TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan zaman yang didorong oleh berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi berdampak pada semakin kompleksnya kebutuhan manusia akan
barang dan jasa. Dampak dari perkembangan tersebut mendorong munculnya
berbagai sektor bisnis untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia.
Salah satu sektor yang berkembang pesat dan berperan penting dalam
pembangunan adalah sektor property, realestate, dan konstruksi bangunan.
Perkembangan sektor property, realestate, dan konstruksi bangunan di suatu
negara mencerminkan meningkatnya kebutuhan akan bangunan, baik sebagai
perumahan dan apartemen, sebagai tempat tinggal yang layak, kebutuhan dunia
bisnis seperti hotel, gedung kantor, pergudangan dan sebagainya.
Sektor property, realestate, dan konstruksi sangat berperan dalam
mendukung perkembangan sektor industri lainnya. Banyak investor yang tertarik
berinvestasi disektor ini karena menilai prospek bisnis disektor property,
realestate, dan konstruksi dimasa mendatang sangat bagus seiring dengan meningkatnya perekonomian nasional maupun global terlebih dinegara-negara
berkembang seperti Indonesia.
Kemajuan dunia bisnis memberi kemudahan bagi para pelaku bisnis dalam
memperoleh modal melalui penjualan saham dan obligasi maupun investor yang
merupakan pasar modal yang menyediakan berbagai informasi terkait dengan
kinerja suatu perusahaan.
Laporan keuangan yang dipublikasikan melalui Bursa Efek Indonesia
mencerminkan kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Sehingga
semakin lengkap dan akurat informasi yang disediakan perusahaan dapat
dijadikan referensi bagi para investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi.
Sebaliknya bagi perusahaan, menyadari bahwa para investor maupun kreditur
akan lebih tertarik atau lebih percaya pada perusahaan-perusahaan dengan kinerja
yang memuaskan.
Seiring dengan kondisi tersebut, perusahaan-perusahaan yang bergerak
disektor property, realestate, dan konstruksi bangunan terus berupaya berinovasi
serta mengambil kebijakan terbaik dalam menjalankan usahanya sesuai dengan
permintaan pasar dengan mencari peluang dan penerapan manajemen yang baik
agar mampu bertahan dan memenangkan persaingan yang semakin kompetitif.
Salah satu hal penting yang harus diperhatikan pihak manajemen
perusahaan adalah terkait dengan kebijakan keputusan pendanaa. Keputusan
pendanaan yaitu suatu keputusan yang berkaitan dengan komposisi hutang, saham
preferen, dan saham biasa yang harus digunakan perusahaan dalam menjalankan
usahannya. Riyanto (2008:4), keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan
usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana
tersebut disebut pembelanjaan perusahaan. Perolehan dan penggunaan dana, harus
Adapun penggunaan dana harus dilakukan secara efisien artinya setiap
rupiah dana yang tertanam dalam aktiva harus dapat digunakan seefisien mungkin
untuk dapat menghasilkan tingkat keuntungan investasi atau rentabilitas yang
maksimal. Selanjutnya Sartono (2008: 225), menyatakan bahwa Struktur modal
merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek, utang jangka panjang,
saham preferen dan saham biasa.
Sartono (2010: 248) menyatakan bahwa struktur modal perusahaan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah tingkat penjualan, struktur
aset, tingkat pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, variabel laba dan
perlindungan pajak, skala perusahaan, dan kondisi internal perusahaan dan
ekonomi makro. Selanjutnya Riyanto (2008: 297) menyatakan bahwa
faktor-faktor utama yang berpengaruh terhadap struktur modal adalah tingkat bunga,
stabilitas dari “earning”, susunan dari aktiva, kadar risiko dari aktiva, besarnya
jumlah modal yang dibutuhkan, sifat manajemen, dan besarnya suatu perusahaan.
Riyanto (2008: 313) menyatakan ukuran perusahaan adalah besar kecilnya
perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai
aktiva.Perusahaan yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk
mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber sehingga untuk memperoleh
pinjaman dari kreditur pun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran
besar memiliki sejumlah aktiva yang lebih besar untuk memenangkan persaingan
atau bertahan dalam industri.
Faktor profitabilitas dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan.
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah
cabang dan sebagainya.
Dengan tingginya laba yang diperoleh perusahaan, maka perusahaan
cenderung memiliki hutang yang relatif rendah karena sumber pendanaan internal
cukup untuk membiayai operasional perusahaan. Dengan demikian, profitabilitas
yang diukur dengan Return on Assets akan mencerminkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dari total aset yang dimilikinya sehingga semakin
tinggi rasio pengembalian atas aset yang dimiliki, maka menunjukkan laba yang
diperoleh perusahaan besar sehingga akan mendorong perusahaan untuk
mengurangi penggunaan hutang.
Selanjutnya, risiko bisnis akan memberikan dampak negatif bagi
perusahaan semakin tinggi risiko bisnis yang dihadapi, maka semakin besar
kerugian yang dialami perusahaan. Resiko bisnis merupakan kombinasi dari:
sales risk: yaitu ketidakpastian penjualan perusahaan dan operating risk yaitu ketidakpastian operating income yang disebabkan karena ketidakpastian fixed cost
operasional.
Risiko bisnis diukur dengan persentase perubahan EBIT yang disebabkan
oleh karena persentase perubahan penjualan. Sehigga, semakin tinggi rasio ini
mencerminkan tingginya kerugian yang dialami perusahaan. Kerugian yang
dialami perusahaan akan berdampak pada kemampuan perusahaan dalam
Selanjutnya Time Interest Earned merupakan perbandingan antara laba
bersih sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang
mencerminkan besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga utang jangka
panjang. Sawir (2008: 14) mengatakan bahwa time interest earned disebut juga
dengan rasio penutupan (coverage ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan
kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana
laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan
kewajiban membayar bunga pinjaman. Sehingga semakin tinggi rasio ini
mencerminkan perusahaan memiliki kemampuan yang cukup untuk melunasi
bunga pinjaman. Dengan kemampuan tersebut, pemberi pinjaman akan lebih
percaya pada perusahaan.
Faktor selanjutnya adalah pertumbuhan aktiva. Pertumbuhan aktiva
menunjukkan besarnya perubahan aktiva perusahaan disetiap tahunnya. Bhaduri
(2002: 200) menyatakan bahwa pertumbuhan aktiva adalah perubahan
(peningkatan atau penurunan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Pertumbuhan aktiva dihitung sebagai persentase perubahan total aktiva pada tahun
tertentu terhadap tahun sebelumnya.
Peningkatan maupun penurunan aktiva akan mencerminkan kekayaan aset
yang dimiliki perusahaan sehingga perusahaan dengan pertumbuhan aktiva yang
tinggi mencerminkan tingginya kebutuhan perusahaan terhadap pendanaan untuk
membiayai sejumlah aktivanya. Riyanto (2010:297), menyatakan bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah pertumbuhan perusahaan.
membutuhkan dana dari sumber extern yang lebih besar sehingga jika
pertumbuhan aktiva perusahaan meningkat, maka akan meningkatkan kebutuhan
perusahaan terhadap pendanaan melalui hutang.
Pada pra penelitian yang dilakukan, pada beberapa perusahaan terdapat
peningkatan jumlah penjualan dan laba, namun meskipun laba meningkat,
kebutuhan perusahaan menggunakan hutang semakin tinggi. Sebaliknya
ditemukan juga perusahaan dengan penjualan dan laba yang meningkat, seiring
dengan menurunnya penggunaan hutang. Dengan kata lain, seiring meningkatnya
profitabilitas, perusahaan berupaya menekan penggunaan hutang selama periode
2010-2013. Pada Tabel 1.1 berikut dapat dilihat data keuangan beberapa
perusahaan sektor property, realestate, dan konstruksi di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 1.1
Data Keuangan Beberapa Perusahaan Property, Realestate, dan Konstruksi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013
Emiten Tahun Laba Bersih Total Aset EBIT Penjualan Beban Bunga Total Hutang
ADHI 2010 320.820 4.927.696 428.133 5.674.980 107.312 4.059.941 2011 326.380 6.112.954 413.544 6.695.112 87.164 5.122.586 2012 423.315 7.872.074 511.841 7.627.703 86.224 6.691.155 2013 714.365 9.720.962 822.702 9.799.598 107.919 8.172.499 CTRA 2010 482.273 9.378.342 374.920 1.692.687 6.464 2.126.198 2011 618.778 11.524.867 539.459 2.178.331 26.352 3.877.433 2012 1.029.411 15.023.392 980.373 3.322.669 54.993 6.542.647 2013 1.709.492 20.114.871 1.651.527 5.077.062 117.143 10.349.358 LAMI 2010 36.340 604.528 73.826 128.971 3.101 375.633 2011 64.406 591.980 96.731 159.633 1.084 308.266 2012 47.512 598.919 79.994 132.245 129 288.893 2013 62.255 612.075 78.920 123.723 727 253.450 PUDP 2010 10.131 285.283 11.676 58.064 1.675 63.580 2011 21.021 340.748 24.695 88.907 698 100.044 2012 21.138 361.179 24.252 93.531 380 106.749 2013 26.379 366.626 29.360 95.024 1.611 89.429 Sumber: www.idx.co.id
Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa pada PT. Adhi Karya (persero), Tbk jumlah
laba bersih, total aset, Earning Before Interest and Tax (EBIT), dan penjualan
mengalami peningkatan disetiap tahunnya selama periode 2010-2013. Sedangkan
beban bunga berfluktuasi dan jumlah hutang mengalami peningkatan selama
periode 2010-2013.
Dengan demikian, pada PT. Adhi Karya (Persero), Tbk terlihat bahwa
peningkatan laba bersih justru mendorong meningkatnya kebutuhan perusahaan
terhadap utang, dan peningkatan yang terjadi pada total aset juga searah dengan
meningkatnya utang yang menandakan bahwa aset banyak dibiayai oleh utang.
Selanjutnya, saat EBIT dan penjualan mengalami peningkatan, namun
hutang perusahan juga mengalami peningkatan. Selanjutnya beban bunga yang
relatif fluktuatif tidak searah dengan peningkatan yang terjadi pada hutang.
Artinya saat beban bunga meningkat maupun menurun, jumlah hutang terus
mengalami peningkatan.
Dari uraian tersebut terlihat bahwa pada PT. Adhi Karya (persero), Tbk
terdapat ketidaksesuaian disaat laba bersih, EBIT, dan penjualan meningkat,
namun kebutuhan perusahaan terhadap utang justru terus meningkat. Peningkatan
total aset banyak dibiayai oleh utang, dan fluktuasi yang terjadi pada beban bunga
tidak mendorong peningkatan maupun penurunan pada jumlah hutang.
Pada PT. Ciputra Development, Tbk terlihat bahwa laba bersih, total aset,
EBIT, penjualan, beban bunga, dan hutang mengalami peningkatan selama
periode 2010-2013. Hal ini menunjukkan bahwa bertambahnya jumlah laba,
hutang dalam membiayai kegiatannya namun kebutuhan akan pendanaan melalui
hutang justru terus mengalami peningkatan. Sedangkan antara beban bungan
dengan hutang terdapat kesesuaian disaat beban bunga meningkat, seiring dengan
meningkatnya hutang perusahaan.
Pada PT. Lamicitra Nusantara, Tbk terlihat bahwa laba bersih, total aset,
EBIT dan penjualan mengalami fluktuasi sedangkan beban bunga dan hutang
justru mengalami penurunan selama periode 2010-2013. Dengan demikian, disaat
laba bersih, total aset, EBIT, dan penjualan mengalami peningkatan maupun
penurunan, perusahaan terus berupaya menurunkan penggunaan hutang sehingga
jumlah hutang selama periode 2010-2013 terus mengalami penurunan sedangkan
pada beban bunga terdapat kesesuaian disaat jumlah hutang terus menurun seiring
dengan menurunnya beban bunga setiap tahunnya.
Pada PT. Pudjiadi Prestige, Tbk (PUPD) menunjukkan bahwa laba bersih,
total aset, EBIT, dan penjualan cenderung mengalami peningkatan dari tahun
2010-2013 sedangkan beban bungan dan total hutang berfluktuasi selama periode
2010-2013. Pada saat laba bersih, total aset, EBIT, dan penjualan berada pada
angka tertinggi, namun tingkat hutang tidak mengalami penurunan yang
signifikan sedangkan fluktuasi yang terjadi pada beban bungan searah dengan
fluktuasi yang terjadi pada total hutang.
Dengan demikian, secara keseluruhan pada keempaat perusahaan tersebut
terlihat adanya kesenjangan antara pengaruh laba bersih, total aset, EBIT,
penjualan, dan beban bunga terhadap struktur modal pada masing-masing
justru kebutuhan perusahaan terhadap utang terus meningkat. Artinya meskipun
laba perusahaan meningkat, perusahaan lebih mengutamakan pendanaan ekternal
dibanding pendanaan internal dalam membiayai kegiatannya. Pada perusahaan
lainnya ditemukan peningkatan maupun yang terjadi pada laba perusahaan terus
berupaya mengurangi pendanaan melalui hutang.
Pada Gambar 1.1 berikut dapat dilihat tingkat pertumbuhan hutang pada
beberapa perusahaan Property, Realestate, dan Konstruksi Bangunan Tahun
2010-2013.
Gambar 1.1
Tingkat Pertumbuhan Hutang beberapa Perusahaan Property, Realestate, dan Konstruksi Bangunan Tahun 2010-2013.
Dari Gambar 1.1 terlihat bahwa tingkat hutang pada beberapa perusahaan
tersebut berbeda. Pada PT. Adhi Karya (Persero), Tbk menunjukkan peningkatan
hutang disetiap tahunnya demikian halnya pada PT. Ciputra Development, Tbk
jumlah hutang justru terus mengalami penurun sepanjang periode 2010-2013
sedangkan pada PT. Pudjiati Prestige, Tbk jumlah hutang relatif berfluktuasi
bahkan mengalami penurunan di tahun tahun 2013.
Selanjutnya pada beberapa penelitian terdahulu seperti penelitian yang
dilakukan oleh Firnanti (2011) menyatakan bahwa profitabilitas, time interest
earned, dan pertumbuhan aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal
namun ukuran perusahaan dan risiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap
sturktur modal. Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012) menunjukkan bahwa
struktur ativa dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal sedangkan profitabilitas justru tidak bepengaruh signifikan terhadap
struktur modal. Serta penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2012) hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan ukuran perusahaan, kebijakan
dividen, tingkat profitabilitas, leverage operasi (risiko bisnis) dan tingkat
pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal,
sedangkan secara parsial hanya kebijakan dividen, profitabilitas dan leverage
operasi yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Dengan demikian, dari beberapa penelitian terdahulu terdapat
ketidakkonsitenan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal. Pada satu penelitian ditemukan adanya pengaruh yang signifikan
profitabiltas terhadap struktur modal namun pada penelitian lainnya profitabilitas
Dari uraian tersebut, Penulis tertarik untuk menganalisis lebih jauh dengan
memilih judul penelitian ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur
Modal Pada Perusahaan Property, Realestate, dan Konstruksi di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2013”.