu timbulnya berbagai macam permasalahan.

Begitu juga, kegiatan pembangunan yang dilakukan pemerintah juga sering kali melibatkan upaya pembebasan tanah serta pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi di Indonesia membuat tingginya kegiatan peralihan hak atas tanah. Pemegang hak atas tanah saat ini bukanlah pemegang hak atas tanah yang pertama. Akibatnya, baik pemerintah maupun masyarakat akan kesulitan ketika membutuhkan sebidang tanah untuk memenuhi kebutuhannya.2

Pentingnya peranan (kegunaan) tanah dalam rangka pembangunan sehingga mungkin pihak-pihak yang terkait dengan hak-haknya atas tanah menjadi korban pihak segelintir oknum yang tidak bertanggungjawab dengan kedok pembebasan tanah dalam rangka pembangunan. Dalam hal ini tentu peranan pemerintah daerah setempat sangat diperlukan sekali dalam memperlajari masalah-masalah pertanahan sehingga hal-hal yang merugikan pihak yang terkena pembebasan dapat segera ditanggulanginya.

3

Secara normatif, pengadaan tanah itu berhubungan dengan kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Sehubungan dengan itu, pengadaan tanah menyangkut dua sisi dimensi harus ditempatkan secara seimbang, yaitu kepentingan masyarakat dan

2

Wirahadi Prasetyono, Cara Mudah Surat Tanah dan Rumah, Cetakan pertama, (Yogyakarta: Penerbit FlashBooks, 2013), hlm 31

3

Adrian Sutedi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum dalam Pengadaan Tanah Untuk

kepentingan pemerintah.4 Tanah merupakan hal penting dalam kehidupan manusia mengingat sebagian besar kehidupan bergantung pada tanah. Sedemikian penting fungsi dan peran tanah bagi kehidupan manusia maka perlu adanya landasan hukum yang menjadi pedoman dan sebagai bentuk jaminan kepastian hukum, dalam pelaksanaan dan penyelesaian pertanahan, khususnya pada persoalan pengadaan hak atas tanah untuk kepentingan umum.5

Pembebasan lahan merupakan sebuah permasalahan global dan kompleks, karena itu sistem administrasi tanah harus mampu mengelola pembebasan lahan untuk pembangunan yang penting, pengembangan sektor swasta dan perubahan penggunaan lahan dalam merespon tuntutan sosial dan ekonomi. Ditinjau dari persepektif sempit, pembebasan tanah membentuk persimpangan proses yang efektif yang mengelola pasar tanah, mencatat hak penggunaan tanah dan mengimplementasikan perencanaan penggunaan lahan. Pembebasan tanah merupakan isu lintas sektor yang kompleks-suatu masalah yang didekati di setiap negara, tentu saja dalam setiap yurisdiksi lokal, sesuai dengan proses yang diambil dari berbagai fungsi administrasi pertanahan, dan sering dari persepektif sejarah. Negara – negara berkembang kurang mengekspresikan dengan jelas teori yang mendukung kekuasaan negara untuk memperoleh tanah. Titik awal di negara berkembang ini, terletak pada bingkai kerangka konstitusional yang jelas dan komprehensif dan hukum yang membentuk dasar untuk mengambil tanah. Idealnya dalam pengambilan tanah harus menggabungkan standar hak asasi manusia untuk

4

Bernhard Limbong, Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan: Regulasi, Kompensasi

Penegakan Hukum, (Jakarta : Pustaka Margareta, 2011), hal. 131

5

pemukiman kembali, tingkat kompensasi yang memadai dan yang mencerminkan kebutuhan dan harapan masyarakat.6

Hal tersebut juga terjadi di Nias Utara, Nias Utara merupakan salah satu daerah pemekaran yang terbentuk di era reformasi ini. Kota otonom ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Nias Utara yang dibentuk melalui Nomor 45 tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Utara. Terletak antara 1003’00’’ - 1033’00’’ LU dan 97000’ 00’’ - 99000’00’’ LS, dengan luas wilayah sekitar 1.501,63 km2, Nias utara memiliki populasi penduduk dengan total 127.703. Keadaan topografi merupakan berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan dimana tinggi dari permukaan laut bervariasi antara 0 - 800 m, terdiri dari dataran rendah sampai tanah bergelombang mencapai 24 %, dari tanah bergelombang sampai tanah berbukit-bukit 28,8 % dan dari Maraknya pemekaran wilayah ini di satu pihak perlu disyukuri karena memberikan tempat bagi aspirasi, keberagaman, dan otonomi lokal, sesuatu yg dulu diabaikan pada era orde baru. Namun di lain pihak, fenomena pemekaran wilayah secara besar-besaran tersebut sekaligus membawa masalah- masalah baru.

Masalah-masalah yang bisa terjadi akibat dari ketergesa-gesaan pada suatu daerah yang mengalami pemekaran wilayah di antaranya ialah adanya ketidakjelasan dalam unsur geografis, struktur kelembagaan masyarakat yang tidak jelas akan membuat kelangsungan sosial di lapangan menjadi tersendat, tidak berjalan lancar. Seperti rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang buruk dalam pemetaannya akan membuat masyarakat sulit menggunakan kebutuhan administrasi dalam kepentingan sebagai warga negara Indonesia. Kemudian masalah kepemimpinan yang tidak jarang bagian paling rumit menentukan suatu pemerintahan akan menyeret ke dalam masalah baru.

6

tanah berbukit sampai pegunungan 51,2 % dari keseluruhan luas daratan. Dengan kondisi topografi yang demikian mengakibatkan sulitnya membuat jalan-jalan lurus dan lebar. Hal ini menyebabkan kota-kota utama di Kabupaten Nias Utara terletak di tepi pantai.

Terjadinya berbagai konflik di masa transisi pasca pemekaran telah menjauhkan atau paling tidak memperlambat tujuan otonomi daerah umumnya dan pemekaran daerah pada khususnya yaitu mendekatkan dan mempercepat proses pelayanan publik di masyarakat dan mensejahterakan rakyat. Dengan kenyataan seperti ini, substansi dari otonomi daerah itu sendiri tidak akan tepat pada sasarannya. Otonomi daerah dengan pemekaran wilayah yang digembor-gemborkan akan mewujudkan kemajuan suatu daerah malah sebaliknya akan menjadi boomerang.

Kabupaten Nias Utara merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di wilayah Propinsi Sumatera Utara, berdasarkan hasil Asistensi Pemerintah Daerah Nias Utara dengan Departemen Dalam Negeri dan Departemen Keuangan. Luas wilayah Kabupaten Nias Utara adalah 1.501,63 Km2 yang terdiridari 11 kecamatan dan 112 desa dan 1 kelurahan. Ibukota Kabupaten Nias Utara terletak di Lotu.

Pemekaran daerah adalah pemecahan provinsi atau kabupaten/kota menjadi dua daerah atau lebih. Pemekaran daerah pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Semangat otonomi daerah dan fenomena keinginan masyarakat pada berbagai wilayan di Indonesia untuk membentuk daerah otonomi baru melalui pemekaran daerah juga terasa dan menjadi aspirasi masyarakat Nias Utara. Pada tanggal 29 Oktober 2008, DPR RI mensyahkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun

2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Utara. Masyarakat Nias menginginkan pemekaran Kabupaten Nias Utara karena nias mempunyai potensi serta kekayan alam yang besar, keadaan daerah nias selama ini sangat tertinggal serta pembangunan di daerah Kepulauan ini sangat minim.

Dengan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis dalam bentuk skripsi dengan judul “PENGADAAN TANAH PERTAPAKAN

LAHAN PERKANTORAN PEMDA NIAS UTARA PASCA PEMEKARAN KABUPATEN.”

Dokumen terkait