• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pelayanan radiology

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan data propinsi di Indonesia, jumlah kematian ibu diperkirakan mencapai 11.534 tahun 2010. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007 memperlihatkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sedang angka kematian bayi sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Sementara itu, hasil Sensus Indonesia 2010 menunjukkan laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49 persen per tahun. Kondisi ini mempersulit upaya menekan AKI di Indonesia. Untuk itu, upaya besar dalam menekan laju pertambahan penduduk sangat diperlukan dengan harapan target MDGs (Millenium Development Goals) untuk menurunkan AKI pada tahun 2015 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup menjadi kenyataan (BAPPENAS,2010).

Daerah yang memiliki AKI yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata AKI di Indonesia ialah daerah Sumatera Utara dimana menurut Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Sumatera Utara, pada tahun 2007, AKI mencapai 231/100.000 kelahiran hidup. Tahun 2008 meningkat menjadi 258/100.000 kelahiran hidup dan tahun 2009 menjadi 260/100.000 (Depkes, 2011).

Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah persalinan yaitu perdarahan 28%, Eklamsia 24%, infeksi 11%, komplikasi puerperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetric 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11% (SKRT, 2001 dalam Permenkes RI Nomor 2562/Menkes/Per/XII/2011). Kematian

ibu juga diakibatkan beberapa faktor resiko. Keterlambatan yaitu: terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi. Salah satu upaya pencegahannya adalah melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan survey Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010 terhadap perempuan usia 10-59 Tahun berstatus kawin, diperoleh gambaran pemeriksaan kehamilan ketenaga kesehatan (83,8%), (6%) yang tidak pernah memeriksakan kehamilan dan (3,2%) pergi kedukun. Tenaga yang memeriksa kehamilan adalah bidan (71,4%), dokter kandungan (19,7%) dan dokter umum (1,7%).

Berdasarkan data epidermis memperlihatkan, 90% kematian ibu terjadi pada saat persalinan. Hal ini karena masih banyak ibu yang persalinannya tidak dilayani oleh tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang baik dikarenakan terhambat masalah biaya. Dalam menghilangkan hambatan financial bagi ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan pemeriksaan kehamilan, persalinan dan pelayanan selama masa nifas, maka digulirkan kebijakan jaminan persalinan (jampersal) (PermenKes RI Nomor 2562/Menkes/Per/XII/2011).

Menurut hasil Riset Kesehatan dasar tahun 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin baru mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4%. Dan salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidaktersediaan biaya

ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut jaminan persalinan (jampersal). Dengan demikian, kehadiran jaminan persalinan diharapkan dapat mengurangi terjadinya tiga terlambat tersebut (Kemenkes RI, 2011). Untuk mempercepat pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 khususnya menurunkan angka kematian ibu dan bayi, Kementerian Kesehatan meluncurkan program Jaminan Persalinan (Jampersal). Tujuannya untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan; meningkatkan cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan; meningkatkan cakupan pelayanan KB pasca persalinan; meningkatkan cakupan penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir, serta terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif transparan dan akuntabel. Peserta program Jampersal adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (pasca melahirkan sampai 42 hari) dan bayi baru lahir (0-28 hari) yang belum memiliki jaminan biaya kesehatan (Kemenkes RI, 2011).

Pada Tahun 2011, Jampersal diluncurkan dan telah dilaksanakan diseluruh kabupaten/kota diseluruh Tanah Air dan telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Namun demikian sebagai program yang masih relatif baru, pelaksanaan Jampersal tidak lepas dari berbagai kekurangan yang perlu dibenahi. Pada tanggal 27 Desember 2011, Menteri Kesehatan telah menandatangani Peraturan Menteri Kese hatan (Permenkes) Nomor 2562/Menkes/Per/XII/ 2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan.

Dengan demikian secara resmi Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan (Juknis Jampersal) Tahun 2012 telah diterbitkan dan kegiatan Jampersal telah siap

dilaksanakan per 1 Januari 2012. Secara umum ketentuan dan skema Jampersal pada tahun 2012 tidak jauh berbeda dengan tahun 2011. Beberapa hal yang menjadi catatan pada pelaksanaan Jampersal tahun 2011 menjadi perhatian dan telah diupayakan untuk dilakukan pembenahan di antaranya: Perluasan pelayanan kesehatan yang dijamin, peningkatan besaran tarif pelayanan yang ditanggung, pembenahan pada pengorganisasian ditingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota, mekanisme pengelolaan keuangan/dana baik di tingkat dasar maupun tingkat lanjutan (Permenkes Nomor 2562/Menkes/Per/XII/2011). Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir (Fadhilah, 2011). Dukungan Jaminan prsalinan diharapkan makin mengurangi hambatan finansial (financial barrier) yang dihadapi masyarakat yang selama ini tidak memiliki jaminan pembiayaan persalinan, agar mereka dapat mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, dalam upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu di Indonesia.

Penduduk di Sumatera Utara sejumlah 12.450.911 jiwa dengan rumah tangga miskin sebanyak 944.972 rumah tangga dan 4.124.247 jiwa anggota rumah tangga miskin, sedangkan jumlah peserta KB Jampersal di Sumatera Utara, sebanyak 10.677, dimana jumlah ibu hamil 308.972 dan jumlah persalinan 19.429 (BKKBN, 2013). Pelayanan kesehatan Jampersal di RS Sari Mutiara, pada tahun 2011 dari total jumlah 773 pasien, dari 102 pasien rawat jalan dan 671 pasien rawat inap, pada tahun 2012 menurun menjadi total jumlah 620 pasien, dari 82 pasien rawat jalan, 538 pasien

Rumah Sakit Umum (RSU) Pirngadi Medan Tahun 2012, telah menerima 1.843 pasien Jampersal. Dari jumlah tersebut, ada sekitar 1.378 pasien yang dirawat inap dan 465 pasien dirawat jalan. Humas RSU Pirngadi Edison Perangin-angin SH Mkes mengatakan rata-rata pasien Jampersal yang diterima di Pirngadi adalah pasien rujukan dari klinik bersalin atau bidan. Pasien ini dirujuk ke Pirngadi karena kasus persalinan yang akan dihadapi beresiko tinggi atau terjadi komplikasi (BKKBN, 2013).

Rumah Sakit Imelda Medan merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta tipe

“B” yang terdiri dari 15 ruangan dan menerima berbagai jenis Jaminan Kesehatan

baik dari pemerintah (Jamkesmas, Jamkesda, Medan Sehat, Jampersal, ASKES), PT dan Perusahan lain yang bekerjasama dengan Rumah Sakit Imelda dan Jumlah seluruh pekerja perawat 145 orang, bidan 51 orang. Sehingga banyak orang atau masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Imelda (Profil RS. Imelda,2013).

Berdasarkan hasil survey awal di Rumah Sakit Imelda Medan pada tahun 2011 total jumlah kunjungan rawat inap sebanyak 11.276 jiwa, sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 10.906 jiwa. Berdasarkan data tersebut dapat kita ketahui terjadi penurunan jumlah kunjungan pasien rawat inap. Untuk melakukan penelitian sehubungan dengan tingkat kepuasan pasien yang menggunakan jampersal di Rumah Sakit Imelda peneliti memilih salah satu ruangan khusus pengguna jampersal yaitu ruangan Melati Jampersal.

Jumlah pasien yang menggunakan Jampersal di ruang bersalin pada bulan April 2013 sebanyak 265 pasien, bulan Mei 2013 sebanyak 252 pasien, bulan Juni

2013 sebanyak 225 pasien, sedangkan di bulan Juli 2013 sebanyak 209 pasien. Dari data diatas dapat dilihat terjadi penurunan kunjungan tiga bulan terakhir ini. Saat dilakukan wawancara pada 10 orang pasien ditemukan beberapa keluhan dari pasien keluhan tersebut antara lain terkait masih kurangnya pelayanan perawat, sedikitnya kunjungan dokter pada pasien rawat inap. Kurangnya pelayanan perawat yang dirasakan pasien terutama dari sikap, keramahan, dan komunikasi yang kurang santun (RS Imelda,2013).

Berdasarkan hasil survey dan fenomena tersebut diatas, maka penting dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien yang Menggunakan Jampersal diruang bersalin Rawat inap di Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013.

Dokumen terkait