• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebijakan otonomi di daerah dilakukan untuk mempercepat laju pembangunan dan peningkatan perekonomian secara merata di daerah. Di sisi lain dalam prakteknya ternyata menyebabkan eksploitasi sumber daya hutan besar-besaran secara terbuka. Kejadian ini dapat menambah kerusakan lingkungan hidup sebagai dampak pemanfaatan hasil hutan demi kesejahteraan rakyat. Dalam mengantisipasi dampak pengelolaannya dengan menitikberatkan pada optimalisasi pemanfaatan sumber daya hutan dan lingkungan yang tetap memperhatikan 3 (tiga) pilar utama pengelolaan sumber daya alam yaitu aspek ekonomi, sosial dan kelestarian lingkungan hidup.

Pemanfaatan sumber daya hutan ini dapat diukur secara ekonomi maupun non ekonomi. Pemanfaatan tersebut dengan memperhatikan konten pengelolaan potensi hasil hutan yang dapat langsung menjadi produk unggulan ataupun jasa ekologisnya. Dilain pihak pemanfaatan panorama dan keindahan hutan dapat diintegrasikan dengan pemanfaatan hasil pertanian, peternakan atau bangunan bersejarah yang dapat dibuat menjadi suatu model pengelolaan agrowisata berbasis obyek wisata religius.

Agrowisata merupakan bagian dari obyek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian sebagai obyek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan,pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian.

Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, pendapatan petani dapat meningkat bersamaan dengan

upaya melestarikan sumber daya lahan serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya.

Obyek wisata merupakan penghasil devisa non-migas yang kini banyak dikembangkan di berbagai daerah. Obyek wisata yang paling lama berkembang adalah obyek wisata yang menonjolkan keindahan alam, seni dan budaya. Obyek wisata ini oleh Pemerintah telah diakui sebagai penghasil devisa terbesar dari sektor non-migas. Mengingat keindahan alam menjadi daya tarik yang kuat bagi wisatawan, potensi ini menarik untuk digarap. Indonesia sebagai negara agraris memiliki lahan pertanian yang sangat luas. Rangkaian kegiatan pertanian dari budidaya sampai pasca panen dapat dijadikan daya tarik tersendiri bagi kegiatan pariwisata. Dengan menggabungkan kegiatan agronomi dengan pariwisata banyak perkebunan-perkebunan besar di Indonesia dikembangkan menjadi obyek agrowisata.

Kawasan hutan Salib Kasih yang terletak di Bukit Siatas Barita Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara ini sangat memberikan peluang dan potensi sebagai salah satu pemanfaatan jasa lingkungan berupa obyek wisata rohani, yaitu panorama Salib Kasih yang memberikan keindahan dan kesejukan hutan Pinus.

Salib Kasih, merupakan bangunan Salib besar setinggi 31 meter ini telah menjadi ikon kota Tarutung sebagai kota wisata rohani. Kawasan ini selalu mendapat banyak kunjungan wisatawan dari dalam dan luar daerah, terutama pada hari libur nasional maupun hari-hari tertentu. Disamping itu terdapat lahan pertanian didalam bentang alam yang berdekatan dengan obyek wisata Salib Kasih tersebut berupa pertanian masyarakat lokal telah berkembang menjadi kebun jeruk dan

holtikultura, peternakan sapi dan lebah madu. Lokasi lahan pertanian tersebut dapat dijangkau dengan berjalan kaki ataupun dengan kendaraan bermotor.

Sebagaimana diketahui bahwa Tapanuli Utara merupakan tempat tinggalnya suku Batak yang terkenal dengan keramahtamahan dan sifat serta pola hidup yang keras. Ciri khas suku Batak ini terkenal dengan sifat keunikannya sejak dulu hingga ke manca negara. Keunikan ini bisa menjadi faktor penghalang atau sebagai salah satu katalisator dalam pengelolaan potensi wisata di sana.

Potensi sumber daya ini dapat dikembangkan menjadi model pengelolaan agrowisata di sana dengan memperhatikan karekteristik bentang alam lingkungan, potensi lahan dan keramahtamahan masyarakat serta kearifan lokal yang tersimpan di sana. Hal ini akan menjadi lebih menarik apabila dapat berintegrasi sehingga akan menjadi pengelolaan obyek wisata andalan pemerintah daerah maupun masyarakat lokal. Disisi lain bahwa selama ini objek wisata Salib Kasih hanya sebagai ikon yang monoton tanpa adanya perubahan untuk memberi motivasi dan inovasi dalam pengelolaan wisata daerah.

Dalam pengelolaan dan perencanaan sistem lingkungan, salah satu kebutuhan yang utama adalah untuk memperkirakan kondisi sederhana dan kompleks yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Untuk mempermudah indikasi kebutuhan dapat dilakukan dengan membuat suatu pemodelan pengelolaan agrowisata suatu kawasan hutan. Pemodelan ini akan mengarah pada hal-hal yang mendasar, diantaranya pengumpulan data dan kebutuhan pengelolaan lingkungan. Dengan membuat suatu model pengelolaan ini diharapkan dapat dimengerti oleh berbagai pemangku kepentingan dalam pengelolaan agrowisata yang diintegrasikan dengan wisata rohani pada suatu kawasan hutan.

Adapun pemodelan yang dimaksud dalam hal ini adalah berupa flow chart atau bagan yang menggambarkan proses pengelolaan agrowisata yang bersinergi dengan komponen wisata rohani yang telah ada dalam fungsi kawasan hutan sesuai kebutuhan dan strategi pengelolaannya. Bentuk model tidak harus selalu sulit, rumit dan kompleks. Model yang baik adalah model yang paling sederhana, konsisten dengan tujuan studi dan dapat diterapkan di lapangan (Samdikun, et al., 2012).

1.2. Perumusan Masalah

Memperhatikan hal-hal di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang dapat memberikan gambaran sebagai penjelasan yang dapat diterima terhadap permasalahan yang muncul, yaitu :

1. Bagaimana model yang baik agrowisata yang terintegrasi dengan wisata rohani yang terletak dalam kawasan hutan Salib Kasih?

2. Bagaimana strategi pengelolaan agrowisata yang terintegrasi dengan wisata rohani yang terletak dalam kawasan hutan Salib Kasih?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :

1. Menyusun model pengelolaan agrowisata yang terintegrasi dengan wisata rohani pada kawasan hutan Salib Kasih.

2. Menganalisa kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan agrowisata yang terintegrasi dengan wisata rohani pada kawasan hutan Salib Kasih.

3. Merumuskan strategi yang tepat dalam pengelolaan agrowisata yang terintegrasi dengan wisata rohani pada kawasan hutan Salib Kasih.

1.4. Kerangka Pemikiran

Pembangunan pariwisata telah menjadi prioritas bagi Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara dan menjadi bagian visi pembangunan daerah yaitu menjadikan Tapanuli Utara sebagai salah satu tujuan wisata. Hingga saat ini upaya Pemerintah daerah dalam mengembangkan kegiatan atau obyek wisata yang berwawasan lingkungan telah mendapat perhatian yang baik. Kota Tarutung dalam perspektif kepariwisataan memiliki potensi strategis sebagai kota wisata rohani dan salah satunya berada di kawasan hutan Salib Kasih, yang merupakan bangunan bersejarah religius. Disamping itu berdasarkan potensi geografis, lokasi ini memiliki bentang alam dengan panorama dan keindahan alam dengan ciri khas hutan pinus yang segar serta luasan lahan yang dapat dikelola untuk budidaya pertanian. Ini merupakan potensi besar dalam pengelolaan agrowisata yang berwawasan lingkungan dan diharapkan dapat menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan menggali potensi yang ada di sana. Karena kondisi inilah menarik perhatian untuk menjadikannya sebagai topik penelitian.

Dalam mendukung kerangka berpikir di atas maka dapat menggunakan pendekatan identifikasi potensi kebijakan perencanaan dan pengelolaan sumber daya hutan, terkait :

1. Mengidentifikasi karakteristik wilayah dan bentang alam dan kebijakan pengelolaan kawasan.

2. Mengidentifikasi karakteristik budaya masyarakat sekitar dalam pengelolaan pertanian lokal.

3. Mendeskripsikan pandangan dan pendapat berbagai pemangku kepentingan, termasuk Pemerintah Daerah.

4. Merumuskan model pengelolaan agrowisata yang terletak di kawasan hutan Salib Kasih Tarutung.

5. Merumuskan strategi pengelolaan agrowisata yang terintegrasi dengan wisata rohani dalam kawasan hutan Salib Kasih.

Alur pemikiran peneltian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1Kerangka Pemikiran Penelitian Permasalahan :

Pengelolaan Agrowisata belum terintegrasi dengan Wisata Rohani

Potensi :

Wisata:

- Keindahan panorama bentang alam - Bangunan bersejarah

- Budaya Masyarakat lokal (kearifan lokal) Agro: - Pemerintah (Pusat – Daerah) - Masyarakat sekitar dan Pengusaha

Kendala :

 Masih terbatasnya perhatian dan kapasitas SDM lokal dalam menangkap peluang sektor wisata

 Adanya kecenderungan pengelolaan pariwisata yang tidak berkelanjutan.

 Adanya kecenderungan kegiatan pertanian tidak berwawasan lingkungan

 Konflik tenurial

Analisis :

Model dan Strategi Pengelolaan Agrowisata terintegrasi dengan Wisata Rohani

Model dan Strategi Pengelolaan Agrowisata

Kebutuhan Sarana dan Prasarana

Model dan Strategi Pengelolaan Agrowisata terintegrasi dengan Wisata Rohani Kawasan Hutan Salib Kasih

Observasi/Kuisioner/Wawancara

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen terkait